4 Pelaksanaan lesson study berbasis sekolah harus menyertakan semua guru, dan secara bergilir harus berani untuk tampil sebagai guru model.
5 Siswa harus dibiasakan untuk belajar secara aktif, membudayakanbersikap kritis, berani bertanya dan mampu membangun kerjasama diantara mereka.
Apabila dalam satu sekolah telah mampu melaksanakan kegiatan lesson study dan diikuti oleh semua guru dan dipimpin oleh kepala sekolah, maka
dengan sendirinya akan terbentuk suatu masyarakat pembelajar yang memiliki komitmen bersama untuk meningkatkan mutu pendidikan.
2.4 Pembelajaran CTL
Contextual Teaching and Learning CTL merupakan sistem pembelajaran yang menghubungkan muatan akademis dengan konteks kehidupan sehari-hari
siswa. Proses pembelajaran ini menjadi salah satu model pembelajaran yang inovatif untuk diterapkan karena informasi yang diterima siswa tidak hanya
disimpan dalam memori jangka pendek yang mudah dilupakan, tetapi juga disimpan dalam memori jangka panjang sehingga mampu dihayati dan diterapkan
dalam tugas pekerjaan. CTL ini mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa yang mampu mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota masyarakat, sehingga pembelajaran ini disebut dengan
pendekatan kontekstual. Tugas guru sebagai pendidik harus teliti dalam memilih serta mendesain
lingkungan belajar yang betul-betul berhubungan dengan kehidupan nyata, baik dalam konteks pribadi, sosial, budaya, ekonomi, kesehatan, serta lainnya sehingga
siswa memiliki keterampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengonstruksi sendiri pemahamannya secara aktif. Dengan menerapkan CTL, tanpa disadari
pendidik telah mengikuti tiga prinsip ilmiah modern yang menunjang dan mengatur segala sesuatu di alam semesta, yaitu: 1 prinsip kesaling-bergantungan;
2 prinsip diferensiasi; dan 3 prinsip Pengaturan Diri. Dalam CTL, prinsip kesaling-bergantungan mengajak para pendidik untuk mengenali keterkaitan
mereka dengan pendidik lainnya, siswa-siswa, masyarakat dan dengan lingkungan
12
sekitar. Prinsip ini mengajak siswa untuk saling bekerjasama, saling mengutarakan pendapat, saling mendengarkan untuk menemukan persoalan,
merancang rencana, dan mencari pemecahan masalah. Prinsip diferensiasi merujuk pada dorongan terus menerus untuk menghasilkan keagamaan,
perbedaan, dan keunikan, dan membebaskan para siswa untuk menjelajahi bakat pribadi, memunculkan cara belajar masing-masing individu, berkembang dengan
langkah mereka sendiri. Disini para siswa diajar untuk selalu kreatif dan berpikir kritis guna menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Di sisi lain, prinsip pengaturan
diri menyatakan bahwa segala sesuatu diatur, dipertahankan, dan disadari oleh diri sendiri. Prinsip ini mengajak siswa untuk mengeluarkan seluruh potensinya.
Mereka menerima tanggung jawab atas keputusan dan perilaku sendiri, menilai alternatif, membuat pilihan, mengembangkan rencana, menganalisis informasi,
menciptakan solusi dan dengan kritis menilai bukti. Selanjutnya dengan interaksi antar siswa akan diperoleh pengertian baru, pandangan baru, sekaligus
menemukan minat pribadi, kekuatan imajinasi, kemampuan mereka dalam bertahan dan keterbatasan kemampuan. Dalam pembelajaran kontekstual guru
dituntut mambantu siswa dalam mencapai tujuan. Guru tidak hanya sekedar memberi informasi tetapi guru melakukan pengelolaan kelas membentuk sebuah
tim yang bekerja sama dengan siswa untuk menemukan sesuatu yang baru, dalam hal ini kegiatan belajar mengajar KBM lebih menekankan Student Centered.
Berkaitan dengan tugas guru , Depdiknas menuliskan tugas pokok dan fungsi guru adalah sebagai berikut: 1 mengkaji konsep atau teori yang akan
dipelajari oleh siswa; 2 memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian secara seksama; 3 mempelajari lingkungan sekolah
dan tempat tinggal siswa yang selanjutnya memilih dan mengkaitkan dengan konsep atau teori yang akan dibahas dalam pembelajaran kontekstual; 4
merancang pengajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalan yang dimiliki siswa dan lingkungan hidup
mereka; 5 melaksanakan penilaian terhadap pemahaman siswa, dimana hasilnya dijadikan bahan refleksi terhadap rencana pembelajaran dan pelaksanaannya.
Untuk penerapannya, pendekatan kontekstual CTL memiliki tujuh komponen
13
utama yaitu: kontruktivisme constructivism, menemukan Inquiry, bertanya Questioning, masyarakat belajar Learning Community, pemodelan modeling,
refleksi reflection, dan penilaian yang sebenarnya. Adapun tujuan model pembelajaran CTL adalah:
1 Memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang
dipelajari dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan atau ketrampilan
yang secara refleksi dapat diterapkan; 2
Dalam belajar siswa tidak hanya sekedar menghafal tapi perlu adanya pemahaman;
3 Menekankan pada pengembangan minat pengalaman siswa;
4 Melatih siswa agar dapat berfikir kritis dan trampil dalam memproses
pengetahuan agar dapat menemukan dan menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain;
5 Pembelajaran lebih produktif dan bermakna;
6 Mengajak anak pada suatu aktivitas yang mengkaitkan materi akademik
dengan konteks kehidupan sehari-hari; 7
Siswa secara individu dapat menemukan dan mentransfer informasi komplek dan siswa dapat menjadikan informasi itu miliknya sendiri;
Kelebihan model pembelajaran CTL : 1 pembelajaran menjadi lebih berwarna dan riil, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara
pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata; 2 pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena
metode pembelajaran CTL menganut aliran Konstruksivisme, dimana seorang siswa dituntut untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Siswa melalui “
mengalami” bukan “menghafal”.
III. PEMBAHASAN 3.1 Kondisi Sebelumnya
Kondisi sebelum dilaksanakan pelatihan pembelajaran berbasis CTL adalah:
14