BEST PRACTISE PELATIHAN MODEL LESSON STUDY
UNTUK  MENINGKATAN KINERJA GURU SMP NEGERI 28 SEMARANG
I.        PENDAHULUAN 1.1      Latar Belakang
Faktor-faktor pendukung keberadaan sekolah adalah guru, siswa, sarana prasarana, manajemen, stake holder, lingkungan sosial   sekolah dan unsur-unsur
lain   yang   dapat   berpengaruh   pada   keberlangsungan   kehidupan   sekolah.   Guru merupakan   faktor   utama   dalam   penentuan   keberhasilan   suatu   pendidikan   di
sekolah   ,   karena   pekerjaan   sebagai   guru   merupakan   suatu   tugas   yang berkewajiban mengantarkan siswanya untuk mencapai tujuan pendidikan. Oleh
sebab itu mutu guru sangat diperhatikan oleh berbagai pihak, dan dalam rangka meningkatkan   serta   menjaga   kualitas   guru,   pemerintah   telah   melaksanakan
berbagai  cara,  antara  lain  melalui   kebijakan  bahwa   untuk  menjadi  guru  harus mempunyai sertifikat pendidik dan melaksanakan kebijakan uji kompetensi guru
UKG. Salah satu kualitas guru dapat dilihat dari kinerjanya, dan kinerja guru merupakan   kunci   keberhasilan   pendidikan   di   sekolah.   Apabila   guru   mampu
menjalankan tugasnya dengan baik, maka sekolah dapat menghasilkan lulusan yang   bermutu.   Sebaliknya,   jika   guru   dalam   melaksanakan   tuganya   hanya
menjalankan suatu rutinitas dengan apa adanya tanpa ada kretivitas dan inovasi atau tidak sesuai dengan standar kompetensi teruatama kompetensi pedagogik dan
kompetensi profesional maka mutu lulusan siswa bisa menjadi rendah kurang maksimal.   Dengan   kata   lain,   ada   sebuah   korelasi   positif   antara   sumber   daya
manusia guru dengan kualitas siswa di sekolah, dimana sumber daya manusia tersebut   membutuhkan   manajemen   sumber   daya   manusia   yang   baik   untuk
mencapai kualitas siswa yang baik. Manajemen   sumber   daya   manusia   adalah   suatu   proses   perencanaan,
pengorganisasian,   penyusunan   staf,   pergerakan,   dan   pengawasan   terhadap
1
pengadaan,   pengembangan,   pemberian   kompensasi,   pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemisahan tenaga kerja untuk mencapai tujuan organisasi. Dan
orang yang melakukan aktivitas tersebut adalah manajer sumber daya manusia, yaitu seorang kepala sekolah  Bangun , 2012:6. Sebagai guru yang profesional,
guru   dituntut   memiliki   empat   kompetensi   yaitu   kompetensi   pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Adapun
fenomena   yang terjadi di SMP 28 Semarang sebagai berikut: 1 siswa rata-rata berkemampuan   rendah   dan   sedang;     2   hasil   belajar   siswa   rendah   dengan
rendahnya   angka   ketuntasan   belajar   klasikal;     3   guru   mengajar     sekedar mentransfer ilmu sehingga potensi siswa dalam pembelajaran diabaikan; 4 guru
masih sering mengajar dengan metode konvensional; 5 sumber belajar dan media pembelajaran yang digunakan oleh guru masih  terbatas; 6 guru belum terbiasa
mengajar   dengan   menggunakan   model   pembelajaran   CTL;   7   sarana   dan prasarana PBM belum terpenuhi; 8 kegiatan MGMP sekolah jarang dilaksanakan;
9 supevisi dilaksanakan satu kali dalam satu semester dengan tujuan hanya untuk kepentingan administrasi PKG, tanpa disertai tindak lanjut.
Berdasar hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kondisi rendahnya hasil prestasi akademik siswa  SMPN 28 Semarang  selain pengaruh dari input yang
rendah juga disebabkan oleh rendahnya pengelolaan dalam sumber daya pendidik sebagai  agent of change.    Hal tersebut dipengaruhi karena guru  belum mampu
menguasai kompetensi seperti yang tertulis dalam  Permendiknas No. 16 Tahun 2007, yaitu kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional sebagai guru SMP.
Kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional merupakan kunci keberhasilan sebuah pembelajaran, dan karenanya guru dituntut untuk menguasai kompetensi-
kompetensi   tersebut,   karena   pembelajaran   merupakan   ruh   utama   dalam   suatu proses pendidikan di sekolah.
Dalam   rangka     memperbaiki   kondisi   yang   ada   kepala   sekolah   yang berperan  sebagai   manajer,  edukator,  administrator,  leader,   inovator,   supervisor,
dan   organisator   maka   bertanggunga   jawab   dalam   penciptaan   kegiatan pembelajaran lebih kondusif melalui peningkatkan kinerja guru. Kepala SMPN 28
Semarang     berusaha   melalui   teknik   pelatihan   dan   pengembangan   berbasis
2
kompetensi untuk guru-guru di sekolah tersebut dengan pelatihan model  lesson study  meningkatkan   kinerja   guru   dalam   menerapkan   model   pembelajaran
contextual   teaching   and   learning  CTL.   Alasan   dipilihnya   pelatihan   adalah karena pelatihan dapat meningkatkan kemampuan seseorang dalam melaksanakan
tugasnya. Hal ini senada dengan pendapat Marwansyah 2010:156 bahwa tujuan pelatihan itu adalah untuk memampukan seseorang melakukan pekerjaan dengan
lebih   baik,   meningkatkan   produktivitas   kerja   karyawan   pada   semua   tingkat organisasi, serta meningkatkan ketrampilan seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sedangkan model pelatihannnya menggunakan model lesson study, dengan
alasan   model   ini   memudahkan   guru   untuk   mengkaji   pembelajaran   secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual
learning  melalui  membangun komunitas belajar. Dengan demikian  lesson study bukanlah suatu metode atau strategi pembelajaran tetapi kegiatan  Lesson Study
adalah   kegiatan  menerapkan   berbagai   metode   atau   strategi   pembelajaran   yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahan yang dihadapi guru.
1.2       Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dikaji dalam penulisan  best practice  ini adalah bagaimanakah   implementasi   pelatihan  lesson   study  dalam   menerapkan
pembelajaran berbasis CTL sebagai upaya peningkatkan kinerja guru di SMPN 28 Semarang?
1.3       Tujuan Penulisan Best Practise
Adapun tujuan penulisan best practice ini adalah sebagai dokumen tertulis dari praktek terbaik  best practice  implementasi pelatihan  lesson study  dalam
menerapkan pembelajaran berbasis CTL sebagai upaya peningkatkan kinerja guru di SMPN 28 Semarang.
1.4       Manfaat Penulisan Best Practise
3
1 Secara teoritis  best practice  ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada   pemangku   kebijakan   peningkatan   kinerja   guru   terutama   bagi
pengawas dan kepala sekolah. 2 Secara   praktis   dapat   diadopsi   oleh   lembaga   pendidikan   atau   sekolah   lain
dalam mengadakan pelatihan bagi guru sebagai upaya peningkatan kinerja guru
II.       KAJIAN PUSTAKA