Analisis Semiotik Pesan Dakwah Syari’ah Islam Dalam Video Klip Lagu “The Choosen One” – Maher Zain

(1)

MAHER ZAIN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Disusun oleh :

ANAH ERVINA

NIM: 108051000098

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M


(2)

MAHER ZAIN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Disusun oleh : ANAH ERVINA NIM: 108051000098

Pembimbing,

Dr. Rulli Nasrullah M.Si NIP: 19750318200801 1008

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M


(3)

Choosen One”- Maher Zaintelah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas

Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 09 Januari 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Manajemen Dakwah.

Jakarta, 09 Januari 2014

Sidang Munaqasyah

Ketua Sidang Sekretaris Sidang

Drs. Wahidin Saputra M.A. Umi Musyarofah, M.A. NIP. 19700093 199603 1 001 NIP. 19710816 199703 200 2

Anggota,

Penguji I Penguji II

Fita Faturrahman M.Si Dr. Hj Roudhonah. MA

NIP. 19830610 200912 200 1 NIP. 19580910 198703 200 1

Pembimbing

Dr. Rulli Nasrullah M.Si NIP. 19750318 20081 100 8


(4)

(5)

i

108051000098

Analisis Semiotik DakwahSyari’ahIslam dalam Video Klip Lagu“The Choosen One”- Maher Zain

Manusia adalah makhluk sosial. Dimana manusia memerlukan komunikasi untuk kelangsungan hidupnya. Video klip merupakan suatu sarana medium ekspresi dan komunikasi. Video klip sebagai media memiliki signifikan yang besar untuk memengaruhi public melalui video yang menggambarkan isi dalam lirik. Publik seakan menyaksikan langsung bahkan ikut merasakan lirik dalam video klip.

Video klip yang menjadi objek penelitian adalah video klip Maher Zain yang berjudul The Choosen One garapan sutradara Lena Khan. Video klip ini mengisahkan perilaku seorang muslim dalam kehidupan bersosial sehari-hari ditengah kehidupan masyarakat Amerika yang notabene sebagian besar mereka ialah masyarakat non Muslim. Pada scene pertama dan terakhir ditampilkan melalui tulisan bahwa video ini terinspirasi dari nabi Muhammad SAW..

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna denotasi, konotasi dan mitos yang terdapat dalam video klip The Choosen One. Serta interpretasi apa yang muncul dalam hasil analisa video klip tersebut. Video klip umumnya dibangun dengan banyak tanda. Tanda-tanda itu termasuk berbagai system tanda yang bekerja sama dengan baik dalam upaya mencapai efek yang diharapkan. Karena sebuah video klip pada dasarnya bias melibatkan bentuk-bentuk symbol visual dan linguistik. Untuk mengkodekan pesan yang disampaikan.

Untuk itu penulis menggunakan teknik semiotika dalam penelitian ini dengan metode Roland Barthes. Barthes mengembangkan semiotik menjadi dua tingkat penandaan, yaitu denotasi dan konotasi yang menghasilkan makna eksplisit untuk memahami makna yang terkandung dalam video klip ini. Dalam kerangka Barthes konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya

sebagai ‘mitos’ dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan

pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Hasil penelitian ini menunjukkan beberapa pesan dakwah Syari’ah Islam yang disampaikan oleh komunikator kepada penonton. Syari’ah

dalamIslamberhubungan eratdalamamallahir

(nyata)dalamrangkamentaatisemuaperaturanatau hukumAllah guna mengaturhubunganantaramanusiadengantuhannyadan mengatur pergaulan hidup antara sesama manusia.

Keyword: video klip, Maher Zain,The Choosen One, semiotik, Nabi Muhammad, DakwahSyari’ah


(6)

ii

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji milik Allah SWT, Rabb pemilik alam semesta alam beserta isinya. Tiada Dzat yang patut kita sembah selain Dia.

Shalawat dan salam semoga tercurah limpah kepada baginda Alam Nabi Muhammad SAW. Kepada keluarga, sahabat, tabiin dan tabiatnya semoga selalu tercurah limpah juga.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari benar bahwa tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak terkait, penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Karena berkat arahan, bantuan, petunjuk dan motivasi yang diberikan, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna mendapatkan gelar Strata Satu (S1) di jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDIKOM), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarid Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa yakni Allah Subhanahu wa ta’ala yang tak henti-hentinya mencurahkan karunia dan kasih sayangnya kepada penulis.

2. Nabi Muhammad SAW yang selalu memberi inspirasi dan contoh yang baik kepada umatnya.

3. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA.

4. Dr. Arief Subhan, MA., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDIKOM),serta Pembantu Dekan Dr. Suparto, M. Ed, MA., Drs. Jumroni, M.Si., dan Drs. Wahidin Saputra, M.Ag.

5. Bapak Rachmat Baihaki, MA., sebagai Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.


(7)

iii

waktu, bimbingan, petunjuk, motivasi dan pemikirannya kepada penulis. 8. Segenap Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,

yang telah mentransformasikan ilmu, sehingga penulis mampu menyelesaikan studi maupun penulisan skripsi ini.

9. Pak Fatony serta tim sidang munaqosyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah.

10. Staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

11. Orang tua tercinta, Mami, Papa, Mbah, Tante Oni, Tante Nita dan Tante Ani yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.

12. Teman-teman semua, Arvin Suarja, Caesar Fatony Raharjo, Firman Auliya, Hadi El Habsyi, Ahmad Fauzi Assegaf yang selalu memberikan semangat dan dukungannya.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT semua amal balik dikembalikan, semoga Allah SWT membalas jasa segala dukungan yang diberikan kepada penulis dengan balasan yang berlipat ganda. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca pada umumnya.

Aamiin Yaa Rabbal ‘aalamiin… Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta 9 Januari 2014 Penulis


(8)

iv

ABSTRAK...

KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI...

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Rumus Masalah ... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

D. Tinjauan Pustaka ... 6

E. Metodologi Penelitian ... 7

F. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Tinjauan Tentang Dakwah Islamiah ... 13

1. Pengertian Dakwah Islam... 13

2. Tujuan Dakwah ... 15

3. Klasifikasi Ajaran Islam ... 17

4. Hubungan Proses Komunikasi Dengan Penyampaian Pesan Dakwah... 22

B. Tinjauan Umum Mengenai Video ... 24

1. Pengertian Video Sebagai Film... 24

2. Jenis dan Klasifikasi Film ... 26


(9)

v

C. Tinjauan Umum Semiotik ... 35

1. Konsep Semiotik ... 35

2. Konsep Semiotika Roland Barthes... 38

3. Video Klip Sebagai Semiotika Komunikasi Visual ... 44

BAB III PROFIL A. Profil Maher Zain ... 46

B. Penghargaan ... 47

C. Gambaran Umum Klip The Choosen One ... 49

D. Tim Produksi The Choosen One ... 52

BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Lirik The Choosen One... 55

B. Analisis Makna Denotasi, Konotasi, dan Mitos Video The Choosen One ... 87

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 89

B. Saran... 92

DAFTAR PUSTAKA... 94


(10)

1

A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi melalui media elektronik dipercaya sangat cepat menyebarkan informasi dibandingkan media yang lainnya. Dengan begitu, banyak orang yang memanfaatkan media elektronik untuk mendapatkan informasi dengan cepat, mempromosikan, dan memengaruhi keyakinan dan perilaku.

Seperti yang kita ketahui bahwasannya media elektronik berkembang dengan sangat cepat seperti halnya televisi, radio, smartphone, dan lain-lain. Sulit untuk menemukan sebuah rumah tangga tanpa televisi yang mana televisi merupakan media elektronik yang paling umum digunakan. Televisi sendiri mempunyai banyak program seperti film, iklan, musik, dll. Dewasa ini, banyak acara musik yang menjamur di televisi. Tentu saja acara musik tersebut juga dilengkapi dengan tayangan video klip. Video klip merupakan salah satu bentuk komunikasi yang menyampaikan pesan dengan menggunakan audio dan visual. Selain itu, video klip tersebut digunakan untuk menambah kesan lebih hidup agar pesan yang disampaikan ke masyarakat luas dapat diterima dengan sangat baik.

Video klip sebagai media komunikasi berarti sebuah video klip adalah sarana penyampaian pesan. Video klip telah digunakan sebagai media penyampaian pesan moral, keagamaan, kritik sosial, dan propaganda. Video


(11)

klip sebagai sarana penyampaian pesan moral ialah bila di dalam video klip disisipkan materi pesan-pesan ataupun nasehat moral yang biasanya divisualisasikan dalam cerita berupa kejadian dalam dialog yang diperankan oleh model. Begitu juga dalam penyampaian pesan agama, kritik sosial, dan propaganda divisualisasikan dalam adegan visual atau audio yang berupa lagu. Salah satu video klip yang sekarang sedang ramai diperbincangkan orang dan menjadi salah satu topik yang menarik adalah video klip dalam lagu The Choosen One. Lagu The Choosen One tersebut dipopulerkan oleh penyanyi terkenal yang berasal dari Lebanon yaitu Maher Zain. Video klip ini diproduksi oleh Awakening Record dan bekerjasama dengan Hectic Film dan diproduseri oleh Noel Vega. Direktur Video klip lagu tersebut adalah Lena Khan dimana lokasi yang dipilih dalam penggarapan lagu ini di Rickey Bird dan lirik lagu ditulis oleh Bara Kherigi. Video klip tersebut bercerita tentang kehidupan Nabi Muhammad sebagai suri tauladan bagi umat manusia yang ada di dunia ini.

Video klip ini juga menunjukkan pesan dakwah mengenai ajaran Islam dalam bidang syariah.Syari’ah dalam Islam berhubungan erat dalam amal lahir

(nyata) dalam rangka mentaati semua peraturan atau hukum Allah guna mengatur

hubungan antara manusia dengan Tuhannya dan mengatur pergaulan hidup

antara sesama manusia.1

Dapat kita lihat dalam videoklip The Choosen One terdapat rentetan adegan yang diawali dengan adegan seorang tetangga yang selalu berbuat tidak menyenangkan terhadap tetangga yang lainnya tetapi tetangga yang baik

1


(12)

hati itu selalu berusaha sabar tanpa mempermasalahkan atau membalas dendam. Hal ini menceritakan tentang kisah Nabi Muhammad SAW yang selalu mendapat perlakuan buruk dari tetangga-tetangganya tetapi Sang Nabi dengan sifatNya yang luar biasa tetap menyayangi tetangga- tetangganya tersebut. Hal ini dibuktikan dalam hadist yang diriwayatkan Bukhori dan Muslim, Nabi Muhammad SAW bersabda: Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berkata baik atau diam, siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia menghormati tetangganya dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya.2

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mendalam terhadap videoklip dalam lagu The Choosen One yaitu tentang pesan-pesan bernuansa Islami yang ingin disampaikan oleh pengarang lagu kepada khalayak umum melaluil yang terdapat dalam videoklip tersebut. Semua akan dijelaskan dalam skripsi yang berjudul: Analisis Semiotik Dakwah Syari’ah

Islam dalam Video Klip Lagu“The Choosen One”- Maher Zain.

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan judul dan latar belakang masalah di atas, penulis membatasi untuk mempermudah penyusunan dengan melakukan analisis

secara semiotik dalam videoklip “THE CHOOSEN ONE” dengan

menggunakan metode analisis semiotik Roland Barthes, dan materi yang 2


(13)

diteliti dalam videoklip tersebut dikhususkan pada bagian yang berkaitan dengan konsep dan nilai-nilai keIslaman yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW yang ditampilkan dalam videoklip oleh model dan alur cerita.

2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan menjadi objek penelitian ini terangkum dalam beberapa poin pertanyaan, yaitu:

a. Bagaimana makna denotasi, konotasi dan mitos dalam video klip lagu “The Choosen One”?

b. Pesan dakwah apa saja yang terkandung dalam video klip tersebut ditengah latar kehidupan sosial Amerika?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka ada beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, yaitu:

Tujuan penelitian secara teoritis, diantaranya:

a. Untuk mengetahui makna denotasi, konotasi dan mitos yang terdapat dalam video klip“The Choosen One”dilihat dari perspektif semiotika. b. Untuk mengetahui pesan dakwah Islam yang dikontruksikan dalam videoklip “The Choosen One” dengan setting ditengah kehidupan sosial Amerika.


(14)

Tujuan penelitian secara praktis, diantaranya:

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pembaca terhadap sesuatu yang menunjuk kepada pembahasan mengenai semiotika yang terdapat dalam video klip, dan bagaimana lagu tersebut menyampaikan pesan tentang ajaran Islam melalui videoklip dimana adegan-adegan yang terdapat dalam videoklip tersebut mengisahkan tentang perilaku Nabi Muhammad SAW sebagai manusia pilihan. Serta diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kajian yang bermanfaat bagi mahasiswa-mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

2. Manfaat Penelitian

Adapun terdapat manfaat penelitian yang dibagi dalm dua aspek yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.

Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk:

a. Memperkaya kajian komunikasi massa melalui kajian semiotik model Roland Barthes, khususnya bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam.

b. Dapat dijadikan pengetahuan terhadap konstruksi pesan yang terdapat dalam videoklip bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam, khususnya tentang analisis semiotik.


(15)

Secara praktis, penelitian ini bermanfaat untuk:

a. Menambah wawasan mengenai konstruksi pesan dalam sebuah video klip bagi praktisi di bidang penyiaran dan sejenisnya.

b. Menambah ilmu tentang cara penggambaran video klip bagi para mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam khususnya, serta mahasiswa lain yang mempunyai minat dalam bidang penyiaran pada umumnya.

D. Tinjauan Pustaka

Pada penelitian ini penulis juga menggunakan skripsi yang memiliki beberapa persamaan dengan penelitian ini, sebagai referensi atau rujukan bagi penulis dalam merumuskan permasalahan, dan sekaligus sebagai referensi tambahan selain buku, koran, dan artikel. Adapun beberapa judul penelitian yang penulis dapatkan sebagai berikut:

Pertama “Analisis Semiotik, Wajah Islam dalam Film “My Name is Khan” oleh Farouk Kahlil Gibran Bagawi tahun 2011, Jurusan Komunikasi

dan Penyiaran Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi tersebut memiliki persamaan dengan penelitian ini dalam hal penggunaan metode analisis semiotik Roland Barthes.

Berikutnya “Analisis Semiotik Film Turtles Can Flyoleh Istiana tahun 2009, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi tersebut juga mempunyai persamaan dengan penelitian ini dalam hal penggunaan metode analisis semiotik Roland Barthes dan juga mempunyai perbedaan dalam hal perumusan masalah.


(16)

Selain skripsi-skripsi di atas, penelitian ini juga merujuk pada skripsi

“Analisis Semiotik Terhadap Film Animasi UPIN dan IPIN” oleh Ahmad

Bayhaki, tahun 2009, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini menggunakan teknik analisis semiotik model Charles Sanders Peirce.

Meskipun penelitian ini mendapat rujukan dari skripsi-skripsi di atas, akan tetapi ada perbedaan dari skripsi-skripsi di atas yaitu pada bahan penelitian dan fokus penelitiannya. Bahan penelitian dalam skripsi ini adalah video klip, sedangkan skripsi-skripsi di atas bahan penelitiannya adalah film. Dalam hal ini, peneliti menggunakan analisis semiotik Roland Barthes yang meneliti adegan-adegan visual yang terdapat dalam video klip “THE CHOOSEN ONE”.

E. Metodologi Penelitian

1. Paradigma Penelitian: Konstruktivisme

Penulis menggunakan paradigma konstruktivisme dalam penelitian ini. Paradigma konstruktivis, yaitu paradigma yang hampir merupakan antithesis dari paham yang meletakkan pengamatan dan objektivitas dalam menemukan suatu realitas atau ilmu pengetahuan. Paradigma ini memandang ilmu sosial sebagai analisis sistematis terhadap socially meaningful action melalui pengamatan langsung dan terperinci terhadap pelaku sosial yang bersangkutan menciptakan dan memelihara/ mengelola dunia sosial mereka.3

3

Dedy N. Hidayat, Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial Empirik Klasik, (Jakarta: Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia, 2003), hlm. 3.


(17)

Menurut Patton, para peneliti konstruktivis mempelajari beragam realita yang terkonstruksi oleh individu dan implikasi dari konstruksi tersebut bagi kehidupan mereka dengan yang lain. Dalam konstruksivis, setiap individu memiliki pengalaman yang unik. Dengan demikian, penelitian dengan strategi seperti ini menyarankan bahwa setiap cara yang diambil individu dalam memandang dunia adalah valid, dan perlu adanya rasa menghargai atas pandangan tersebut.4

Peneliti menggunakan paradigm konstruktivis untuk mengetahui bagaimana cara dakwah yang dilakukan oleh seorang muslim tersebut ditengah kehidupan sosial masyarakat Non Muslim di Amerika.

2. Pendekatan Penelitian : kualitatif

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif semiotik yaitu penelitian yang tidak menggunakan data-data statistik dan jenis penelitiannya adalah deskriptif seperti yang didefinisikan oleh Jalaludin Rachmat sebagai metode yang hanya memaparkan situasi dan peristiwa dan tidak mencari atau menjelaskan hubungan. Penelitian deskriptif timbul karena adanya suatu peristiwa yang menarik perhatian peneliti namun belum ada kerangka teoritis yang menjelaskannya.5

3. Metode Penelitian : Semiotika Roland Barthes

Analisis semiotika yang digunakan mengacu pada semiologi Roland Barthes signifikasi dua tahap (two order signification); denotasi dan konotasi. Semiologi Roland Barthes dipilih karena mampu memaknai 4

Michael Quinn Patton, Qualitative Research and Evaluation Methods, 3rdEdition.

(Thousand Oaks, California: Sage Publications, Inc., 2002), hlm. 96-97.

5

Jalaludin Rachmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005) h. 24-25


(18)

tanda pada media visual seperti iklan televisi. Semiologi Roland Barthes menekankan pada peran pembaca (reader), peran di sini berarti walaupun sebuah tanda telah memiliki makna denotasi ataupun konotasi, tetapi tetap saja dibutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi. Dalam semiologi Roland Barthes, kode-kode komunikasi yang terdapat pada desain iklan televisi nantinya akan dicari makna riil-nya (denotasi), kemudian hubungan antara satu tanda dengan tanda lainnya akan dicarmakna tersirat di dalamnya (konotasi)6

4. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah video klip lagu The Choosen One, sedangkan objek penelitiannya adalah potongan adegan visual dalam video klip lagu The Choosen One yang berkaitan dengan perilaku dan ajaran Nabi Muhammad SAW.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data, data dibagi menjadi dua, yaitu: 1) Data primer adalah berupa data yang diperoleh dari rekaman videoklip laguThe Choosen One. Yang kemudian dibagi perscenedan dipilih adegan-adegan sesuai rumusan masalah yang mana digunakan untuk penelitian. 2) Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen atau literatur-literatur yang mendukung data primer, seperti buku-buku yang sesuai dengan penelitian, artikel koran, catatan kuliah, kamus istilah, internet, dan sebagainya.

6Makna Slogan You C1000 Terhadap Citra Produk

(Analisis Semiotika Iklan Makna Slogan You C1000 Healthy Inside, Fresh Outside” Versi Xinema Zavarrete Terhadap Citra Produk di Televisi Swasta)Dra. Inon Beydha,M.Si,Ph.D Koncho Putra Adila


(19)

6. Observasi non partisipan

Pengumpulan data dilakukan oleh penulis dengan menggunakan dua cara, yang pertama observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung dan bebas terhadap objek penelitian dan unit analisis dengan cara menonton dan mengamati adegan demi adegan dan lirik dalam video klip lagu “THE CHOOSEN ONE”.

Kemudian, memilih dan menganalisia sesuai dengan model penelitian yang digunakan.

7. Dokumentasi, yaitu mengumpulkan data-data melalui telaah dan mengkaji berbagai literatur yang sesuai dan ada hubungannya dengan bahan penelitian yang kemudian dijadikan bahan argumentasi. Seperti buku-buku, artikel koran, arsip, kamus istilah, internet dan sebagainya. 8. Wawancara, Yaitu dengan wawancara langsung kepada sutradara

melalui akun sosial media. 9. Teknik Analisis Data

Setelah data primer dan sekunder terkumpul kemudian diklasifikasikan sesuai dengan pertanyaan penelitian yang telah ditentukan. Setelah data terklasifikasi, dilakukan analisis data menggunakan teknik analisis semiotika Roland Barthes. Barthes mengembangkan semiotika menjadi dua tingkatan penandaan, yaitu denotasi dan konotasi yang menghasilkan makna eksplisit untuk memahami konstruksi pesan yang terdapat dalam video klip lagu The Choosen Onemengenai perilaku Nabi Muhammad dan ajaran Islam.


(20)

Dalam penelitian ini digunakan teknik analisis data yaitu analisis semiotik sebagai sarana komunikasi massa penyampai pesan yang terdapat dalam video klip tersebut. Pada hakikatnya, semiotik didefinisikan oleh Ferdinand De Sausure di dalam Course In General Linguistic sebagai “ilmu yang mengkaji tanda sebagai bagian dari kehidupan sosial”7. Jadi secara semiotika dapat dipahami sebagai ilmu yang mempelajari tentang tanda-tanda.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembatasan skripsi ini, secara sistematis penulisannya dibagi ke dalam lima bab beserta sub-babnya sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN, yaitu berupa latar belakang masalah yang

membahas video klip sebagai media komunikasi, sekilas tentang videoklip lagu The Choosen One yang berkaitan dengan perilaku Nabi Muhammad SAW sebagai manusia pilihan dan dakwah yang ingin disampaikan oleh pembuat video ini tentang Islam. Disamping itu, bab ini juga mencakup tentang pembatasan masalah dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan yang terakhir adalah tentang sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN TEORITIS, yang meliputi penjelasan tinjauan tentang teori dakwah syari’ah yang berisi seputar pengertian

7


(21)

dakwah Islam, Tujuan dakwah, klasifikasi ajaran Islam, hubungan proses komunikasi dengan penyampaian pesan dakwah. Tinjauan umum mengenai video yang meliputi pengertian video sebagai film, jenis dan klasifikasi film, unsure-unsur pembentuk film,film suatu medium ekspresi dan komunikasi, dan teknik pengambilan gambar. Tinjauan umum semiotic yang berisi mengenai konsep semiotik, konsep Semiotika Roland Barthes dan video klip sebagai semiotika komunikasi visual.

BAB III : GAMBARAN UMUM VIDEOKLIP LAGU “THE

CHOOSEN ONE”, bab ini menjelaskan secara umum segala

sesuatu mengenai videoklip lagu The Choosen One yang berkenaan dengan konstruksi pesan yang terdapat dalam video klip tersebut.

BAB IV : ANALISIS DATA, bab ini yaitu berupa analisis semiotik terhadap data dari videoklip lagu “THE CHOOSEN ONE”

dan tentang perilaku Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan dan manusia pilihan dan interpretasi data hasil temuan melalui metode semiotika yang dipakai oleh penulis. BAB V : PENUTUP, bab ini berupa simpulan dan saran dari penelitian


(22)

13

A. Tinjauan Tentang Dakwah Islamiah 1. Pengertian Dakwah Islam

Dakwah, baik sebagai gagasan maupun sebagai kegiatan, sangat terkait dengan ajaran amar ma’ruf nahi mungkar (menyuruh untuk mengerjakan kebaikan dan melarang untuk melakukan keburukan). Dua hal ini, kebaikan dan keburukan, selalu ada dalam kehidupan kita dan tampil sebagai suatu keadaan atau kekuatan yang berlawanan. Tugas kita dalam menegakkan dakwah adalah bagaimana memenangkan kebaikan dan kebajikan itu atas keburukan dan kemungkaran.1 Dakwah ibarat lentera kehidupan yang memberi cahaya dan menerangi hidup manusia dari nestapa kegelapan. Tatkala manusia dilanda kegersangan spiritual, dengan rapuhnya akhlak, maraknya korupsi, kolusi dan manipulasi, dakwah diharapkan mampu memberi cahaya terang. Maraknya berbagai ketimpangan, kerusuhan, kecurangan, dan sederet tindakan tercela lainnya, disebabkan terkikisnya nilai-nilai agama dalam diri manusia. Tidak berlebihan jika dakwah merupakan bagian yang cukup penting bagi umat saat ini.2

1

Hamdan Daulay, Dakwah di Tengah Persoalan Budaya dan Politik, (Yogyakarta : LESFI, 2001) hal v

2

Hamdan Daulay, Dakwah di Tengah Persoalan Budaya dan Politik, (Yogyakarta : LESFI, 2001) hal 3


(23)

Secara etimologis perkataan dakwah berasal dari bahasa Arab yang berarti: seruan–ajakan–panggilan. Sedangkan orang yang melakukan seruan atau ajakan tersebut dikenal dengan panggilan da’i yaitu orang yang menyeru. Mengingat bahwa proses memanggil atau menyeru tersebut juga merupakan suatu proses penyampaian (tabligh) atas pesan–pesan tertentu, maka dikenal mubaligh yaitu orang yang berfungsi sebagai komunikator untuk menyampaikan pesan kepada komunikan. Dengan demikian, secara etimologis pengertian dakwah merupakan suatu proses penyampaian pesan–pesan tertentu yang berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang lain memenuhi ajakan tersebut. Sedangkan secara terminologis pengertian dakwah menurut H . Endang S.Anshari ada dua3:

a. Dakwah dalam arti terbatas ialah menyampaikan Islam kepada manusia secara lisan, maupun tulisan, ataupun secara lukisan. (panggilan, seruan, ajakan kepada manusia pada Islam)

b. Dakwah dalam arti luas ialah penjabaran, penterjemahan dan pelaksanaan Islam dalam perikehidupan manusia (termasuk didalamnya politik, ekonomi, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, kesenian, kekeluargaan dan sebagainya).

Apabila kita katakan “Dakwah Islam“ maka yang kita maksudkan adalah “Risalah terakhir yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai wahyu dari Allah dalam bentuk kitab yang

3


(24)

tidak ada kebatilan padanya, baik di depan atau di belakangnya, dengan kalamnya yang bernilai mukjizat, dan yang ditulis di dalam mushaf yang diriwayatkan dari Nabi SAW dengan sanad yang mutawatir, yang membacanya bernilai ibadah".4

2. Tujuan Dakwah

Dakwah merupakan suatu rangkaian kegiatan atau proses dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Tujuan ini dimaksudkan untuk pemberi arah atau pedoman bagi gerak langkah kegiatan dakwah. Sebab tanpa tujuan yang jelas seluruh aktifitas dakwah akan sia–

sia, tujuan dakwah merupakan salah satu unsur dakwah, dimana antara unsur dakwah yang satu dengan yang lain saling membantu, mempengaruhi, berhubungan (sama pentingnya). Dakwah mempunyai tujuan yakni tujuan secara umum dan tujuan secara khusus.

a. Tujuan umum dakwah (major obyektive)

Tujuan umum dakwah merupakan sesuatu yang hendak dicapai dalam seluruh aktifitas dakwah. Ini berarti tujuan dakwah yaang masih bersifat umum dan utama, dimana seluruh gerak langkah proses dakwah harus ditujukan dan diarahkan kepadanya.Tujuan umum dakwah sebagaimana yang telah disinggung pada bagian definisi dakwah maupun yang telah disebutkan dalam ayat suci

Alqur’an firman Allah sebagai berikut; “Mengajak umat manusia (meliputi orang mukmin maupun orang kafir atau

4 Abdul ‘Aziz, Jum’ah Amin, Fiqih Dakw

ah, (Terj: Abdu Salam Masykur), (Surakarta: Era Intermedia ,2000) cet. III hal 240


(25)

musyrik) kepada jalan yang benar yang diridlai Allah SWT agar dapat hidup bahagia dan sejahtera di dunia dan di akhirat”. Menurut anggapan sementara ini tujuan dakwah yang utama itu menunjukkan pengertian bahwa dakwah kepada seluruh alam atau umat, baik yang sudah memeluk agama maupun yang masih dalam keadaan kafir atau musyrik. Arti umat atau kaum disini menunjukkan pengertian seluruh alam atau setidak- tidaknya sealam dunia.

b. Tujuan khusus dakwah (minor objektive)

Tujuan khusus dakwah merupakan perumusan tujuan sebagai perincian dari pada tujuan umum dakwah. Tujuan ini dimaksudkan agar dalam pelaksanaan seluruh aktifitas dakwah dapat jelas diketahui kemana arahnya, ataupun jenis kegiatan apa yang hendak dikerjakan, kepada siapa berdakwah, dengan cara yang bagaimana dan sebagainya secara terperinci. Sehingga tidak terjadi overlapping antara juru dakwah yang satu dengan yang lainnya hanya karena disebabkan karena masih umumnya tujuan yang hendak dicapai. Oleh karena itu dibawah ini disajikan beberapa tujuan khusus dakw ah sebagai terjemahan dari major objektive yaitu:

1) Mengajak umat manusia yang sudah memeluk agama Islam untuk selalu meningkatkan takwanya kepada Allah SWT. Artinya mereka diharapkan agar senantiasa mengerjakan segala perintah Allah dan selalu meninggalkan larangan-Nya.


(26)

2) Membina mental agama (Islam) bagi kaum yang masih mualaf. Mualaf artinya bagi mereka-mereka yang masih mengkhawatirkan tentang keislaman dan keimanannnya.

3) Mengajak umat manusia yang belum beriman kepada Allah (memeluk agama Islam).

4) Mendidik dan mengajar anak-anak agar tidak menyimpang dari fitrahnya.

Hakekat dakwah adalah mempengaruhi dan mengajak manusia untuk mengikuti (menjalankan) ideologi (pengajaknya). Sedangkan pengajak atau da’i sudah barang tentu ,memiliki tujuan yang hendak dicapainya. Proses dakwah tersebut agar mencapai tujuan yang efektif dan efisien, da’i harus mengorganisir komponen-komponen dakwah secara baik dan tepat .5

3. Klasifikasi Ajaran Islam

Pada dasarnya materi dakwah Islam tergantung pada tujuan dakwah yang hendak dicapai. Namun secara global dapat dikatakan bahwa materi dakwah Islam juga mencakup ajaran Islam yang dapat diklasifikasikan menjadi tiga hal pokok yaitu

a. Masalah keimanan (aqidah)

Aqidah dalam Islam adalah bersifat i’tiqad batiniah yang mencakup masalah-masalah yang erat hubungannya dengan rukun iman. Masalah aqidah ini secara garis besar ditunjukkan oleh Rasulullah saw dalam sabdanya:

5


(27)

“Iman ialah engkau percaya kepada Allah, malaikat-malaikat- Nya, Rosul-rosul-Nya, hari akhir dan percaya adanya ketentuan Allah yang baik maupun yang buruk”

(HR.Muslim)

Di bidang aqidah ini bukan saja pembahasannya tertuju pada masalah-masalah yang wajib diimani, akan tetapi materi dakwah meliputi juga masalah-masalah yang dilarang sebagai lawannya misalnya syirik (menyekutukan adanya Tuhan), ingkar dengan adanya Tuhan dan sebagainya.6

Aqidah adalah ajaran tentang keimanan terhadap keesaan Allah swt. Pengertian iman secara luas menurut Daradjat, dkk ialah keyakinan penuh yang dibenarkan oleh hati, diucapkan oleh lidah dan diwujudkan oleh amal perbuatan. Adapun pengertian iman secara khusus ialah sebagaimana yang terdapat dalam rukun iman. kompetensi iman seseorang yang sempurna antara lain menunjukkan sifat-sifat:7

1) Segala perilaku merasa disaksikan oleh pencipta-Nya 2) Memelihara sholat dan amanat serta tidak mengingkari janji 3) Berusaha menghindari perbuatan maksiat

4) Mentaati segala perintah dan menjauhi larangan-Nya 5) Apabila memperoleh kebahagiaan, dia bersyukur 6) Apabila mendapat musibah, dia bersabar

7) Rela atas segala ketentuan Allah yang dilimpahkan kepadanya 6

Asmuni Syukir,Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam(Surabaya: Al Ikhlas 1983) hal 60 61

7


(28)

8) Apabila mempunyai rencana, maka dia bertawakal kepada Allah

Akidah dalam Islam selanjutnya harus berpengaruh ke dalam segala aktifitas yang dilakukan manusia, sehingga berbagai aktifitas tersebut bernilai ibadah. Dalam hubungan ini Yusuf al-Qardawi (1977) mengatakan bahwa iman menurut pengertian yang sebenarnya ialah kepercayaan yang meresap ke dalam hati, dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak dan ragu, serta memberi pengaruh bagi pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan sehari-hari.

Dengan demikian akidah Islam bukan sekedar keyakinan dalam hati, melainkan pada tahap selanjutnya harus menjadi acuan dan dasar dalam bertingkah laku serta berbuat yang pada akhirnya menimbulkan amal shaleh.

b. Masalah Syari’ah

Syari’ah dalam Islam berhubungan erat dalam amal lahir (nyata) dalam rangka mentaati semua peraturan atau hukum Allah guna mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya dan mengatur pergaulan hidup antara sesama manusia. Hal ini dijelaskan dalam sabda Nabi saw.

“Islam adalah bahwasanya engkau menyembah kepada Allah swt dan janganlah engkau mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Mengerjakan sembahyang, membayar zakat yang wajib, berpuasa pada bulan ramadhan dan menunaikan ibadah haji di Mekah (HR.Asy-Syaikani)


(29)

Hadits tersebut di atas mencerminkan hubungan antara manusia dengan Allah swt. Artinya masalah-masalah yang berhubungan dengan masalah syari’ah bukan saja terbatas pada ibadah kepada Allah, akan tetapi masalah-masalah yang berkenaan dengan pergaulan hidup antara sesama manusia diperlukan juga. Seperti hukum jual beli, berumah tangga, bertetangga, warisan, kepemimpinan dan amal-amal shaleh lainnya. Demikian juga larangan-larangan Allah seperti minum- minuman keras, berzina, mencuri dan sebagainya termasuk pula masalah-masalah yang menjadi materi dakwah Islam (nahi anil munkar)8

c. Masalah Budi Pekerti (Akhlaqul Karimah)

Masalah akhlak dalam aktifitas dakwah (sebagai materi dakwah) merupakan pelengkap saja, yakni untuk melengkapi keimanan dan keislaman seseorang. Meskipun akhlak ini berfungsi sebagai pelengkap, bukan berarti masalah akhlak kurang penting dibandingkan dengan masalah-masalah keimanan dan keislaman, akan tetapi akhlak adalah sebagai penyempurna keimanan dan keislaman.9 Sebab Rasulullah sendiri pernah bersabda yang artinya: “Aku (Muhammad)diutus oleh Allah di dunia ini hanyalah untuk menyempurnakan akhlak”(Hadits Shahih)

8

Asmuni Syukir,Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam(Surabaya: Al Ikhlas 1983) hal 61-62

9

Asmuni Syukir,Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam(Surabaya: Al Ikhlas 1983) hal 62 - 63


(30)

Akhlak secara bahasa berasal dari kata khalaqa yang kata asalnya khuluqun yang berarti perangai, tabiat, adab atau khalqun yang berarti kejadian, buatan, ciptaan. Jadi secara etimologi akhlak itu berarti perangai, adab, tabiat atau sistem perilaku yang dibuat.

Akhlak karenanya secara kebahasaan bisa baik atau buruk tergantung pada tata nilai yang dipakai sebagai landasannya, meskipun secara sosiologis di Indonesia kata akhlak sudah mengandung konotasi baik, jadi “orang yang berakhlak” berarti orang yang berakhlak baik.

Akhlak atau sistem perilaku dapat diajarkan melalui dua pendekatan:

1) Rangsangan-jawaban, dapat dilakukan dengan cara: a) Latihan

b) Tanya Jawab c) Mencontoh

2) Kognitif yaitu penyampaian informasi secara teoritis yang dapat dilakukan dengan cara:

a) Dakwah b) Ceramah c) Diskusi

Setelah pola perilaku terbentuk maka sebagai kelanjutannya akan lahir hasil-hasil dari pola perilaku tersebut yang berbentuk material maupun non material. Jadi akhlak yang baik itu ialah pola


(31)

perilaku yang dilandaskan norma-norma yang berlaku dan memanifestasikan nilai-nilai iman, Islam dan ikhsan.10

4. Hubungan Proses Komunikasi Dengan Penyampaian Pesan Dakwah

Komunikasi merupakan kebutuhan hakiki bagi setiap manusia. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak, komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia itu sendiri. Karena pada dasarnya manusia manusia itu selain sebagai makhlik individu juga sebagai makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Manusia itu harus menjalin hubungan. Dengan adanya menjalin hubungan antara manusia sudah dengan sendirinya komunikasi itu terbentuk.

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communication,dan bersumber dari kata communis yang berarti sama, sama di sini maksudnya adalah sama makna.11 Kesamaan makna di sini adalah mengenai sesuatu yang dikomunikasikan, karena komunikasi akan berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan atau dikomunikasikan.

Menurut Onong Uchyana Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi dalan Teori dan Praktek dikatakan: Suatu percakapan dikatakan komunikatif apabila kedua belah pihak yakni komunikator dan komunikan mengerti bahasa pesan yang disampaikan.12 Carl I. Hovland mendefinisikan

10

Zakiah Darajat,Kesehatan Mental(Jakarta: PT Gunung Agung, 1986) hal 253-255

11

Onong Uchyana Effendy,Ilmu teori dan filsafat komunikasi. (Bandung: Aditya Bakti, 2000) hal 41

12

Onong Uchayana Effendy, Ilmu Komunikasi dalam Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997) hal:10


(32)

komunikasi sebagai: upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap.13

Pendapat lain mengenai komunikasi adalah sebagaimana dikemukakan oleh Toto Tasmara dalam buku Komunikasi Dakwah, bahwa komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communicare yang artinya partisipasi atau komunikasi juga bias berasal dari kata commones yang artinya sama.14

Untuk mengetahui lebih jelas pengertian komunikasi, Toto Tasmara mengemukakan: Dengan demikian, secara sangat sederhana, dapat kita katakana bahwa seseorang yang berkomunikasi berarti mengharapkan agar orang lain dapat ikut serta berpartisipasi atau bertindak sama sesuai dengan tujuan, harapan atau isi pesan yang disampaikannya.15

Dakwah juga merupakan bagian dari aktivitas hidup sehari-hari, seperti yang diungkapkan oleh Amarullah Ahmad bahwa dakwah itu pada hakekatnya merupakan aktualisasi imani yang dimanifestasikan dalam suatu system kegiatan manusia beriman dalam bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara merasa, berfikir, bersikap dan bertindak manusia pada dataran kenyataan individual dan sosiokultural dalam rangka mengusahakan terwujudnya agama Islam dalam semua segi kehidupan dengan menggunakan cara tertentu.16

13

Carld I Hovland, Irving L. Janis, Harold H. Kelly, Communication and Persuasion.

(New Heaven and London : Yale University Press. 1963) hal 10

14

Toto Tasmara,Komunikasi Dakwah, (Media Prama Jakarta, 1997) hal: 1

15

Toto Tasmara,Komunikasi Dakwah, (Media Prama Jakarta, 1997) hal: 1

16

Amrullah Ahmad,“Dakwah Islam dan Perubahan Sosial Suatu Kerangka Pendekatan

dan Permasalahan”. Dalam Amrullah Ahmad (Ed.) Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, (PLP2M, Yogyakarta, 1985) hal.2


(33)

Dakwah, komunikasi dan bahasa merupakan trilogy, yang satu sama lainnya saling“interdependentif” (saling terkait).17Dalam aplikasinya ketiga bidang ilmu tersebut tidak dapat dipisahkan. Dakwah merupakan bentuk komunikasi membutuhkan bahasa untuk melakukannya.

Sukses tidaknya suatu dakwah bukanlah diukur lewat gelak tawa atau tepuk riuh pendengarnya tetapi diukur lewat gelak tawa atau tepuk riuh pendengarnya tetapi diukur lewat asar (bekas) yang ditinggalkan pada benak pendengarnya.18 Bekas ataupun kesan yang ditinggalkan dalam benak pendengarnya, kemudian tercermin dalam tingkah laku mereka. Dengan demikian keberhasilan dakwah dapat diukur. Untuk mencapai sasaran tersebut diantaranya ditentukan oleh keberhasilan proses komunikasi antara komunikator dan komunikannya. Sehingga dakwah perlu disampaikan melalui komunikasi yang efektif.

B. Tinjauan Umum Mengenai Video 1. Pengertian Video Sebagai Film

Secara etimologis, video berasal dari bahsa Inggris vi (visual)yang berarti gambar dan deo (audio) yang berarti suara. Video sebagai media komunikasi massa memiliki peranan yang sangat besar dalam menyampaikan pesan kepada masyarakat. Dengan kelebihan gambar dan suara, video dapat menyampaikan pesan dengan baik kepada komunikan. Video berperan sebagai sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan 17

Djamalul Abidin, Ass.,Komunikasi dan Bahasa Dakwah, (Gema Insani Press, Jakarta, 1996) hal.1

18


(34)

hiburan yang sudah menjadi kebiasaan, serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, lawak dan sajian lainnya kepada masyarakat umum. Video merupakan salah satu bagian dari media elektronik dan memiliki karakteristik seperti film.19

Film adalah gambar hidup, juga sering disebut movie. Film, secara kolektif, sering disebut sinema. Sinema itu sendiri bersumber dari kata kinematik atau gerak. Film juga sebenarnya merupakan lapisan-lapisan cairan selulosa, biasa di kenal di dunia para sineas sebagai seluloid. Pengertian secara harafiah film (sinema) adalah Cinemathographie yang berasal dari Cinema + tho = phyto (cahaya) + graphie = grhap (tulisan = gambar = citra, jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya. Agar kita dapat melukis gerak dengan cahaya, kita harus menggunakan alat khusus, yang biasa kita sebut dengan kamera.20

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian film secara fisik adalah selaput tipis yang terbuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk gambar positif (yang akan dimainkan di bioskop). Sedangkan melalui kesepakatan sosial istilah film memperoleh arti seperti yang secara umum dipahami yaitu lakon (cerita) gambar hidup atau segala sesuatu yang berkaitan dengan gambar hidup.21

19

Yusuf Bangkit Sanjaya, Karya Ilmiah Makna Ikon Video Klip Analisis Semiotika,

Video Klip Armada Racun “Amerika” Versi 1. (Program Studi Komunikasi Universitas Kristen Satya Wacacana Salatiga, 2012)

20

Tentang Film, http://sinthiasinor.blogdetik.com terakhir diakses tanggal 13 Mei 2013 12:09 WIB

21

Departemen Pendidikan & Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997).


(35)

Definisi Film Menurut UU 8/1992, adalah karya cipta seni dan budya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan/atau lainnya.

Film mengandung dua jenis pengkodean atau rekaman: gambar dan suara (nada). Dalam film terpadukan tindakan, bahasa, bunyi, dan musik. Yang pertama-tama ialah gambar yang bergerak, penyusunan “teks gambar” yang meningkatkannya menjadi media tersendiri.22

2. Jenis dan Klasifikasi Film

a. Jenis-Jenis Film

Jika dilihat dari isinya, film dibedakan menjadi jenis film fiksi dan non fiksi. Sebagai contoh, untuk film non fiksi adalah film dokumenter yang menjelaskan tentang dokumentasi sebuah kejadian alam, flora, fauna maupun manusia. Adapun penjelasan dari jenis-jenis film itu sebagai berikut:

1) Film Dokumenter adalah film yang menyajikan fakta berhubungan dengan orang-orang, tokoh, peristiwa, dan lokasi yang nyata. Film dokumenter dapat digunakan untuk berbagai macam maksud dan

22

Kurtz Franz Bernhard Meier, Membina Minat Baca Anak, Terj. Soeparno, (Bandung: Remaja Karya, 1983), cet. Ke-1, h. 181.


(36)

tujuan seperti informasi atau berita, biografi, pengetahuan, pendidikan, sosial, politik (propaganda), dan lain sebagainya. 2) Film fiksi adalah film yang mempergunakan cerita rekaan di luar

kejadia nyata, terkait oleh plot, dan memiliki konsep pengadeganan yang telah dirancang sejak awal. Struktur cerita film juga terkait hukum kausalitas. Cerita fiksi juga seringkali diangkat dari kejadiaan nyata dengan menggunakan beberapa cuplikan rekaman gambar dari peristiwa aslinya (fiksi-dokumenter).

3) Film Eksperimental merupakan film yang berstruktur namun tidak berplot. Fim ini tidak bercerita tentang apapun (anti-naratif) dan semua adegannya menentang logika sebab-akibat (anti-rasionalitas).23

b. Klasifikasi Film

Menurut Himawan Pratista dalam buku Memahami film-nya, metode yang paling mudah dan sering digunakan untuk mengklasifikasi film adalah berdasarkan genre, yaitu klasifikasi dari sekelompok film yang memiliki karakter atau pola sama (khas) sebagai berikut24:

1) Aksi, yaitu film yang berhubungan dengan adegan-adegan aksi fisik seru, menegangkan, berbahaya, dan nonstop dengan tempo cerita yang cepat.

23

Himawan Pratista,Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian, Pustaka, 2008), cet.1, h. 4-8.

24

Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian, Pustaka, 2008), cet.1 h. 13-20.


(37)

2) Drama, yaitu film yang kisahnya seringkali menggugah emosi, dramatik, dan mampu menguras air mata penontonnya. Tema umumnya mengangkat isu-isu sosial, seperti kekerasan ketidakadilan, masalah kejiwaan, penyakit, dan sebagainya.

3) Epik sejara, yaitu film dengan tema periode masa silam (sejarah) dengan latar sebuah kerajaan, peristiwa, atau tokoh besar yang menjadi mitos, legenda, atau kisah biblical.

4) Fantasi, yaitu film yang berhubungan dengan tempat, peristiwa dan karakter yang tidak nyata, dengan menggunakan unsur magis, mitos, imajinasi, halusional, serta alam mimpi.

5) Fiksi Ilmiah, yaitu film yang berhubungan dengan teknologi dan kekuatan di luar jangkauan teknologi dan kekuatan di luar jangkauan teknologi masa kini yang artificial.

6) Horror,yaitu film yang berhubungan dengan dimensi spiritual atau sisi gelap manusia.

7) Komedi, yaitu jenis film yang tujuannya menghibur dan memancing tawa penonton.

8) Kriminal dan Gangster,yaitu film yang berhubungan dengan aksi-aksi kriminal dengan mengambil kisah kehidupan tokoh kriminal besar yang diinspirasi dari kisah nyata.

9) Musikal, yaitu film yang mengkombinasikan unsur musik, lagu, tari (dansa), serta gerak (koreografi).


(38)

10)Pertualangan, yaitu film yang berkisah tentang perjalanan, eksplorasi, atau ekspedisi ke suatu wilayah asing yang belum pernah tersentuh.

11)Perang, yaitu film yang mengangkat tema ketakutan serta teror yang ditimbulkan oleh aksi perang dengan memperlihatkan kegigihan, dan pejuangan.

12)Western, yaitu film dengan tema seputar konflik antara pihak baik dan jahat berisi aksi tembak-menembak, aksi berkuda, dan aksi duel.

3. Unsur-Unsur Pembentuk Film25

Film secara umum dapat dibagi atas dua unsur pembentuk, yakni unsur naratif dan unsur sinematik. Kedua unsur tersebut saling berinteraksi dan berkesinambungan satu dengan yang lainnya. Unsur naratif adalah bahan (materi) yang akan diolah, berhubungan dengan aspek cerita atau tema film, terdiri dari unsur-unsur seperti: tokoh, masalah, lokasi, dan waktu. Sedangkan unsur sinematik atau gaya sinematik merupakan aspek-aspek teknis pembentuk merupakan aspek-aspek-aspek-aspek teknis pembentuk film.

Unsur sinematik terdiri dari empat elemen pokok, yakni: a. Mise-en-scene,yaitu segala hal yang berada di depan kamera.

b. Sinematografi, yaitu perlakuan terhadap kamera dan filmnya serta hubungan kamera dengan objek yang diambil.

c. Editing,yakni transisi sebuah gambar(shot)ke gambar (shot)lainnya.

25

Himawan Pratista,Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), cet. 1, h. 1-2.


(39)

d. Suara, yakni segala hal dalam film yang mampu kita tangkap melalui indera pendengaran.

4. Film Suatu Medium Ekspresi dan Komunikasi26

Film merupakan suatu medium yang relatif baru di dalam kebudayaan umat manusia, dibandingkan dengan medium seperti tulisan dan bahasa.

Ernest Cassier (AnEssay on Man dan Die Philosophie der Syimbolischen Formen)merumuskan manusia sebagai “animal

symbolicum”, yang berbeda dengan binatang, berkomunikasi dengan lambang-lambang dan perlambangan. Bahasa adalah salah satu lambang bunyi yang arbiter yang diciptakannya. Itu sebabnya orang Indonesia dan Inggris mempunyai bunyi yang berbeda untuk melambangkan fakta yang sama.

Komunikasi antara dua orang yang lahir dari masyarakat bahasa yang berbeda akan sulit dilakukan apabila yang satu tidak mengenal bahasa yang lainnya.

Sejak fotografi ditemukan abad yang lalu, dan didasarkan atas fotografi film dikembangkan, maka bertambah lagi medium ekspresi dan komunikasi antar manusia manusia.

Tetapi berbeda dengan bahasa yang mempergunakan unsur bunyi untuk mengekspresikan arti dan bersifat lebih abstrak, film mempergunakan rekaman optik dari kenyataan. Film merekam secara

26


(40)

persis sekali kenyataan yang pernah ada di depan kamera dan kenyataan itu (melalui film) tampil di depan kita yang melihatnya sebagai kenyataan optik.

Dengan menganggap bahwa apa yang ada dilayar sungguh-sungguh kenyataan maka pada penonton sebenarnya terjadi ilusi. Ilusi bahwa yang ia lihat benar-benar kenyataan.

Di dalam kondisi demikian itu terjadi beberapa proses identifikasi pada penonton. Oertama, adalah identifikasi optik. Penonton melihat kenyataan sebagaimana kenyataan itu dilihat oleh lensa (optik) kamera. Kedua, adalah identifikasi emosional. Disini penonton secara emosional mepertautkan dirinya dengan bayangan-bayangan dari kenyataan yang ia lihat di layar. Ketiga, adalah identifikasi imajiner. Di sini penonton mengidentifikasikan dirinya dengan salah satu tokoh atau beberapa tokoh di dalam film yang ditontonnya.

Film mempunyai daya magis yang kuat sekali, tentu tergantung pada baik-buruknya film yang dibuat.

Film adalah suatu medium yang memungkinkan manusia terlibat secara ekstensial dengan kenyataan-kenyataan imajiner. Terlibat secara eksitensial berarti bahwa terjadi suatu hubungan yang dialektis antara dirinya dan kenyataan memang imajiner itu.

Film pada dasarnya menceritakan suatu perkembangan psikologis dari tokoh-tokohnya, bukan seperti film dokumenter yang bertolak dari konsep dan ide. Perkembangan psikologis itu dituang ke dalam suatu plot cerita yang mengenal permulaan, pengembangan cerita dan klimaks. Di


(41)

dalam garis plot itulah protagonis dan antagonisnya dipertemukan dan dipertentangkan.

Konflik antara protagponis dan antagonis tentunya merupakan konflik antara nilai-nilai yang menjadi dasar masing-masing. Nilai itu bisa bersumber pada pribadi atau pada kelompok dimana pribadi itu berada. Itu sebabnya konflik-konflik di dalam cerita film bisa juga merupakan konflik antara berbagai kelompok dan kepentingan, latar belakang sosial, ekonomi, budaya dan sejarah.

5. Teknik Pengambilan Gambar

a. Sinematografi

Dalam sebuah produksi film ketika seluruh aspek mise-en-scene telah tersedia dan sebuah adegan telah siap untuk diambil gambarnya, maka pada tahap inilah unsur sinematografi mulai berperan. Sinematografi secara umum dapat dibagi menjadi tiga aspek, yakni kamera dan film mencakup teknik-teknik yang dapat dilakukan melaui kamera dan stok filmnya, seperti warna, penggunaan lensa, kecepatan gerak gambar, dan sebagainya.

Sama seperti teknik dalam pemotretan , pada kamera juga menggunakan teknik framing dalam pengambilan gambarnya. Framing adalah meletakkan objek sebagai foreground untuk membuat bingkai yang bertujuan memberi kesan ruang tiga dimensi.27

27

Yannes Irwan Mahendra,Dari Hobi Jadi Profesional,(Yogyakarta: Andi, 2010), ed. 1, h. 55.


(42)

Berikut ini adalah salah satu aspek frammingyang terdapat dalam sinematografi, yakni jarak kamera terhadap objek (type of shot), yaitu:28

1) Extreme long shot, merupakan jarak kamera yang paling jauh dari objeknya. Teknik ini umumnya untuk menggambarkan sebuah objek yang sangat jauh atau panorama yang luas.

2) Long shot, pada teknik ini memperlihatkan tubuh fisik manusia yang tampak jelas namun latar belakang masih dominan.

3) Medium long shot, pada teknik ini manusia terlihat dari bawah lutut sampai ke atas.

4) Medium shot, pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari pinggang ke atas.

5) Medium close-up, pada jarak ini memperlihatkan manusia dari dada ke atas. Adegan percakapan normal biasanya menggunakan jarak ini.

6) Close-up, umumnya memperlihatkan wajah, kaki, atau sebuah obyek kecil lainnya. Teknik ini mampu memperlihatkan ekspresi wajah secara jelas sertagestureyang mendetil.

7) Extreme close-up, teknik ini mampu memperlihatkan lebih detil dari wajah, seperti telingan, mata, hidung, dan lainnya atau bagian dari sebuah obyek.

28

Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka,2008), cet. 1 h.104-106.


(43)

b. Sudut Pengambilan Gambar

Ada beberapa tehnik pengambilan gambar yang biasa digunakan diantaranya:

1) Bird Eye View

Ini merupakan sudut pengambilan gambar yang dilakukan di atas, seperti burung terbang yang melihat ke bawah. Efek yang tampak, subjek terlihat menjadi rendah, pendek dan kecil. Manfaatnya untuk menyajikan suatu lokasi atau pemandangan.29 Biasanya untuk mengambil gambar dengan sudut ini dilakukan dari atas gedung ataupun dengan helikopter.

2) High Angle

Ini merupakan sudut pengambilan gambar yang tepat diatas objek, pengambilan gambar seperti ini memiliki arti yang dramatik yaitu kecil atau kerdil.

3) Low Angle

Ini merupakan sudut pengambilan gambar yang diambil dari bawah si objek, sudut pengambilan gambar ini merupakan kebalikan dari high angle. Efek yang timbul adalah distorsi perspektif yang secara teknis dapat menurunkan kualitas gambar. Bagi yang kreatif, hal ini dimanfaatkan untuk menimbulkan efek khusus. Kesan efek ini adalah menimbulkan sosok pribadi yang besar, tinggi, kokoh, dan berwibawa, juga angkuh.30

29

Yannes Irwan Mahendra,Dari Hobi Jadi Profesional,(Yogyakarta: Andi, 2010), ed. 1, h. 49.

30

Yannes Irwan Mahendra,Dari Hobi Jadi Profesional,(Yogyakarta: Andi, 2010), ed. 1, h. 50


(44)

4) Eye Level

Ini merupakan sudut pengambilan gambar sebatas mata posisi berdiri. Sudut pengambilan gambar ini merupakan posisi yang paling umum. Objek sejajar dengan mata, tidak menimbulkan kesan khusus yang terlihat menonjol.31

5) Frog Level

Ini merupakan sudut pengambilan gambar yang diambil sejajar dengan permukaan tempat objek berdiri, seolah-olah memperlihatlkan objek menjadi sangat besar.32

C. Tinjauan Umum Semiotik 1. Konsep Semiotik

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia.33

Menurut Preminger(2001), ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.34

31

Yannes Irwan Mahendra,Dari Hobi Jadi Profesional,(Yogyakarta: Andi, 2010), ed. 1, h. 50

32

Yannes Irwan Mahendra,Dari Hobi Jadi Profesional,(Yogyakarta: Andi, 2010), ed. 1, h. 50

33

Alex Sobur,Semiotika Komunikasi. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet-4, h. 15.

34

Rachmat Kriyantono, Ph.D,Teknik Praktis Riset Komunikasi. (Jakarta, 2012), cet-6, h. 265.


(45)

Menurut John Fiske, studi semiotik dapat dibagi ke dalam bagian sebagai berikut35:

a. Tanda itu sendiri. Wilayah ini meliputi kajian mengenai berbagai jenis tanda yang berbeda, cara-cara berbeda dari tanda-tanda di dalam menghasilkan makna, dan cara tanda-tanda tersebut berhubungan dengan orang yang menggunakannya. Tanda adalah konstruksi manusia dan hanya bisa dipahami di dalam kerangka penggunaan/konteks orang-orang yang menempatkan tanda-tanda tersebut.

b. Kode-kode atau sistem di mana tanda-tanda diorganisasi. Kajian ini melingkupi bagaimana beragam kode telah dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atau budaya, atau untuk mengeksploitasi saluran-saluran komunikasi yang tersedia bagi pengiriman kode-kode tersebut.

c. Budaya tempat di mana kode-kode dan tanda-tanda beroperasi. Hal ini pada gilirannya bergantung pada penggunaan dari kode-kode dan tanda-tanda untuk eksistensi dan bentuknya sendiri.

Tokoh-tokoh penting dalam bidang semiotik adalah Ferdinand de Saussure, seorang ahli linguistik dari Swiss dan Charles Sanders Peirce, seorang ahli filsafat dan logika Amerika.36

35

John Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi. (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2012), cet-1, h. 66.

36

John Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi. (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2012), cet-1, h. 66


(46)

Saussure mendefinisikan ‘semiotika’ (semiotics) di dalam Course in General Linguistics, sebagai “ilmu yang mengkaji tentang peran tanda sebagai bagian dari kehidupan sosial”. Implisit dalam definisi tersebut

adalah prinsip bahwa semiotika sangat menyandarkan dirinya pada aturan main atau kode sosial yang berlaku di dalam masyarakat, sehingga tanda dapat dipahami maknanya secara kolektif.37Sedangkan menurut Charles Sanders Peirce berpendapat semiotika adalah konsep tentang tanda: tak hanya bahasa dan sistem komunikasi yang tersusun oleh tanda-tanda, melainkan dunia itu sendiri pun- sejauh terkait dengan pikiran manusia-seluruhnya terdiri atas tanda-tanda.38

Ada dua pendekatan penting atas tanda-tanda. Pertama, pendekatan yang didasarkan pada pandangan Ferdinand de Saussure yang mengatakan bahwa tanda-tanda disusun dari dua elemen, yaitu aspek citra tentang bunyi (semacam kata atau representasi visual)dan sebuah konsep di mana citra bunyi disandarkan.39

Bagi Saussure, hubungan antara penanda dan petanda bersifat arbiter (bebas), baik secara kebetulan maupun ditetapkan. Pendekatan kedua adalah pendekatan tanda yang didasarkan pada pandangan seorang filsuf dan pemikir Amerika yang cerdas, Charles Sanders Pierce (1839-1914). Peirce menandaskan bahwa tanda-tanda berkaitan dengan

objek-37

Yasraf Amir Piliang,Semiotika dan Hipersemiotika. (Bandung: Matahari, 2012), cet-4, h.300

38

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet-4, h.13

39

Alex Sobur,Semiotika Komunikasi. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet-4, h. 31


(47)

objek yang menyerupainya, keberadaannya memiliki hubungan sebab-akibat dengan tanda atau karena ikatan konvensional dengan tanda-tanda tersebut. Ia menggunakan istilah ikon untuk kesamaannya, indeks untuk hubungan sebab- akibat, dan simbol untuk asosiasi konvensional. Tabel berikut ini barangkali bisa lebih memperjelas:40

Tabel 2.1 Trikotomi Ikon/Indeks/Simbol Peirce

Tanda Ikon Indeks Simbol

Ditandai dengan: Contoh:

Proses

Persamaan (kesamaan) Gambar-gambar Patung- patung Tokoh besar Foto Reagan Dapat dilihat

Hubungan sebab–

akibat Asap/api Gejala penyakit Bercak

merah/campak Dapat

diperkirakan

Konvensi Kata-kata Isyarat

Harus dipelajari

Menurut Peirce, sebuah analisis tentang esensi tanda mengarah pada pembuktian bahwa setiap tanda ditentukan oleh objeknya. Pertama, dengan mengikuti sifat objeknya, ketika kita menyebut tanda sebuah ikon. Kedua, menjadi kenyataan dan keberadaannya berkaitan dengan objek individual, ketika kita menyebut tanda sebuah indeks. Ketiga, kurang lebih, perkiraan yang pasti bahwa hal itu diinterpretasikan sebagai objek denotatif sebagai akibat dari suatu kebiasaan ketika kita menyebut tanda sebuahsimbol.

40

Alex Sobur,Semiotika Komunikasi. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet-4, h. 34


(48)

2. Konsep Semiotika Roland Barthes

Barthes lahir tahun 1915 dari keluarga kelas menengah Protestan di Cherbourgh dan dibesarkan di Bayonne, kota kecil dekat pantai Atlantik di sebelah barat daya Perancis.41 Semiotika dalam pandangan Barthes pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to signify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda.42

Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Saussure tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya. Roland Barthes meneruskan pemikiran tersebut dengan menekankan interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan“Order of Significations”.43

Salah satu area penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran pembaca (the reader). Konotasi walaupun

41

Alex Sobur,Semiotika Komunikasi. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet-4, h. 63

42

Alex Sobur,Semiotika Komunikasi. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet-4, h. 15

43

Rachmat Kriyantono, Ph.D,Teknik Praktis Riset Komunikasi. (Jakarta, 2012), cet-6, h. 272


(49)

merupakan sifat asli tanda, membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi. Barthes menjelaskan apa yang disebut sebagai sistem pemaknaan tataran kedua, yang dibangun di atas sistem lain yang telah ada sebelumnya. Sistem kedua ini oleh Barthes disebut dengan konotatif, yang di dalam Mythologies-nya secara tegas ia bedakan dari denotatif atau sistem pemaknaan tataran pertama.44

Roland Barthes mengembangkan dua sistem pertandaan bertingkat, yang disebutnya sistem denotasi dan konotasi.45 Barthes menggunakan istilah “orders of signification”. First order of signification adalah denotasi. Sedangkan konotasi adalah second order of signification. Tatanan yang pertama mencakup penanda dan petanda yang berbentuk tanda. Tanda inilah yang disebut makna denotasi. Kemudian dari tanda tersebut muncul pemaknaan lain, sebuah konsep mental lain yang melekat pada tanda (yang kemudian dianggap sebagai penanda). Pemaknaan baru

inilah yang kemudian menjadi konotasi”.46

Sistem denotasi adalah sistem pertandaan tingkat pertama, yang terdiri dari rantai penanda dan petanda, yakni hubungan materialitas penanda dan konsep abstrak yang ada di baliknya. Pada sistem konotasi-atau sistem penandaan tingkat kedua- rantai penanda/petanda pada sistem

44

Alex Sobur,Semiotika Komunikasi. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet-4, h. 69

45

Yasraf Amir Piliang, Semiotika dan Hipersemiotika. (Bandung: Matahari, 2012), cet-4, h. 159

46

Pappilon Manurung, Editor : M. Antonius Birowo,Metodologi Penelitian Komunikasi,


(50)

denotasi menjadi penanda, dan seterusnya berkaitan dengan penanda yang lain pada rantai pertandaan lebih tinggi.47

Denotasi merujuk pada apa yang diyakini akal sehat/orang banyak (common-sense), makna yang teramati dari sebuah tanda.48 Makna denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda, atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menhasilkan makna yang eksplisit, langsung dan pasti.49

Konotasi dibentuk oleh tanda-tanda (kesatuan antara penanda dan petanda) dari sitem denotasi.50 Petanda konotasi bersifat umum, global, dan tersebar, boleh juga Anda sebut sebagai fragmen dari ideologi.51

Melanjutkan studi Hjelmsev, Barthes menciptakan peta tentang bagaimana tanda bekerja:

Tabel 2.2 Peta Tanda Roland Barthes 1. Signifier

(penanda)

2. Signified (petanda) 3. Denotative sign (tanda

denotatif)

4. Connotative signifier (penanda konotatif)

5. Connotative signified (petanda konotatif)

6. Connotative sign (tanda konotatif)

47

Yasraf Amir Piliang,Semiotika dan Hipersemiotika. (Bandung: Matahari, 2012), cet-4, h. 159.

48

John Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi. (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2012), cet-1, h. 140.

49

Yasraf Amir Piliang,Semiotika dan Hipersemiotika. (Bandung: Matahari, 2012), cet-4, h. 304.

50

Roland Barthes,Elemen-elemen Semiologi. (Yogyakarta: Jalasutra, 2012), h. 93.

51


(51)

Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotati (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Dengan kata lain, hal tersebut

merupakan unsur material: hanya jika Anda mengenal tanda “singa”,

barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan, dan keberanian menjadi mungkin.52

Jadi dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Sesungguhnya, inilah sumbangan Barthes yang sangat berarti bagi penyempurnaan semiologi Saussure, yang berhenti pada penandaan dalam tataran denotatif.53

Pada dasarnya, ada perbedaan antara denotasi dan konotasi dalam pengertian secara umum serta denotasi dan konotasi yang dimengerti oleh Barthes. Dalam pengertian umum, denotasi biasanya dimengerti sebagai

makna harfiah, makna yang “sesungguhnya,” bahkan kadang kala juga dirancukan dengan referensi atau acuan. Proses signifikasi tingkat pertama, sementara konotasi merupakan tingkat kedua. Dalam hal ini denotasi justru lebih diasosiasikan dengan ketertutupan makna dan, dengan demikian, sensor atau represi politis. Sebagai reaksi yang paling ekstrem melawan keharfiahan denotasi yang bersifat opresif ini, Barthes mencoba menyingkirkan dan menolaknya. Baginya, yang ada hanyalah

52

Alex Sobur,Semiotika Komunikasi. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet-4, h. 69

53

Alex Sobur,Semiotika Komunikasi. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet-4, h. 69


(52)

konotasi semata-mata. Penolakan ini mungkin terasa berlebihan, namun ia tetap berguna sebagai sebuah koreksi atas kepercayaan bahwa makna

“harfiah” merupakan sesuatu yang bersifat alamiah (Budiman, 1992:22).

Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi,

yang disebutnya sebagai ‘mitos’, dan berfungsi untuk mengungkapkandan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Di dalam mitos juga terdapat pola tiga dimensi penanda, petanda, dan tanda, namun sebagai suatu yang unik, mitos dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau, dengan kata lain, mitos adalah juga suatu sistem pemaknaan tataran ke-dua. Di dalam mitos pula sebuah petanda dapat memiliki beberapa petanda.54

Mitos adalah sebuah cerita di mana suatu kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek dari realitas atau alam. Mitos primitif adalah mengenai hidup dan mati, manusia dan Tuhan, baik dan buruk. Sementara mitos terkini adalah soal maskulinitas dan feminitas, tentang keluarga, tentang kesuksesan, tentang polisi Inggris, tentang ilmu pengetahuan. Mitos bagi Barthes, sebuah budaya cara berfikir tentang sesuatu, cara mengonseptualisasi atau memahami hal tersebut. Barthes melihat mitos sebagai mata rantai dari konsep-konsep yang berelasi.55

Barthes menempatkan ideologi dengan mitos karena, baik di dalam mitos maupun ideologi, hubungan antara penanda konotatif dan petanda 54

Alex Sobur,Semiotika Komunikasi. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet-4, h. 71.

55

John Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi. (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2012), cet-1, h. 143.


(53)

konotatif terjadi secara termotivasi. Barthes juga memahami ideologi sebagai kesadaran palsu yang membuat orang hidup di dalam dunia yang imajiner dan ideal, meski realitas hidupnya yang sesungguhnya tidaklah demikian. Ideologi ada selama kebudayaan ada, dan itulah sebabnya di dalam S/Z Barthes berbicara tentang konotasi sebagai suatu ekspresi budaya. Kebudayaan mewujudkan dirinya di dalam teks-teks dan, dengan demikian ideologi pun mewujudkan dirinya melalui berbagai kode yang merembes masuk ke dalam teks dalam bentuk penanda-penanda penting, seperti tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain.56

3. Video Klip Sebagai Semiotika Komunikasi Visual

Buku Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual adalah sebuah upaya memberikan interpretasi terhadap keilmuan semiotika itu sendiri, yaitu semiotika sebagai metode pembacaan karya komunikasi visual. Desain komunikasi visual dilihat dari sudut pandang semiotika adalah sebuah sistem komunikasi khusus, dengan perbendaharaan khusus tanda (vocabulary) dan sintaks (syntagm) yang khas, yang berbeda dengan sistem semiotika seni.

Di dalam sistem komunikiasi visual terdapat fungsi komunikasi yaitu fungsi tanda untuk menyampaikan pesan (message) dari sebuah pengirim pesan (sender) kepada para penerima (receiver) tanda berdasarkan aturan atau kode-kode tertentu yang dimediasi oleh media tertentu.

56


(54)

Meskipun fungsi utamanya adalah fungsi komunikasi, tetapi bentuk-bentuk komunikasi visual juga mempunyai fungsi signifikasi, yaitu fungsi dalam menyampaikan sebuah konsep, isi atau makna. Ini berbeda dengan bidang lain, seperti seni rupa (khususnya seni rupa modern ) yang tidak mempunyai khusus komunikasi seperti itu, akan tetapi ia memiliki fungsi signifikasi. Fungsi signifikasi adalah fungsi di mana penanda yang bersifat konkrit dimuati dengan konsep-konsep abstrak, atau makna, yang secara umum disebut petanda. Dapat dikatakan di sini, bahwa meskipun semua muatan komunikasi dari bentuk-bentuk komunikasi visual ditiadakan, ia sebenarnya masih mempunyai muatan signifikasi, yaitu muatan makana.

Sumbo mengatakan efetivitas pesan menjadi tujuan utama dari desain komunikasi visual. Berbagai bentuk komunikasi visual : iklan, fotografi jurnalistik, nposter, kalender, brosur, film animasi, karikatur, acara televisi,video clip, web design,cd interaktif adalah di antara bentuk-bentuk komunikasi visual, yang melaluinya pesan-pesan tertentu disampaikan dari pihak pengirim (desainer, produser,copywriter) kepada penerima (pengamat, penonton, pemirsa).

Semiotikakomunikasi mengkaji tanda dalam konteks komunikasi, seperti saluran, sinyal, media, pesan, kode (bahkan juga noise). Semiotika komunikasi menekankan aspek produksi tanda di dalam berbagai rantai komunikasi, tanda ditempatkan di dalam rantai komunikasi, sehingga mempunyai peran yang penting dalam penyampaian pesan.57

57

Yasraf Amir Piliang,Semiotika dan Hipersemiotika. (Bandung: Matahari, 2012), cet-4, h. 339.


(55)

46

A. Profil Maher Zain

Maher Zain (bahasa Arab: – lahir di Tripoli, Lebanon, Juli 1981; umur 32 tahun)1 adalah penyanyi R&B Swedia, penulis lagu dan produser musik asal Lebanon. Dia juga tinggal untuk sementara di Amerika Serikat. Album debutnyaThank You Allah, dengan 13 lagu dan dua lagu bonus dirilis pada 1 November 2009, dengan Versi Perkusi eksklusif dan Versi Perancis dirilis tak lama kemudian. Dia bernyanyi terutama dalam bahasa Inggris, namun juga, antara lain, dalam bahasa Perancis, Arab, Urdu, Turki, Melayu, dan Indonesia .

Keluarganya pindah ke Swedia ketika Maher masih umur delapan tahun, disana ia melanjutkan pendidikannya. Maher mendapat keyboard pertama ketika ia berusia sepuluh tahun. Ia kemudian masuk Universitas dan mendapat gelar sarjana dalamAeronautical Engineering.2 Selama masa remajanya, ia senang menghabiskan larut malam di sekolah dengan teman-temannya di mana mereka akan bernyanyi, rap, menulis dan bereksperimen dengan musik.

Setelah terlibat untuk sementara waktu di kancah musik sebagai produser musik, Maher diperkenalkan ke RedOne, produser musik Swedia Kelahiran Maroko di Swedia. Maher mulai bekerja dengan RedOne

1

http://musik.kapanlagi.com/berita/maher-zain-akan-bawakan-23-lagu-di-surabaya-6ef7a8.htmldiakses tanggal 20 Agustus pukul 16:00 WIB

2


(56)

pada beberapa proyek-proyek yang terakhir. Kemudian, ia pindah ke New York di mana ia mengambil bagian dalam memproduksi Kat DeLuna pada album debutnya termasuk hits "mengeluh" dan "menjalankan pertunjukan".3Ia kemudian kembali untuk sementara ke Swedia di mana dia punya rohani 'kebangkitan'.

B. Penghargaan

Pada bulan Januari 2009, Maher Zain membuat sebuah album yang mencerminkan identitas Arab, Barat dan Muslim dan ditangani oleh Awakening Records. Album debut Maher “Thank You Allah” meraih peringkat no.1 di Amazon’s World Music Charts dan peringkat 9 di R&B Chart kala itu.

Pada bulan Januari 2010, pada sebuah kompetisi musik yang diselenggarakan oleh Nujoom FM (Stasion Radio terbesar di Mesir ), lagu Maher 'Ya Nabi Salam Alayka' terpilih sebagai lagu terbaik tahun 2009. Pada saat itu Runner up nya adalah nama-nama artis besar di Mesir seperti Hussein Aljismi, Mohammed Mounir dan Sami Yusuf.

Akhirnya Maher melakukan konser-konser besarnya dengan tiket terjual habis di Aljazair, Australia, Belgia, Kanada, Mesir, Inggris, Prancis, Belanda, Swedia, dan Amerika Serikat, karirnya sangat cepat melejit di usianya yang masih relatif muda, menjadikan Maher Zain seorang Superstar

Musik Islami.4

3

http://kolom-biografi.blogspot.com/2011/09/biografi-maher-zain.html

4

http://gitarchordshack.blogspot.com/2011/10/sekelumit-perjalanan-karir-musik-maher.html


(57)

Di tahun 2011 Maher merilis album debutnya di Indonesia di bawah naungan Sony Music Indonesia. Album ini berjudul "Thank You Allah". Album ini berisi lagu-lagu yang ada di album perdana Maher yang pernah dirilis di tahun 2009 lalu , sekaligus ditambah dengan sebuah single spesial.

Single spesial ini adalah hasil duet Maher dengan Fadly, vokalis dari Padi, band papan atas Indonesia. Single ini berjudul `Sepanjang Hidup'. Dibilang spesial karena selain berduet dengan Fadly `Padi', Maher menyanyikan lagu ini dalam bahasa Indonesia. Sebuah persembahan spesial bagi para penggemar Maher dan pecinta musik di Indonesia.

Pria yang selalu menganut bermusik untuk menghibur dan menginspirasi banyak orang tersebut, sekaligus membawa pesan perdamaian dan harapan untuk dunia.

Dengan mengumandangkan lagu "Ya Nabi Salam Alayka", Maher Zain telah berhasil meraih The Best Song for 2009 di ajang kompetisi musik yang digelar Nujoom FM, sebuah radio terbesar di Mesir. Sebuah prestasi yang membanggakan mengingat di posisi runner up ada beberapa nama besar seperti Hussein Aljismi, Mohammed Mounir dan Sami Yusuf.

Selain itu, Maher pun juga telah beberapa kali sukses menggelar konser di beberapa Negara, seperti Swedia, Kanada, Australia, UK, US, Perancis, Mesir, Algeria dan Bahrain.

Single andalan Maher yaitu `Insha Allah' dan `The Chosen One', menjadi hits dimana-mana, termasuk di Indonesia. Video klip `Insha Allah'nya telah meraih 7 juta penonton di YouTube dan dibuat dalam 4 versi, yaitu versi


(58)

bahasa Inggris, Perancis, Turki dan Arab. Sedangkan klip terbaru `The Chosen One' pun telah berhasil meraih 2 juta penonton di YouTube.

Bahkan Maher Zain adalah artis Muslim pertama yang meraih 1 juta fans di facebook dalam waktu 1 tahun sejak album debutnya dirilis.

Untuk diIndonesia sendiri, ada lebih dari 2000 penggemar Maher yang tergabung dalam Maher Zain's facebook.

C. Gambaran Umum Klip The Choosen One

Klip The Choosen One dirilis pada 1 Agustus 2010. Klip ini dipersembahkan sebagai penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW. Video ini di produseri oleh label Awakening Records. Awakening Records sendiri didirikan pada tahun 2000 menawarkan berbagai produk dengan sasaran pasar Islam modern dan baru. Dengan menyuguhkan musik yang easy listening dan nge-pop, mereka telah memperkenalkan banyak artis rekaman dalam genre nasyid Islam yang baru. Beberapa artis yang terlibat dalam Awakening Records adalah Ashar Khan, Mesut Kurtis, Nazeel Azami, Hamza Namira, Hussein Zahawy, juga tidak ketinggalan Sami Yusuf dan Maher Zain.

Nama Awakening Records pun semakin melejit setelah album Maher Zain meledak di pasaran. Maher Zain sendiri mulai mendaftar dan bekerja

pada label Awakening Records pada januari 2009. Debutnya “Thank You, Allah” yang berisi 13 buah Lagu nasyid yang mana lagu The Choosen One

berada dalam album ini, dan album ini pun memuncaki nomor 2 di grafik album Amazon.


(1)

Lagu The Choosen One banyak makna yang terkandung dalam liriknya. Dalam pembahasan berikut penulis memulai dari analisis makna apa yang terkandung dalam lirik lagu tersebut. Analisis ini dibagi dalam beberapa bagian yaitu makna denotasi yang berarti lirik dalam lagu tersebut, dan makna konotasi yang merupakan makna tersirat dalam lirik lagu ini serta mitos apa yang melatar belakanginya.

A. Analisis Lirik The Choosen One 1. Lirik Lagu dan Terjemahan

In a time of darkness and greed Di saat kegelapan dan keserakahan It is your light that we need

Cahayamulah yang kami butuhkan You came to teach us how to live

Kau datang tuk mengajari kami cara hidup Muhammad Ya Rasool Allah

You were so caring and kind Kau sungguh pengasih dan bijak Your soul was full of light Jiwamu dipenuhi cahaya You are the best of mankind Engkaulah manusia terbaik Muhammad Khaira Khalqillah

Sallu 'ala Rasulillah, Habib Al Mustafa Peace be upon The Messenger

Kesejahteraan semoga selalu tercurah atas Nabi The Chosen One

Manusia Pilihan

From luxury you turned away

Kau palingkan wajahmu dari kemewahan And all night you would pray

Dan sepanjang malam kau berdoa Truthful in every word you say Kata-katamu selalu benar Muhammad Ya Rasul Allah

Your face was brighter than the sun Wajahmu lebih terang dari matahari


(2)

Your beauty equaled by none Keindahanmu tak tertandingi You are Allah's Chosen One Engkau Nabi pilihan Allah Muhammad Khaira Khalqillah

Sallu 'ala Rasulillah, Habib Al Mustafa Peace be upon The Messenger

Kesejahteraan semoga selalu tercurah atas Nabi The Chosen One

Manusia Pilihan

I will try to follow your way Kan kucoba tuk ikuti jalanmu And do my best to live my life

Dan berusaha jalani hidupku sebaik-baiknya As you taught me

Seperti ajaranmu I pray to be close to you

Aku berdoa agar bisa dekat denganmu On that day and see you smile

Di hari nanti dan melihat senyummu When you see me

Saat kau melihatku

Sallu 'ala Rasulillah, Habibil Mustafa Peace be upon The Messenger

Kesejahteraan semoa selalu tercurah atas Nabi The Chosen One

Manusia Pilihan

Sallu 'ala Rasulillah, Habibi Mustafa Peace be upon The Messenger

Kesejahteraan semoga selalu tercurah atas Nabi The Chosen One

Manusia Pilihan

a. Makna Lirik Lagu

Lagu ini berjudulThe Choosen Oneyang berarti seorang pilihan mengisahkan tentang akhlak Rasulullah yang merupakan seorang nabi pilihan Allah. Seorang Rasul yang diutus Allah untuk membawa manusia dari zaman kegelapan ke zaman terang


(3)

benderang. Sesuai dengan firman Allah dalam surat Ibrahim ayat 1 : “Alif Lam Ra. (Ini adalah) kitab yang Kami turunkan kepadamu (Muhammad) agar engkau mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa, Maha Terpuji.”

Seorang utusan itu ialah Muhammad SAW. Seorang Nabi yang memiliki sifat penyantun, pengasih serta penyayang terhadap orang-orang yang beriman dan sangat mengharapkan keselamatan bagi setiap orang. Hal ini Allah katakan melalui FirmanNya dalam Al Quran surat At Taubah ayat 128.

“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri. Berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman.

Jiwanya diliputi cahaya. Dialah sebaik-baik manusia. Tidak ada satupun kebagusan dan kemuliaan melainkan didapatkan pada diri beliau dalam bentuk yang paling sempurna dan paling utama. Hal ini pun diakui oleh para sahabat yang menyertai hari-hari beliau sebagaimana dinyatakan Anas bin Malik radiyallahuanhu: “Adalah Rasulullah SAW manusia yang paling bagus akhlaknya”

Dalam riwaya lain dia mengatakan:

“Aku berkhidmat kepada beliau ketika safar maupun tidak. Demi Allah terhadap suatu pekerjaan yang terlanjur aku lakukan, tidak pernah beliau mengatakan ‘kenapa kau lakukan hal tersebut demikian?’ dan juga bila ada suatu pekerjaan yang belum aku lakukan tidak pernah beliau berkata ‘Mengapa engkau tidak laukukan demikian?’”


(4)

Ummul mukminin ‘Aisyah radiyallahu anha ketika ditanya oleh Sa’ad bin Hisyam bin Amir tentang akhlak Rasulullah SAW ia menjawab: “Akhlak beliau adalah Al Quran. Tidakkah engkau membaca firman Allah ‘Sungguh engkau berbudi pekerti yang agung?’” bahwa gambaran apa saja yang diperintahkan Al Quranpasti beliau lakukan. Dan apa saja yang dilarang Al Quran beliau tinggalkan.

Hidupnya dipenuhi kesederhanaan dan bersahaja. Aisyah radiyallahu anha pernah ditanya:

“Apakah yang dilakukan Rasulullah SAW di dalam rumah?” Ia radiyallahu anha menjawab: “Beliau SAW adalah seorang manusia biasa. Beliau menambal pakaian sendiri, memerah susu dan melayani diri beliau sendiri.” (HR Ahmad dan Tirmidzi)

‘Aisyah radiayallahu anha juga menuturkan:

“Kami keluarga Muhammad, tidak pernah menyalakan tungku masak selama sebulan penuh, makanan kami hanyalah kurma dan air.” (HR Al Bukhari) Rasulullah selalu berkata benar. Buka hanya perkataannya yang benar, tapi juga perbuatannya benar. Sejalan dengan ucapannya. Mustahil seorang nabi bersifat pembohong. Allah berfirman dalam surat An Najm ayat 3-4 :

“Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan dan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya.” Dalam setiap nafasnya ia selalu memperdulikan umatnya hingga ajalnya tiba tiada lain kata yang ia ucapkan adalah kita para umatnya. Pernah suatu ketika Rasulullah menangis sepanjang malam. Beliau menangis karena dalam shalatnya ia membaca surat al maidah ayat 118 yaitu tentang perbincangan nabi Isa kepada Allah di akhirat kelak engenai umatnya yang mensejajarkan dirinya dengan Allah. Surat itu berbunyi yang artinya :


(5)

“Jika Engkau siksa mereka, sesungguhnya mereka adalah hamba-hambaMu dan jika Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya Engkau Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Beliau terus shalat dan menangis hingga waktu subuh tiba. Kemudian beliau memanjatkan kedua tangannya seraya berdoa, “Ya Allah, umatku… umatku…”

Allah subhanahu wa ta’ala berkata kepada Jibril, “Wahai Jibril, pergi dan temuilah Muhammad. Tuhanmu Maha Mengetahui. Sekarang tanyakan kepadanya, kenapa dia menangis?”

Jibrilpun menemui Rasulullah SAW. untuk menanyakan sebab musabab beliau menangis. Rasulullah SAW. berterus terang kepada Jibril mengenai kekhawatiran beliau pada umat beliau. Jibril pun melaporkan pengaduan Rasulullah itu kepada Allah. Allah menjawab :

“Sekarang, pergi dan temui Muhammad. Katakan padanya bahwa Aku meridhainya untuk memberikan syafaat kepada umatnya dan Aku tidak akan berbuat buruk kepadanya (selama tidak menyekutukan Allah).” (HR. Muslim dan At Thabari)

Dengan mengetahui keagungan sifat-sifat beliau SAW ini, sudah sepatutnya bagi kita sebagai umatnya untuk mencontoh akhlak-akhlaknya. Agar kita tidak membuatnya sedih dan kelak kita dapat bahagia di dunia terlebih lagi diakhirat kita dapat berjumpa serta berkumpul dengan beliau. Allah swt. berfirman dalam surat Al Ahzab ayat 21 :

“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu yaitu bagi orang-orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah.

Tidak lupa bagi kita semua selaku umat beliau untuk berterimakasih dengan memperbanyak shalwat dan salam penghormatan untuk beliau. Di dalam Al Qur’an


(6)

Allah memerintahkan hal ini dalam surat Al Ahzab ayat 56 : “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh rasa hormat kepadanya.”