Kinerja Pertumbuhan Ikan Gurame Osphronemus gouramy Lac. yang Dipelihara pada Media Bersalinitas 0, 3, 6 dan 9 ppt dengan Paparan Medan Listrik.

(1)

KINERJA PERTUMBUHAN IKAN GURAME Osphronemus gouramy Lac. YANG DIPELIHARA PADA MEDIA BERSALINITAS 0, 3, 6 DAN 9 ppt

DENGAN PAPARAN MEDAN LISTRIK

RASMAWAN

SKRIPSI

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009


(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

KINERJA PERTUMBUHAN IKAN GURAME Osphronemus gouramy Lac. YANG DIPELIHARA PADA MEDIA BERSALINITAS 0, 3, 6 DAN 9 ppt DENGAN PAPARAN MEDAN LISTRIK

adalah benar merupakan karya sendiri dan belum digunakan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2009

RASMAWAN C14104029


(3)

RINGKASAN

RASMAWAN. Kinerja Pertumbuhan Ikan Gurame Osphronemus gouramy Lac. yang Dipelihara pada Media Bersalinitas 0, 3, 6 dan 9 ppt dengan Paparan Medan Listrik. Dibimbing oleh KUKUH NIRMALA.

Salah satu kendala dalam usaha budidaya ikan gurame adalah pertumbuhannya yang relatif lambat dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya. Strategi yang dilakukan dalam meningkatkan pertumbuhan ikan gurame antara lain melalui pendekatan lingkungan yaitu dengan memanfaatkan media pemeliharaan bersalinitas dan paparan medan listrik. Salinitas berpengaruh terhadap proses osmoregulasi dan nilai konduktivitas air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media pemeliharaan bersalinitas 0, 3, 6 dan 9 ppt terhadap kinerja pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan gurame yang diberi paparan medan listrik 10 volt selama tiga menit sebelum pemberian pakan.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga September 2008 bertempat di Laboratorium Lingkungan Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Ikan dipelihara dalam akuarium berukuran 20 x 20 x 20 cm3 dengan volume air 5 liter dan kepadatan 3 ekor/liter. Ikan uji yang digunakan adalah ikan gurame dengan ukuran panjang 7,18±0,30 cm dan bobot 5,68±0,67 gram/ekor. Sebelum diberi perlakuan ikan diadaptasikan terlebih dahulu dengan salinitas 3, 6, dan 9 ppt. Pemberian paparan medan listrik dilakukan selama 3 menit sebelum ikan diberi pakan dan dilakukan 3 kali sehari setiap ikan akan diberi pakan. Pemberian pakan dilakukan setiap hari sebanyak 3 kali yaitu pukul 07.00, 12.00, dan 17.00 WIB. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL), dengan 4 perlakuan, yaitu Kontrol (tanpa salinitas atau 0 ppt), 3 (salinitas 3 ppt), 6 (salinitas 6 ppt), dan 9 (salinitas 9 ppt) dan masing-masing 3 kali ulangan. Pengamatan dilakukan setiap sepuluh hari sekali. Parameter yang diamati berupa data kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan bobot, pertumbuhan panjang mutlak, rasio PU/PT, efisiensi pakan dan kualitas air.

Pada perlakuan 3 ppt dengan paparan medan listrik 10 volt diperoleh data kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan bobot, pertumbuhan panjang mutlak, rasio PU/PT, efisiensi pakan yang tertinggi, yaitu masing-masing sebesar 93,33±0,00 %; 1,02±0,10 %; 0,2189 gram/hari; 0,56±0,18 cm; 1,56±0,11 dan 43,43±14,30 %. Media pemeliharaan benih ikan gurame bersalinitas 0, 3, 6 dan 9 ppt yang diberi paparan medan listrik 10 volt selama tiga menit sebelum pemberian pakan, tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup. Akan tetapi, memberikan pengaruh nyata terhadap kinerja pertumbuhan benih ikan gurame ukuran 6-8 cm. Kinerja pertumbuhan terbaik diperoleh pada perlakuan 3 ppt. Dalam hal ini adalah laju pertumbuhan bobot harian dan pertumbuhan panjang mutlak yaitu masing-masing sebesar 1,02±0,10% dan 0,56±0,18 cm.


(4)

KINERJA PERTUMBUHAN IKAN GURAME Osphronemus gouramy Lac. YANG DIPELIHARA PADA MEDIA BERSALINITAS 0, 3, 6 DAN 9 ppt

DENGAN PAPARAN MEDAN LISTRIK

RASMAWAN

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan Pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009


(5)

Judul : KINERJA PERTUMBUHAN IKAN GURAME Osphronemus gouramy Lac. YANG DIPELIHARA PADA MEDIA BERSALINITAS 0, 3, 6 DAN 9 ppt DENGAN PAPARAN MEDAN LISTRIK

Nama : Rasmawan Nomor Pokok : C14104029

Menyetujui, Pembimbing

Dr. Kukuh Nirmala NIP. 131691469

Mengetahui,

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc. NIP. 131 578 799


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahirabbil’aalamin, puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah Swt karena atas rahmat, hidayah dan karunia-Nya Skripsi yang berjudul “Kinerja Pertumbuhan Ikan Gurame Osphronemus gouramy Lac. yang Dipelihara pada Media Bersalinitas 0, 3, 6 dan 9 ppt dengan Paparan Medan Listrik” ini dapat diselesaikan. Penulisan Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :

1. Bapak Dr. Kukuh Nirmala selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama studi. Selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Komar Sumantadinata dan Ibu Dr. Widanarni selaku Dosen Penguji Tamu yang telah memberikan banyak masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Ayahanda Soleh, Ibunda Rasimah, adikku Leha Yunita, Roby Darwis dan Nurlela Gustiawati atas kasih sayang, doa, dukungan semangat baik moril dan materi.

4. Pak Jajang, Kang Abe, Mba Desi, Pak Marijanta, Kang Asep, Mba Yuli atas bantuan yang diberikan.

5. Yuly Aini, Ema, Klory, Phyto, Bayu, Rizki, Ima, Yudha dan Firman atas kebersamaan, kerjasama dan dukungannya.

6. Teman-teman BDP 41, kakak kelas BDP’40, BDP’39 dan BDP’38 adik kelas BDP 42 dan 43 atas persahabatan dan bantuan yang diberikan.

Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi Penulis dan juga bagi semua pihak yang memerlukan informasi yang berhubungan dengan tulisan ini. Amin.

Bogor, Maret 2009


(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, 25 Maret 1985, adalah anak pertama dari empat bersaudara dari ayah bernama Soleh dan ibu Rasimah. Pendidikan formal yang dilalui penulis yaitu SDN 6 Gedung Air Bandar Lampung , SLTPN 1 Bandar Lampung, SMUN 10 Bandar Lampung, Lampung. Pada tahun 2004, Penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan tinggi ke Intitut Pertanian Bogor di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur melalui Jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

Selama kuliah, Penulis pernah aktif dalam organisasi kemahasiswaan yaitu Himpunan Mahasiswa Akuakultur (HIMAKUA) sebagai staf Departemen Kewirausahawan (2005-2006). Selain itu, Penulis juga pernah menjadi Asisten Mata Kuliah Fisika Kimia Perairan (2007/2008), Teknik dan Penanganan Lingkungan Akuakultur (2007/2008), Teknik Pemberian Pakan Ikan (2007/2008), Fisiologi Pertumbuhan Biota Akuatik (2008/2009), Mikrobiologi Akuatik (2008/2009), Dasar-dasar Akuakultur (2008/2009), Kualitas Air dan Tanah (2008/2009), Teknik Pemberian Pakan Ikan (2008/2009), serta Fisika Kimia Perairan (2008/2009). Dalam usaha menambah wawasan di bidang akuakultur, penulis melakukan Praktek Pembenihan dan Pembesaran udang vaname di PT. Centralpertiwi Bahari Rembang, Jawa Tengah dan PT. Surya Windu Kartika Banyuwangi, Jawa Timur pada bulan Juli - Agustus 2007. Tugas akhir di perguruan tinggi Penulis selesaikan dengan menulis Skripsi yang berjudul “ Kinerja Pertumbuhan Ikan Gurame Osphronemus gouramy Lac. yang Dipelihara pada Media Bersalinitas 0, 3, 6 dan 9 ppt dengan Paparan Medan Listrik”.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Gurame ... 3

2.2 Osmoregulasi dan Salinitas ... 4

2.3 Medan Listrik ... 6

2.4 Sifat Listrik dalam Air ... 7

2.5 Respon Ikan terhadap Medan Listrik ... 7

2.6 Elektroreseptor pada Ikan ... 8

2.7 Efek Medan Listrik terhadap Jaringan Hidup ... 9

2.8 Pencernaan pada Ikan ... 10

2.9 Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup ... 11

2.10 Kualitas Air ... 11

2.10.1 Suhu ... 12

2.10.2 pH ... 12

2.10.3 Oksigen Terlarut ... 13

2.10.4 Daya Hantar Listrik ... 13

2.10.5 Amonia ... 14

2.10.6 Nitrit ... 15

2.10.7 Alkalinitas ... 16

2.10.8 Kesadahan ... 16

III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat ... 17

3.2 Alat dan Bahan ... 17

3.3 Rancangan Percobaan ... 17

3.4 Prosedur Penelitian ... 18

3.4.1 Persiapan Wadah ... 18

3.4.2 Media Pemeliharaan Ikan ... 18

3.4.3 Pengadaptasian Ikan ... 18

3.4.4 Perlakuan dan Pemeliharaan Ikan Uji ... 19

3.4.5 Pemberian Paparan Medan Listrik ... 19

3.5 Parameter yang Diamati ... 21

3.5.1 Parameter Biologi ... 21

3.5.2 Parameter Kualitas Air... 23


(9)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil ... 25

4.1.1 Tingkat Kelangsungan Hidup ... 25

4.1.2 Laju Pertumbuhan Bobot Harian ... 26

4.1.3 Pertumbuhan Bobot... 27

4.1.4 Pertumbuhan Panjang Mutlak ... 28

4.1.5 Rasio Panjang Usus Terhadap Panjang Total Tubuh (PU/PT) .. 29

4.1.6 Efisiensi Pemberian Pakan ... 30

4.1.7 Kualitas Air ... 31

4.2 Pembahasan ... 32

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 41

5.2 Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Persentase nilai amonia tidak terionisasi yang terlarut dalam air pada suhu

dan pH yang berbeda (Boyd, 1988) ... 14 2. Klasifikasi Perairan Berdasarkan Nilai Kesadahan... 16 3. Kisaran Parameter Kualitas Air Media Pemeliharaan Benih Ikan Gurame

Osphronemus gouramy Lac. Pada Setiap Wadah Perlakuan Selama


(11)

KINERJA PERTUMBUHAN IKAN GURAME Osphronemus gouramy Lac. YANG DIPELIHARA PADA MEDIA BERSALINITAS 0, 3, 6 DAN 9 ppt

DENGAN PAPARAN MEDAN LISTRIK

RASMAWAN

SKRIPSI

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009


(12)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

KINERJA PERTUMBUHAN IKAN GURAME Osphronemus gouramy Lac. YANG DIPELIHARA PADA MEDIA BERSALINITAS 0, 3, 6 DAN 9 ppt DENGAN PAPARAN MEDAN LISTRIK

adalah benar merupakan karya sendiri dan belum digunakan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2009

RASMAWAN C14104029


(13)

RINGKASAN

RASMAWAN. Kinerja Pertumbuhan Ikan Gurame Osphronemus gouramy Lac. yang Dipelihara pada Media Bersalinitas 0, 3, 6 dan 9 ppt dengan Paparan Medan Listrik. Dibimbing oleh KUKUH NIRMALA.

Salah satu kendala dalam usaha budidaya ikan gurame adalah pertumbuhannya yang relatif lambat dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya. Strategi yang dilakukan dalam meningkatkan pertumbuhan ikan gurame antara lain melalui pendekatan lingkungan yaitu dengan memanfaatkan media pemeliharaan bersalinitas dan paparan medan listrik. Salinitas berpengaruh terhadap proses osmoregulasi dan nilai konduktivitas air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media pemeliharaan bersalinitas 0, 3, 6 dan 9 ppt terhadap kinerja pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan gurame yang diberi paparan medan listrik 10 volt selama tiga menit sebelum pemberian pakan.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga September 2008 bertempat di Laboratorium Lingkungan Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Ikan dipelihara dalam akuarium berukuran 20 x 20 x 20 cm3 dengan volume air 5 liter dan kepadatan 3 ekor/liter. Ikan uji yang digunakan adalah ikan gurame dengan ukuran panjang 7,18±0,30 cm dan bobot 5,68±0,67 gram/ekor. Sebelum diberi perlakuan ikan diadaptasikan terlebih dahulu dengan salinitas 3, 6, dan 9 ppt. Pemberian paparan medan listrik dilakukan selama 3 menit sebelum ikan diberi pakan dan dilakukan 3 kali sehari setiap ikan akan diberi pakan. Pemberian pakan dilakukan setiap hari sebanyak 3 kali yaitu pukul 07.00, 12.00, dan 17.00 WIB. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL), dengan 4 perlakuan, yaitu Kontrol (tanpa salinitas atau 0 ppt), 3 (salinitas 3 ppt), 6 (salinitas 6 ppt), dan 9 (salinitas 9 ppt) dan masing-masing 3 kali ulangan. Pengamatan dilakukan setiap sepuluh hari sekali. Parameter yang diamati berupa data kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan bobot, pertumbuhan panjang mutlak, rasio PU/PT, efisiensi pakan dan kualitas air.

Pada perlakuan 3 ppt dengan paparan medan listrik 10 volt diperoleh data kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan bobot, pertumbuhan panjang mutlak, rasio PU/PT, efisiensi pakan yang tertinggi, yaitu masing-masing sebesar 93,33±0,00 %; 1,02±0,10 %; 0,2189 gram/hari; 0,56±0,18 cm; 1,56±0,11 dan 43,43±14,30 %. Media pemeliharaan benih ikan gurame bersalinitas 0, 3, 6 dan 9 ppt yang diberi paparan medan listrik 10 volt selama tiga menit sebelum pemberian pakan, tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup. Akan tetapi, memberikan pengaruh nyata terhadap kinerja pertumbuhan benih ikan gurame ukuran 6-8 cm. Kinerja pertumbuhan terbaik diperoleh pada perlakuan 3 ppt. Dalam hal ini adalah laju pertumbuhan bobot harian dan pertumbuhan panjang mutlak yaitu masing-masing sebesar 1,02±0,10% dan 0,56±0,18 cm.


(14)

KINERJA PERTUMBUHAN IKAN GURAME Osphronemus gouramy Lac. YANG DIPELIHARA PADA MEDIA BERSALINITAS 0, 3, 6 DAN 9 ppt

DENGAN PAPARAN MEDAN LISTRIK

RASMAWAN

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan Pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009


(15)

Judul : KINERJA PERTUMBUHAN IKAN GURAME Osphronemus gouramy Lac. YANG DIPELIHARA PADA MEDIA BERSALINITAS 0, 3, 6 DAN 9 ppt DENGAN PAPARAN MEDAN LISTRIK

Nama : Rasmawan Nomor Pokok : C14104029

Menyetujui, Pembimbing

Dr. Kukuh Nirmala NIP. 131691469

Mengetahui,

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc. NIP. 131 578 799


(16)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahirabbil’aalamin, puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah Swt karena atas rahmat, hidayah dan karunia-Nya Skripsi yang berjudul “Kinerja Pertumbuhan Ikan Gurame Osphronemus gouramy Lac. yang Dipelihara pada Media Bersalinitas 0, 3, 6 dan 9 ppt dengan Paparan Medan Listrik” ini dapat diselesaikan. Penulisan Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :

1. Bapak Dr. Kukuh Nirmala selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama studi. Selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Komar Sumantadinata dan Ibu Dr. Widanarni selaku Dosen Penguji Tamu yang telah memberikan banyak masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Ayahanda Soleh, Ibunda Rasimah, adikku Leha Yunita, Roby Darwis dan Nurlela Gustiawati atas kasih sayang, doa, dukungan semangat baik moril dan materi.

4. Pak Jajang, Kang Abe, Mba Desi, Pak Marijanta, Kang Asep, Mba Yuli atas bantuan yang diberikan.

5. Yuly Aini, Ema, Klory, Phyto, Bayu, Rizki, Ima, Yudha dan Firman atas kebersamaan, kerjasama dan dukungannya.

6. Teman-teman BDP 41, kakak kelas BDP’40, BDP’39 dan BDP’38 adik kelas BDP 42 dan 43 atas persahabatan dan bantuan yang diberikan.

Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi Penulis dan juga bagi semua pihak yang memerlukan informasi yang berhubungan dengan tulisan ini. Amin.

Bogor, Maret 2009


(17)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, 25 Maret 1985, adalah anak pertama dari empat bersaudara dari ayah bernama Soleh dan ibu Rasimah. Pendidikan formal yang dilalui penulis yaitu SDN 6 Gedung Air Bandar Lampung , SLTPN 1 Bandar Lampung, SMUN 10 Bandar Lampung, Lampung. Pada tahun 2004, Penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan tinggi ke Intitut Pertanian Bogor di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur melalui Jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

Selama kuliah, Penulis pernah aktif dalam organisasi kemahasiswaan yaitu Himpunan Mahasiswa Akuakultur (HIMAKUA) sebagai staf Departemen Kewirausahawan (2005-2006). Selain itu, Penulis juga pernah menjadi Asisten Mata Kuliah Fisika Kimia Perairan (2007/2008), Teknik dan Penanganan Lingkungan Akuakultur (2007/2008), Teknik Pemberian Pakan Ikan (2007/2008), Fisiologi Pertumbuhan Biota Akuatik (2008/2009), Mikrobiologi Akuatik (2008/2009), Dasar-dasar Akuakultur (2008/2009), Kualitas Air dan Tanah (2008/2009), Teknik Pemberian Pakan Ikan (2008/2009), serta Fisika Kimia Perairan (2008/2009). Dalam usaha menambah wawasan di bidang akuakultur, penulis melakukan Praktek Pembenihan dan Pembesaran udang vaname di PT. Centralpertiwi Bahari Rembang, Jawa Tengah dan PT. Surya Windu Kartika Banyuwangi, Jawa Timur pada bulan Juli - Agustus 2007. Tugas akhir di perguruan tinggi Penulis selesaikan dengan menulis Skripsi yang berjudul “ Kinerja Pertumbuhan Ikan Gurame Osphronemus gouramy Lac. yang Dipelihara pada Media Bersalinitas 0, 3, 6 dan 9 ppt dengan Paparan Medan Listrik”.


(18)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Gurame ... 3

2.2 Osmoregulasi dan Salinitas ... 4

2.3 Medan Listrik ... 6

2.4 Sifat Listrik dalam Air ... 7

2.5 Respon Ikan terhadap Medan Listrik ... 7

2.6 Elektroreseptor pada Ikan ... 8

2.7 Efek Medan Listrik terhadap Jaringan Hidup ... 9

2.8 Pencernaan pada Ikan ... 10

2.9 Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup ... 11

2.10 Kualitas Air ... 11

2.10.1 Suhu ... 12

2.10.2 pH ... 12

2.10.3 Oksigen Terlarut ... 13

2.10.4 Daya Hantar Listrik ... 13

2.10.5 Amonia ... 14

2.10.6 Nitrit ... 15

2.10.7 Alkalinitas ... 16

2.10.8 Kesadahan ... 16

III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat ... 17

3.2 Alat dan Bahan ... 17

3.3 Rancangan Percobaan ... 17

3.4 Prosedur Penelitian ... 18

3.4.1 Persiapan Wadah ... 18

3.4.2 Media Pemeliharaan Ikan ... 18

3.4.3 Pengadaptasian Ikan ... 18

3.4.4 Perlakuan dan Pemeliharaan Ikan Uji ... 19

3.4.5 Pemberian Paparan Medan Listrik ... 19

3.5 Parameter yang Diamati ... 21

3.5.1 Parameter Biologi ... 21

3.5.2 Parameter Kualitas Air... 23


(19)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil ... 25

4.1.1 Tingkat Kelangsungan Hidup ... 25

4.1.2 Laju Pertumbuhan Bobot Harian ... 26

4.1.3 Pertumbuhan Bobot... 27

4.1.4 Pertumbuhan Panjang Mutlak ... 28

4.1.5 Rasio Panjang Usus Terhadap Panjang Total Tubuh (PU/PT) .. 29

4.1.6 Efisiensi Pemberian Pakan ... 30

4.1.7 Kualitas Air ... 31

4.2 Pembahasan ... 32

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 41

5.2 Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42


(20)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Persentase nilai amonia tidak terionisasi yang terlarut dalam air pada suhu

dan pH yang berbeda (Boyd, 1988) ... 14 2. Klasifikasi Perairan Berdasarkan Nilai Kesadahan... 16 3. Kisaran Parameter Kualitas Air Media Pemeliharaan Benih Ikan Gurame

Osphronemus gouramy Lac. Pada Setiap Wadah Perlakuan Selama


(21)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Denah Susunan Akuarium Percobaan... 18 2. Skema Susunan Alat Percobaan... 20 3. Histogram Tingkat Kelangsungan Hidup (%) Benih Ikan Gurame Pada

Setiap Perlakuan Selama Pemeliharaan ... 25 4. Histogram Laju Pertumbuhan Bobot Harian (%) Benih Ikan Gurame Pada

Setiap Perlakuan Selama Pemeliharaan ... 26 5. Hubungan lama waktu pemeliharaan (X) dengan bobot rata-rata (Y) benih

ikan gurame yang diberi perlakuan salinitas 0, 3, 6, dan 9 ppt dengan

paparan listrik 10 volt. ... 27 6. Histogram Pertumbuhan Panjang Mutlak (cm) Benih Ikan Gurame Pada

Setiap Perlakuan Selama Pemeliharaan ... 28 7. Histogram Rasio PU/PT Benih Ikan Gurame Pada Setiap Perlakuan

Selama Pemeliharaan ... 29 8. Histogram Efisiensi Pemberian Pakan (%) Benih Ikan Gurame Pada


(22)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Tingkat Kelangsungan Hidup (SR)... 47 2. Laju Pertumbuhan Bobot Harian (SGR) ... 47 3. Pertumbuhan Bobot... 48 4. Pertumbuhan Panjang Mutlak (PM) ... 49 5. Rasio Panjang Usus Terhadap Panjang Tubuh (PU/PT)... 50 6. Efisiensi Pakan (EP)... 51 7. Kualitas Air ... 52 8. Total Penerimaan ... 55


(23)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan gurame Osphronemus gouramy sebagai komoditas ikan air tawar memiliki alat pernapasan tambahan berupa labirin yang mulai terbentuk pada umur 18 hari–24 hari sehingga dapat bertahan hidup pada perairan yang kurang oksigen karena mampu mengambil oksigen dari udara bebas (Standar Nasional Indonesia (SNI): 01-6485.2-2000). Ikan gurame yang rasa dagingnya sangat lezat ini memiliki potensi untuk dibudidayakan secara komersial karena mempunyai nilai ekonomis tinggi. Usaha budidaya ikan gurame dapat dikelompokkan menjadi usaha pembenihan, usaha pendederan dan usaha pembesaran. Akan tetapi, masih banyak ditemukan kendala dalam usaha budidaya ikan gurame, salah satu kendalanya adalah pertumbuhannya yang relatif lambat dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya. Untuk mencapai ukuran konsumsi dengan berat badan minimal 500 gram dari benih yang berukuran 1 gram memerlukan waktu pemeliharaan lebih dari satu tahun (Sarwono dan Sitanggang, 2007).

Strategi yang dilakukan dalam meningkatkan pertumbuhan ikan gurame antara lain melalui pendekatan lingkungan yaitu dengan memanfaatkan media pemeliharaan bersalinitas dan paparan medan listrik. Salinitas sebagai salah satu parameter kualitas air secara langsung berpengaruh terhadap metabolisme tubuh ikan, terutama proses osmoregulasi. Salah satu aspek fisiologi ikan yang dipengaruhi oleh salinitas adalah tekanan osmotik dan konsentrasi cairan tubuh (Holiday, 1969). Salinitas berhubungan erat dengan tekanan osmotik air. Semakin tinggi salinitas, semakin tinggi tekanan osmotik air (Boyd, 1982). Darah ikan air tawar memiliki tekanan osmotik sekitar 6 atm atau setara dengan 7000 mg/l sodium klorida (NaCl) (Mackee dan Wolf, 1963 dalam Boyd, 1982). Ikan air tawar dapat hidup baik pada air laut dengan level salinitas tersebut. Hasil penelitian Dewi (2006), benih ikan gurame ukuran 3-6 cm yang dipelihara pada media bersalinitas 3 ppt memiliki tingkat kelangsungan hidup yang tinggi yaitu 92,27%. Salinitas juga berpengaruh terhadap nilai konduktivitas air. Menurut Nybakken (1988), air yang bersalinitas lebih tinggi, memiliki konduktivitas yang lebih tinggi pula. Hal ini disebabkan air bersalinitas mengandung garam-garam


(24)

2

elektrolit yang bermuatan negatif lebih tinggi, sehingga daya hantar listriknya meningkat.

Paparan medan listrik sebagai faktor eksternal dari lingkungan yang berupa rangsangan induksi medan listrik. Mekanisme interaksi induksi medan listrik dapat menimbulkan efek pada jaringan biologi (Itegin dan Gunay, 1993 dalam Sitio, 2008). Menurut Nair (1989), induksi pada benda hidup disebabkan adanya muatan-muatan listrik bebas yang terdapat pada ion kaya cairan seperti darah, getah bening, saraf dan otot yang dapat terpengaruh gaya yang dihasilkan oleh aliran arus listrik. Ikan dapat merespon arus listrik karena memiliki organ electroreceptor (Lismann dan Machin, 1958 dalam Hoar dan Randall, 1971). Dengan demikian, induksi medan listrik diharapkan dapat merangsang kerja otot polos pada usus ikan dan dapat membantu penyerapan sari-sari makanan dalam usus ikan menjadi lebih baik, sehingga pertumbuhan ikan juga menjadi lebih baik.

Dari beberapa hasil penelitian di atas, pendekatan lingkungan yang memanfaatkan media pemeliharaan bersalinitas dan paparan medan listrik menunjukkan hal yang sama dan sinergis yaitu memberikan pengaruh positif terhadap tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan gurame. Hasil penelitian Sitio (2008), pemberian medan listrik hingga 10 volt pada media pemeliharaan bersalinitas 3 ppt masih memberikan pengaruh yang baik terhadap tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan gurame ukuran 2-4 cm. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh media pemeliharaan bersalinitas yang lebih tinggi konsentrasinya terhadap kinerja pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan gurame yang diberi paparan medan listrik 10 volt.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media pemeliharaan bersalinitas 0, 3, 6 dan 9 ppt terhadap kinerja pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan gurame ukuran 6-8 cm yang diberi paparan medan listrik 10 volt selama tiga menit sebelum pemberian pakan.


(25)

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi Ikan Gurame

Ikan gurame Osphronemus gouramy Lac. sebagai ikan budidaya sudah ditulis orang sebagai ikan konsumsi dan ikan hias sejak tahun 1802. Publikasi secara besar-besaran tentang ikan gurame berlangsung pada tahun 1895. Ikan gurame asli berasal dari Kepulauan Sunda Besar, penyebarannya sebagai ikan budidaya meliputi wilayah di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Malaysia, Thailand, Cina, India, Srilangka, Kepulauan Sychillin, dan Australia (Sarwono dan Sitanggang, 2007).

Adapun klasifikasi ikan gurame menurut Standar Nasional Indonesia (SNI): 01-6485.2-2000 adalah sebagai berikut :

Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii Ordo : Perciformes

Subordo : Belontiidae

Famili : Osphronemidae Genus : Osphronemus

Spesies : Osphronemus gouramy Lac.

Ikan gurame memiliki badan yang pipih, agak panjang dan lebar. Badan itu tertutup sisik yang kuat dengan tepi agak kasar. Mulutnya kecil, letaknya miring, bibir bawah terlihat menonjol sedikit dibandingkan bibir atas, ujung mulut dapat disembulkan. Ikan ini biasa hidup di sungai, rawa, dan danau serta cocok dipelihara di air tenang. Selain di air tawar, ikan gurame dapat pula menyesuaikan diri dan hidup di perairan payau yang kadar garamnya rendah (Sarwono dan Sitanggang, 2007). Ikan ini tergolong ikan yang peka terhadap suhu rendah, suhu optimal untuk ikan gurame berkisar antara 28-32 oC (Huet, 1971 dan Hardjamulia, 1978 dalam Dewi, 2006).

Ikan gurame bersifat omnivora, jenis makanan yang diberikan dibedakan berdasarkan stadia umur, untuk larva atau benih biasanya diberikan berbagai jenis fitoplankton dan zooplankton antara lain Rotifera, Chlorella, Infusoria, Artemia


(26)

4

dan Daphnia, sedangkan ikan gurame dewasa biasanya diberikan daun tumbuhan yang lunak dan pakan buatan (Jangkaru, 2003).

2.2 Osmoregulasi dan Salinitas

Osmoregulasi adalah proses pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh yang layak bagi kehidupan organisme air termasuk ikan yang menyebabkan proses fisiologis organ tubuh berjalan normal (Rahardjo, 1980). Proses fisiologis dalam tubuh akan berjalan normal apabila keseimbangan konsentrasi garam cairan tubuh dengan lingkungannya dapat dipelihara dan dijaga. Menurut Watanabe (1988), secara signifikan, sejumlah mineral dapat diabsorbsi dari air secara langsung. Lebih jauh lagi, sebagian besar vertebrata hanya mampu mengekskresikan regulasi minimal dari mineral yang terabsorbsi melalui makanan. Walaupun demikian, sebagian besar spesies dapat melakukan regulasi apabila konsentrasi ion-ion dalam cairan tubuhnya demikian dijaga, agar lingkungan internalnya tetap konstan. Hal ini dicapai oleh ikan melalui proses pengaturan ion dan osmotik pada ginjal dan insang.

Gilles dan Jeaniaux (1979) dalam Dewi (2006) menyatakan bahwa osmoregulasi pada organisme akuatik dapat dilakukan dalam dua cara diantaranya yaitu: 1. Menjaga osmokonsentrasi cairan di luar sel (ekstraseluler) organ tetap konstan terhadap apapun yang terjadi pada salinitas medium eksternalnya, 2. memelihara isoosmotik cairan dalam sel atau (interseluler) terhadap cairan luar sel (ekstraseluler). Tiap spesies memiliki kisaran salinitas optimum. Di luar kisaran ini ikan harus mengeluarkan energi lebih banyak untuk osmoregulasi daripada untuk pertumbuhan (Boyd, 1990).

Cairan tubuh ikan air tawar mempunyai tekanan osmotik yang lebih besar daripada lingkungannya, sehingga garam-garam tubuh cenderung keluar dan air cenderung masuk ke dalam tubuhnya secara osmotik melalui permukaan kulit yang semipermiabel (Gilles dan Jeaniaux, 1979 dalam Dewi, 2006). Menurut Stickney (1979), salah satu cara penyesuaian ikan terhadap lingkungan ialah pengaturan keseimbangan air dan garam dalam jaringan tubuhnya, karena sebagian hewan vertebrata air mengandung garam dengan konsentrasi yang berbeda dari media lingkungannya. Ikan harus mengatur tekanan osmotiknya


(27)

5

untuk memelihara keseimbangan cairan tubuhnya setiap waktu. Pengaturan tekanan osmotik ini merupakan faktor pengatur fungsi fisiologis organ tubuh yang memerlukan energi. Apabila salinitas lingkungan mendekati salinitas cairan tubuh ikan, maka energi hasil metabolisme hampir tidak dipergunakan untuk penyesuaian diri dengan tekanan osmotik lingkungannya. Ikan yang dipelihara dalam air media dengan salinitas lingkungan yang tidak sesuai dengan konsentrasi garam fisiologis tubuhnya, menyebabkan energi dari anabolisme makanan dipakai untuk keperluan kegiatan fisik dan pergantian sel tubuh dengan lingkungannya (metabolisme basal), sehingga proses pertumbuhan terhambat (Stickney, 1979).

Tekanan osmotik air akan semakin meningkat dengan meningkatnya salinitas. Darah ikan air tawar memiliki tekanan osmotik sekitar 6 atm atau setara dengan 7000 mg/l sodium klorida (NaCl) (Mackee dan Wolf, 1963 dalam Boyd, 1982). Ikan air tawar dapat hidup baik pada air laut dengan level salinitas tersebut. Menurut Dewi (2006), benih gurame ukuran 3-6 cm yang dipelihara pada media bersalinitas 3 ppt memiliki tingkat kelangsungan hidup yang tinggi yaitu 92,27%. Salah satu fungsi homeostatis yang terpenting pada organisme hidup adalah regulasi lingkungan osmotik internal yang tepat, mekanisme pengaturan keseimbangan cairan tubuh inilah yang merupakan fungsi osmoregulasi (Yuwono, 2001).

Salinitas adalah konsentrasi total ion yang terdapat di perairan (Boyd, 1988). Menurut Effendi (2003), salinitas menggambarkan padatan total di dalam air, setelah semua karbonat dikonversi menjadi oksida, semua bromida dan iodida digantikan oleh klorida, dan semua bahan organik telah dioksidasi. Salinitas dinyatakan dalam satuan g/kg atau promil (o/oo).

Tujuh ion utama yang berkontribusi terhadap salinitas adalah sodium, potassium, kalsium, magnesium, chloride, sulfate, dan bicarbonate. Air biasanya hanya mengandung sedikit unsur phosphorus, inorganik nitrogen, besi, mangan, zinc, copper, boron, dan unsur lain. Pada daerah estuari, salinitas air diestimasi berdasarkan konsentrasi chloride (Swingel, 1969 dalam Boyd, 1982).

Menurut Holliday (1969), dalam batas-batas tertentu, setiap organisme mempunyai daya tahan atau tingkat toleransi terhadap perubahan lingkungan. Kemampuan penyesuaian diri terhadap perubahan-perubahan tersebut tergantung


(28)

6

ketahanan jaringan dan pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh. Jika perubahannya di luar kisaran toleransi, maka laju pertumbuhan ikan dapat menurun dan bahkan dapat menyebabkan kematian mendadak atau berangsur-angsur.

Salinitas berhubungan erat dengan tekanan osmotik air. Semakin tinggi salinitas, semakin tinggi tekanan osmotik air (Boyd, 1982). Salinitas mempengaruhi kondisi internal hewan air. Tekanan osmotik dan konsentrasi ion cairan tubuh merupakan salah satu faktor yang ada dalam sifat kimia air dan keberadaannya di dalam air dapat menjadi faktor penghambat atau pemacu pertumbuhan ikan.

2.3 Medan Listrik

Medan listrik alami terdapat pada banyak lingkungan perairan berasal dari faktor abiotik dan biotik. Medan listrik alami yang berasal dari faktor abiotik, sebagian besar merupakan Direct Current (DC) atau dalam frekuensi yang rendah jenis Alternating Current (AC), dalam selang kurang dari satu atau beberapa putaran per sekon (Hz). Medan listrik yang terbentuk, berasal dari proses-proses geochemical dan aliran air menuju medan magnet bumi. Medan listrik alami yang berasal dari faktor biotik berada dalam Direct Current (DC) berasal dari kumpulan oscillator, dimana semua sel-sel mengalami kebocoran atau kehilangan ion-ion dan itulah yang menjadi sumber dari arus DC. Hal yang menjadi sumber paling penting secara ekologi dari kutub medan oscilasi adalah diproduksi oleh ritme dari kontraksi otot sepanjang ventilasi insang dan pergerakan undulatori. Lebih dari 60 spesies hewan, 9 filum yang telah diketahui memiliki frekuensi rendah dari medan listrik di seluruh permukaan tubuhnya (Albert dan Crampton, 2006).

Menurut Kanginan (1995), medan listrik merupakan vektor, yaitu memiliki besaran dan arah. Kuat medan listrik pada dua keping sejajar yang diberi muatan listrik yang sama tetapi berlawanan jenis positif dan negatif, dipengaruhi oleh potensial listrik (volt) dan jarak antara kedua keping (m). Semakin besar jarak antara dua keping, maka semakin kecil kuat medan listriknya.


(29)

7

2.4 Sifat Listrik dalam Air

Menurut Suharyanto (2003), bila elektroda logam dicelupkan ke dalam air, maka voltase maupun arus listrik akan menyebar dengan pola garis-garis lengkung yang menghubungkan katoda dan anoda. Sedangkan garis-garis equipotential digambarkan memotong garis-garis arus secara tegak lurus sehingga membentuk garis berpola melingkar dan bertitik pusat pada kedua elektroda.

Pada air yang bersalinitas lebih tinggi memiliki konduktivitas yang lebih tinggi pula, sehingga garis-garis equipotential cenderung lebih menyebar. Hal ini disebabkan air bersalinitas mengandung garam-garam elektrolit yang bermuatan negatif lebih tinggi sehingga daya hantar listriknya meningkat. Sebaliknya pada air bersalinitas rendah, garis-garis ini cenderung lebih mengumpul (Nybakken, 1988). Cowx dan Lamarque (1990) dalam Suharyanto (2003), menyatakan bahwa di dalam air, semakin jauh jarak antara elektroda akan menyebabkan arus listrik semakin lemah dan gradien voltase semakin rendah. Berdasarkan kekuatan arus atau gradien tersebut, terbentuklah zona atau area efektif dan area berbahaya.

Bagi ikan-ikan yang berada disekitar elektroda dalam air akan mendapatkan area berbahaya (danger zone) yang terletak dekat pusat elektroda dan area efektif yang terletak disebelah luar area berbahaya. Semua garis-garis potensial di air tawar didistorsi dengan arah mengumpul pada tubuh ikan sehingga ikan terpengaruh dengan baik oleh medan listrik (Halsband, 1959 dalam Arnaya, 1980).

2.5 Respon Ikan terhadap Medan Listrik

Media yang dapat dialiri arus listrik dan bersifat konduktor listrik pada ikan adalah otot dan cairan tubuhnya (Suharyanto, 2003). Perbedaan daya hantar atau konduktivitas di antara tubuh ikan (γf) dan air (γw) sangat menentukan biota air tersebut mudah atau sukar dalam merespon arus listrik. Jika γf ≤γw maka biota air sulit merespon medan listrik demikian juga sebaliknya jika γf >γw ikan akan lebih mudah merespon medan listrik. Nilai konduktivitas γf dan γw mempengaruhi nilai body voltage (voltase antara kepala dan ekor). Pada air yang memiliki nilai konduktivitas yang tinggi akan diikuti nilai body voltage yang tinggi juga. Semakin tinggi nilai body voltage ikan akan semakin mudah merespon arus listrik,


(30)

8

karena arus listrik mengalir secara terpusat melalui tubuh ikan (Holzer, 1957 dan Halsband, 1959 dalam Suharyanto, 2003).

2.6 Elektroreseptor pada Ikan

Elektroreseptor pada ikan merupakan modifikasi dari bagian horizontal skeletogenous septum (lateral line) (Hoar dan Randall, 1971). Ikan dapat merespon arus listrik karena memiliki organ elektroreseptor. Pemberian listrik yang rendah di sekitarnya dapat menimbulkan respon yang luar biasa pada elektroreseptor tersebut. Menurut Albert dan Crampton (2006), elektroreseptor merupakan sensor, seperti indera pendengaran, informasi dari elektrosensori diatur menggunakan waktu dan frekuensi isyarat. Seperti indera penglihatan, informasi dari elektrosensori ditransmisikan hampir secara langsung. Seperti indera penciuman, rasa, dan pendengaran intensitas yang dirasakan dari rangsangan elektrik meningkat dengan semakin dekatnya jarak dengan sumber rangsangan. Seperti indera peraba, input dari elektrosensori menyampaikan informasi tentang bentuk dan tekstur elektrik dari objek pada lingkungan sekitar.

Hanya vertebrata yang diketahui memiliki sistem sensor khusus yang dapat mengubah sinyal non listrik menjadi bermuatan listrik pada daerah sekitar medan listrik menjadi aksi potensial dengan fungsi dari sel-sel sensori dan mengirimkan informasi tersebut dengan integritas spasial, artinya diberikan oleh serabut-serabut syaraf kepada pusat sel syaraf. Kemampuan untuk memproduksi sistem koordinasi, stereotipe medan listrik eksternal, atau organ elektrik khusus juga diketahui hanya terdapat pada ikan (Albert dan Crampton, 2006). Hal tersebut digunakan untuk kegiatan predasi, pertahanan, orientasi, atau komunikasi. Karena aliran listrik memerlukan medium penghantar, semua spesies akuatik memiliki elektroresepsion atau elektrogenesis.

Pada vertebrata ada yang memiliki passive electroreception dan active electroreception (Albert dan Crampton, 2006). Passive electroreception adalah deteksi dari medan listrik eksternal secara alami atau yang bersal dari jaringan hidup yang digunakan dalam orientasi dan keberadaan mangsa. Hewan yang memiliki passive electroreception berbeda dengan active electroreception. Pada hewan tersebut tidak dapat membangkitkan sendiri medan listrik untuk


(31)

9

mendeteksi objek. Passive electroreception pada vertebrata diasosiasikan dengan sederetan peripheral (syaraf tepi) dan struktur pusat neural (syaraf), termasuk sel kulit, reseptor sel rambut sebelah dalam yang sama dengan syaraf-syaraf pada lateral line, dengan target utama pada bagian khusus inti otak bagian sebelah belakang dan pusat pemrosesan dalam otak bagian belakang, otak bagian tengah, dan thalamus.

2.7 Efek Medan Listrik terhadap Jaringan Hidup

Menurut Fathony (2004), medan dan arus listrik pada frekuensi rendah apabila berinteraksi dengan jaringan biologik dapat mengakibatkan efek fisiologik maupun psikologik. Medan listrik diduga dapat menimbulkan efek pada jaringan hidup (Itegin dan Gunay, 1993 dalam Nuryandani, 2005). Mekanisme interaksi medan listrik dengan benda hidup berupa induksi medan dan juga arus listrik pada jaringan biologi. Induksi pada benda hidup disebabkan adanya muatan-muatan listrik bebas yang terdapat pada ion kaya cairan seperti darah, getah bening, syaraf, dan otot yang dapat terpengaruh gaya yang dihasilkan oleh muatan-muatan dan aliran arus listrik (Nair, 1989).

Besaran medan dan arus listrik ditentukan oleh hubungan kompleks diantara banyak faktor, termasuk frekuensi dan intensitas medan, sifat kelistrikan jaringan tubuh, dan kondisi paparan. Jika tubuh menyerap intensitas medan listrik dan magnetik yang relatif cukup, maka hal ini akan merangsang sistem syaraf dan otot-otot dalam tubuh. Bahkan pada intensitas yang rendah pun, akan berpengaruh pada aktivitas modulasi di dalam otak maupun sifat syaraf (Fathony, 2004).

Pemberian medan listrik memberikan pengaruh pada amplitudo dan frekuensi kontraksi otot polos pada usus halus kelinci (Nuryandani, 2005). Otot polos dapat dirangsang oleh berbagai stimulus antara lain melalui saraf dan hormon (Hill dan Wayse, 1989 dalam Nuryandani, 2005). Salah satu perubahan fisis selama terjadi kontraksi otot pada usus adalah perubahan tegangan dan panjang (Goenarso, 2003 dalam Suarga, 2006).


(32)

10

2.8 Pencernaan pada Ikan

Ikan termasuk hewan yang memiliki saluran pencernaan yang lengkap. Saluran pencernaan ikan terdiri dari segmen mulut, rongga mulut, faring, esofagus, lambung, piloric cecae, usus, rektum, dan anus. Menurut Michel (2006), sebelum terjadi pencernaan makanan di dalam tubuh ikan, keberhasilan ikan dalam mendeteksi makanan menjadi faktor penting. Oleh karena itu, sistem sensor kimia pada ikan atau chemoreseption disusun untuk mendeteksi substansi kimia yang terlarut di dalam air, dimana rangsangan kimia memainkan peranan yang penting dalam pencarian makanan dan kebiasaan makan pada ikan. Rangsangan kimia ini akan ditangkap oleh sistem olfactory yang mampu mempelajari rangsangan pemberian pakan.

Usus sebagai salah satu segmen saluran pencernaan ikan yang berfungsi sebagai tempat terjadinya pencernaan dan penyerapan sari-sari makanan. Perbandingan panjang usus dengan panjang tubuh ikan herbivora (pemakan nabati) adalah 3,70-6,0, ikan omnivora (pemakan nabati dan hewani) 1,30-4,20 dan ikan karnivora (pemakan hewani) adalah 0,50-2,40 panjang tubuh (Opuszynski dan Shireman, 1995).

Ikan gurame adalah salah satu jenis ikan pemakan tumbuh-tumbuhan air yang mempunyai usus yang pendek dibandingkan ikan jenis herbivora lainnya. Menurut Affandi (1993), ikan gurame yang panjang total tubuhnya antara 3,8-5,0 cm mempunyai rasio panjang usus terhadap panjang total tubuh (PU/PT) sebesar 0,62-1,02, yang berukuran panjang total 8,9-11,9 cm mempunyai rasio panjang usus terhadap panjang total tubuh sebesar 1,11-1,64. Sedangkan yang berukuran panjang total 13,5-15 cm mempunyai rasio panjang usus terhadap panjang total tubuh sebesar 1,31-2,31. Nilai-nilai tersebut menunjukkan bahwa saluran pencernaan ikan gurame masih mengalami perkembangan walaupun strukturnya telah sempurna (memiliki segmen-segmen yang lengkap). Dengan demikian selama pertumbuhannya, ikan gurame mengalami perubahan dalam hal perbandingan PU/PT dari karakter ikan omnivora atau herbivora (Yandes, 2003).


(33)

11

2.9 Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup

Menurut Effendie (1979), pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai perubahan ukuran panjang, berat dan volume dalam jangka waktu tertentu. Menurut Watanabe (1988), pertumbuhan pada hewan didefinisikan sebagai korelasi antara pertambahan bobot tubuh pada waktu tertentu, bergantung pada spesies. Pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor internal seperti spesies, genetic strain, jenis kelamin dan faktor eksternal seperti kualitas pakan, serta lingkungan yaitu suhu, ketersediaan oksigen, zat-zat terlarut, dan faktor lingkungan lainnya. Laju pertumbuhan adalah karakteristik setiap spesies dan termasuk ke dalam tahap perkembangan.

Pertumbuhan dibagi menjadi dua, yaitu pertumbuhan mutlak dan pertumbuhan nisbi (Effendie, 1979). Pertumbuhan mutlak adalah ukuran rata-rata ikan pada umur tertentu, sedangkan pertumbuhan nisbi adalah panjang atau berat yang dicapai dalam satu periode waktu tertentu yang dihubungkan dengan panjang atau berat pada awal periode tersebut. Pertumbuhan maksimum baik bobot maupun ukuran tercapai jika ditunjang oleh nutrisi yang optimum. Pertumbuhan yang sesungguhnya meliputi peningkatan dalam struktur jaringan seperti otot dan tulang serta organ-organ (Watanabe, 1988).

Kelangsungan hidup secara langsung dipengaruhi oleh lingkungan perairan (Holiday, 1969 dalam Dewi, 2006). Salinitas merupakan salah satu faktor penting untuk kelangsungan hidup dan metabolisme ikan. Selain itu pada konsentrasi tertentu, garam juga berfungsi mematikan bakteri air tawar, parasit, dan jamur ikan tertentu. Kelangsungan hidup ikan air tawar di dalam lingkungan bergantung pada jaringan insang, laju konsentrasi oksigen, daya tahan atau toleransi jaringan terhadap garam-garam, dan kontrol permeabilitas (Black, 1957 dalam Sitio, 2008).

2.10 Kualitas Air

Air sebagai media tempat hidup biota akuatik yang salah satunya adalah ikan, sehingga harus mampu memenuhi persyaratan secara kualitas dan kuantitas agar dapat mendukung pertumbuhan dan kelangsungan hidup biota akuatik tersebut. Menurut Weatherley (1972) dalam Sitio (2008), faktor-faktor lingkungan


(34)

12

yang mempengaruhi kehidupan organisme akuatik adalah suhu, pH, oksigen terlarut, amonia, dan nitrit.

2.10.1 Suhu

Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), ketinggian dari permukaan laut (altitude), waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran serta kedalaman badan air. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan biologi badan air. Suhu juga sangat berperan mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Organisme akuatik memiliki kisaran suhu tertentu (batas atas dan bawah) yang disukai bagi pertumbuhannya (Effendi, 2003). Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi, dan volatilisasi. Peningkatan suhu juga menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air, misalnya gas O2, CO2, N2, CH4, dan sebagainya (Haslam,1995 dalam Effendi, 2003).

Menurut Effendi (2003), peningkatan suhu juga menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air, dan selanjutnya mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen. Peningkatan suhu perairan sebesar 10o C menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen oleh organisme akuatik sekitar 2-3 kali lipat. Suhu yang optimal untuk pertumbuhan ikan gurame adalah berkisar pada suhu 24,9o C – 28o C ( Hardjamulia, 1978 dalam Khairuman dan Amri, 2003).

2.10.2 pH

Nilai pH didefinisikan sebagai log negatif dari konsentrasi ion hidrogen (Boyd, 1990; Goldman dan Horne, 1990 dalam Sitio, 2008). pH air memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan ikan. Nilai pH yang mematikan bagi ikan, yaitu kurang dari 4 dan lebih dari 11. Pada pH kurang dari 6,5 atau lebih dari 9,5 dalam waktu yang lama, akan mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksi ikan. Perairan yang produktif adalah perairan yang mempunyai kisaran pH antara 6,5-9 (Boyd, 1982).

Mackereth et al. (1989) dalam Effendi (2003), berpendapat bahwa pH juga berkaitan erat dengan karbondioksida dan alkalinitas. Pada pH < 5, alkalinitas dapat mencapai nol. Semakin tinggi nilai pH, semakin tinggi pula nilai alkalinitas dan semakin rendah kadar karbondioksida bebas. pH juga mempengaruhi


(35)

13

toksisitas suatu senyawa kimia. Senyawa amonium yang dapat terionisasi banyak ditemukan pada perairan yang memiliki pH rendah. Amonium tidak bersifat toksik, namun pada suasana pH yang tinggi, lebih banyak ditemukan amonia yang tidak terionisasi dan bersifat toksik.

2.10.3 Oksigen Terlarut

Oksigen terlarut dalam air berasal dari hasil fotosintesis oleh fitoplankton atau tanaman air dan difusi dari udara bebas (Effendi, 2003). Ketersediaan oksigen terlarut merupakan faktor pembatas dalam pemeliharaan ikan. Menurut Goddard (1996) dalam Sitio (2008), oksigen merupakan kebutuhan vital bagi organisme untuk menghasilkan energi. Energi tersebut penting untuk fungsi metabolisme, termasuk penyerapan dan asimilasi makanan serta pertumbuhan.

Jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh organisme akuatik bergantung pada spesies, ukuran, jumlah pakan yang dimakan, aktivitas, suhu air, konsentrasi oksigen terlarut dan lain-lain (Boyd, 1990). Kandungan oksigen < 1 mg/l bersifat lethal bagi ikan bila terpapar dalam waktu beberapa jam, dalam air yang mengandung oksigen 1-5 mg/l ikan dapat bertahan tetapi pertumbuhannya lambat, sedangkan pada air dengan kandungan oksigen terlarut >5 mg/l ikan dapat hidup dan tumbuh secara normal (Swingel, 1969 dalam Boyd, 1982). Menurut Sarwono dan Sitanggang (2007), kandungan oksigen terlarut yang terbaik untuk pemeliharaan gurame antara 4-6 mg/l.

2.10.4 Daya Hantar Listrik

Daya Hantar Listrik (DHL) atau konduktivitas adalah gambaran numerik dari kemampuan air untuk meneruskan aliran listrik. Oleh karena itu, semakin banyak garam-garam terlarut yang dapat terionisasi, semakin tinggi pula nilai DHL. Reaktivitas, bilangan valensi, dan konsentrasi ion-ion terlarut sangat berpengaruh terhadap nilai DHL. Asam, basa, dan garam merupakan penghantar listrik atau konduktor yang baik (APHA,1976; Mackereth et al., 1989 dalam Effendi, 2003).

Menurut Yuwono (2001), daya hantar listrik atau konduktivitas adalah ukuran kemampuan suatu zat menghantarkan arus listrik dalam temperatur tertentu yang dinyatakan dalam micromhos per centimeter oC (μmhos/cm oC). Satuan yang lebih umum digunakan adalah microSiemens per centimeter


(36)

14

(μSiemens/cm). Air suling (aquades) memiliki nilai DHL sekitar 1 μmhos/cm, sedangkan perairan alami sekitar 20-1500 μmhos/cm (Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003). Perairan laut memiliki nilai DHL yang sangat tinggi karena banyak mengandung garam terlarut (APHA, 1976 dalam Effendi, 2003).

2.10.5 Amonia

Sumber-sumber amonia di perairan berasal dari metabolisme ikan, pemupukan, dan pembusukan hasil aktivitas bakteri pengurai komponen nitrogen (Boyd, 1982). Di perairan alami, pada suhu dan tekanan normal amonia (NH3) berada dalam bentuk gas dan membentuk kesetimbangan dengan gas amonium (NH4+). Kesetimbangan antara gas amonia dan gas amonium ditunjukan dalam persamaan reaksi sebagai berikut.

NH3 + H2O NH4+ + OH-

Amonia bersifat toksik pada ikan sedangkan ion amonium relatif tidak bersifat toksik pada ikan. Total nilai dari NH3 dan NH4+ dikenal dengan Total Amonia Nitrogen (TAN). Menurut Novotny dan Olem (1994) dalam Effendi (2003), amonia yang terukur di perairan berupa amonia total (NH3 dan NH4+). Amonia bebas tidak dapat terionisasi, sedangkan amonium (NH4+) dapat terionisasi. Hubungan antara kadar amonia total dan amonia bebas pada berbagai pH dan suhu ditunjukkan dalam (Tabel 1). Persentase amonia bebas meningkat dengan meningkatnya nilai pH dan suhu perairan. Pada pH 7 atau kurang, sebagian besar amonia akan mengalami ionisasi. Sebaliknya, pada pH lebih besar dari 7, amonia tak terionisasi yang bersifat toksik terdapat dalam jumlah yang lebih banyak.

Tabel 1. Persentase nilai amonia tidak terionisasi yang terlarut dalam air pada suhu dan pH yang berbeda (Boyd, 1988)

Suhu (oC) pH

26 28 30 32 7,0 0,60 0,70 0,81 0,95 7,2 0,95 1,10 1,27 1,50 7,4 1,50 1,73 2,00 2,36 7,6 2,35 2,72 3,13 3,69 7,8 3,68 4,24 4,88 5,72 8,0 5,71 6,55 7,52 8,77


(37)

15

Amonia bebas (NH3) yang tidak terionisasi (unionized) bersifat toksik terhadap organisme akuatik. Toksisitas amonia terhadap organisme akuatik akan meningkat jika terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, pH, dan suhu. Ikan tidak dapat bertoleransi terhadap kadar amonia bebas yang terlalu tinggi karena dapat mengganggu proses pengikatan oksigen oleh darah dan pada akhirnya dapat mengakibatkan sufokasi (Effendi, 2003).

Kadar amonia pada perairan alami biasanya kurang dari 0,1 mg/l (McNeely et al., 1979 dalam Effendi, 2003). Kadar amonia bebas yang tidak terionisasi (NH3) pada perairan tawar sebaiknya tidak lebih dari 0,02 mg/l. Jika kadar amonia bebas lebih dari 0,2 mg/l, perairan bersifat toksik bagi beberapa jenis ikan (Sawyer dan McCarty, 1978 dalam Effendi, 2003). Menurut Affiati dan Lim (1986) dalam Haryati (1995), pertumbuhan benih gurame masih baik, dimana kadar amonia dalam air sebesar 0,0-0,12 mg/l.

2.10.6 Nitrit

Menurut Wedemeyer (1996), nitrit terbentuk dari oksida yang merupakan buangan dari metabolisme ikan dan dekomposisi dari feses dan pakan yang tidak termakan oleh ikan. Kandungan nitrit yang berlebihan di perairan dapat mengganggu kesehatan ikan. Menurut Boyd (1990), kandungan nitrit yang berlebihan di perairan, diserap oleh ikan melalui insang ke dalam darah. Nitrit dalam darah mengoksidasi hemoglobin menjadi methemoglobin. Methemoglobin yang terbentuk tidak mampu mengikat oksigen. Menurut Wedemeyer (1996), konsentrasi methemoglobin yang normal dalam darah adalah 1-3%. Apabila konsentrasi methemoglobin dalam darah mencapai 50%, ikan akan mengalami hipoxia yang dapat menyebabkan kematian terutama apabila konsentrasi oksigen terlalu rendah.

Kadar nitrit (NO2) pada perairan relatif kecil karena segera dioksidasi menjadi nitrat (NO3). Perairan alami mengandung nitrit sekitar 0,001 mg/l dan sebaiknya tidak melebihi 0,06 mg/l (Canadian Council of Resource and Environment Ministers, 1987 dalam Effendi, 2003). Di perairan, kadar nitrit jarang melebihi 1 mg/l (Sawyer dan McCarty, 1978 dalam Effendi, 2003). Kadar nitrit yang lebih dari 0,05 mg/l dapat bersifat toksik bagi organisme perairan yang sangat sensitif (Moore, 1991 dalam Effendi, 2003).


(38)

16

2.10.7 Alkalinitas

Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam, atau dikenal dengan sebutan acid-neutralizing capacity (ANC) atau kuantitas anion di dalam air yang dapat menetralkan kation hidrogen. Alkalinitas juga diartikan sebagai kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap perubahan pH perairan (Effendi, 2003). Kation utama yang mendominasi perairan tawar adalah kalsium dan magnesium, sedangkan pada perairan laut adalah sodium dan magnesium. Anion utama pada perairan tawar adalah bikarbonat dan karbonat, sedangkan pada perairan laut adalah klorida (Barnes, 1989 dalam Effendi, 2003).

Nilai alkalinitas yang baik berkisar antara 30-500 mg/l CaCO3. Nilai alkalinitas di perairan berkisar antara 5 hingga ratusan mg/l CaCO3. Nilai alkalinitas pada perairan alami adalah 40 mg/l CaCO3 (Boyd, 1988).

2.10.8 Kesadahan

Menurut Boyd (1982), kesadahan didefinisikan sebagai konsentrasi ion-ion logam divalen dalam air yang digambarkan sebagai milligram per liter kalsium karbonat. Kesadahan total biasanya berhubungan dengan alkalinitas total karena anion dari alkalinitas dan kation dari kesadahan berasal dari peluruhan mineral karbonat. Menurut Peavy et al. (1985) dalam Effendi (2003), klasifikasi perairan berdasarkan nilai kesadahan ditunjukkan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Klasifikasi Perairan Berdasarkan Nilai Kesadahan

Kesadahan (mg/l CaCO3) Klasifikasi Perairan

<50 50 – 150 150 – 300

>300

lunak (soft)

menengah (moderately hard) sadah (hard)

sangat sadah (very hard)

Nilai kesadahan perairan tawar disarankan pada kisaran antara 10-400 mg/l CaCO3. Menurut Boyd (1982), kesadahan yang baik untuk kegiatan budidaya ikan adalah >20 mg/l CaCO3.


(39)

17

III.BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga September 2008 bertempat di Laboratorium Lingkungan Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuarium yang terdiri dari 12 buah berdimensi 20 x 20 x 20 cm3, instalasi aerasi, 4 buah lampu bohlam berdaya 10 watt, 1 unit transformator DC 5 A, 4 unit dioda, 1 unit kapasitor 500

μF, 1 unit socket dengan 4 lubang penyalur tegangan 10 volt, dan 24 buah lempeng alumunium berdimensi 10 cm x 15 cm, jangka sorong, timbangan pocket digital kapasitas 200 gram dengan ketelitian 0,01 gram, alat tulis, spektrofotometer, refraktometer, conductivitymeter, termometer raksa, DO meter, pH meter, buret, gelas piala, erlenmeyer, dan pipet volumetrik.

Sedangkan bahan yang digunakan adalah benih ikan gurame ukuran panjang total 7,18±0,30 cm dan bobot rata-rata awal 5,68±0,67 gram/ekor, pakan ikan (pellet) berkadar protein 30%, air laut salinitasnya 32 ppt, reagent pengukuran kualitas air, dan media pemeliharaan berupa air bersalinitas 3, 6, dan 9 ppt.

3.3 Rancangan Percobaan

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL), dengan 4 perlakuan dan tiga ulangan, yaitu K (tanpa salinitas atau 0 ppt), 3 (salinitas 3 ppt), 6 (salinitas 6 ppt), dan 9 (salinitas 9 ppt). Model rancangan percobaan : Yij = μ + τij + εij

Keterangan : Yij = pengamatan perlakuan ke-i ulangan ke-j

μ = rataan umum populasi

τij = pengaruh perlakuan ke-i

εij = galat percobaan perlakuan ke-i ulangan ke-j


(40)

18

K2

63

62

61

K3

33

91

31

K1

32

92

93

Gambar 1. Denah Susunan Akuarium Percobaan

3.4 Prosedur Penelitian 3.4.1 Persiapan Wadah

Sebelum digunakan akuarium dicuci dengan menggunakan sabun, setelah itu dibilas dengan air bersih dan dibiarkan sampai kering. Seluruh alat yang akan digunakan dalam penelitian seperti akuarium, selang aerasi, batu aerasi, dan serokan direndam dengan larutan klorin 3 mg/l selama satu hari. Selanjutnya, alat-alat tersebut dibilas dengan air bersih sampai bau klorinnya hilang.

3.4.2 Media Pemeliharaan Ikan

Media pemeliharaan ikan gurame adalah air tawar (0 ppt) dan air bersalinitas 3, 6, dan 9 ppt yang diperoleh dari hasil pengenceran air laut bersalinitas 32 ppt. Air tawar yang digunakan dalam pembuatan air bersalinitas 3, 6, dan 9 ppt, terlebih dahulu ditreatmen menggunakan tawas dengan dosis 50 mg/l, kemudian diendapkan selama satu minggu. Setelah itu, air tersebut dialirkan pada tandon air tawar dan didiamkan selama 3 hari dengan diberi aerasi.

3.4.3 Pengadaptasian Ikan

Ikan uji dipelihara dalam akuarium berdimensi 100 x 50 x 60 cm3. Pada saat awal tebar ikan dipuasakan selama satu hari. Selanjutnya, ikan diadaptasikan dengan pakan berupa pelet komersil berkadar protein 30% dan secara gradual ikan diadaptasikan dengan media bersalinitas 3, 6, dan 9 ppt.


(41)

19

3.4.4 Perlakuan dan Pemeliharaan Ikan Uji

Wadah perlakuan dan pemeliharaan ikan uji berupa akuarium yang telah didesinfeksi dengan kaporit dosis 3 mg/l, diisi dengan air bersalinitas 3, 6, dan 9 ppt sebagai perlakuan. Kemudian, ikan uji dimasukkan ke dalamnya dengan padat tebar 3 ekor/l. Ikan tersebut dipelihara selama 40 hari dengan pemberian pakan berupa pelet berkadar protein 30% dengan tingkat pemberian pakan (Feeding Rate) sebesar 2 % perhari dari bobot biomassa ikan. Pemberian pakan dilakukan setiap hari sebanyak 3 kali yaitu pukul 07.00, 12.00, dan 17.00 WIB. Untuk mempertahankan kualitas air media pemeliharaan, dilakukan pergantian air 2 kali pagi dan sore setiap hari sebanyak 20% dari volume air total.

3.4.5 Pemberian Paparan Medan Listrik

Pemberian paparan medan listrik dilakukan selama 3 menit sebelum ikan diberi pakan. Paparan ini, dilakukan 3 kali sehari setiap ikan akan diberi pakan. Input listrik berasal dari listrik arus bolak-balik AC yang dialirkan pada transformator untuk diproses menjadi listrik arus searah DC (Direct Current).

Agar listrik yang dihasilkan memiliki tegangan yang sesuai dengan kebutuhan, maka aliran listrik DC tersebut dialirkan ke socket yang terdiri dari 4 lubang penyalur tegangan 10 volt. Sehingga, output yang dihasilkan berupa listrik dengan tegangan 10 volt. Selanjutnya, listrik tersebut masing-masing dialirkan ke media pemeliharaan kontrol (air tawar) dan air bersalinitas 3, 6, dan 9 ppt melalui kabel tembaga yang pada bagian ujungnya telah dihubungkan dengan lempengan alumunium berdimensi 10 x 15 cm. Lempengan alumunium ini digantung di kedua sisi akuarium secara berhadapan. Pengaktifan transformator ini dilakukan setiap kali media pemeliharaan ikan akan diberi perlakuan medan listrik.


(42)

20

Socket

Transformator DC 5 A Akuarium

Alumunium


(43)

21

3.5 Parameter yang Diamati 3.5.1 Parameter Biologi a. Laju Pertumbuhan Harian

Laju pertumbuhan harian atau Spesific Growth Rate (SGR) merupakan laju pertambahan bobot individu dalam persen dan dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :

(

1

)

x100%

Wo Wt

t

= α

Keterangan: α = Laju pertumbuhan harian (%)

Wt = Bobot rata-rata ikan pada saat akhir (gram) Wo = Bobot rata-rata ikan pada saat awal (gram) t = Lama pemeliharaan (hari)

(Huisman, 1987)

b. Pertumbuhan Bobot

Menggambarkan pertambahan bobot rata-rata benih ikan gurame yang dipelihara selama perlakuan. Nilai pertumbuhan bobot ini diperoleh dari selisih bobot benih gurame saat awal pemeliharaan dengan bobot benih ikan gurame saat akhir pemeliharaan.

c. Pertumbuhan Panjang Mutlak

Panjang total tubuh ikan gurame diukur setiap satu minggu sekali dengan menggunakan jangka sorong. Pertumbuhan panjang mutlak dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

0 _ _

L

L

t

Pm = −

Keterangan : Pm = Pertumbuhan panjang mutlak (cm) = Panjang rata-rata akhir (cm)

t

L

_

= Panjang rata-rata awal (cm) 0

L


(44)

22

d. Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat kelangsungan hidup atau Survival Rate (SR) merupakan persentase jumlah ikan hidup pada akhir pemeliharaan dibandingkan dengan jumlah ikan pada awal tebar yang dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :

SR = (Nt/No) x 100% Keterangan : SR = Derajat kelangsungan hidup (%)

Nt = Jumlah ikan hidup pada akhir pemeliharaan (ekor) No = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor)

(Effendie, 1979)

e. Rasio Panjang Usus Terhadap Panjang Tubuh (PU/PT)

Pengukuran rasio panjang usus dan panjang tubuh (PU/PT) dilakukan pada awal dan akhir pemeliharaan, dengan persamaan sebagai berikut :

Rasio Panjang Usus/Panjang Tubuh = Pu/Pt Keterangan : Pu = Panjang Usus (cm)

Pt = Panjang tubuh (cm)

(Effendie, 1979)

f. Efisiensi Pemberian Pakan

Pada penelitian ini perhitungan efisiensi pakan menggunakan rumus sebagai berikut :

EP =

(

)

⎟×100%

⎠ ⎞ ⎜

⎛ + −

F Wo Wd Wt

Keterangan : EP = Efisiensi pakan (%)

Wt = Biomassa ikan akhir (gram) Wo = Biomassa ikan awal (gram) Wd = Biomassa ikan mati (gram)

F = Jumlah pakan yang diberikan (gram)


(45)

23

3.5.2 Parameter Kualitas Air a. Suhu

Pengukuran suhu pada media pemeliharaan menggunakan termometer air raksa (Hg) dengan satuan oC.

b. Oksigen terlarut

Oksigen terlarut Dissolved Oxygen (DO) merupakan jumlah mg/liter gas oksigen yang terlarut dalam air. Pengukuran DO dilakukan dengan metode instrumentasi menggunakan alat DO-meter.

c. pH

pH adalah suatu faktor lingkungan yang dipengaruhi oleh kadar CO2 terlarut dan alkalinitas. Pengukuran pH dilakukan dengan metode instrumentasi menggunakan alat pH-meter.

d. Daya Hantar Listrik (DHL)

Daya hantar listrik (DHL) atau conductivity adalah gambaran numerik dari kemampuan air untuk menghantarkan arus listrik. Nilai DHL dipengaruhi oleh kandungan garam-garam terlarut yang dapat terionisasi dalam air pada suhu saat pengukuran dilakukan. Nilai DHL dinyatakan dalam satuan mS/cm. Pengukuran DHL dilakukan dengan metode instrumentasi menggunakan alat Conductivitymeter.

e. Alkalinitas

Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam (Effendi, 2003). Pengukuran alkalinitas dengan metode titrasi menggunakan HCl 0,02 N. Dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :

Alkalinitas Total (mg CaCO3/liter) =

sampel Volume

x x

titran N x titran

Volume 100/2 1000

f. Kesadahan

Kesadahan (hardness) adalah gambaran kation logam divalen (Effendi, 2003). Kesadahan diukur menggunakan metode titrasi dengan Na-EDTA, persamaan yang digunakan dalam pengukuran kesadahan adalah :

Kesadahan total (mg CaCO3/liter) =

sampel Volume

x x titran N x titran


(46)

24

g. Total Amonia-Nitrogen (TAN)

Pengukuran total amonia-nitrogen dilakukan dengan metode phenat. Kadar amonia yang terukur pada metode ini adalah amonia total yaitu terdiri dari NH3 dan NH4+, karena pada larutan bersuasana basa kuat semua amonia berada dalam bentuk NH3. Ini berarti, amonia yang terukur adalah amonia yang secara alami ada dalam air ditambah NH3 yang berasal dari reduksi amonium (NH4+). Perhitungan konsentrasi NH3-N total (TAN) dilakukan dengan persamaan berikut :

[TAN] mg/L sebagai N = ppm NH3-N = Ast

As x Cst

Keterangan : Cst = konsentrasi larutan standar (mg/L) Ast = nilai absorbance larutan standar As = nilai absorbance larutan sampel

Konsentrasi amonia tidak terionisasi yang dinyatakan dalam milligram NH3 per liter dipengaruhi oleh nilai pH dan suhu (Tabel 1) (Boyd,1988).

h. Nitrit-Nitrogen

Nitrit-nitrogen diukur menggunakan metode Sulfanilamide (APHA, 1989). Konsentrasi (mg/l) NO2-N yang terukur pada metode ini merupakan kadar nitrogen yang terdapat pada nitrit dalam satuan mgN/liter. Untuk mengetahui kadar nitrit dalam mg NO2/L digunakan persamaan sebagai berikut :

mg NO2/L = ppm NO2-N x

N BA

NO

BM 2

= ppm NO2-N x 3,28 Keterangan : BM = berat molekul

BA = berat atom

3.6 Analisa Data

Data yang telah diperoleh kemudian ditabulasi dan dianalisis menggunakan Excell Ms. Office 2003 untuk uji Analisis Ragam (ANOVA) dengan uji F pada selang kepercayaan 95%, sedangkan program SPSS 11.5 digunakan untuk menentukan apakah perlakuan berpengaruh nyata terhadap derajat kelangsungan hidup dan pertumbuhan. Apabila berpengaruh nyata, untuk melihat perbedaan antar perlakuan akan diuji lanjut dengan uji Beda Nyata Jujur/Tukey.


(47)

25

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat kelangsungan hidup benih ikan gurame yang dipelihara selama 40 hari berkisar antara 60,00-93,33% (Gambar 3). Nilai tertinggi dicapai pada perlakuan 3 ppt sebesar 93,33% dan nilai terendah pada perlakuan 9 ppt sebesar 60,00%. Dari analisa statistik ragam (ANOVA) pada selang kepercayaan 95% (p<0,05), diperoleh hasil bahwa kontrol (0 ppt) dan perlakuan (3, 6, dan 9 ppt) yang diberi paparan listrik 10 volt tidak berbeda nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup benih ikan gurame.

66.67

93.33

83.34

60.00 y = -12.5x2 + 59.501x + 20.83

R2 = 0.961

0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00

0 3 6 9

Salinitas (ppt)

SR

(

%

)

a

a

a

a

Gambar 3. Histogram Tingkat Kelangsungan Hidup (%) Benih Ikan Gurame Pada Setiap Perlakuan Selama Pemeliharaan Keterangan : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05).

Dari hasil uji lanjut polinom orthogonal menunjukkan hubungan antara salinitas 0, 3, 6, dan 9 ppt (X) terhadap tingkat kelangsungan hidup (Y) benih ikan gurame membentuk pola kuadratik (Gambar 3). Dengan persamaan kuadratik sebagai berikut Y = -12,5x2 + 59,501x + 20,83 dan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,9610. Nilai determinasi yang didapat menunjukkan bahwa garis dugaan dari percobaan yang dilakukan mendekati keadaan sebenarnya sebesar 96,10%.


(48)

26

4.1.2 Laju Pertumbuhan Bobot Harian

Laju pertumbuhan bobot harian benih ikan gurame yang dipelihara selama 40 hari berkisar antara 0,46-1,02% (Gambar 4). Nilai tertinggi dicapai pada perlakuan 3 ppt sebesar 1,02% dan nilai terendah pada perlakuan 9 ppt sebesar 0,46%. Dari analisa statistik ragam (ANOVA) pada selang kepercayaan 95% (p<0,05), diperoleh hasil bahwa kontrol dan perlakuan berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan bobot harian benih ikan gurame.

0.62

1.02

0.86

0.46 y = -0.2009x2 + 0.9423x - 0.111

R2 = 0.975

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

0 3 6 9

Salinitas (ppt)

SG

R

(

%

)

a

b

b

a

Gambar 4. Histogram Laju Pertumbuhan Bobot Harian (%) Benih Ikan Gurame Pada Setiap Perlakuan Selama Pemeliharaan

Keterangan : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05).

Dari hasil uji lanjut Tuckey atau beda nyata jujur pada selang kepercayaan 95% (p<0,05), diperoleh hasil yang berbeda nyata antara kontrol 0 ppt dengan perlakuan 3 ppt dan 6 ppt, tetapi tidak berbeda nyata antara kontrol 0 ppt dengan perlakuan 9 ppt. Sedangkan antara perlakuan 3 ppt dengan 6 ppt tidak berbeda nyata. Akan tetapi, antara perlakuan 3 ppt dan 6 ppt dengan perlakuan 9 ppt berbeda nyata. Dari hasil uji lanjut polinom orthogonal menunjukkan hubungan antara salinitas 0, 3, 6, dan 9 ppt (X) terhadap laju pertumbuhan bobot harian (Y) benih ikan gurame membentuk pola kuadratik (Gambar 4). Dengan persamaan kuadratik sebagai berikut Y = -0,2009x2 + 0,9423x – 0,111 dan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,975. Nilai determinasi yang didapat menunjukkan bahwa garis dugaan dari percobaan yang dilakukan mendekati keadaan sebenarnya sebesar 97,50%.


(49)

27

4.1.3 Pertumbuhan Bobot

Pertumbuhan bobot benih ikan gurame yang dipelihara selama 40 hari, pada awal hingga hari ke-20 terjadi penurunan. Akan tetapi, mengalami peningkatan dengan bertambahnya waktu hingga akhir pemeliharaan hari ke-40.

y = -0.0107x2 + 0.4194x + 4.2817 R2 = 0.9766

y = 0.2189x2 - 0.6142x + 5.8568 R2 = 0.8873

y = 0.1848x2 - 0.4017x + 6.6344

R2 = 0.9094

y = 0.1137x2 - 0.2187x + 5.5547

R2 = 0.7588

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

0 10 20 30 40

Hari ke-B o b o t r a ta -r a ta (gr a m ) Kontrol 3 ppt 6 ppt 9 ppt

Gambar 5. Hubungan lama waktu pemeliharaan (X) dengan bobot rata-rata (Y) benih ikan gurame yang diberi perlakuan salinitas 0, 3, 6, dan 9 ppt dengan paparan listrik 10 volt.

Dari hasil uji lanjut polinom orthogonal menunjukkan peningkatan bobot rata-rata benih ikan gurame yang diberi perlakuan salinitas 0, 3, 6, dan 9 ppt dengan paparan listrik 10 volt dan membentuk pola kuadratik (Gambar 5). Berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh pada kontrol (0 ppt) kemudian perlakuan 3, 6, dan 9 ppt, setiap penambahan waktu pemeliharaan selama satu hari masing-masing akan menaikkan bobot benih ikan gurame sebesar -0,0107 gram, 0,2189 gram, 0,1848 gram, dan 0,1137 gram. Nilai koefisien determinasi (R2) yang diperoleh pada kontrol (0 ppt) kemudian perlakuan 3, 6, dan 9 ppt masing-masing sebesar 0,9766; 0,8873; 0,9094; 0,7588. Nilai determinasi yang didapat menunjukkan bahwa garis dugaan dari percobaan yang dilakukan mendekati keadaan sebenarnya masing-masing sebesar 97,66%; 88,73%; 90,94%; 75,88%.


(50)

28

4.1.4 Pertumbuhan Panjang Mutlak

Pertumbuhan panjang mutlak benih ikan gurame yang dipelihara selama 40 hari berkisar antara 0,23-0,56 cm (Gambar 6). Nilai tertinggi dicapai pada perlakuan 3 ppt sebesar 0,56 cm dan nilai terendah pada perlakuan 9 ppt sebesar 0,23 cm. Dari analisa statistik ragam (ANOVA) pada selang kepercayaan 95% (p<0,05), diperoleh hasil bahwa kontrol dan perlakuan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan panjang mutlak benih ikan gurame.

0.56 0.50

0.23 0.25

y = -0.1443x2 + 0.7101x - 0.3085

R2 = 0.9847

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8

0 3 6 9

Salinitas (ppt) P e rt um buha n P a nj a ng M u tl ak (cm )

ab

a

b

a

Gambar 6. Histogram Pertumbuhan Panjang Mutlak (cm) Benih Ikan Gurame Pada Setiap Perlakuan Selama Pemeliharaan

Keterangan : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05).

Dari hasil uji lanjut Tuckey atau beda nyata jujur pada selang kepercayaan 95% (p<0,05), diperoleh hasil yang berbeda nyata antara kontrol 0 ppt dengan perlakuan 3 ppt, tetapi tidak berbeda nyata antara kontrol 0 ppt dengan perlakuan 6 ppt dan 9 ppt. Sedangkan antara perlakuan 3 ppt dengan 6 ppt tidak berbeda nyata. Akan tetapi, antara perlakuan 3 ppt dengan perlakuan 9 ppt berbeda nyata. Antara perlakuan 6 ppt dengan perlakuan 9 ppt tidak berbeda nyata. Dari hasil uji lanjut polinom orthogonal menunjukkan hubungan antara salinitas 0, 3, 6, dan 9 ppt (X) terhadap pertumbuhan panjang mutlak (Y) benih ikan gurame membentuk pola kuadratik (Gambar 6). Dengan persamaan kuadratik sebagai berikut Y = -0,1443x2 + 0,7101x – 0,3085 dan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,9847. Nilai determinasi yang didapat menunjukkan bahwa garis dugaan dari percobaan yang dilakukan mendekati keadaan sebenarnya sebesar 98,47%.


(51)

29

4.1.5 Rasio Panjang Usus Terhadap Panjang Total Tubuh (PU/PT)

Rasio panjang usus terhadap panjang total tubuh (PU/PT) benih ikan gurame pada awal pemeliharaan sebesar 0,96. Setelah 40 hari pemeliharaan rasio PU/PT benih ikan gurame menjadi 1,18 – 1,56 (Gambar 7). Nilai tertinggi dicapai pada perlakuan 3 ppt sebesar 1,56 cm dan nilai terendah pada perlakuan 9 ppt sebesar 1,18 cm. Dari analisa statistik ragam (ANOVA) pada selang kepercayaan 95% (p<0,05), diperoleh hasil bahwa kontrol (0 ppt) dan perlakuan (3, 6, dan 9 ppt) yang diberi paparan listrik 10 volt tidak berbeda nyata terhadap rasio PU/PT benih ikan gurame.

0.96 0.96 0.96 0.96

1.26

1.56 1.47

1.18

y = -0.1465x2 + 0.6987x + 0.7189

R2 = 0.9799

0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80

0 3 6 9

Salinitas (ppt)

R

asi

o

P

U

/P

T

aw al akhir Poly. (akhir)

a

a

a

a

Gambar 7. Histogram Rasio PU/PT Benih Ikan Gurame Pada Setiap Perlakuan Selama Pemeliharaan

Keterangan : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05).

Dari hasil uji lanjut polinom orthogonal menunjukkan hubungan antara salinitas 0, 3, 6, dan 9 ppt (X) terhadap rasio PU/PT (Y) benih ikan gurame membentuk pola kuadratik (Gambar 7). Dengan persamaan kuadratik sebagai berikut Y = -0,1465x2 + 0,6987x + 0,7189 dan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,9799. Nilai determinasi yang didapat menunjukkan bahwa garis dugaan dari percobaan yang dilakukan mendekati keadaan sebenarnya sebesar 97,99%.


(52)

30

4.1.6 Efisiensi Pemberian Pakan

Efisiensi pemberian pakan menunjukkan jumlah pakan yang dimanfaatkan oleh ikan dari total pakan yang diberikan. Nilai efisiensi pakan benih ikan gurame yang dipelihara selama 40 hari berkisar antara 32,85-43,43% (Gambar 8). Nilai tertinggi dicapai pada perlakuan 3 ppt sebesar 43,43% dan nilai terendah pada kontrol 0 ppt sebesar 32,85%. Dari analisa statistik ragam (ANOVA) pada selang kepercayaan 95% (p<0,05), diperoleh hasil bahwa kontrol (0 ppt) dan perlakuan (3, 6, dan 9 ppt) yang diberi paparan listrik 10 volt tidak berbeda nyata terhadap nilai efisiensi pemberian pakan benih ikan gurame.

32.85

43.43

35.41 36.74 y = -2.3107x2 + 11.917x + 24.644

R2 = 0.3605

0 10 20 30 40 50 60 70

0 3 6 9

Salinitas (ppt)

Ef

is

ie

n

s

i Pa

k

a

n

(

%

)

a

a

a

a

Gambar 8. Histogram Efisiensi Pemberian Pakan (%) Benih Ikan Gurame Pada Setiap Perlakuan Selama Pemeliharaan

Keterangan : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (p>0,05).

Dari hasil uji lanjut polinom orthogonal menunjukkan hubungan antara salinitas 0, 3, 6, dan 9 ppt (X) terhadap efisiensi pemberian pakan (Y) benih ikan gurame membentuk pola kuadratik (Gambar 8). Dengan persamaan kuadratik sebagai berikut Y = -2,3107x2 + 11,917x + 24,644 dan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,3605. Nilai determinasi yang didapat menunjukkan bahwa garis dugaan dari percobaan yang dilakukan tidak mendekati keadaan sebenarnya, karena nilai tersebut di bawah 50% yaitu sebesar 36,05%.


(53)

31

4.1.7 Kualitas Air

Kualitas air merupakan faktor fisika kimia yang dapat mempengaruhi lingkungan media pemeliharaan dan secara tidak langsung merupakan gambaran pengaruh perlakuan. Nilai-nilai parameter kualitas air pada masing-masing perlakuan selama masa pemeliharaan percobaan berlangsung tercantum dalam Tabel 3.

Tabel 3. Kisaran Parameter Kualitas Air Media Pemeliharaan Benih Ikan Gurame Osphronemus gouramy Lac. Pada Setiap Wadah Perlakuan Selama Pemeliharaan

Kisaran Nilai Parameter Kualitas Air pada Wadah Perlakuan Parameter

0 ppt 3 ppt 6 ppt 9 ppt

Suhu (oC) 26,7 - 28,3 26,7 - 27,6 26,7 - 27,5 26,7 - 27,5

DO (mg/l O2) 5,47 - 7,67 3,70 - 6,43 3,26 - 4,87 2,38 - 5,43

pH 6,63 - 7,37 6,72 - 7,30 6,25 - 7,33 6,57 - 7,30

DHL (mS/cm) 0,32 - 2,79 5,67 - 11,20 10,37 - 15,79 14,48 - 24,40 TAN (mg/l NH3-N) 0,73 - 2,04 0,59 - 1,92 0,33 - 1,74 0,21 - 1,16

Amonia (mg/l NH3) 0 - 0,012 0 - 0,016 0 - 0,007 0 - 0,006

Nitrit (mg/l NO2-N) 0,030 - 0,170 0,026 - 0,178 0,013 - 0,216 0,012 - 0,213

Alkalinitas

(mg/l CaCO3) 18,67 - 105,33 28 - 121,33 36 - 120 48 - 118,67

Kesadahan

(mg/l CaCO3) 54,72 - 90,76

661,99 - 1406,74

1365,36 -1948,61

1823,16 - 2599,93


(54)

32

4.2 Pembahasan

Dari hasil yang diperoleh selama penelitian, bahwa kontrol (0 ppt) dan perlakuan (3, 6, dan 9 ppt) yang diberi paparan listrik 10 volt tidak berbeda nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup, efisiensi pakan, dan rasio PU/PT. Akan tetapi, memberikan pengaruh secara nyata pada selang kepercayaan 95% (p<0,05) terhadap laju pertumbuhan bobot harian dan pertumbuhan panjang mutlak benih ikan gurame (Tabel 3). Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian Sitio (2008), pemberian medan listrik hingga 10 volt pada media pemeliharaan bersalinitas 3 ppt masih memberikan pengaruh yang baik dan berbeda nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan gurame ukuran 2-4 cm.

Salah satu cara penyesuaian ikan terhadap lingkungan ialah pengaturan keseimbangan air dan garam dalam jaringan tubuhnya, karena sebagian hewan vertebrata air mengandung garam dengan konsentrasi yang berbeda dari media lingkungannya. Ikan harus mengatur tekanan osmotiknya untuk memelihara keseimbangan cairan tubuhnya setiap waktu. Pengaturan tekanan osmotik ini merupakan faktor pengatur fungsi fisiologis organ tubuh yang memerlukan energi. Apabila salinitas lingkungan mendekati salinitas cairan tubuh ikan, maka energi hasil metabolisme hampir tidak dipergunakan untuk penyesuaian diri dengan tekanan osmotik lingkungannya (Stickney, 1979).

Dari hasil pengamatan tingkah laku ikan gurame pada wadah perlakuan lebih agresif dibandingkan pada wadah kontrol. Hal ini diduga akibat dari media pemeliharaan bersalinitas lebih tinggi dibandingkan cairan tubuh ikan, sehingga ikan lebih cenderung melakukan penyesuaian diri dengan tekanan osmotik lingkungannya. Oleh karena itu, ikan menjadi agresif dan terkadang lompat-lompat pada wadah yang media pemeliharaannya memiliki salinitas lebih tinggi dibandingkan cairan tubuhnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Holliday (1969), dalam batas-batas tertentu, setiap organisme mempunyai daya tahan atau tingkat toleransi terhadap perubahan lingkungan. Kemampuan penyesuaian diri terhadap perubahan-perubahan tersebut tergantung ketahanan jaringan dan pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh. Proses fisiologis dalam tubuh akan berjalan normal apabila keseimbangan konsentrasi garam cairan tubuh dengan lingkungannya dapat dipelihara dan dijaga.


(1)

Lampiran 5. Rasio Panjang Usus Terhadap Panjang Tubuh (PU/PT)

Akuarium PT (cm) PU (cm) PU/PT 6.3 4.85 0.77 7.2 6.64 0.93 awal

8.1 9.65 1.20

rata-rata 7.2 7.05 0.96

Perlakuan Ulangan PT (cm) PU (cm) PU/PT 6.80 6.00 0.88

1 6.82 7.00 1.03

rata-rata 6.81 6.50 0.95

- - -

2 - - -

rata-rata - - -

7.28 10.00 1.37

3 7.36 10.50 1.43

0 ppt

rata-rata 7.32 10.25 1.40 7.65 10.00 1.31

1 7.74 12.10 1.56

rata-rata 7.70 11.05 1.44 - - -

2 - - -

rata-rata - - -

7.70 12.00 1.56

3 8.10 13.20 1.64

3 ppt

rata-rata 7.90 12.60 1.60 8.00 12.00 1.50

1 8.00 13.50 1.69

rata-rata 8.00 12.75 1.59 - - -

2 - - -

rata-rata - - -

8.10 10.00 1.23

3 8.16 11.80 1.45

6 ppt

rata-rata 8.13 10.90 1.34 7.45 9.00 1.21

1 7.50 8.10 1.08

rata-rata 7.50 8.55 1.14

- - -

2 - - -

rata-rata - - -

7.80 9.30 1.19

3 7.80 9.60 1.23

9 ppt


(2)

Perlakuan Ulangan

0 ppt 3 ppt 6 ppt 9 ppt

1 1.12 1.52 1.50 1.14

2 - - - -

3 1.40 1.60 1.44 1.22

rata-rata 1.26±0.27 1.56±0.11 1.47±0.13 1.18±0.03

Tabel Sidik Ragam

Sumber Keragaman JK DB KT F hitung P F tabel

Perlakuan 0.419 3 0.140 1.250 0.354 6.59

Sisa 0.895 4 0.112

Total 1.314 7

Hipotesis

H0 : tidak ada perlakuan yang memberi pengaruh berbeda

H1 : minimal ada satu perlakuan yang memberi pengaruh berbeda

Keputusan

F hit < F tab

; gagal tolak H0

Tidak ada perlakuan yang memberi pengaruh berbeda pada SK 95%

Lampiran 6. Efisiensi Pakan (EP)

Data EP setiap Perlakuan Selama Pemeliharaan

Perlakuan Ulangan

0 ppt 3 ppt 6 ppt 9 ppt

1 35.10 45.65 32.13 36.37

2 - - - -

3 30.60 41.21 38.69 37.11

rata-rata 32.85±5.55 43.43±14.30 35.41±5.98 36.74±1.13

Tabel Sidik Ragam

Sumber Keragaman JK DB KT F hitung P F tabel

Perlakuan 336.471 3 112.157 0.689 0.584 6.59

Sisa 1302.715 4 162.839

Total 1639.186 7

Hipotesis

H0 : tidak ada perlakuan yang memberi pengaruh berbeda

H1 : minimal ada satu perlakuan yang memberi pengaruh berbeda

Keputusan

F hit < F tab

; gagal tolak H0


(3)

Lampiran 7. Kualitas Air

a. Suhu

25.5 26 26.5 27 27.5 28 28.5

0 10 20 30 40

Hari

ke-S

uhu (

oC

) 0 ppt

3 ppt 6 ppt 9 ppt

b. Oksigen Terlarut (DO)

0 2 4 6 8 10

0 10 20 30 40

Hari

ke-D

O

(

m

g

/l O

2

) 0 ppt

3 ppt 6 ppt 9 ppt

c. pH

5.5 6 6.5 7 7.5

0 10 20 30 40

Hari

ke-pH

0 ppt 3 ppt 6 ppt 9 ppt


(4)

d. Daya Hantar Listrik (DHL)

0 5 10 15 20 25 30

0 10 20 30 40

Hari

ke-DH

L

(m

S

/c

m

)

0 ppt 3 ppt 6 ppt 9 ppt

e. TAN

0 0.5 1 1.5 2 2.5

0 10 20 30 40

Hari

ke-TA

N

(

m

g/

l) 0 ppt

3 ppt 6 ppt 9 ppt

f. Amonia

0 0.005 0.01 0.015 0.02

0 10 20 30 40

Hari

ke-N

H

3

(

m

g

/l) 0 ppt

3 ppt 6 ppt 9 ppt


(5)

g. Nitrit

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25

0 10 20 30 40

Hari ke-N itr it (m g /l

) 0 ppt

3 ppt 6 ppt 9 ppt

h. Alkalinitas

0 20 40 60 80 100 120 140

0 10 20 30 40

Hari ke-A lk a lin it a s ( m g /l C a C O 3 ) 0 ppt 3 ppt 6 ppt 9 ppt

i. Kesadahan

0 500 1000 1500 2000 2500 3000

0 10 20 30 40

Hari ke-K e s a da ha n ( m g /l C a C O 3 ) 0 ppt 3 ppt 6 ppt 9 ppt


(6)

Lampiran 8. Total Penerimaan

Perlakuan SR (%) Ukuran (CM)

Jumlah (ekor)

Harga satuan (Rp)

Penerimaan (Rp)

Total Penerimaan

(Rp)

5-7 20 1300 26000

0 ppt 66,67±9,43

8-12 - - - 26000

5-7 19 1300 24700

3 ppt 93,33±0,00

8-12 9 2000 18000 42700

5-7 13 1300 16900

6 ppt 83,34±4,72

8-12 12 2000 24000 40900

5-7 15 1300 19500

9 ppt 60.00±9.43