4.
Dengan undang-undang dapat diserahkan penyelenggaraan tugas-tugas kepada daerah-daerah yang tidak termasuk dalam urusan rumah tangganya.
Jika dibandingkan pengaturan otonomi didalam UUD 1945 dan UUDS 1950, tampak bahwa pengaturan didalam UUDS 1950 lebih jelas dan tegas
dari pada didalam UUD 1945. UUD 1945 tidak jelas menegaskan bentuk susunan pemerintahan di daerah, demikian juga sifat otonom. Penjelasan UUD
1945 menjelaskan bahwa di daerah akan dikenal susunan pemerintahan administratif disamping yang bersifat otonom hal ini merupakan ketidak
jelasan. Susunan pemerintahan administratif merupakan ciri susunan pemerintahan menurut sendi konsentrasi dan dekonsentrasi, sedangkan
pemerintahan yang bersifat otonom merupakan ciri susunan pemerintahan menurut sendi sentralisasi dan desentralisasi.
2.2.2. Otonomi Daerah Menurut UU No. 1 Tahun 1945
UU No.1 tahun 1945 yang ditetapkan pada 23 November 1945, tiga bulan setelah proklamasi adalah undang-undang tentang Kedudukan Komite
Nasional Indonesia Daerah KNID. KNID merupakan mata rantai dari Komite Nasional Indonesia Pusat KNIP. Pada saat UUD 1945 disahkan oleh
PPKI tanggal 18 Agustus 1945, PPKI juga menetapkan bahwa pekerjaan Presiden untuk sementara waktu dibantu oleh sebuah Komite Nasional, tanpa
dibatasi pada tingkat nasional saja atau tingkat daerah. Dalam sidangnya tanggal 19 Agustus 1945, PPKI menetapkan pembagian daerah Indonesia,
bahwa daerah provinsi yang dikepalai oleh seorang Gubernur, dibagi dalam keresidenan yang dikepalai oleh seorang Residen. Gubernur dan Residen
dibentu oleh Komite Nasional Daerah. Pasal IV aturan peralihan UUD 1945 menetapkan bahwa sebelum MPR,
DPR, dan DPA dibentuk menurut UUD 1945, segala kekuasaannya dijalankan oleh Presiden dengan bantuan sebuah Komite Nasional. Dalam sidangnya
pada tanggal 19 Agustus 1945, PPKI menetapkan pembagian daerah Indonesia, antara lain bahwa Daerah Provinsi yang dikepalai oleh Gubernur,
dibagi dalam keresidenan yang dikepalai oleh seorang Residen. Tentang KNIP diatur pula mengenai KNID, antara lain bahwa KNID dibentuk diseluruh
Indonesia dengan pusatnya di Jakarta. Usaha Komite Nasional adalah membantu pemimpin dalam membantu Pemerintah Daerah untuk
kesejahteraan umum. Adapun beberapa alasan yang menjadi latar belakang pembentukan UU No.1
tahun 1945 adalah : 1. Secara umum untuk menertibkan KNID.
2. Untuk memberikan jalan kepada Pemerintah Pusat mengawasi KNID. 3. Untuk menjamin keserasian keharmonisan kegiatan KNID dengan
Pemerintah Pusat. 4. Untuk mengurangi unsur-unsur kekuatan KNID yeng menentang
Pemerintah Pusat. Pada 19 Agustus 1945, PPKI menetapkan pembagian wilayah
pemerintah Republik Indonesia di daerah dalam susunan teritorial : Provinsi, Keresidenan, Kooti Swapraja dan Kota Gemeente. Pembagian daerah-
daerah tersebut belum dilakukan dalam rangka desentralisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 UUD 1945. Pemerintah daerah dibentuk dengan
tujuan mengisi kekosongan pemerintah yang ditinggalkan penduduk tentara Jepang, artinya pemerintahan tentera Jepang sudah tidak dipatuhi lagi oleh
rakyat Indonesia yang merdeka dan berdaulat, selain itu juga bertujuan untuk sesegera mungkin melengkapi susunan pemerintah RI sampai ke daerah-
daerah, sehingga kehadiran Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat menjadi tampak nyata sampai ke daerah-daerah.
Kenyataannya pemerintahaan tingkat daerah tidak terbatas pada Provinsi, Keresidenan, Kota dan Kooti Swapraja saja yang ada, melainkan
juga Kawedanaan, Kecamatan, dan desa. Susunan baru ini diatur kembali di
dalam UU no.1 tahun1945. Akibat perubahan kedudukan KNID, maka dihidupkan kembali pemerintahan daerah otonom yang terhapus selama
pendudukan tentara Jepang. Provinsi, Kewedanaan, dan Kecamatan tidak dilengkapi dengan KNID, karena itu tetap semata-mata sebagai unsure
dekonsentrasi yang menjalankan pemerintahan umum atau kepamongprajaan di daerah, sebagai wakil pemerintah pusat atau aparat pemerintah daerah
atasannya. Ada tiga alat kelengkapan pemerintah daerah yang dapat disimak dari
UU no.1 tahun 1945, yaitu : 1. KNID sebagai DPRDS Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sementara
yang bersama-sama dibawah pimpinan Kepala Daerah menjalankan fungsi legislatif.
2. Badan maksimal terdiri atas 5 orang yang dipilih dari dan oleh KNID sebagai badan eksekitif bersama-sama dibawah pimpinan Kepala Daerah
menjalankan fungsi pemerintahan sehari-hari termasuk dalam bidang otonomi dan tugas pembantuan.
3. Kepala Daerah yang diangkat oleh Pemerintah Pusat menjalankan urusan Pemerintah Pusat di daerah, kecuali urusan-urusan yang dijalankan oleh
kantor-kantor Departemen di daerah. Akibat dari dualisme kekuasaan pemerintahan daerah tersebut, maka UU
no.1 tahun 1945 diganti dengan UU no.22 tahun 1948.
2.2.3. Otonomi Daerah Menurut UU No.22 Tahun 1948