Persamaan Integral Fuzzy Volterra Metode Perturbasi Homotopi

3 dan untuk sembarang � � dengan �−1 � � � , 1 � , misalkan � � = � � �=1 � − �−1 2.4 Integral pada [ �, ] didefinisikan sebagai berikut : = lim →0 � � � , 2.5 asalkan limit tersebut ada terhadap metrik D. Jika kontinu terhadap metrik , maka integral tentu dari tersebut ada, kemudian didefinisikan , � � = � , � , � � = , � � 2.6

2.2 Persamaan Integral Fuzzy Volterra

Persamaan integral Volterra tipe kedua dapat dinyatakan dalam bentuk berikut: = + � , � , 2.7 dengan � , didefinisikan sebagai fungsi kernel pada daerah persegi � dan � . Fungsi merupakan fungsi dari dengan � . Persamaan integral Volterra tipe kedua pada persamaan 2.7 banyak muncul pada masalah osilasi dalam fisika. Masalah osilasi dinyatakan dalam persamaan differensial biasa orde dua berikut + ′ + = , penyelesaian persamaan differensial biasa tersebut berupa suatu persamaan integral Volterra tipe kedua. Lampiran 1 Pada persamaan integral Volterra tipe kedua jika berupa fungsi fuzzy yaitu fungsi = , �, maka persamaan tersebut akan memiliki penyelesaian dalam bentuk fuzzy. Misalkan , � = , � , , � dan , � = , � , , �, 0 � 1 yang masing-masing merupakan bentuk parametrik dari fungsi dan untuk ∈ �, , maka bentuk persamaan integral fuzzy Volterra tipe kedua adalah: , � = , � + � 1 , , , � , , � , � , � = , � + � 2 , , , � , , � � 2.8 dengan � 1 , , , � , , � = � , , � , � , ≥ 0; � , , � , � , 0 2.9 dan � 2 , , , � , , � = � , , � , � , ≥ 0; � , , � , � , 0, 2.10 untuk setiap � 1 dan ≥ �.

2.3 Metode Perturbasi Homotopi

Berikut ini diberikan ilustrasi konsep dasar metode perturbasi homotopi berdasarkan alur pada pustaka [He, 2000]. Misalkan secara umum diberikan suatu persamaan integral sebagai berikut: = , ∈ Ω 2.11 dengan merupakan suatu operator yang melibatkan persamaan integral, merupakan fungsi yang akan ditentukan dan merupakan fungsi yang diketahui. Selanjutnya didefinisikan pula suatu operator linear � yang memenuhi � = 0, bila = 0. 2.12 Misalkan pendekatan awal dari penyelesaian persamaan 2.11 dan � ∈ [0,1] suatu parameter. Didefinisikan fungsi real � , 0 : Ω × [0,1] → ℜ dan suatu fungsi � sebagai berikut: � �, � = 1 − � [� � − �[ ]] + � � − 2.13 Berdasarkan persamaan 2.13, maka untuk � = 0 dan � = 1 masing-masing memberikan persamaan berikut: � � , 0,0 = �[� , 0] − �[ ] 4 dan � � , 1,1 = [� , 1 ] − Sehingga menurut persamaan 2.11 dan persamaan 2.12 diperoleh bahwa fungsi � , 0 = dan � , 1 = masing-masing merupakan penyelesaian dari persamaan � � , 0,0 = 0 dan � � , 1,1 = 0. Dengan demikian peningkatan nilai � dari 0 ke 1 menyatakan perubahan nilai ��, � dari �[� − ] ke [ �] − . Dalam topologi, proses ini disebut deformasi. Proses deformasi yang ditinjau meliputi deformasi orde nol dan orde tinggi. Pada deformasi orde nol memberikan penyelesaian awal , sedangkan deformasi orde tinggi memberikan penyelesaian 1 , 2 , ⋯ , � . Dalam metode perturbasi homotopi, Penyelesaian fungsi � �, � = 0 diasumsikan dapat ditulis dalam bentuk deret Taylor fungsi � , � terhadap � sebagai berikut: � , � = + � ∞ �=1 � � . 2.14 Berdasarkan persamaan 2.14 untuk � = 1, maka akan diperoleh � , 1 = + � ∞ �=1 Karena = � , 1, maka diperoleh = + � . 2.15 ∞ �=1 Hasil ini menunjukkan hubungan antara penyelesaian eksak dari persamaan 2.11 dengan pendekatan awal dan � , � = 1,2, … yang akan ditentukan. Untuk menentukan � , � = 1,2, … diperoleh dengan menggunakan metode perturbasi, dimana persamaan 2.14 disubstitusikan ke dalam persamaan 2.13 dan diperoleh � . Secara umum � diperoleh dengan menyamakan koefisien perpangkatan �, dan merupakan pendekatan awal dari penyelesaian . Selanjutnya, untuk lebih memahami metode ini, misalkan diberikan sebuah persamaan integral Volterra tipe kedua sebagai berikut: = e x + 1 2 e 2x − 1 − 2 . 2.16 dengan = + 1 2 2 − 1 dan � , = . Penyelesaian eksak persamaan 2.16 adalah = . Berikut ini akan dicari penyelesaian dari persamaan 2.16 dengan menggunakan metode perturbasi homotopi. Selanjutnya didefinisikan operator � sebagai berikut �[�] = � dan � = � − � , � sehingga berdasarkan persamaan 2.13 diperoleh persamaan fungsi � sebagai berikut: � �, � = 1 − � � , � − + � � , � − − � , � , atau � �, � = 1 − � � . � − + � � , � − � 2 − − 1 2 2 − 1 . 2.17 dengan � , � merupakan peyelesaian dari � �, � = 0 atau 5 � , � = 1 − � − � − − 1 2 2 − 1 + � 2 , � . 2.18 Misalkan penyelesaian persamaan 2.18 dinyatakan dalam bentuk: � , � = + � 1 + � 2 2 + ⋯. 2.19 Jika persamaan 2.19 disubstitusikan ke dalam persamaan 2.18, maka koefisien � , � 1 , � 2 , ⋯ masing-masing memberikan sebagai berikut = , 1 = − 2 , 2 = − 2 1 , dan seterusnya diperoleh 3 , 4 , dan ⋯. Lampiran 2 Karena dipilih pendekatan awal sebagai berikut: = e x + 1 2 e 2x − 1 , maka diperoleh: 1 = 1465 1152 − 3 8 e 2x x − 1 3 e 3x x 2 + 1 9 e 3x x +e x x 2 − e x x − 1 16 e 4x x 3 + 1 32 e 4x x 2 − 1 128 e 4x x + 1 4 e 2x x 3 − 1 4 e 2x x 2 − 1 12 x 4 dan seterusnya diperoleh pula 2 , 3 , 4 , ⋯. Berdasarkan persamaan 2.15, maka hampiran penyelesaian dari persamaan 2.16 adalah ≈ e x + 1 2 e 2x − 1 + 1465 1152 − 3 8 e 2x x − 1 3 e 3x x 2 + 1 9 e 3x x + e x x 2 + ⋯ Perbandingan penyelesaian eksak persamaan 2.16 dan penyelesaian dengan metode perturbasi homotopi diberikan pada Gambar 1. Pada Gambar 1 terlihat bahwa penyelesaian eksak dan penyelesaian dengan menggunakan metode perturbasi homotopi terlihat sangat dekat untuk nilai tertentu. Gambar 1 Perbandingan penyelesaian eksak dan penyelesaian dengan menggunakan metode perturbasi homotopi. III PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dibahas kegunaan metode perturbasi homotopi untuk menyelesaikan suatu masalah taklinear. Metode ini akan digunakan untuk menyelesaikan persamaan integral fuzzy Volterra tipe kedua. Agar validitas metode ini terjamin, maka akan diberikan suatu contoh kasus dari persamaan integral fuzzy Volterra dan membandingkan penyelesaian eksak dan hampiran penyelesaian yang diperoleh dengan metode perturbasi homotopi.

3.1 Analisis Metode