c. Tidak bertentangan dengan UU, PP, Perda yang lebih tingkatannya. d. Hak mengatur dan mengurus tersebut menjadi tidak berlaku jika
dikemudian hari hal-hal tersebut diatur dan diurus dengan peraturan yang lebih tinggi tingkatannya.
3. Melalui tugas pembantuan medebewind yang meskipun tidak sepenuh prinsip otonomi yang luas, tetapi didalam tugas pembantuan terdapat
otonomi untuk menerjemahkan kebijakan PusatPemda yang lebih tinggi tingkatannya didalam daerah otonom yang bersangkutan. Berdasarkan
penjelasan UU no.22 tahun 1948, tidak dibedakan secara tegas antara otonomi dan tugas pembantuan, bahkan tugas pembantuan dipandang
sebagai dati otonomi. Suatu daerah otonom dapat terselenggara dengan baik, membutuhkan
persyaratan-persyaratan tertentu antara lain : 1. Sumber daya alam seperti luas wilayah yang memadai untuk mendukung
berbagai kegiatan perekonomian dan kegiatan lain yang dapat menunjang pertumbuhan daerah dan masyarakatnya.
2. Sumber daya manusia, baik kuantitas maupun kualitas yang mampu berpartisipasi untuk menyelenggarakan pemerintahan desa yang
berkedaulatan rakyat dan modern. 3. Sumber keuangan untuk menunjang pelaksanaan pemerintah dan
pembangunan. Hal ini yang menunjukan perbedaan antara UU no.22 tahun 1948 dengan
UU no.1 tahun 1945 adalah mengenai susunan pemerintahan daerah, yaitu satuan pemerintahan otonom dan satuan pemerintahan administratif.
Sementara UU no.22 tahun 1948 hanya mengatur satu macam satuan pemerintahan tinggkat daerah, yaitu otonom.
2.2.4. Otonomi Daerah Menurut UU NIT No.44 Tahun 1950
UU NIT Undang-undang Negara Indonesia Timur No.44 tahun1950 tentang pemerintah daerah timur ditetapkan pada 16 Mei 1950, yaitu pada
masa susunan Negara Republik Indonesia sebagai negara federal dibawah
konstitusi RIS sejak 27 Desember 1949. Sebagai hasil dari Konferensi Meja Bundar KMB antara Belanda dan Indonesia di Den Haag tanggal 23 Agustus
– 2 November 1949, kerajaan Belanda terpaksa memulihkan kedaulatan atas wilayah Indonesia kepada pemerintah Republik Indonesia Serikat RIS. Pada
14 Desember 1949 wakil pemerintah republik Indonesia dan wakil pemerintah daerah bagian dalam Bijeenkomst Federal Overleg menandatangani
persetujuan Undang-undang Dasar Sementara, yang kemudian dinamakan Konstitusi Republik Indonesia serikat, mulai berlaku pada 27 Desember 1949.
Dengan berlakunya konstotusi RIS maka NKRI berubah menjadi Negara Republik Indonesia Serikat, yang terdiri atas 16 negara bagian yang disebut
“Daerah Bagian”. Semua “Daerah Bagian” dikategorika dalam dua kelompok, yaitu yang disebut “Negara” dan kelompok yang disebut “satuan-satuan
kenegaraan yang tegak sendiri”. Berdasarkan pasal 127 konstitusi RIS, pembuatan undang-undang diserahkan
kepada : 1. Pemerintahan bersama-sama dengan DPR dan Senat, dalam hal peraturan-
peraturan mengenai satu atau lebih daerah-daerah bagian, atau mengenai hubungan Republik Indonesia Serikat dan daerah-daerah yang tersebut
pada pasal. 2. Pemerintah bersama-sama DPR dalam seluruh lapangan pengaturan
selebihnya. UU NIT Undang-undang Negara Indonesia Timur No.44 tahun 1950
tentang pemerintah Daerah Indonesia Timur ditetapkan pada 15 Mei 1950. Secara sengaja UU NIT no.44 tahun 1950 ditetapkan dalam rangka
menyongsong pembentukan NKRI dengan maksud menyesuaikan susunan
ketatanegaraan pemerintahan daerah dalam lingkungan wilayah Indonesia Timur dengan bentuk NKRI.
Dengan latar belakang tujuan tersebut, pembentukan UU NIT no.44 tahun 1950 dengan segala materi muatannya hanya mengambil oper dari UU
no.22 tahun 1948 dengan segala penyesuaiannya. Praktis bahwa isi UU NIT tersebut sama dengan UU no.22 tahun 1948, kecuali hal-hal seperti :
1. Susunan dan penamaan daerah. UU NIT no.44 tahun 1950memungkinkan
susunan terdiri atas 2 atau 3 tingkatan tidak harus 3 tingkatan dengan nama-nama : Daerah, daerah Bagian, Daerah Anak Bagian.
2. Sebutan resmi untuk DPD adal Dewan Pemerintahan dan keanggotaannya diambil dari bukan anggota DPRD, demi memperoleh tenaga-tenaga ahli.
3. Jumlah anggota DPRD tidak semata-mata berdasarkan jumlah penduduk UU no.22 tahun1948 menetapkan 5 tahun.
Memperhatikan prinsip-prinsip yang terkandung didalam UU no.22 tahun 1948, yang diambil oper ke dalam UU NIT no.44 tahun 1950, beberapa
prinsip dapat dicatat sebagai berikut : 1. Upaya menghilangkan sifat dualistik didalam UU no.1 tahun 1945
2. Hanya ada satu pemerintahan di daerah, yaitu daerah otonom 3. Titik berat otonomi pada desa
4. Keinginan menghapuskan lembaga dan fungsi pemongpraja 5. Penyerahan urusan pemerintahan sebanyak-banyaknya kepada daerah
2.2.5. Otonomi Daerah Menurut UU No.1 Tahun 1957