kemudian gunakan dalam memprediksi gelombang yang dibangkitkan oleh angin USACE, 2003a.
2.2 Transformasi Gelombang
Gelombang yang merambat menuju tepi pantai dipengaruhi beberapa proses yaitu shoaling, refraksi, difraksi, refleksi, gesekan dasar, perkolasi, gelombang
pecah, pertumbuhan gelombang oleh angin, interaksi gelombang-arus dan interaksi gelombang-gelombang USACE, 2003a ; Balas Inan, 2002 ; Browne
et al . 2007. Walaupun transformasi gelombang merupakan kombinasi dari
berbagai proses tetapi tidak semua proses tersebut sama pentingnya. Faktor yang terpenting dalam transformasi gelombang adalah refraksi dan
shoaling Carter, 1988; Maa Wang, 1995; Kazeminezhad et al. 2007. Jika
suatu muka barisan gelombang datang membentuk sudut miring terhadap tepi pantai yang mempunyai kemiringan dasar landai dengan kontur-kontur kedalaman
sejajar dengan pantai, maka muka gelombang akan berubah arah dan cenderung menjadi sejajar dengan garis pantai atau mengalami proses pembiasan refraksi.
Selanjutnya arah perambatan berangsur-angsur berubah dengan berkurangnya kedalaman shoaling, sehingga dapat diamati bahwa muka gelombang cenderung
sejajar dengan kedalaman. Hal ini disebabkan oleh variasi batimetri sehingga gelombang mengalami refraksi atau fenomena lain di laut yang menyebabkan
sebagian gelombang berjalan lebih lambat dari bagian yang lainnya Bishop Donelan 1989.
Proses refraksi gelombang pada prinsipnya adalah sama dengan refraksi cahaya yang terjadi karena cahaya melintasi dua media perantara berbeda.
Penggunaan Hukum Snell pada optik dapat digunakan karena kesamaan tersebut untuk menyelesaikan masalah refraksi gelombang yang disebabkan karena
perubahan kedalaman Sorensen, 1991. Refraksi dan shoaling akan dapat menentukan tinggi gelombang di suatu
tempat berdasarkan karakteristik gelombang datang. Refraksi mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap tinggi, arah gelombang dan distribusi energi
gelombang di sepanjang pantai. Perubahan arah gelombang karena refraksi
tersebut menghasilkan konvergensi pemusatan atau divergensi penyebaran energi gelombang yang terjadi di suatu tempat di daerah pantai Gambar 2.
Pola refraksi gelombang pada berbagai bentuk kontur kedalaman perairan dan garis pantai memperlihatkan bahwa pada garis pantai yang lurus dengan
kontur kedalaman yang sejajar terhadap garis pantai, maka arah gelombang akan tegak lurus terhadap kontur kedalaman Gambar 2a. Pantai yang mempunyai
tonjolan dengan kontur kedalaman yang lebih dekat, maka arah gelombang akan berbentuk konvergen. Pantai ini adalah daerah abrasi karena terjadi pemusatan
energi. Pantai yang mempunyai lekukan dengan kontur kedalaman yang lebih jauh arah gelombang berbentuk divergen, pantai ini adalah daerah akresi karena
terjadi penyebaran energi gelombang Gambar 2b. Pantai lurus yang mempunyai kontur kedalaman cekung Gambar 2c arah gelombang berbentuk konvergen,
sedangkan pada kontur kedalaman cembung Gambar 2d akan berbentuk divergen.
a b
c d Gambar 2 Refraksi gelombang pada berbagai bentuk tipe kontur garis pantai a
kontur lurus dan sejajar; b gabungan antara submarine ridge dan submarine canyon
; c; submarine ridge dan d submarine canyon USACE, 2003a.
Profil gelombang adalah sinusoidal di laut lepas Gambar 3, semakin menuju ke perairan yang lebih dangkal puncak gelombang makin tajam dan
lembah gelombang semakin datar. Selain itu kecepatan dan panjang gelombang berkurang secara berangsur-angsur sementara tinggi gelombang bertambah.
Gelombang menjadi tidak stabil pecah jika terlampau curam atau tinggi gelombang mencapai batas tertentu. Tinggi maksimum gelombang di laut lepas
terbatas pada kecuraman gelombang maksimum untuk bentuk gelombang yang relatif stabil. Gelombang yang mencapai limited steepness akan mulai pecah yang
mengakibatkan sebagian energinya hilang CERC, 1984 ; Svedrup et al. 1942.
Gambar 3 Profil gelombang sinusoidal di laut lepas USACE, 2003a. Gelombang pecah dipengaruhi oleh kemiringan gelombang, yaitu
perbandingan antara tinggi gelombang dan kedalaman air. Untuk perairan dangkal formula gelombang pecah dapat ditulis Horikawa, 1988:
1 Thornton dan Guza 1983, merangkum beberapa kriteria gelombang pecah
yang telah dirumuskan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Diantaranya Collins 1970, Battjes 1972, Kuo dan Kuo 1974 serta Goda 1975 seperti
diperlihatkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Kriteria gelombang pecah Thornton dan Guza 1983
Penulis Sifat Shoaling
Kriteria Pecah Collins 1970
Linier Battjes 1972
Linier Kuo dan Kuo 1974
Linier Goda 1975
Nonlinier Sumber : Thornton dan Guza 1983
Gelombang yang pecah dengan membentuk sudut terhadap garis pantai dapat menyebabkan arus menyusur pantai longshore current. Arus menyusur
pantai terjadi di daerah antara gelombang pecah dan garis pantai CERC, 1984.
2.3 Angkutan Sedimen