HEDONISME DALAM VIDEO KLIP (Analisi Isi Pada Video Klip Black Eyed Peas “i gotta feeling”)

(1)

HEDONISME DALAM VIDEO KLIP

(Analisi Isi Pada Video Klip Black Eyed Peas “i gotta feeling”)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Sebagai Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan

Program Sarjana (S1) Ilmu Komunikasi

Disusun Oleh: Amaliah Jaya Putri

08220014

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

HEDONISME DALAM VIDEO KLIP

(Analisi Isi Pada Video Klip Black Eyed Peas “i gotta feeling”)

SKRIPSI

Disusun Oleh: Amaliah Jaya Putri

08220014

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

MOTTO

“LIFE IS AN ADVENTURE AND NEED SOME SACRIFICE TO REACH WHAT WE WANT”


(8)

LEMBAR PERSEMBAHAN

Terucap rasa syukur tanpa henti kepada-Nya yang telah memberikan cinta kepadaku. Terima kasih kepada Allah SWT

Terima kasih kepada Ua, Mama untuk segala kasih sayangnya yang terus mengalir hingga detik ini. Abang, Nung dan Ndik saudara-saudara yang paling aku sayangi.

Terima kasih untuk bapak / ibu dosen yang telah membimbingku selama ini. Terima kasih untuk Ahmad Rofiq atas segala dukungan dan kasihnya selama ini

dalam menemani hari-hari ku.

Terima kasih untuk dukungannya sahabat-sahabat seperjuanganku yang ada di Malang ataupun di Lombok.


(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirobbil „aalamiin. Segala puji dan syukur tanpa henti kepada Allah SWT, atas Rahmat dan hidayah-Nya lah peneliti mampu menyelesaikan skripsi dengan judul HEDONISME DALAM VIDEO KLIP (ANALISIS ISI PADA VIDEO KLIP BLACK EYED PEAS ”I GOTTA FEELING”)sebagai syarat untuk meraih gelar sarjana (S1) pada jurusan Ilmu Komunikasi, konsentrasi Audio Visual Universitas Muhammadiyah Malang.

Penelitian ini terinspirasi dari banyaknya fenomena yang terjadi di sekitar peneliti. Masyarakat yang menjadi audiens dari suatu media cenderung mengikuti apa yang sedang disajikan oleh media tersebut. Video klip merupakan salah satu media dalam menyampaikan pesan, pesan yang disampaikan merupakan representasi dari budaya yang dimiliki oleh seorang sutradara yang membuat video klip tersebut. Tidak menjadi permasalahan ketika video klip yang banyak mengandung pesan hedonisme ini hanya ditayangkan di Barat, namun video klip Barat ini banyak ditayangkan di Indonesia yang budayanya sangat kontras dengan apa yang divisualisasikan oleh video klip tersebut.

Atas kesadaran pentingnya memilih apa yang seharusnya ditonton, maka peneliti menghitung banyaknya jumlah pesan hedonisme yang muncul dalam video klip Black Eyed Peas ”i gotta feeling”. Video klip yang banyak menampilkan budaya di Barat sana yang kemudian banyak ditiru oleh masyarakat di Indonesia saat ini, sehingga budaya bangsa semakin terkikis dan hilang.

Peneliti tidak lupa menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu serta mendukung penyusunan skripsi ini. Tidak lupa juga permintaan maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penyusunanskripsi ini banyak melakukan kesalahan baik di sengaja maupun tidak di sengaja,tanpa


(10)

dukungan serta bantuan semua pihak, skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik, karena itu perkenankanlah peneliti menyampaikan penghargaanserta ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telahmembantu peneliti dari awal hingga akhir terselesaikannya skripsi ini.

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya dalam memberikan kelancaran dan kemudahan untuk peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini tepat waktu. 2. Bapak Dr. Wahyudi, M. Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

PolitikUniversitas Muhammadiyah Malang.

3. Bapak Nurudin, M. Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu KomunikasiUniversitas Muhammadiyah Malang.

4. Bapak Sugeng Winarno, MA, selaku Seketaris Jurusan Ilmu Komunikasi. 5. Bapak Joko Susilo M. Si, selaku dosen wali Ilmu Komunikasi A yang selalu

memberi arahan tanpa henti kepada kami semua.

6. Bapak Drs. Abdullah Masmuh, M. Si, dan Bapak Nurudin, M. Si yangselalu membimbing, mengarahkan, mendukung, serta memotivasi untukterselesaikannya skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politikkhususnya Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang. 8. Ua dan Mama tercintauntuk kasih sayangnya tanpa pamrih, dukungan dan

motivasinya selama ini.

9. Abang, Nung dan Ndik tersayang, saudara-saudaraku yang selalu menghiburku ketika aku jatuh dan mengembalikan semangatku.

10.Ahmad Rofiq, atas semua ketulusan kasih sayang yang telah diberikan dalam hari-hariku.

11.Sahabat-sahabatku di Malang (Nyai + “jeng arisan” + “genk krupuk”) atas semua tawa dan tangis bersamanya selama di perantauan.

12.Sahabat-sahabatku di Lombok tanpa terkecuali atas dukungannya meski terpisah jarak.


(11)

13.Keluarga ke-2 ku “IMM Renaissance FISIP” atas semua ilmu, pengalaman, dan kebersamaannya.

14.UNKL347 atas dukungan waktunya selama peneliti mengerjakan skripsi. 15.Kebaikan semua pihak yang tidak mampu peneliti sebutkan.

Semoga Allah SWT selalu meridhoi atas segala apa yang peneliti sampaikan dalam skripsi ini. Akhirnya, sebagai manusia yang jauh dari kesempurnaan, maka saran dan kritik yang bersifat membangun selalu diharapkan untuk memperbaiki kekurangan yang ada dan untuk menyempurnakan penelitian ini.

Malang, 2 Maret 2012


(12)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... iv

MOTTO ... v

LEMBAR PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

ABSTRAKSI ... xvii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian. ... 6

D. Kegunaan Penelitian ... 6

1. Kegunaan Akademik ... 6

2. Kegunaan Praktis ... 6

E. Tinjauan Pustaka ... 7

E.1. Budaya. ... 7

E.1.1. Unsur-Unsur Budaya ... 8

E.1.2. Wujud dan Jenis Kebudayaan ... 8

E.2. Budaya Barat ... 10

E.2.1. Perbedaan Barat dan Timur ... 11


(13)

E.3.1. Sejarah dan Tokoh Hedonisme ... 14

E.3.2. Karakteristik dan Jenis Hedonisme ... 17

E.4. Cultural Norms Theory (Teori Norma Budaya) ... 20

E.5. Ideologi ... 21

E.5.1. Video Klip ... 22

E.6. Analisis Isi ... 23

E.7. Definisi Konseptual ... 24

F. Metode Penelitian ... 25

F.1. Tipe dan Dasar Penelitian ... 25

F.2. Ruang Lingkup Penelitian dan Satuan Ukur ... 26

F.3. Unit Analisis ... 26

F.4. Struktur Kategori ... 27

F.5. Teknik Pengumpulan Data ... 31

F.6. Teknik Analisis Data ... 31

G. Uji Realibilitas ... 33

BAB II. GAMBARAN OBJEK PENELITIAN ... 36

A. Sekilas Tentang Single Black Eyed Peas ”i gotta feeling” 36

B. Sinopsis Video Klip Black Eyed Peas ”i gotta feeling” ... 42

C. Profil Black Eyed Peas ... 36

D. Profil Sutradara Video Klip “i gotta feeling” ... 47

E. Respon Masyarakat Tentang Video Klip Black Eyed Peas 48 F. Gambar Adegan Dalam Video Klip ... 49

BAB III. PENYAJIAN DATA DAN ANALISA DATA ... 50

A. Sajian Data ... 50

B. Analisa Data ... 59

C. Uji Reliabilitas ... 76


(14)

A. Kesimpulan ... 95

B. Saran ... 96

1. Saran Akademis ... 96

2. Saran Praktis ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 98 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.Contoh Lembar Coding...33

Tabel 2.Penggalan Scene Video Klip Black Eyed Pea...51

Tabel 3.Lembar Koding Peneliti dan Koder I...59

Tabel 4. Lembar Koding Peneliti dan Koder II...60

Tabel 5.Tabel Distribusi Frekuensi...62


(16)

DAFTAR GAMBAR a. Kategori Life Style

Gambar 1.Scene 13... 64

Gambar 2.Scene 24 dan 25...64

Gambar 3.Scene 26... 65

Gambar 4.Scene 27 dan 31 ...65

Gambar 5.Scene 32, 3, 36 dan 37 ...66

Gambar 6.Scene 7, 8 dan 32 ...67

Gambar 7. Scene 25, 26, 27 dan 32 ...68

Gambar 8. Scene 31, 34, 36 dan 37...69

Gambar 9. Scene 13, 20 dan 22 ...70

Gambar 10. Scene 1, 2, 3 dan 5...71

Gambar 11. Scene 11, 16, 18 dan 23...71

Gambar 12. Scene 25, 27,29, 30, 31 dan 34...72

b. Kategori Free Sex Gambar 13. Scene 22, 24, dan 26...73

Gambar 14. Scene 27 dan 31...74

Gambar 15.Scene 29, 32 dan 33...75


(17)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lembar Koding Peneliti

Lampiran 2. Lembar Koding Koder 1 Lampiran 3. Lembar Koding Koder 2


(18)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Bagus, Lorens. 2000. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia

Bertens, K. 2000. Etika. Jakarta: Gramedia

Bulaeng, Andi. 2004. Metode Penelitian Kontemporer. Yogyakarta

Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Flournoy, Don Michael. 1989. Analisa Isi Suratkabar-suratkabar Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Koentjaraningrat. 1999. Manusia Dan Kebudayaan di Indonesia Cetakan 18. Jakarta: Djambatan.

Lull, James. 1997. Media, Komunikasi, Kebudayaan: Suatu Pendekatan Global. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Magnis, Franz, Suseno. 1987. Etika dasar: Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta: Kanisius.

__________________. 1997. 13 Tokoh Etika. Yogyakarta: Kanisius.

Napel, Henk Ten. 2009. Kamus Teologi. Jakarta: BPK Gunung Mulia.


(19)

Tertib, Logis, Kritis, Analitis, Dialektis. Jakarta: Pustaka Grafika.

Putranto, Agus. 2004. Metode Penelitian Komunikasi, Analisis isi: Suatu Pengantar Dalam Praktek. Yogyakarta: Gitanyali

Rakhmat, Jalaluddin. 2009. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sarup, Madan. 2004. Poststrukturalisme dan Posmodernisme. Yogyakarta: Jendela 2003.

Setiadi, Hakam, Effendi. 2006. Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar Edisi Kedua. Jakarta: Kencana Prenada Group

Sobur, Alex. 2009. Analisis Teks Media. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya..

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Tjahjadi, Simon Petrus L. 2004. Petualangan Intelektual. Yogyakarta: Petualangan Intelektual

Usman, Husaini dan Akbar Setiady,Purnomo. 2003. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.

Wimmer Roger D dan Dominick, Joseph R. 2003. Mass Media Researh an Introduction. Wadsworth: Thomson Learning inc.


(20)

Pustaka Pesantren (PT. LKIS Pelangi Aksara).

Zeller, Eduard. 1957. Outlines Of The History Of Greek Philosophy. New York: Meridian Books.

Non buku :

Jawa Pos, Selasa 21 Januari 2012. Janjian Wujudkan Ide Gila. Halaman 9.

---, Jumat 24 Januari 2012. Sopir Xenia Maut Mabuk Kombinasi.

Halaman 15

Jurnal Pelita Zaman, 2011. Perbedaan Budaya Timur dan Budaya Barat. (online)

http://alkitab.sabda.org/resource.org (diakses 29 November 2011 pukul 22.07)

Bill Lamb, 2012. All About Black Eyed Peas. (online)

http://biography.multiply.com/thebeginingsingle_of_blackeyedpeas?&show (diakses 13 Februari 2012 pukul 20.18)

http://biography.multiply.com/biography_of_guetta&? (diakses 15 Februari 2012 pukul 23.05).


(21)

   

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Era globalisasi telah membawa manusia pada kemajuan peradaban. Era ini ditandai dengan berbagai penemuan baru dan kemajuan diberbagai bidang. Secara praktis, manusia dibuat mudah oleh berbagai temuan modern seperti menciptakan kemungkinan bagi perbaikan taraf kehidupan manusia, mengangkat penderitaan fisik, dan meringankan beban berat mereka. Era ini telah menghilangkan sekat pemisah (tempat) bagi semua umat manusia di segala penjuru dunia, dimana setiap individu dapat mengakses secara mudah perkembangan dan penemuan ilmu pengetahuan yang bergerak cepat dari hari ke hari. Berbagai bentuk perubahan sosial yang menyertai era globalisasi tersebut, pada gilirannya, mempengaruhi cara pandang manusia terhadap kehidupan dan semesta. Pada era global, nilai, norma, dan tata cara hidup berganti begitu cepat menjadi tatanan baru. Tatanan itu semakin menjauhkan manusia dari kepastian moral dan nilai luhur yang telah dipegang-teguh sebelumnya (Zaqzuq, 2004: 1).

Pesatnya pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia membuat beberapa kemajuan yang cukup berarti dalam berbagai bidang kehidupan manusia, mulai dari pertanian sampai dunia hiburan semua dilengkapi dengan teknologi yang modern dan membuat hidup masyarakat semakin mudah dan instan, karena bergantung pada mesin-mesin yang canggih. Seperti sekarang ini setiap orang bebas mengekspresikan diri mereka dengan


(22)

cara seperti apa dan melalui media apa saja contohnya melalui media yang bernama video klip. Video klip digarap oleh seorang sutradara yang mana ingin menyampaikan sebuah pesan yang ia miliki melalui video klip, diekspresikan dengan visualisasi dan lirik lagu yang merepresentasikan isi pesan yang sebenarnya dari video klip tersebut.

Video klip sebagaimana media pada umumnya, merupakan cermin atau jendela masyarakat dimana media itu berada. Nilai, norma, dan gaya hidup yang berlaku pada masyarakat akan disajikan dalam video yang diproduksi, seperti layaknya film. Akan tetapi di pihak lain, video klip juga punya andil dalam menetapkan nilai-nilai budaya yang “penting” dan “perlu” dianut oleh masyarakat, bahkan nilai-nilai yang merusak sekalipun. Dalam video klip Black

Eyed Peas “I gotta feeling” misalnya banyak sekali menggambarkan sebuah

kesenangan dan hura-hura berlebih dari sekelompok anak muda yang ada di Barat sana. Seakan-akan tak ada beban dalam hidupnya sama sekali. Menunjukkan bahwa seperti itulah gaya hidup dan pergaulan yang ada di Barat, minum-minuman beralkohol, candu teknologi yang berlebihan, mendengarkan musik sambil berjoget tanpa kenal waktu, ke tempat-tempat hiburan malam dan berciuman dengan sesama jenis atau lawan jenis. Visualisasi seperti yang disebutkan sebelumnya mengarah kepada hedonisme masyarakat barat yang lebih dominan dilakukan oleh kaum remaja di sana.

Group band musik yang diberi nama Black Eyed Peas terbentuk di timur kota Los Angeles, California 1995. Anggota kelompok musik ini terdiri dari multi-instrumentalist Will.i.am (Will Adams) dan vokalis Apl.de.ap (Allan Pineda), Taboo (Jaime Gomes), dan Fergie (Stacy Ferguson). Grup ini melesat

2   


(23)

pada tahun 2003 sejak album mereka Elephunk (Lamb, 2012-online). Dan lebih meledak lagi ketika singlenya yang berjudul “I gotta feeling” diluncurkan dengan video klipnya yang digarap setelah beberapa minggu singlenya diluncurkan. Video klip yang digarap oleh David Guetta ini menonjolkan sisi hedonisme barat yang begitu kental. Dimulai dengan remaja yang sedang bersiap-siap akan pergi ke sebuah tempat untuk berpesta, dan dalam beberapa shot diperlihatkan jelas remaja-remaja itu memakai pakaian yang serba “mini” dan modis, berdandan dengan make-up warna-warna mencolok, berpesta dengan musik yang begitu kerasnya sambil berjoget, berpelukan, minum-minuman keras dan berciuman. Semua adegan dalam video klip ini dikemas tanpa sensor.

Isi pesan dalam video klip seperti ini lama-lama akan mempengaruhi audiens

Ada sebuah contoh kasus dari artikel di sebuah koran yang menyeb

yang menonton, bahkan ada seorang ahli yang bernama DeFleur menyebutkan tiga pola pembentukan pengaruh lewat media massa: pertama memperteguh norma yang ada (misalnya kekeluargaan, cinta tanah air, atau agresivitas); kedua menciptakan norma yang baru (misalnya, goyang ngebor inul, pakaian dengan perut terbuka wanita, dan “topi kupluk” pada pria); ketiga mengubah norma yang ada (selera makanan cepat-saji, jilbab yang lebih

fashionable). Namun, pada dasarnya proses pembentukan pengaruh tersebut

bergantung pula pada faktor-faktor psiko-sosio-budaya individu (tingkat keterbujukan, kelompok rujukan, usia, tingkat pendidikan, agama, jenis kelamin, dan sebagainya) (Effendy, 2003: 282).

utkan pengaruh dari sebuah media. “Dua orang ini memang sama-sama

3   


(24)

nyentrik dan tidak malu untuk mengekspresikan diri. Mereka adalah Aming dan Julia Perez. Dalam hal berpakaian, mereka punya ide gila. Walau aneh, mereka tetap mengenakannya. Ketika menonton konser Katty Perry pada kamis lalu (19/1), Aming memakai baju yang dibuat dari sedotan dan Jupe mengenakan baju yang disebut dispenser bra” (jan/ c12/ any, 2012). Berita ini dimuat pasca kedatangan penyanyi mancanegara yang bernama Katty Perry, masyarakat di Indonesia khususnya remaja dan artis Ibukota yang mengetahui negaranya akan didatangi oleh penyanyi Mancanegara, berbondong-bondong mulai dari mengantri tiket sampai bergaya meniru sang bintang yang akan datang ke Indonesia. Ini menunjukkan pengaruh media yang sangat kuat akan pesan yang disampaikan kepada khalayak.

Kemudian satu contoh lagi yang baru-baru ini terjadi dan menghebohkan yaitu kasus Afriyani yang menabrak para pejalan kaki yang sedang menunggu bus di halte Tugu Tani Jakarta. “Mereka menghadiri pesta di Hotel Borobudur pada Sabtu sampai sekitar pukul 10 malam,” katanya. Saat itu Afriyani masih fit. Mereka lantas pergi ke sebuah kafe di kawasan Kemang, Jakarta Selatan,” Minum-minum wiski dan bir, ada salah seorang di antara mereka yang juga mencicipi ganja disana,” kata perwira dengan tiga mawar di pundak tersebut. Setelah itu, belum puas, empat sekawan tersebut melaju ke Diskotek Stadium di kawasan Hayam Wuruk, Jakarta Pusat. Di sana mereka membeli dua butir ekstasi seharga Rp 200 ribu per butir. “saat dugem di Diskotek itu, mereka masing-masing pakai ekstasi setengah butir. Ini baru pengakuan awal, masih mungkin ada perkembangan,” ungkap Nugroho (rdl/ c9/ nw, 2012).

4   


(25)

Dari kasus Afriyani di atas bisa terlihat hedonisme yang kental pada kaum re

nisme masyarakat Indonesia. Tapi pada sebuah video klip

Black Eyed Peas

maja di Indonesia saat ini. Yang awalnya hanya kumpul-kumpul biasa dengan teman, kemudian nongkrong di Café dan Diskotik untuk sekedar melepas kepenatan sambil minum-minuman beralkohol, hingga mencicipi narkoba yang sebenarnya sudah sangat jelas berpengaruh negatif pada si pengguna. Namun, hedonisme tadi yang hanya memikirkan kesenangan tanpa memikirkan resiko dari apa yang diperbuat membuat kebanyakan masyarakat Indonesia, khusunya para remaja nekat tetap mencoba hal-hal negatif seperti yang dilakukan Afriyani karena hedonisme tadi. Awalnya mungkin hanya iseng karena melihat dari berbagai media seperti film dan video klip, kemudian mulai menirunya dan menjadikan itu sebagai kebiasaan untuk bersenang-senang.

Kasus di koran itu hanya sebagian contoh dari banyaknya kasus yang mencerminkan hedo

yang berjudul “i gotta feeling”,sangat memperlihatkan budaya hedonisme barat mulai dari life style dan pergaulan antar sesama manusia. Semua visualisasi yang tampak dalam video klip Black Eyed Peas “i gotta feeling” ini sangat kontras dengan nilai dan norma yang ada di Indonesia. Peneliti pun tertarik untuk mengetahui berapa banyak frekuensi kemunculan pesan hedonisme yang ada dalam video klip Black Eyed Peas. Dari latar belakang di atas maka peneliti mencoba menarik judul: HEDONISME

DALAM VIDEO KLIP (ANALISIS ISI PADA VIDEO KLIP BLACK EYED

PEAS “I GOTTA FEELING”).

5   


(26)

B. Rumusan Masalah

an latar belakang diatas, maka dapat dibuat rumusan masalah penelitian yaitu berapa banyak frekuensi kem

salah yang telah dikemukakan oleh peneliti maka bisa dirumu

Black Eyed Peas “i

enelitian

ini harapannya dapat bermanfaat untuk menambah kajian ilm

2.

adi sumbangan pemikiran bagi para sutradara yang lebih sering bergerak

Berdasarkan urai

unculan pesan hedonisme yang muncul dalam video klip Black Eyed Peas “i gotta feeling?”

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan ma

skan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah frekuensi kemunculan pesan hedonisme yang ada dalam video klip

gotta feeling.”

D. Kegunaan P

1. Kegunaan Akademik

Pada penelitian

u komunikasi yang mengarah pada interpretasi pesan melalui video klip. Selain itu juga memberikan sumbangsih pemikiran tentang ilmu komunikasi pada umumnya, dan konsentrasi audiovisual khususnya.

Kegunaan Praktis

Dapat menj

dalam pembuatan video klip, terutama dalam mengolah pesan yang ingin disampaikan melalui video klip sebuah musik.

6   


(27)

E. Tinjauan Pustaka

udaya sebenarnya berasal dari bahasa sansekerta yakni “buddhayah” yaitu bentuk jam

erasi, menciptakan udahan atau fasilitas agar kehidupa

ahwa kebudayaan adalah

E. 1. Budaya

Kata b

ak dari kata “buddhi” yang berarti budi atau akal. Dalam bahasa Inggris, kata budaya berasal dari kata culture, dalam bahasa Belanda diistilahkan dengan kata cultuur, dalam bahasa Latin, berasal dari kata

colera. Colera berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan,

mengembangkan tanah (bertani). Kemudian pengertian ini berkembang dalam arti culture, yaitu sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam (Setiadi, Hakam, Efendi, 2006: 27).

Menciptakan lingkungan hidup yang lebih s

kem n itu lebih nikmat, pembangunan adalah

campur tangan manusia terhadap lingkungannya, baik lingkungan alam fisik maupun lingkungan sosial budaya. Secara umum kebudayan merupakan unsur penting dalam proses pembangunan suatu bangsa. Lebih-lebih jika bangsa itu sedang membentuk watak dan kepribadiannya yang lebih serasi dengan tantangan zamannya (Mustopo, 1998: 13).

Menurut Koentjaraningrat, mengartikan b

keseluruhan sistem gagasan, milik diri manusia dengan belajar. Sedangkan, Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, mengatakan bahwa kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat (Setiadi, Hakam, Efendi, 2006: 28).

7   


(28)

Namun, menurut E. B. Taylor, budaya adalah suatu keseluruhan pleks yang m

Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen lain sebagai berikut: Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan m

wski mengatakan ada 4 unsur pokok yang m

Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga

a) Gag

ivitas (tindakan)

kom eliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat istiadat, dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat (Setiadi, Hakam, Efendi, 2006: 27).

E. 1. 1. Unsur-Unsur Budaya

atau unsur kebudayaan, antara

emiliki 4 unsur pokok, yaitu: Alat-alat teknologi, Sistem ekonomi, Keluarga, Kekuasaan politik.

Namun, pendapat lain dari ahli yang lain mengatakan ada 4 unsur lain seperti yang disebutkan oleh Bronislaw Malino

eliputi: Sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya, Organisasi ekonomi, Alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama), Organisasi kekuatan (politik) (Setiadi, Hakam, Efendi, 2006: 34).

E. 1. 2. Wujud dan Jenis Kebudayaan

yaitu:

asan (wujud ideal) b) Akt

8   


(29)

c) Artefak (karya)

Sedangkan, Koentjaraningrat mengemukakan wujud kebudayaan dalam tiga wujud, yaitu:

a) Wujud sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, dan peraturan. Sifatnya abstrak, tak dapat diraba, dipegang,

al, karena

nya merupakan hasil

Berdasarkan wujudnya tersebut, ada 2 jenis kebudayaan, yaitu : Kebudayaan material, mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang

ataupun difoto, dan tempatnya ada di alam pikiran warga masyarakat di mana kebudayaan yang bersangkutan itu hidup. Disebut pula tata kelakuan, ini menunjukkan bahwa budaya ideal mempunyai fungsi mengatur, mengendalikan dan memberi arah kepada tindakan, kelakuan dan perbuatan manusia dalam masyarakat sebgai sopan santun.

b) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. Dinamakan sistem sosi

menyangkut tindakan dan kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Bersifat konkret, dalam bentuk perilaku dan bahasa.

c) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Disebut pula kebudayaan fisik. Di mana wujud ini hampir seluruh

fisik (aktivitas perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat). Sifatnya paling konkret dan berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan difoto yang berwujud besar atau kecil (Setiadi, Hakam, Efendi, 2006: 31).

9   


(30)

dihasilk

E. 2. Budaya Barat

ayaan Timur, budaya Barat modern meletakkan martabat individu diatas segala-galanya. Manusia diakui sebagai makhluk yang

Oleh karena itu, nilai-nilai lain bergan

Eropa seperti halnya Asia, menganut paham monarki di mana pemimpin negara an dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhiasan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci. Kebudayaan non-material adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional (Setiadi, Hakam, Efendi, 2006: 35).

Berbeda dari kebud

unik dan tak tergantikan oleh apapun.

tung pada manusia. Dari sini lahirlah penghargaan yang tinggi atas hak-hak asasi manusia, yang bagi masyarakat Barat merupakan hak-hak dasar yang tak bisa diganggu gugat. Kebebasan individu amat dijunjung tinggi. Anak-anak kecil sudah biasa berbicara tanpa tedeng aling-aling di depan orang dewasa untuk mengungkapkan ketidaksukaannya. Para remaja selepas sekolah menengah sudah dibiarkan hidup sendiri di apartemen. Orang tua membiarkan mereka memilih jalan hidupnya sendiri. Itu sebabnya orang Barat lebih berani menjadi dirinya sendiri, lebih spontan, lebih terus terang, lebih kreatif dan lebih percaya diri. Sejak kecil mereka sudah dibiarkan untuk menjadi dirinya sendiri dan menjadi pribadi yang otonom (Jurnal Pelita Zaman, 2011-online).

Budaya demokrasi juga tumbuh subur di Barat, walaupun pada awalnya

10   


(31)

merupakan orang yang khusus dikaruniai Tuhan untuk memerintah. Dalam pemerintahan monarki seperti ini berlaku slogan “the king can do no wrong”

yang ar

embangun argumentasi-argumentasi. Hal ini dikarenakan kodrat manusia diletakkan pada akal budinya. Unsur rasionalitas a rationale (makhluk berakal les atau motto cogito ergosum (aku berpikir, maka aku ada) dari De

tinya “raja selalu benar, tidak pernah dan juga tidak bisa keliru.” Yang salah selalu rakyat. Maka, penguasa berlaku absolut atas rakyatnya. Berbeda sekali dengan sistem demokrasi, dimana kekuasaan memerintah, berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Selain pemerintah berkepentingan sekali untuk memperhatikan kesejahteraan rakyatnya dalam menyediakan tunjangan sosial, tempat rekreasi, sekolah, perpustakaan umum, tempat perawatan orang jompo dan yatim piatu, ia juga harus mempertanggungjawabkan pemakaian kekuasaan kepada rakyat (Jurnal Pelita Zaman, 2011-online).

E. 2. 1. Perbedaan Barat dan Timur A. Pengetahuan

Budaya Barat menekankan analisis pengetahuan yang kritis dengan mencari unsur sebab akibat dan m

amat ditekankan seperti terlihat pada konsep anim budi) dari Aristote

scartes. Puncak rasionalitas dalam sejarah filsafat Barat terletak pada Hegel dengan filsafatnya yang mengatakan bahwa yang nyata adalah rasional dan yang rasional adalah nyata. Sebaliknya budaya Timur menekankan pengetahuan intuitif yang menyeluruh dan melibatkan unsur-unsur emosi. Bagi orang Timur yang nyata tidak harus selalu bisa dijelaskan secara rasional. Mereka mengakui bahwa ada hal-hal yang tidak dapat dijelaskan akal budi

11   


(32)

seperti misteri dan irasionalitas. Maka pusat kepribadian manusia tidak terletak pada inteleknya, melainkan pada hatinya (Jurnal Pelita Zaman, 2011-online).

B. Sikap Terhadap Alam

Budaya Timur lebih mendorong orang untuk menghayati diri sebagai bagian dari alam dalam kesatuannya dengan alam, sedangkan budaya Barat menghadapi alam sebagai objek yang bila dikuasai dan dimanfaatkan. Orang Timur lebih pendiam dan kontemplatif, sedangkan orang Barat aktif dan eksploratif. Semangat eksploratif ini baik, sepanjang terkendali dan tidak at orang bergumul dengan persoalan tentang berapa banyak

C. Individu

engan urusan orang lain, sepanjang orang lain itu tidak mengganggu kebebasannya. Tapi di Timur sudah menikah menjadi eksploitatif. Di Bar

manusia harus memiliki, tetapi di Timur orang bergumul dengan masalah bagaimana seharusnya hidup dengan yang sedikit. Orang Timur lebih mencari kekayaan hidup ketimbang kekayaan materi. Maka di Barat manusia menjadi aktor yang aktif mengambil peranan membentuk sejarah. Ia harus menentukan nasibnya sendiri dan percaya pada kemampuannya sendiri dalam memerangi penderitaan, penyakit dan kebodohan. Tapi di Timur manusia lebih menerima hidup apa adanya dan pasrah (Jurnal Pelita Zaman, 2011-online).

Budaya Barat lebih menghargai hak-hak individu. Suasana bebas dijamin supaya orang bisa menikmati hak-haknya. Di Timur martabat manusia juga diakui, namun ikatan hubungan dengan orang lain dan kelompok lebih ditekankan. Masyarakat Timur tidak pernah dibiarkan benar-benar mengurus diri sendiri. Di Barat orang tidak suka usil d

12   


(33)

pun orang tua masih turut campur, karena pernikahan di Timur lebih dari melibatkan dua orang yakni dua keluarga. Itu sebabnya pernikahan yang tidak direstui orang tua, bagi orang Timur tidak baik. Selain itu, orang tidak dapat dengan bebas mengungkapkan isi hatinya, karena banyak pembatasan kultural. Kreativitas belum tentu dihargai, terutama kalau itu lain dari yang biasanya. Maka orang Timur lebih mudah malu, pendiam, tidak mau menonjolkan diri dan pasrah. Bisa dikatakan kegotongroyongan dalam lingkungan sosial yang karib membedakan sekali budaya Timur dari budaya Barat. Di dunia Barat tidak ada lingkungan karib. Manusia sejati adalah manusia yang bisa mencapai sesuatu bersandarkan kemampuannya sendiri. Ideal hidup seperti ini menjadi sumber sikap gigih manusia Barat terhadap hidup seperti yang terlihat dalam mengeksplorasi alam dan mengorbankan diri demi kemanusiaan (Jurnal Pelita Zaman, 2011-online).

Secara etimologi kata hedonisme diambil dari Bahasa Yunani “hedonismos” dari akar kata “hedone”, artinya kesenangan atau kenikmatan (Napel, 2009:158).

banyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan (Magnis dan Suseno, 1987: 114). Pengertian ini menunjukkan sikap hedonisme adalah sikap seseorang yang hanya memikirkan apa yang akan terjadi hari ini dan hari ini harus mencari kebahagian dan kesenangan sebanyak mungkin tanpa

E. 3. Pengertian Hedonisme

Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan se

13   


(34)

memik

Dalam kamus filsafat menyebutkan pengertian hedonisme yaitu erupa

E. 3. 1. Sejarah dan Tokoh Hedonisme

Hedonisme muncul pada awal sejarah filsafat sekitar tahun 433 SM.

enangan’ (hedonisme) ini kemudian dilanjutkan seorang filsuf Yunani lain bernama Epikuros (341-270 SM). Menurutnya, tindakan manusia yang mencari kesenangan adalah kodrat alamiah. Meskipun demikian, hedonisme Epikuros lebih luas karena tidak hanya mencakup kesenangan badani saja seperti Kaum Aristippus,

irkan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, yang pasti sikap hedonisme sangat menghindari kesulitan dan rasa sakit.

m kan ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan

merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia (Bagus, 2000: 282). Hedonisme dalam kamus filsafat ini menunjukkan hedonisme yang menjadi sebuah pandangan hidup seseorang, jadi apapun yang dilakukan, apapun yang menjadi tujuan hidupnya berangkat dari pandangan hidupnya itu sendiri yaitu mencari kenikmatan yang tanpa batas dan tanpa henti.

Hedonisme ingin menjawab pertanyaan filsafat “apa yang menjadi hal terbaik bagi manusia?”. Hal ini diawali dengan Socrates yang menanyakan tentang apa yang sebenarnya menjadi tujuan akhir manusia. Lalu Aristippus dari Kyrene (433-355 SM) menjawab bahwa yang menjadi hal terbaik bagi manusia adalah kesenangan. Aristippus memaparkan bahwa manusia sejak masa kecilnya selalu mencari kesenangan dan bila tidak mencapainya, manusia itu akan mencari sesuatu yang lain lagi. Pandangan tentang ‘kes

14   


(35)

melainkan kesenangan rohani juga, seperti terbebasnya jiwa dari keresahan (Bertens, 2000:235-236).

Aristippus dari Kyrene adalah seorang filsuf Yunani yang mempelajari ajaran-ajaran Protagoras. Ini dilakukannya selama berada di kota asalnya, yaitu Kyrene, Afrika Utara. Aristippus kemudian mencari Socrates dan menjalin hubungan baik dengannya. Setelah Socrates wafat, Aristippus tampil sebagai “Sofis” dan menjadi guru profesional di Atena. Lalu di Kyrene ia mendirikan sekolah yang dinamakan “Cyrenaic School” yang merupakan salah satu sekolah Socratik yang tidak dominan. Sekolah ini mengajarkan perasaan-perasaan sebagai kebenaran yang paling tepat dalam hidup. Kesena

h keadaan netral seperti kondisi saat tidur (Berten

ngan adalah baik termasuk juga kepuasan badani. Kehidupan orang bijak selalu mencari jaminan kesenangan maksimal (Zeller, 1957: 129-130). Aristippus menyetujui pendapat Socrates bahwa keutamaan adalah mencari “yang baik” (Tjahjadi, 2004: 43).

Menurut Aristippus, akal (rasio) menusia harus memaksimalkan kesenangan dan meminimalkan kesusahan. Hidup yang baik berkaitan dengan kerangka rasional tentang kenikmatan. Kesenangan menurut Aristippus bersifat badani (gerak dalam badan). Ia membagi gerakan itu menjadi tiga kemungkinan:

1. Gerak kasar, yang menyebabkan ketidaksenangan seperti rasa sakit 2. Gerak halus, yang membuat kesenangan

3. Tiada gerak, yaitu sebua s, 2000: 237).

15   


(36)

Aristippus melihat kesenangan sebagai hal aktual, artinya kesenangan terjadi kini dan di sini. Kesenangan bukan sebuah masa lalu atau masa depan. Menurutnya, masa lalu hanya ingatan akan kesenangan (hal yang sudah pergi) dan ma

tinggi o sendiri. Batasan itu berupa

pengen

ngan (Bertens, 2000:238). Misalnya, orang yang sunggu

an yang dipahami secara mendalam. Kaum Epikurean membe

sa depan adalah hal yang belum jelas. Meskipun kesenangan dijunjung leh Aristippus, ada batasan kesenangan itu

dalian diri. Meskipun demikian, pengendalian diri ini bukan berarti meninggalkan kesena

h-sungguh mau mencapai nikmat sebanyak mungkin dari kegiatan makan dan minum bukan dengan cara makan sebanyak-banyaknya atau rakus, tetapi harus dikendalikan atau dikontrol agar mencapai kenikmatan yang sebenarnya (Magnis dan Suseno, 1987: 114). Paham ini berusaha menjelaskan adalah baik apa yang memuaskan keinginan manusia dan apa yang meningkatkan kuantitas kesenangan itu sendiri. Contoh hedonisme seperti budaya seks bebas.

Tokoh lain dari sejarah hedonisme adalah Epikuros lahir tahun 342 SM di kota Yunani, Samos, dan meninggal di Atena tahun 270 SM. Ajaran Epikuros lebih menitikberatkan pada persoalan kenikmatan. Apa yang baik adalah segala sesuatu yang mendatangkan kenikmatan, dan apa yang buruk adalah segala sesuatu yang menghasilkan ketidaknikmatan. Namun demikian, bukanlah kenikmatan yang tanpa aturan yang dijunjung Kaum Epikurean, melainkan kenikmat

dakan keinginan alami yang perlu (seperti makan) dan keinginan alami yang tidak perlu (seperti makanan yang enak), serta keinginan yang sia-sia (seperti kekayaan/harta yang berlebihan) (Magnis dan Suseno,1997:45-46).

16   


(37)

Keinginan pertama harus dipuaskan dan pemuasannya secara terbatas menyebabkan kesenangan yang paling besar. Oleh sebab itu kehidupan sederhana disarankan oleh Epikuros. Tujuannya adalah untuk mencapai “Ataraxia”, yaitu ketenteraman jiwa yang tenang, kebebasan dari perasaan risau, dan keadaan seimbang (Magnis dan Suseno,1997:48). Epikuros sangat menegaskan kebijaksanaan (phoronesis). Menurutnya, orang yang bijaksana adalah seorang seniman yang dapat mempertimbangkan pilihan nikmat atau rasa sa

E. 3. 2.

kit. Orang bijaksana bukanlah orang yang memperbanyak kebutuhan, tetapi mereka yang membatasi kebutuhan dengan cara membatasi diri, ia akan mencapai kepuasan. Ia menghindari tindakan yang berlebihan. Oleh karena itu, ada sebuah perhitungan yang dilakukan oleh Kaum Epikurean dalam mempertimbangkan segi-segi positif dan negatif untuk mencapai kenikmatan jangka panjang dan mendekatkan diri kepada ataraxia (Magnis dan Suseno,1997:49).

Kebahagiaan yang dituju oleh Kaum Epikurean adalah kebahagiaan pribadi (privatistik). Epikuros menasihatkan orang agar tidak mendekatkan diri kepada kehidupan umum (individualisme). Ini bukanlah egoisme. Menurut Epikuros, kebahagiaan terbesar bagi manusia adalah persahabatan. Berkumpul dan berbincang-bincang dengan para kawan dan membina persahabatan jauh lebih menguntungkan dan membantu mencapai ketenangan jiwa (Magnis dan Suseno,1997:50).

Karakteristik dan Jenis Hedonisme

Karakteristik hedonisme adalah kebendaan dengan ukuran fisik harta, atau apa saja yang tampak, yang dapat dinilai dengan uang. Jadi disini orang

17   


(38)

yang sudah senang karena harta bendanya yang banyak, sudah sama artinya dengan orang yang bahagia atau kesenangan. hedonisme dalam pelaksanaannya mempunyai karakteristik :

1. Hedonisme Egoistis yaitu hedonisme yang bertujuan untuk al mungkin. Kesenangan yang

disediakan sebuah alat untuk

ngkal lagi bahwa hedonisme banyak mendapatkan kesenangan semaksim

dimaksud ialah dapat dinikmati dengan waktu yang lama dan mendalam. Contohnya: makan-makanan yang enak-enak, jumlah dan jenisnya banyak, disediakan waktu yang cukup lama untuk menikmati semuanya, seperti pada perjamuan makan ala Romawi. Bila perut sudah penuh, maka

menggigit kerongkongan, dengan demikian isi perut dapat dimuntahkan keluar, kemudian dapat diisi kembali jenis makanan yang lain, sampai puas.

2. Hedonisme Universal yaitu suatu aliran hedonisme yang mirip dengan ulitarisanisme atau kesenangan maksimal bagi semua, bagi banyak orang. Contohnya: bila berdansa, haruslah berdansa bersama-sama, waktunya semalam suntuk, tidak boleh ada seorang pun yang absen, ataupun kesenangan-kesenangan lainnya yang dapat dinikmati bersama oleh semua orang (Poespoprodjo,1999:71). Sebenarnya tidak bisa disa

jenisnya, secara garis besarnya kesenangan dapat dibagi atas dua golongan: 1. Kesenangan Fisik yang pokok disini ialah kesenangan yang dapat

dirasakan dinikmati oleh batang tubuh atau raga. Sumber dan jenisnya dari makan minum, yang menerima kesenangan itu dari

18   


(39)

tenggorokkan sampai ke perut. Hasil kesenangan itu biasa dinilai dengan sebutan nikmat, enak, sedap, nyaman, dan sebagainya. Bila sumbernya hubungan badani (coitus), maka yang menerima

n

lmiah, kesenangan itu adalah alat kelamin, seluruh badan jasmani, dimana hasil kesenangan itu dinilai dengan sebutan: nikmat, enak, sedap da sebagainya. Bila sumbernya sebagai hasil kerja, misalnya pekerjaan tangan, atau sesuatu yang menggunakan tenaga seperti pekerjaan di pelabuhan, di kebun, di pertambangan, dan sebagainya, maka kesenangan itu dinilai dengan sebutan: memuaskan, beres, selesai, upahnya pantas dan sebagainya.

2. Kesenangan Psychis atau Rohani, bila sumbernya itu sebagai hasil seni, apakah bentuknya itu berupa puisi atau prosa, lukisan atau patung, atau serangkaian lagu-lagu merdu atau musik, maka hasil kesenangan itu dinilai dengan sebutan: menarik, hebat, indah, memuaskan mengasikkan, dan sebagainya. Penilaian ini diberikan oleh rasa, emosi, dan getaran jiwa. Bila sumbernya itu berasal dari hasil pikir, yang merasakan kesenangan itu adalah otak, pikir, dimana hasil kesenangan itu dinilai dengan sebutan: i

merangsang otak, hebat, pemikiran yang mendalam, intelegensi yang tinggi, mengagumkan dan sebagainya. Bila sumbernya adalah kepercayaan yang menikmati kesenangan itu adalah jiwa, perasaan, rohani, hati, dimana kesenangan itu dinilai dengan sebutan: menentramkan jiwa, meresapkan rasa iman, rasa takwa, syahdu, suci, yakin dan sebagainya (Poespoprodjo, 1999:71). Kesenangan

19   


(40)

yang dimaksud adalah kesenangan untuk hidup saja, yakni kesenangan yang kita dapat dengan perantara kemampuan-kemampuan kita dari subyek-subyek yang mengelilingi kita didunia ini.

4. Cultural Norms Theory (Teori Norma Budaya)

Teori Norma Budaya menurut Melvin DeFleur hakikatnya adalah edia massa melalui penyajiannya yang selektif dan penekanannya pada

um mengenai topik yang diberi bobot itu, dibentuk dengan cara-cara leh karena itu perilaku individual biasanya dipandu oleh a-norma budaya mengenai suatu hal tertentu, maka media komunikasi

langsung akan m

E.

bahwa m

tema tertentu, menciptakan kesan-kesan pada khalayak dimana norma-norma budaya um

tertentu. O norm

secara tidak empengaruhi perilaku. Ada tiga cara di mana

ividu-individu (Effend

menciptakan keyakinan baru mengenai hal-hal di mana khalayak sedikit banyak media secara potensial mempengaruhi situasi dan norma bagi ind

y, 2003: 279).

Pertama, pesan komunikasi massa akan memperkuat pola-pola yang sedang berlaku dan memandu khalayak untuk percaya bahwa suatu bentuk sosial tertentu tengah dibina oleh masayarakat. Kedua, media komunikasi dapat

telah memiliki pengalaman sebelumnya. Ketiga, komunikasi massa dapat mengubah norma-norma yang tengah berlaku dan karenanya mengubah khalayak dari suatu bentuk perilaku menjadi bentuk perilaku yang lain (Effendy, 2003: 279).

20   


(41)

Mengenai hubungan yang potensial antara media massa dengan norma, DeFleur menunjuk karya Lazarsfeld dan Merton tentang Fungsi media dalam memperkuat norma. Dikatakannya bahwa media beroperasi secara perlahan-lahan dan mengikuti norma umum yang berkaitan dengan cita, rasa, dan nilai, ketimbang membawanya ke bentuk-bentuk baru. Jadi media massa memperkuat status quo ketimbang menciptakan norma-norma baru atau mengubah pola-pola terlembaga secara mendalam (Effendy, 2003: 279-280).

E. 5. Ideologi

kompleks dan utuh, sebagian yang lain terfragmentasi. Sebagian ajaran ideologi bersifat sementara, sebagian yang lain bertaha

Dalam pengertian yang paling umum dan lunak, ideologi adalah pikiran yang teroganisir, yakni nilai, orientasi, dan kecenderungan yang saling melengkapi sehingga membentuk perspektif-perspektif ide yang diungkapkan melalui komunikasi dengan media teknologi dan komunikasi antarpribadi. Ideologi boleh jadi berlandaskan pada fakta yang dapat dicek kebenarannya dalam sejarah atau secara empiris, boleh jadi tidak. Ideologi tersusun ketat, bisa pula longgar. Sebagian ideologi bersifat

n lama. Sebagian menghadapi perlawanan kuat dari komunikan, sebagian lain berhasil luar biasa dalam waktu yang singkat. Ideologi dipengaruhi oleh asal usulnya, asosiasi kelembagaannya, dan tujuannya, meskipun sejarah dan hubungan-hubungan ini tak akan pernah jelas (Lull, 1997: 1).

Ideologi merupakan ungkapan yang tepat untuk mendeskripsikan nilai dan agenda publik dari bangsa, kelompok agama, kandidat dan pergerakan

21   


(42)

politik, organisasi bisnis, sekolah, serikat buruh, bahkan regu olahraga profesional dan orkes rock. Para pembuat ideologi yang dominan menjadi suatu “elite informasi.” Kekuasaan atau dominasi mereka berasal langsung dari kemampuan mereka untuk mengartikulasikan kepada masyarakat sistem ide yang lebih mereka sukai. Karena itu, ideologi mempunyai kekuatan apabila dilambangkan dan dikomunikasikan (Lull, 1997: 2).

Sering dikatakan bahwa setiap zaman selalu didominasi bentuk atau

dibaca sebagai teks-tubuh, kehidupan sehari-hari, bahkan negara. Teks video nya merupakan proses interaksi antar elemen yang tanpa henti dan acak. Mungkin, sala

2004: 306-307).

E. 5. 1. Video Klip

genre tertentu. Jelas sekali, menurut Jameson, sekarang yang mendominasi adalah video. Ia percaya video eksperimental sejalan dengan posmodernisme itu sendiri. Dalam diskusi kebudayaan, bahasa “karya” (karya seni) lama sebagian telah digantikan bahasa “teks” dan tekstualitas. Semuanya dapat

sendiri dalam momen

h satu elemen (atau tanda) itu adalah “komentar”, atau sebagai “penafsir” elemen yang lain, namun bukan itu persoalannya. Ciri utama video eksperimental posmodern adalah rotasi elemen yang tiada henti sehingga elemen-elemen tersebut dapat berpindah tempat setiap saat, sehingga tidak ada elemen yang pasti menempati posisi penafsir (atau posisi tanda primer) dalam jangka waktu lama, tapi harus segera dicabut pada kesempatan berikutnya. Sejumlah kritikus mengatakan bahwa video menunjukkan dengan sangat intensif dikotomi posmodern antara strategi disruptif garda-depan dan proses-proses di mana strategi-strategi itu diserap dan dinetralisasi (Madan,

22   


(43)

Menurut Jamerson, televisi dan video merepresentasikan, dalam bentuknya, perlawanan tidak hanya pada hegemoni model-model estetika modern, tapi juga pada kekuasaan bahasa kontemporer. Sementara media representasional, seperti novel dan atau film bertujuan menciptakan efek “kenyataan” sementara pada kenyataannya mendistorsi (dengan

foreshortening) [teknik pemendekan jarak dengan perspektif visual],

telescoping [meneropong], video garda depan non-narasi mengunci para

pemirsanya dalam rentang waktu video itu. Video klip sendiri adalah kumpulan guntingan gam

berbeda-beda”. Penggunaannya dapat dilacak ke awal dasawarsa abad ini, dan

, sistematis, dan gejawantahan isi komunikasi’.

bar hidup (iklan, musik, dsb) untuk ditayangkan lewat pesawat televisi atau layar bioskop, rekaman pendek adegan video biasa yang diambil dari rekaman video atau film yang lebih panjang, garapannya terkenal kuat pada tema yang diusung (Madan, 2004: 308).

E. 6. Analisis Isi

Seperti diungkapkan Woollacott (dalam Listiorini, 1999:261), “analisis isi ini dioperasikan oleh seperangkat kategori-kategori konseptual yang berkaitan dengan isi media dan secara kuantitatif menghitung ada atau tidak kategori-kategori tersebut dengan tingkat-tingkat kesulitan yang

definisi yang paling sering dikutip diajukan oleh Berelson (McQuail, 1991 : 179) sebagai ‘teknik penelitian untuk uraian yang objektif

kuantitatif dari pen

Pendekatan dasar untuk menerapkan teknik ini adalah (McQuail, 1991 : 179-180): (1) memilih contoh (sample) atau keseluruhan isi; (2) menetapkan

23   


(44)

kerangka kategori acuan eksternal yang relevan dengan tujuan pengkajian (misalnya sekelompok partai politik atau negara); (3) memilih ‘satuan analisis’ isi (kata, kalimat, alinea, kisah, gambar, urutan, dan sebagainya); (4) menyesuaikan isi dengan kerangka kategori, per satuan unit yang terpilih; (5) mengungkapkan hasil sebagai distribusi menyeluruh dari semua satuan atau percontoh dalam hubungannya dengan frekuensi keterjadian hal-hal yang dicari untuk acuan. Prosedurnya didasarkan at

E. 7. Definisi Konseptual

a. Pesan hedonisme

as dua asumsi utama: bahwa hubungan antara objek acuan eksternal dan acuannya dalam teks akan cukup jelas dan tidak mendua dan bahwa frekuensi perwujudan acuan terpilih secara sahih akan mengungkapkan ‘arti’ utama teks secara objektif (Sobur, 2009: 4-5).

Ahli lain mengatakan bahwa content analysis adalah suatu tahap dari pemprosesan informasi yang menyangkut isi-isi komunikasi yang ditransformasikan melalui aplikasi yang sistematik dan obyektif menuntut ketentuan kategorisasi kedalam data yang dapat diinterpretasikan dan dibandingkan (Bulaeng, 2004: 164). Menurut pendapat Frey, tujuan utama dari penelitian dengan teknik analisis isi adalah mendeskripsikan karakteritik pesan yang asa dalam ranah publik dengan perantaraan pers (Putranto, 2004: 146).

Yaitu pesan yang mengandung unsur-unsur atau nilai-nilai budaya barat yang memperlihatkan gaya hidup sekelompok remaja yang sedang bersenang-senang, minum-minuman beralkohol dan berciuman dengan lawan jenis atau sesama jenis. Semua visualisasi dan lirik yang

24   


(45)

mengandung unsur persuasi bagi audiens untuk hura-hura seperti dalam video klip Black Eyed Peas. Semua yang ditampilkan semata-mata hanya visualisasi “kesenangan”, “kebahagiaan” dan “kenikmatan” tanpa batasan

F.

F. 1. Tipe dan Dasar Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe iptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah pen

sec atau pen

merujuk pada frekuensi untuk melukiskan jenis isi yang didefinisikan.

menggunakan analisis isi yang digunakan untuk si yang disampaikan dalam bentuk lambang. Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk

norma yang ada.

b. Video klip

Video klip sendiri adalah kumpulan guntingan gambar hidup (iklan, musik, dsb) untuk ditayangkan lewat pesawat televisi atau layar bioskop, rekaman pendek adegan video biasa yang diambil dari rekaman video atau film yang lebih panjang, garapannya terkenal kuat pada tema yang diusung (Madan, 2004: 306).

Metode Penelitian

penelitian deskr

elitian yang bertujuan melukiskan secara sitematis fakta atau karakteristik ara faktual dan cermat. Dengan kata lain penelitian deskriptif tidak mencari menjelaskan hubungan antar variabel (Rakhmat, 1991: 24). Sedangkan dekatan kuantitatif adalah dengan mencatat bilangan-bilangan dengan

Dasar penelitian

memperoleh keterangan dari isi komunika

25   


(46)

komun

F. 2. Ruang Lingkup Penelitian dan Satuan Ukur

oleh aktor dan aktris dalam video klip Black Eyed Peas “I gotta feeling”,

walaupun nantinya akan menganalisa liriknya juga. Sedangkan, satuan ukur

nit Analisis

n ini adalah adegan dan lirik lagu yang muncul per scene dalam video klip, dimana bisa dikatakan scene ketika orang yang sam

membagi unit analisis menjadi dua bagian,yaitu:

n guna menokohkan karakter atau membangun cerita dalam setiap scene. Dalam hal ini, segala akting pemain yang mengarah pada nilai-nilai

an sebagai unit analisis

ikasi: surat kabar, buku, puisi, lagu, cerita rakyat, lukisan, pidato, surat, peraturan, undang-undang, musik, teater, dan sebagainya (Rakhmat, 2009 : 89).

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah video klip Black Eyed Peas “í gotta feeling” dengan durasi 4 menit 51 detik yang ditayangkan di televisi, maupun di youtube. Penelitian ini berfokus kepada adegan yang ditampilkan

yang digunakan ialah frekuensi kemunculan scene yang mengandung pesan hedonisme dalam video klip Black Eyed Peas “i gotta feeling” dalam hal ini adegannya.

F. 3. U

Unit analisis yang digunakan dalam penelitia

a atau berbeda berakting di satu waktu dan satu tempat yang sama. Serta keseluruhan lirik lagu yang muncul pada tiap scene dalam video klip Black Eyed Peas “i gotta feeling”. Selanjutnya peneliti akan

a. Unit analisis akting dalam video ini adalah berupa adegan atau akting dari pada pemain dalam video tersebut. Akting adalah segala kegiatan yang dilakuka

westernisasi dapat digunak

26   


(47)

b. Un

etode dan hasilnya sangat

ka dilihat dari frekuensi it analisis lirik adalah segala kalimat yang dinyanyikan oleh pemain dalam video. Dalam penelitian ini, lirik lagu bisa serupa nyanyian oleh karakter yang mengarah pada pesan westernisasi.

F. 4. Struktur Kategori

Merupakan Jantung dari analisis isi yang digunakan untuk mengklasifikasikan isi dari media maka validitas m

bergantung pada kategori yang dibuat oleh peneliti. Kategori seharusnya fungsional dan sistem kategorinya dapat dikendalikan (Flournoy, 1989: 25). Dari penjelasan mengenai kategorisasi diatas serta melihat tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui jumlah pesan hedonisme yang muncul dalam video klip Black Eyed Peas “i gotta feeling” ji

kemunculan pesan dari video klip Black Eyed Peas “i gotta feeling”. Jadi kategorisasi yang relevan dengan penelitian ini adalah :

Ditinjau dari adegan atau akting

1. Life Style atau Gaya Hidup adalah sarana untuk menempa suatu kesadaran diri untuk menciptakan budaya dan simbol-simbol yang mengarah kepada gaya hidup seseorang atau kelompok, seperti berpesta, minum-minuman beralkohol dan sebagainya. Merupakan

a. Berpesta di tempat hiburan malam atau café

karakteristik perilaku yang masuk akal untuk kedua orang lain dan diri sendiri dalam suatu waktu dan tempat, termasuk hubungan sosial, konsumsi, hiburan, dan berpakaian.

Indikatornya antara lain:

27   


(48)

b. Berganti-ganti peralatan teknologi (gadget) sesuai trend seperti

a jenis dan melakukan pat umum. Biasanya

n intim antara lawan jenis atau sesama jenis

F. 5. Teknik Pengumpulan Data

peroleh data dengan cara mengamati atau but, kemudian menuliskan hasil pengamatan handphone dan laptop atau notebook

c. Minum-minuman beralkohol

d. Menggunakan skateboard atau sepeda sebagai alat transportasi e. Memakai pakaian serba “mini”

2. Free Sex adalah hubungan seksual yang dilakukan diluar ikatan pernikahan, baik suka sama suka atau dalam dunia prostitusi. Hal ini erat kaitannya dengan berciuman dengan sesam

hubungan badan dengan lawan jenis di tem

dilakukan dengan alasan mencari variasi seks ataupun sensasi seks untuk mengatasi kejenuhan.

Indikatornya antara lain:

a. Saling merangkul atau berpelukan denga

b. Berciuman dengan lawan jenis. c. Berciuman dengan sesama jenis.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 cara yaitu :

a) Dokumentasi: memperoleh data langsung dari dokumentasi video klip

Black Eyed Peas “i gotta feeling” yang berdurasi 4 menit 51 detik. b) Observasi (pengamatan): mem

menonton video klip terse

pada lembar koding yang sudah ada.

28   


(49)

F. 6. Teknik Analisis Data

Penelitian yang menggunakan dasar analisis isi umumnya melakukan

ri-kategori yang sudah ditentukan terlebih

dahulu h

dipilih oleh peneliti dengan alasan koder pernah punya pengalaman menjadi

ampu m video klip dengan mudah.

(koding) yang dibuat sesuai katego

. Proses koding yang dilakukan melibatkan dua orang koder yang suda

koder untuk penelitian yang serupa atau minimal mengetahui seperti apa penelitian analisis isi, sehingga memudahkan peneliti pada saat memberikan pelatihan pengkodingan pada dua orang koder. Alasan lain peneliti memilih dua koder ialah koder yang mengerti tentang seluk-beluk atau pernah mengikuti proses produksi film, video klip, company profile dan iklan, sehingga m menerjemahkan isi pesan dala

Kemudian setelah proses pengkodingan, data disajikan dengan menyusun secara berurutan dan disebutkan frekuensinya masing-masing. Kategori-kategori yang sudah ditentukan kemudian diolah ke dalam tabel untuk dihitung frekuensi kemunculan pesannnya. Ada tahap-tahap sebelum data diolah ke dalam tabel yaitu dengan cara sebagai berikut :

a) Mengkategorikan pesan dalam video klip Black Eyed Peas “i gotta feeling” yang berdurasi 4 menit 51 detik.

b) Data yang sudah terkumpul kemudian dimasukkan dalam lembar koding sesuai dengan kategorinya, untuk kemudian dideskripsikan dan dianalisa datanya.

29   


(50)

Tabel 1:

Contoh lembar Coding

SCENE UNIT ANALISIS UNIT ANALISIS KATEG PESA

AKTING LIRIK

ORI N

A B

JUMLAH

Data diolah oleh peneliti Keterangan: A = Life Style

B = Free Sex

peneliti akan memberi tanda (√) bila tedapat kategorisasi dalam setiap scene, dan akan memberi tanda (-) bila tidak terdapat kategorisasi dalam scene.

G. Uji Reliabilitas

a instr penelitian n pende atif yang

diujicobakan harus at valid reliabilit ya untu engetahui

kevalidan hasil pengujian data yang sudah diolah dalam tabel koding. Agar reliabilitas dan validitas data dapat teruji secara akurat maka dibutuhkan yang sebelumnya telah diberikan penjelasan mengenai deskripsi kategorisasi yang telah dibuat oleh peneliti dan

Pengamat I dan pengamat II bersama-sama mengamati video klip, dengan h pengamatan, dan diisi bersama-sama. Format isian yang dimaks

diperlukan pendefinisian batasan kategori sedetail mungkin, memberikan

Semu umen

diuji tingk

denga itas dan

katan kuantit

asn k m

bantuan dua orang sebagai pengkoding

juga pelatihan terhadap pengkoding, bagaimana teknik pengisian lembar koding. Langkah-langkah dalam melakukan uji reliabilitas sebagai berikut:

menggunakan sebua

ud terdiri dari tiga kolom untuk memuat alternatif jawaban “ya(√)” dan “tidak(-)”. Untuk mencapai tingkat reliabilitas yang diharapkan, maka

30   


(51)

pelatihan dan pengertian terhadap koder (pengamat). Dengan menggunakan rumus Holtsy yang dikemukakan oleh Roger D. Wimmer dan Joseph R. Dominick (2003:157), sebagai berikut:

2M

CR = --- N1 + N2

Keterangan:

CR : coefisien reliability

M : jumlah pernyataan yang sama untuk objek yang sama oleh

peneliti dan dua pengkode.

N1, N2 : jumlah pernyataan yang dibuat oleh pengkoder dari hasil

pengkodingan yang diperoleh.

Guna memperkuat hasil penelitian melalui rumus Holsty, maka dapat

dip rumus Scott, yaitu sebagai berikut :

t - % Expected Agreement) --- (1 - % Expected agreement)

Keterangan :

P edalaman

Observed Agreem

Expected Agreement : Persetujuan yang diharapkan

Sesuai dengan form enguji

reliabilitas perlu adanya perhitungan tinkat kesepakatan antara peneliti dan erkuat dengan menggunakan

(% Observed Agreemen Pi

=---i : Nilai K

ent : Prosentase persetujuan antar pengkode

ula yang dikemukakan oleh Holsty, untuk m

31   


(52)

32   

a tingkat kesepakatan tidak m

lebih spesi

koder. Jika tingkat kesepakatan mencapai 0,75 atau lebih maka data yang diperoleh dinyatakan valid dan reliable. Namun sebaliknya, jik

encapai 0,75 maka kategori operasionalnya perlu dibuat fik lagi.


(1)

b. Un

etode dan hasilnya sangat

ka dilihat dari frekuensi it analisis lirik adalah segala kalimat yang dinyanyikan oleh pemain dalam video. Dalam penelitian ini, lirik lagu bisa serupa nyanyian oleh karakter yang mengarah pada pesan westernisasi.

F. 4. Struktur Kategori

Merupakan Jantung dari analisis isi yang digunakan untuk mengklasifikasikan isi dari media maka validitas m

bergantung pada kategori yang dibuat oleh peneliti. Kategori seharusnya fungsional dan sistem kategorinya dapat dikendalikan (Flournoy, 1989: 25). Dari penjelasan mengenai kategorisasi diatas serta melihat tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui jumlah pesan hedonisme yang muncul dalam video klip Black Eyed Peas “i gotta feeling” ji

kemunculan pesan dari video klip Black Eyed Peas “i gotta feeling”. Jadi kategorisasi yang relevan dengan penelitian ini adalah :

Ditinjau dari adegan atau akting

1. Life Style atau Gaya Hidup adalah sarana untuk menempa suatu

kesadaran diri untuk menciptakan budaya dan simbol-simbol yang mengarah kepada gaya hidup seseorang atau kelompok, seperti berpesta, minum-minuman beralkohol dan sebagainya. Merupakan

a. Berpesta di tempat hiburan malam atau café

karakteristik perilaku yang masuk akal untuk kedua orang lain dan diri sendiri dalam suatu waktu dan tempat, termasuk hubungan sosial, konsumsi, hiburan, dan berpakaian.


(2)

b. Berganti-ganti peralatan teknologi (gadget) sesuai trend seperti

a jenis dan melakukan pat umum. Biasanya

n intim antara lawan jenis atau sesama jenis

F. 5. Teknik Pengumpulan Data

peroleh data dengan cara mengamati atau but, kemudian menuliskan hasil pengamatan handphone dan laptop atau notebook

c. Minum-minuman beralkohol

d. Menggunakan skateboard atau sepeda sebagai alat transportasi e. Memakai pakaian serba “mini”

2. Free Sex adalah hubungan seksual yang dilakukan diluar ikatan

pernikahan, baik suka sama suka atau dalam dunia prostitusi. Hal ini erat kaitannya dengan berciuman dengan sesam

hubungan badan dengan lawan jenis di tem

dilakukan dengan alasan mencari variasi seks ataupun sensasi seks untuk mengatasi kejenuhan.

Indikatornya antara lain:

a. Saling merangkul atau berpelukan denga

b. Berciuman dengan lawan jenis. c. Berciuman dengan sesama jenis.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 cara yaitu :

a) Dokumentasi: memperoleh data langsung dari dokumentasi video klip Black Eyed Peas “i gotta feeling” yang berdurasi 4 menit 51 detik. b) Observasi (pengamatan): mem

menonton video klip terse


(3)

F. 6. Teknik Analisis Data

Penelitian yang menggunakan dasar analisis isi umumnya melakukan ri-kategori yang sudah ditentukan terlebih

dahulu h

dipilih oleh peneliti dengan alasan koder pernah punya pengalaman menjadi

ampu m video klip dengan mudah.

(koding) yang dibuat sesuai katego

. Proses koding yang dilakukan melibatkan dua orang koder yang suda

koder untuk penelitian yang serupa atau minimal mengetahui seperti apa penelitian analisis isi, sehingga memudahkan peneliti pada saat memberikan pelatihan pengkodingan pada dua orang koder. Alasan lain peneliti memilih dua koder ialah koder yang mengerti tentang seluk-beluk atau pernah mengikuti proses produksi film, video klip, company profile dan iklan, sehingga m menerjemahkan isi pesan dala

Kemudian setelah proses pengkodingan, data disajikan dengan menyusun secara berurutan dan disebutkan frekuensinya masing-masing. Kategori-kategori yang sudah ditentukan kemudian diolah ke dalam tabel untuk dihitung frekuensi kemunculan pesannnya. Ada tahap-tahap sebelum data diolah ke dalam tabel yaitu dengan cara sebagai berikut :

a) Mengkategorikan pesan dalam video klip Black Eyed Peas “i gotta feeling” yang berdurasi 4 menit 51 detik.

b) Data yang sudah terkumpul kemudian dimasukkan dalam lembar koding sesuai dengan kategorinya, untuk kemudian dideskripsikan dan dianalisa datanya.


(4)

Tabel 1:

Contoh lembar Coding SCENE UNIT ANALISIS UNIT ANALISIS KATEG PESA

AKTING LIRIK

ORI N

A B

JUMLAH

Data diolah oleh peneliti Keterangan: A = Life Style

B = Free Sex

peneliti akan memberi tanda (√) bila tedapat kategorisasi dalam setiap scene, dan akan memberi tanda (-) bila tidak terdapat kategorisasi dalam scene.

G. Uji Reliabilitas

a instr penelitian n pende atif yang

diujicobakan harus at valid reliabilit ya untu engetahui kevalidan hasil pengujian data yang sudah diolah dalam tabel koding. Agar reliabilitas dan validitas data dapat teruji secara akurat maka dibutuhkan yang sebelumnya telah diberikan penjelasan mengenai deskripsi kategorisasi yang telah dibuat oleh peneliti dan

Pengamat I dan pengamat II bersama-sama mengamati video klip, dengan h pengamatan, dan diisi bersama-sama. Format isian yang dimaks

diperlukan pendefinisian batasan kategori sedetail mungkin, memberikan

Semu umen

diuji tingk

denga itas dan

katan kuantit

asn k m

bantuan dua orang sebagai pengkoding

juga pelatihan terhadap pengkoding, bagaimana teknik pengisian lembar koding. Langkah-langkah dalam melakukan uji reliabilitas sebagai berikut:

menggunakan sebua

ud terdiri dari tiga kolom untuk memuat alternatif jawaban “ya(√)” dan “tidak(-)”. Untuk mencapai tingkat reliabilitas yang diharapkan, maka


(5)

pelatihan dan pengertian terhadap koder (pengamat). Dengan menggunakan rumus Holtsy yang dikemukakan oleh Roger D. Wimmer dan Joseph R. Dominick (2003:157), sebagai berikut:

2M

CR = --- N1 + N2 Keterangan:

CR : coefisien reliability

M : jumlah pernyataan yang sama untuk objek yang sama oleh peneliti dan dua pengkode.

N1, N2 : jumlah pernyataan yang dibuat oleh pengkoder dari hasil pengkodingan yang diperoleh.

Guna memperkuat hasil penelitian melalui rumus Holsty, maka dapat dip rumus Scott, yaitu sebagai berikut :

t - % Expected Agreement) --- (1 - % Expected agreement)

Keterangan :

P edalaman

Observed Agreem

Expected Agreement : Persetujuan yang diharapkan

Sesuai dengan form enguji

reliabilitas perlu adanya perhitungan tinkat kesepakatan antara peneliti dan erkuat dengan menggunakan

(% Observed Agreemen Pi

=---i : Nilai K

ent : Prosentase persetujuan antar pengkode


(6)

a tingkat kesepakatan tidak m

lebih spesi

koder. Jika tingkat kesepakatan mencapai 0,75 atau lebih maka data yang diperoleh dinyatakan valid dan reliable. Namun sebaliknya, jik

encapai 0,75 maka kategori operasionalnya perlu dibuat fik lagi.