BAB I PENDAHULUAN
I.A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang menerima mahasiswa asing untuk menempuh pendidikan tinggi di Indonesia. Mayoritas mahasiswa asing
yang belajar di Indonesia adalah dari negara Malaysia Aje, 2011. Salah satu kota di Indonesia yang menerima mahasiswa asing asal Malaysia untuk menempuh
pendidikan tinggi yaitu kota Medan. Menurut Amir 1993, dalam thesisnya yang berjudul Faktor-faktor Berkaitan Pelajar Malaysia Melanjutkan Pelajaran ke
Pengajian Tinggi di Medan-Indonesia, ditemukan bahwa terdapat delapan faktor yang mendorong pelajar Malaysia melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi di
kota Medan yaitu karena kemauan sendiri, ada bidang pelajaran yang diminati, jarak Indonesia yang dekat dengan Malaysia, dorongan ibu bapapenjaga, mudah
memahami bahasa, membantu ibu bapapenjaga selepas tamat, ijazah perguruan tinggi Indonesia diakui dan biaya kuliah di Indonesia lebih rendah. Sedangkan
menurut Ward 2001, salah satu alasan mahasiswa belajar ke luar negeri adalah untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik.
Institusi pendidikan tinggi yang menerima mahasiswa asing asal Malaysia di kota Medan salah satunya adalah Universitas Sumatera Utara yaitu di Fakultas
Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi. Jumlah mahasiswa asing asal Malaysia di Universitas Sumatera Utara cenderung meningkat tiap tahunnya. Peningkatan
tersebut terlihat pada Tabel 1 di bawah ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.
Jumlah Mahasiswa Asing di Fakultas Kedokteran dari Tahun 2009-2011
No Mahasiswa Asing Asal Malaysia
Angkatan Jumlah
1 2009
114 2
2010 125
3 2011
156
Jumlah
395
Sumber: Bagian akademik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Seperti yang terlihat di Tabel 1, jumlah mahasiswa asing asal Malaysia mengalami peningkatan dari 114 mahasiswa di tahun 2009 menjadi 125
mahasiswa di tahun 2010 dan kembali meningkat menjadi 156 mahasiswa di tahun 2011. Mahasiswa asing asal Malaysia yang melanjutkan pendidikan tinggi
di Universitas Sumatera Utara masuk dengan dua jalur yaitu Mandiri Internasional dan International-Allianze College of Medical Sciences INT-ACMS. Jalur
Mandiri Internasional merupakan jalur dimana seluruh proses perkuliahan dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, sedangkan jalur
INT-ACMS merupakan jalur masuk dimana proses perkuliahan semester I-VI dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan semester
VII-VIII dan Kepaniteraan Klinik Profesi Dokter di Malaysia Aje, 2011. Mahasiswa asing asal Malaysia yang melanjutkan pendidikan ke
perguruan tinggi di Universitas Sumatera Utara tentunya berharap dapat meningkatkan kompetensi dan mencapai kondisi terbaik bagi dirinya. Tingkat
pencapaian kondisi terbaik tersebut dapat dilihat dari evaluasi prestasi belajarnya. Prestasi belajar merupakan salah satu bentuk evaluasi belajar di perguruan tinggi.
Menurut Winkel 2000, prestasi belajar merupakan hasil suatu penilaian dibidang pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai hasil belajar yang dinyatakan dalam
bentuk nilai. Dalam institusi pendidikan tinggi, prestasi keberhasilan belajar mahasiswa ditentukan oleh angka indeks prestasi yang ditentukan pada setiap
semester yaitu dalam bentuk Indeks Prestasi Semester dan Indeks Prestasi Kumulatif Depdiknas, 2008.
Universitas Sumatera Utara
Indeks Prestasi Semester IPS merupakan penilaian yang dihitung berdasarkan jumlah beban kredit yang diambil dalam satu semester dikalikan
dengan bobot prestasi tiap-tiap mata kuliah kemudian dibagi dengan jumlah beban kredit yang diambil, sedangkan Indeks Prestasi Kumulatif IPK yaitu penilaian
indeks prestasi yang dihitung berdasarkan jumlah keseluruhan beban kredit yang diambil mulai dari semester awal sampai semester yang terakhir, dikalikan dengan
bobot prestasi tiap-tiap mata kuliah kemudian dibagi dengan beban kredit yang diambil. Kriteria hasil penilaian IPK digolongkan dalam empat kriteria yaitu 0.00-
1.99 tidak memuaskan, 2.00-2.75 memuaskan, 2.76-3.50 sangat memuaskan dan 3.51-4.00 cumlaudedengan pujian.
Berikut gambaran kondisi prestasi belajar mahasiswa asing asal Malaysia angkatan 2009 dan 2010 di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada
tabel di bawah ini:
Tabel 2.
Gambaran Range IP Mahasiswa Asing Asal Malaysia di FK USU angkatan 2009
Kriteria IP Semester 1
Semester 2 Semester 3
Semester 4 Semester 5
0.00 – 1.99
10 26
11 16
6 2.00
– 2.75 88
80 82
65 65
2.76 – 3.50
19 11
24 33
42 3.51
– 4.00 1
2 1
Total Mahasiswa
118 117
117 116
114
Sumber: Bagian Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Dari Tabel 2 terlihat bahwa pada semester 1 dari 118 mahasiswa asing hanya 1 0.84 mahasiswa yang tepat memperoleh indeks prestasi 3.51-4.00 dan
19 16.10 yang memperoleh indeks prestasi 2.76-3.50. Data ini menunjukkan bahwa mahasiswa asing yang memperoleh indeks prestasi 2.76-4.00 pada
semester awal cenderung sedikit. Sedangkan mahasiswa asing yang memperoleh indeks prestasi 0.00-1.99 10 mahasiswa dan 2.00-2.75 88 mahasiswa
cenderung banyak. Namun kondisi tersebut dapat diperbaiki di semester berikutnya. Dari Tabel 2 terlihat kecenderungan meningkatnya jumlah mahasiswa
asing yang memperoleh nilai indeks prestasi 2.76-3.50 dan 3.51-4.00 setelah semester 1. Sehingga di semester 5 diketahui mahasiswa asing yang memperoleh
indeks prestasi 2.76-4.00 meningkat menjadi 43 mahasiswa 37.71 dan jumlah
Universitas Sumatera Utara
mahasiswa asing yang memperoleh indeks prestasi 0.00-1.99 menurun menjadi 6 mahasiswa dan 2.00-2.75 menurun menjadi 65 mahasiswa.
Kondisi diatas juga terjadi pada mahasiswa asing asal Malaysia angkatan 2010 di Fakultas Kedokteran USU yang terlihat pada data di Tabel 3.
Tabel 3.
Gambaran Range IP Mahasiswa Asing Asal Malaysia di FK USU angkatan 2010
Kriteria IP Semester 1
Semester 2 Semester 3
0.00 – 1.99
75 36
53 2.00
– 2.75 43
74 60
2.76 – 3.50
9 13
12 3.51
– 4.00 4
Total Mahasiswa
127 127
125
Sumber: Bagian Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel 3 pada semester 1 tidak ada mahasiswa yang tepat memperoleh indeks prestasi 3.51-4.00 dan hanya 9 7.08 yang memperoleh
indeks prestasi 2.76-3.50. Data ini menunjukkan bahwa mahasiswa asing yang memperoleh indeks prestasi 2.76-4.00 pada semester awal cenderung sangat
sedikit. Sedangkan mahasiswa asing yang memperoleh indeks prestasi 0.00-1.99 75 mahasiswa dan 2.00-2.75 43 mahasiswa cenderung banyak. Dari data diatas
juga memperlihatkan terjadi peningkatan jumlah mahasiswa asing yang memperoleh indeks prestasi 0.00-1.99 dan 2.00-2.75 pada semester pertama dari
mahasiswa asing angkatan 2009. Minimnya mahasiswa asing yang memperoleh indeks prestasi 2.76-3.50 dan 3.51-4.00 di semester pertama, tentunya dapat
terjadi karena adanya pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu salah satunya adanya pengaruh psikologis dan fisik.
Hal ini sejalan dengan pendapat Witherington dan Bapemsi dalam Mustaqim, 2004, yang menyatakan bahwa kondisi fisik dan psikologis dapat
mempengaruhi proses dan prestasi belajar individu karena daya tahan tubuh yang menurun cukup menganggu aktivitas belajar. Apabila individu sampai jatuh sakit
maka dapat dikatakan kegiatan belajar individu berhenti. Sedangkan kondisi psikologis yang meliputi perasaan, emosi, dan suasana hati bila dalam keadaan
stabil dan normal dapat sangat menolong individu melakukan kegiatan belajar,
Universitas Sumatera Utara
tetapi kondisi dengan intensitas sedemikian tinggi sehingga pribadi kehilangan kontrol yang normal terhadap dirinya, misalnya takut, bingung, cemas, putus asa
atau sangat gembira dapat sangat menghambat proses belajar. Gangguan kondisi fisik dan psikologis tersebut dapat disebabkan oleh
pengalaman lintas budaya. Menurut Parillo 2008, perbedaan-perbedaan budaya di lingkungan baru diketahui dapat mempengaruhi psikologis dan fisik individu.
Secara psikologis, individu akan merasa bingung, cemas, disorientasi, curiga, sedih, keliru dengan aturan dan norma untuk berperilaku di lingkungan baru
bahkan dapat mengalami perubahan persepsi, etnis, dan nilai-nilai pada individu akibat kontak budaya Ward, 2001. Sedangkan pengaruh fisik yang terjadi
menurut Samovar 2010 yaitu dapat berupa gangguan lambung dan sakit kepala. Gangguan tersebut merupakan dampak dari proses penyesuaian diri
individu dalam beradaptasi di lingkungan barunya Pedersen, 1993. Menurut Martin 2008, perasaan disorientasi dan tidak nyaman yang relatif dalam jangka
pendek karena disebabkan oleh lingkungan sekitar yang tidak familiar dan hilangnya isyarat yang familiar dalam lingkungan disebut dengan culture shock.
Reaksi culture shock bervariasi antara satu individu dengan individu lainnya dan dapat muncul pada waktu yang berbeda pula Samovar, 2010.
Reaksi-reaksi tersebut meliputi individu merasa benci pada lingkungan barunya, mengalami disorientasi diri, merasa ditolak, mengalami gangguan lambung dan
sakit kepala, rindu negara asalnya homesick, rindu pada teman dan keluarganya, merasa kehilangan status dan pengaruh, menarik diri dan menganggap orang-
orang dalam budaya baru tidak peka. Senada dengan Samovar, Ward 2001 mengatakan culture shock terdiri
dari tiga dimensi yang disebut dengan ABCs of Culture Shock yaitu affectively, behaviorally dan cognitively. Dimensi yang pertama yaitu affectively, merupakan
dimensi yang menggambarkan perasaan yang dialami oleh individu di lingkungan baru, ia merasa bingung, cemas, disorientasi, kagum, curiga, bahkan sedih karena
datang berada di lingkungan yang tidak familiar. Kedua yaitu behaviorally, dalam dimensi ini individu digambarkan berupaya mempelajari budaya dan
Universitas Sumatera Utara
mengembangkan keterampilan sosialnya. Sehingga bila individu kurang memiliki pengetahuan dan keterampilan sosial yang relevan di budaya lokal maka ia akan
mengalami kesulitan dalam memulai dan mempertahankan hubungan harmonis di lingkungan barunya. Sedangkan yang ketiga yaitu cognitively, merupakan hasil
keadaan dari affectively dan behaviorly yang menghasilkan perubahan dalam persepsi individu, identifikasi etnis dan nilai-nilai akibat kontak budaya. Hal
tersebut akan mempengaruhi bagaimana mereka melihat diri mereka dan orang lain dan apakah mereka akan mengubah pandangan mereka atau salah satu pihak
akan dipengaruhi untuk mengubah pandangan mereka sebagai akibat kontak budaya.
Dari hasil observasi dan wawancara prapenelitian dengan mahasiswa asal Malaysia di Universitas Sumatera Utara, beberapa mahasiswa asal Malaysia
mengaku mengalami kesulitan dalam beradaptasi secara budaya, beberapanya dalam hal bahasa dan sosialisasi yang mana menyebabkan individu mengalami
rasa bingung, cemas, sedih, kurang mengerti dengan aturan dan norma untuk berperilaku di lingkungan baru serta masalah perbedaan makanan yang
menyebabkan gangguan pencernaan. Kondisi ini mempengaruhi interaksi mahasiswa asing asal Malaysia ketika proses belajar di Universitas Sumatera
Utara. Hal Ini diakui oleh F, mahasiswa asal Malaysia berlatarbelakang suku Melayu, yang telah menetap di Medan selama 4 bulan:
“Pertama dateng ke Indonesia rasanya nervous lah.. Bahase juge masih belum lancer lagi berbicare.. Saya tidak bisa berbahasa indon, jadi orang
semua tak pahem ape yang saye tanye...jadi memang keseorangan... Klo ma dosen, ga berani nanye..takut nanti dosen ga paham yang mau di tanye..
Makanan disini juga pedas-pedas, kue pun pakai sambal, seringnya sakit perut jadinye saya makan indomie.. Lama disini juge terase sedihlah karena
jauh dari keluarga.. Sering homesick tiap malem... Di kampus kadang sering kesal bile kawan dia janji mau duduk duet tibe dia gak datang suruh
titip absen, rasanye marah. Komunikasi interpersonal, 01 Desember 2011
Universitas Sumatera Utara
Hal serupa juga dialami oleh R, mahasiswa asing asal Malaysia yang memiliki latar belakang suku Tamil dan telah tinggal di Medan selama 1 tahun:
“....klo waktu kuliah, seringnya di pelajaran semua dalam bahasa Indonesia, kite ingetkan bahwa semuanya dalam bahasa inggris tapi tetap
saja diskusinya dalam bahasa Indonesia jadi pertama kalinya kami merasa kesulitan dalam pelajaran sehingga nilai kami jelek-jelek kali pula
semua..dapat C atau C+ karena kite kan kesulitan dalam bahasa, tapi saya berusaha sehingga nilai-nilai saya pun membaik di semester berikutnya..
masalah makanan juga yang membuat saya tidak nyaman, kami kan makanannya beda, jadi seringnye kami diare jadinye kami pilih-pilih
tempat.. proses imigrasi juga ada masalah, mengenai ERP dan MERP untuk bolak-balik ke Malaysia.. seringnya proses pengurusannya lambat dan
dimahalin..” Komunikasi interpersonal, 14 November 2011
Mahasiswa Malaysia diatas terlihat mengalami kesulitan dalam menghadapi perbedaan bahasa dalam proses belajar, serta kesulitan beradaptasi dengan
perbedaan makanan dan pengurusan imigrasi yang dapat mengganggu waktu kuliah. Selain itu N, mahasiswa Malaysia, yang telah berada di Medan selama 3
tahun mengatakan: “...mula-mula saya datang kan ada masalah juga terutama makanan,
makanan disini agak pedas kan jadi ada juga masalah diare tapi sekarang uda bisa imunlah dengan makanan.. Trus juge bahase, ga mengerti sebab
kuliah dalam bahasa Indonesia. Meski bahasa Inggris pun ditekankan juga dan buku-buku referensinya dalam bahasa Inggris pun ada, tapi dalem
tutorial itukan umumnya harus dalam bahasa Indonesia, jadi masa pertama kali itu ga begitu lancar agak tersendat-sendat gitu, nilaipun jadi
berpengaruh. Mulanye memang dapat IP 2.65 di semester awal tapi selanjutnya bisa la membaik di semester berikutnya jadi 3.07, 2.89, 3.1,
sedang semester 6 ini 3.2. Klo IPK sekarang ini 2.97... Sekarang kan udah
Universitas Sumatera Utara
fasih, saya dapatkan belajar dari teman-teman sekelas, dapatkan pengetahuan dari mereka bagaimana bahasa..klo lepas belajar dari mereka
kan klo saya omong ma mereka kan udah bisa..” Komunikasi interpersonal, 01 Desember 2011
Dari pernyataan yang dipaparkan, N terlihat awalnya mengalami kesulitan karena perbedaan makanan yang menyebabkan N mengalami gangguan lambung
dan bahasa yang dianggapnya mempengaruhi kelancaran prestasi akademik serta sosialisasinya.
Dari data juga ditemukan bahwa dari tahun 2009 hingga 2011 terdapat 6 mahasiswa asing yang berhenti atau keluar dari Universitas karena minimnya
kehadiran di ruang perkuliahan dan nilai akademik yang rendah. Menurut Jochems, dkk 1997, salah satu sumber signifikan masalah akademik pada
mahasiswa asing karena keterbatasan dalam kemampuan berbahasa dalam Ward, 2001. Sedangkan Kontjaraningrat 2011 menyatakan bahwa masalah budaya
merupakan salah satu kesulitan yang dialami oleh mahasiswa asing. Sejalan dengan Kontjaraningrat, Ward 2001 juga menyatakan bahwa perilaku yang tidak
tepat secara budaya dapat menimbulkan kehidupan personal dan profesional individu tersebut menjadi tidak efektif, seperti mahasiswa asing yang menjadi
kurang berprestasi secara akademis. Dari uraian di atas dijelaskan bahwa perbedaan budaya dapat mempengaruhi
fisik dan psikologis individu yang menyebabkan individu mengalami culture shock. Hal ini dapat membuat individu mengalami kesulitan dalam proses
belajarnya di Universitas Sumatera Utara terutama dalam meningkatkan prestasi belajar yang mana dipengaruhi oleh faktor fisik dan psikologis Witherington
Bapemsi dalam Mustaqim, 2004. Hal inilah yang akhirnya menarik perhatian peneliti untuk meneliti apakah ada hubungan antara culture shock dengan prestasi
belajar pada mahasiswa asing asal Malaysia di Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
I.B. Pertanyaan Penelitian
Adakah hubungan culture shock dengan prestasi belajar pada mahasiswa asing asal Malaysia di Universitas Sumatera Utara?
I.C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan culture shock dengan
prestasi belajar pada mahasiswa asing asal Malaysia di Universitas Sumatera Utara.
I.D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis a. Memperkaya kajian empiris dalam ilmu Psikologi Sosial mengenai hubungan
culture shock dengan prestasi belajar yang dialami oleh mahasiswa asing di Universitas Sumatera Utara.
b. Dapat dijadikan sebagai kajian oleh peneliti lain yang menaruh perhatian untuk meneliti lebih lanjut mengenai culture shock dalam bidang organisasi,
pendidikan dan lain-lain.
2. Manfaat Praktis a. Penelitian ini memberikan gambaran pada pihak Malaysia mengenai
hubungan culture shock dengan prestasi belajar mahasiswa asing di Universitas Sumatera Utara sehingga dapat memfasilitasi adaptasi akademik
dan budaya para mahasiswa untuk beradaptasi dengan budaya lokal. b. Pada pihak universitas, penelitian ini memberikan gambaran mengenai
hubungan culture shock dengan prestasi belajar pada mahasiswa asing di Universitas Sumatera Utara yang telah menetap satu tahun sehingga dapat
memfasilitasi proses adaptasi yang terjadi.
I.E. Sistematika Penulisan
Penelitian ini disusun berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I Pendahuluan
Universitas Sumatera Utara
Terdiri dari latar belakang masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teori Memuat teori-teori yang menjadi acuan dalam penelitian, yaitu: teori
tentang prestasi belajar, culture shock dan tentang mahasiswa asing asal Malaysia di Universitas Sumatera Utara.
Bab III Metode Penelitian Pada bab ini dijelaskan metode penelitian kuantitatif yang akan digunakan
antara lain meliputi: identifikasi variabel, defenisi operasional, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, uji coba alat ukur dan metode analisa data.
Bab IV Analisa Data dan Pembahasan Bab ini akan menguraikan tentang analisa data dan pembahasannya yang
dikaitkan dengan teori yang ada. Bab V Kesimpulan dan Saran
Bab ini akan menguraikan kesimpulan sebagai jawaban permasalahan yang diungkapkan berdasarkan hasil penelitian dan saran penelitian yang meliputi
saran praktis dan saran untuk penelitian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB II LANDASAN TEORI