Pengasuhan otoritarian Pengasuhan otoritatif Pengasuhan yang mengabaikan Pengasuhan yang menuruti

Menurut John W. Santrock 2007, bagi orang tua disiplin selama pertengahan dan akhir masa kanak-kanak lebih mudah diterapkan dibanding pada awal masa kanak-kanak. Pembentukan disiplin mungkin juga lebih mudah selama masa remaja. Karena pada masa ini, perkembangan kognitif anak telah matang hingga tingkat dimana orang tua bisa mengajak mereka berpikir logis dalam menghindari penyimpangan dan mengendalikan perilaku mereka. Saat remaja, logika anak telah menjadi lebih kompleks, dan mereka mungkin kurang menerima disiplin orang tua. Remaja juga mendesak lebih keras untuk mandiri, yang menyebabkan kesulitan pengasuhan. John W. Santrock 2007, Selama pertengahan atau akhir masa kanak- kanak, sebagian kendali berpindah dari orang tua kepada anak, walaupun prosesnya bertahap yang melibatkan kendali oleh anak dan orang tua. Selama proses perpindahan kendali ini orang tua hendaknya harus tetap melakukan perannya, seperti; memantau, membimbing, dan mendukung anak dari jauh; menggunakan waktu secara efektif ketika mereka memiliki kontak langsung dengan anak, dan menguatkan kemampuan anak untuk memantau perilakunya sendiri, menghindari risiko yang berbahaya, dan merasakan ketika dukungan orang tua dan anak sudah tepat.

2.4.3 Gaya pengasuhan anak

Para ahli psikologi anak telah menyusun dimensi yang lebih tepat dari pengasuhan anak yang baik, di dalam buku John W. Santrock 2007, Diana Baumrind 1971 menjelaskan ada empat jenis gaya pengasuhan anak :

1. Pengasuhan otoritarian

Merupakan gaya yang membatasi dan menghukum, dimana orang tua mendesak anak untuk mengikuti arahan mereka dan menghormati pekerjaan dan upaya mereka. Orang tua yang otoriter menerapkan batas dan kendali yang tegas pada anak dan meminimalisirperdebatan verbal. Orang tua yang seperti ini mungkin juga sering memukul anak, memaksakan aturan secara kaku, tanpa menjelaskannya, dan menunjukkan amarah pada anak. Anak dari orang tua yang otoriter sering kali tidak bahagia, ketakutan, tidak percaya diri ketika Universitas Sumatera Utara membandingkan diri dengan orang lain, tidak mampu memulai aktivitas, dan memiliki kemampuan komunikasi yang lemah.

2. Pengasuhan otoritatif

Gaya pengasuhan dengan cara mendorong anak untuk mandiri namun masih menerapkan batas dan kendali pada tindakan mereka. Pada gaya ini kita masih dapat melihat adanya tindakan verbal memberi dan menerima, dan orang tua bersikap hangat dan penyayang terhadap anak. Orang tua juga menunjukkan kesenangan dan dukungan sebagai respon terhadap perilaku konstruktif anak, karena mereka mengharapkan perilaku anak yang dewasa, mandiri, dan sesuai dengan usianya. Anak yang memiliki orang tua yang seperti ini biasanya ceria, bisa mengendalikan diri dan mandiri, berorientasi pada prestasi, mereka cenderung untuk mempertahankan hubungan yang ramah dengan teman sebayanya, dan bisa mengatasi stress denga baik.

3. Pengasuhan yang mengabaikan

Gaya dimana orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak, sehingga anak merasa bahwa aspek lain kehidupan orang tua lebih penting dari diri mereka. Anak-anak ini cenderung tidak memiliki kemampuan sosial. Mereka biasanya memiliki harga diri yang rendah tidak dewasa, mungkin terasing dari keluarga, sehingga pada saat remaja anak menunjukkan sikap suka membolos dan nakal.

4. Pengasuhan yang menuruti

Gaya pengasuhan dimana orang tua sangat terlibat pada anak, namun tidak menuntut atau mengontrol mereka, biasanya orang tua membiarkan anak melakukan apa yang mereka inginkan. Sehingga anak tidak pernah belajar mengenadalikan perilakunya sendiri dan selalu berharap mendapatkan keinginannya, jarang menghormati orang lain, mereka mungkin mendominasi, egosentris, tidak menuruti aturan, kesulitan dalam hubungan dengan teman sebayanya.

2.5 Pengetahuan