Lahan Jeruk Lahan Tegalan

5 tumbuh sampai kedalaman 100 cm dan tidak jarang akar akan ditemui pada kedalaman 100-140 cm jika ketersediaan air terganggu. Ketersediaan air yang kurang dalam waktu lama dapat menyebabkan peningkatan kerusakan vegetatif tanaman, yaitu terhambatnya pembukaan daun muda sehingga menurunnya produksi daun yang nantinya mengakibatkan pembentukan bakal bunga akan terganggu. Selain hal itu juga, ketersediaan air yang buruk dapat menyebabkan produktivitas kelapa sawit menurun. Penurunan produktivitas tersebut ditandai dengan kematangan tandan yang kurang baik, dan gugurnya tandan bunga yang telah mekar Marni, 2009.

2.3 Lahan Jeruk

Jeruk merupakan komoditas buah yang populer setelah anggur. Daerah tumbuhnya membentang dari 40 derajat lintang utara sampai 40 derajat lintang selatan. Total area pertanaman jeruk di seluruh dunia kurang lebih 1,5 juta hektar Sarwono, 1994. Tanaman jeruk ini dapat tumbuh pada ketinggian kurang lebih 650-2000 m dpl. Temperatur untuk pertumbuhan optimalnya adalah 25-30ÂșC. Tanaman jeruk memerlukan sinar matahari yang cukup baik, sehingga jeruk yang ditanam pada area terlindung pertumbuhannya kurang baik dan mendapat serangan penyakit. Tanaman jeruk memerlukan air dalam jumlah cukup namun tidak tergenang, sehingga diperlukan drainase yang baik Pracaya, 1998. Tanah yang baik untuk pertumbuhan jeruk adalah tanah yang bertekstur lempung sampai lempung berpasir dengan kadar hara dan air cukup seperti Andosol dan Latosol. Air tanah yang dirasa cukup optimal untuk pertumbuhan jeruk adalah pada 150-200 cm di bawah permukaan tanah dengan kandungan garam kurang dari 10. Kelembaban udara optimum untuk pertumbuhannya adalah 70-80, dan tidak menyukai tempat yang terlindung dari sinar matahari http:www.dapurusaha.com, 2009.

2.4 Lahan Tegalan

Lahan tegalan merupakan salah satu sistem pertanian yang dilakukan di lahan kering, atau yang kadang disebut juga sebagai perladangan. Pada musim hujan lahan-lahan tegalan ini bisa juga dijadikan sawah, dan ditanami palawija saat musim kemarau. Untuk pulau Jawa dan sekitarnya, 6 pengusahaan semacam ini banyak dilakukan tidak hanya pada dataran rendah namun juga di dataran tinggi dimana padi dan palawija masih dapat tumbuh Soepomo dan Silvana, 1997. Sumber air untuk pertanian lahan kering biasanya hanya bersumber dari air hujan, sehingga sebaran dan pola hujan sangat menentukan pola tanam. Ketersediaan air pada musim kering biasanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan seperti jenis tanah, iklim, serta usaha pengelolaan oleh manusia. Musim tanam biasanya dimulai saat hujan, selama sepuluh hari berturut-turut jumlah hujan mencapai lebih dari 50 mm. Persiapan lahan sudah dilakukan saat musim kemarau, sehingga dalam setahun tidak terjadi kekosongan kegiatan Sabaruddin, 2003 dalam Febrianti, 2011.

2.5 Pergerakan Air Tanah