Hubungan Culture Shock Dengan Prestasi Belajar Pada Mahasiswa Asing Di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(1)

HUBUNGAN CULTURE SHOCK DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MAHASISWA ASING ASAL MALAYSIA DI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh :

YOSI ANGGRELIA SEPTINA SIHITE 081301093

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

SKRIPSI

HUBUNGAN CULTURE SHOCK DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MAHASISWA ASING ASAL MALAYSIA DI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dipersiapkan dan disusun oleh: YOSI ANGGRELIA SEPTINA SIHITE

081301093

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada Tanggal 12 Juli 2012

Mengesahkan Dekan Fakultas Psikologi

Prof. Dr. Irmawati, psikolog NIP. 195301311980032001

Tim Penguji 1. Prof. Dr. Irmawati, psikolog Penguji I/

NIP. 195301311980032001 Pembimbing 2. Meutia Nauly, M. Si., psikolog Penguji II

NIP. 196711272000032001


(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul :

Hubungan Culture Shock Dengan Prestasi Belajar Pada Mahasiswa Asing Di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Juli 2012

YOSI ANGGRELIA SEPTINA SIHITE NIM 081301093


(4)

Hubungan Culture Shock dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa Asing Asal Malaysia di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Yosi dan Irmawati

ABSTRAK

Mahasiswa asal Malaysia yang menempuh pendidikan di Universitas Sumatera Utara harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru secara afektif, perilaku dan kognitif. Proses tersebut dapat menimbulkan reaksi-reaksi berupa keterkejutan dan tekanan karena berada dalam lingkungan yang berbeda. Keadaan tersebut disebut sebagai culture shock (Gudykunst dan Kim, 2003). Culture shock

dapat menyebabkan ketidaknyamanan psikologis dan fisik. Menurut Witherington & Bapemsi (dalam Mustaqim, 2004), kondisi psikologis dan fisik dapat mempengaruhi prestasi belajar. Oleh karena itu, penelitian ini akan melihat hubungan culture shock dengan prestasi belajar pada mahasiswa asing asal Malaysia di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Sampel penelitian ini berjumlah 81 orang dengan menggunakan teknik pengambilan sampel

incidental sampling. Alat ukur yang digunakan adalah skala culture shock yang

disusun oleh peneliti berdasarkan dimensi-dimensi culture shock (affective,

behavior dan cognitive) yang dikemukakan oleh Ward (2001). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara culture shock dengan prestasi belajar pada mahasiswa asing asal Malaysia di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Namun dari analisis data tambahan berdasarkan lama menetap di Medan, diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara culture shock

dengan prestasi belajar pada mahasiswa asal Malaysia yang menetap kurang dari satu tahun dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara culture shock

dengan prestasi belajar pada mahasiswa asal Malaysia yang menetap di Medan lebih dari satu tahun.


(5)

Relationship Culture Shock to the Learning Achievement of Foreign Malaysia Student in Faculty Medicine, University of Sumatera Utara

Yosi dan Irmawati

ABSTRACT

Foreign students from Malaysia who study at University of Sumatera Utara must adjust to new environment is affectively, behaviorly and cognitively. This process can cause reactions of shock and stress of being in different environments. The condition referred to as culture shock (Gudykunst dan Kim, 2003). Culture shock

can cause psychological and physical discomfort. According Witherington & Bapemsi (in Mustaqim, 2004), psychological and physical condition can affect learning achievement. Therefore, this study will look at relationship between

culture shock to the learning achievement of foreign students in Faculty of

Medicine, University of North Sumatra. The research sample consists of 81 people using incidental sampling technique. Measuring instrument used is the scale developed by researchers based on the dimensions of culture shock

(affective, behavioral and cognitive) proposed by Ward (2001). The research results showed that there was no relationship between culture shock to the achievement of foreign students from Malaysia in Faculty of Medicine, University of North Sumatra. But from the analysis of additional data on long settled in the field, it is known that there is a significant relationship between culture shock to the learning achievement of foreign students who lived less than a year and there is no significant relationship between culture shock to the learning achievement of foreign students who lived more than one year.


(6)

KATA PENGANTAR

Syukur kupanjatkan kepada Tuhanku, Yesus Kristus, yang selalu menjadi sumber pengharapanku dalam menghadapi tantangan-tantangan di masa penyelesaian skripsi yang berjudul “Hubungan Culture Shock dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa Asing Asal Malaysia di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara” ini, tanpa penyertaan dan berkat dariNya, penulis tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun penyusunan skripsi ini diajukan dalam rangka untuk memperoleh gelar sarjana penulis di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian skripsi ini tentu penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak. Penulis sangat berterima kasih dan sangat menghargai bantuan yang telah diberikan sehingga pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada:

1. Terima kasih kepada Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen pembimbing penulis, Prof. Dr. Irmawati, psikolog yang telah menjadi sumber inspirasi penulis melalui kedisiplinan, imbauan dan arahan beliau sehingga membuat penulis belajar untuk menghargai suatu proses ketika menjalani segala sesuatu terutama dalam proses penelitian ini.

2. Terima kasih kepada orangtuaku yang terkasih, AKP M. Sihite, BA dan Nelly Simatupang, serta kedua abangku, Andrew Julius Susilo Sihite, S.T.


(7)

dan Thomas Erickson Hadinata Sihite, S.H., yang telah dengan setia mendukung secara materi dan moril dari awal hingga akhir masa studiku di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara ini. Skripsi ini kupersembahkan untuk kalian keluargaku yang terkasih.

3. Terima kasih kepada Ibu Meutia Nauly, M. Si., psikolog selaku dosen penguji II dan Bang Omar Khalifa Burhan, M. Sc., selaku dosen penguji III atas kesediaan Ibu dan Abang untuk menguji penelitian ini serta memberikan saran dan kritik guna menyempurnakan penelitian ini.

4. Terima kasih kepada Bu Etty, Pak Eka, Pak Zul dan Bang Alif yang telah membantu dan memberikan saya pencerahan dalam memecahkan masalah statistik yang saya hadapi dalam proses penelitian ini.

5. Terima kasih kepada seluruh dosen pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara atas ilmu yang telah kalian berikan kepada penulis, tanpa kalian penulis bukanlah apa-apa. Terima kasih juga kepada Kak Devi dan Pak Aswan yang telah membantu penulis dalam usaha perizinan penelitian ini serta Bang Abdul yang telah mendukung penulis dalam kelancaran pengumpulan literatur pendukung dalam penelitian ini. 6. Terima kasih kepada teman terbaikku, Alpine dan Friska, yang tanpa

pamrih membantuku selama proses pengumpulan data dalam penelitian ini. Terima kasih kepada Kak Frandawati atas bantuan dan saran yang telah diberikan padaku dalam kelancaran proses prapenelitian skripsi ini. 7. Terima kasih kepada teman-teman mahasiswa asing asal Malaysia di


(8)

bersedia menjadi partisipan penelitian ini meskipun penulis mungkin merepotkan kalian karena mendatangi kelas, tempat nongkrong, rumah dan kos kalian. Sesungguhnya tanpa partisipasi kalian penelitian ini tidak akan dapat selesai. Thank you so much and success for your study friends.. 8. Terima kasih kepada teman-teman seperjuangan studiku, stambuk 2008

Fakultas Psikologi USU, yang telah mewarnai perjalanan studiku di kampus. Segala sesuatunya tidak akan terlupakan teman, sukses untuk kita semua di masa depan.

Akhir kata, penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan yang telah diberikan pada penulis. Penulis juga memohon maaf sekiranya dalam skripsi ini terdapat kejanggalan-kejanggalan baik isi maupun cara penulisannya yang masih banyak terdapat kesalahan sehingga penulis sangat mengharapkan segala saran dan kritik yang dapat membantu penulis untuk dapat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua orang. Amin.

Medan, Juli 2012


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK...i

KATA PENGANTAR ... .iii

DAFTAR ISI ... .vi

DAFTAR TABEL...viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 01

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pertanyaan Penelitian... ... ..9

C. Tujuan Penelitian.. ... ..9

D. Manfaat Penelitian ... ..9

E. Sistematika Penulisan ... ..9

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

A.Prestasi Belajar ... 11

1. Definisi Prestasi Belajar...11

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar...11

3. Indeks Prestasi...14

B. Culture Shock..... ... 16

1. Definisi Culture Shock ... 16

2. Dimensi dari Culture Shock...17

3. Faktor yang mempengaruhi Culture Shock ... 18

C.Mahasiswa Asing Asal Malaysia di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ... 19

1. Mahasiswa Asing Asal Malaysia...19

2. Faktor-faktor dan Alasan-alasan yang Mendorong Mahasiswa Asal Malaysia Melanjutkan Pendidikan Tinggi di Medan...20

3. Masalah-masalah yang dialami Pelajar Malaysia Sepanjang Kuliah di Perguruan Tinggi Medan...21

D.Hubungan Antara Culture Shock dengan Prestasi Belajar...22

E. Hipotesis Penelitian...24

F. Kerangka Berpikir...24

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

A. Identifikasi Variabel ... 25

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 25

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 26

1. Populasi dan Sampel ... 26

2. Teknik Pengambilan Sampel ... 27

D. Metode Pengumpulan Data...28

1. Skala Culture Shock...28


(10)

3. Uji Coba Alat Ukur...30

a) Uji Validitas...30

b) Uji Reliabilitas...30

E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 32

1. Tahap Penyusunan Alat ... 32

2. Tahap Uji Coba Alat...33

3. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 34

4. Tahap Pengolahan Data ... 34

F. Metode Analisa Data ... 34

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... 36

A. Analisa Data ... 36

1. Gambaran Subjek Penelitian ... 37

2. Hasil Penelitian ... 37

a. Hasil Uji Asumsi...37

b. Hasil Uji Analisa Data...39

c. Hasil Tambahan Penelitian ... 43

B. Pembahasan ... 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 49

A. Kesimpulan ... 49

B. Saran ... 50

1. Saran Metodologis ... 50

2. Saran Praktis ... 50


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Jumlah Mahasiswa Asing di Fakultas Kedokteran dari Tahun 2009

hingga 2011 ... ..1

Tabel 2. Gambaran Range IP Mahasiswa Asing Asal Malaysia di FK USU angkatan 2009 ... ..5

Tabel 3. Gambaran Range IP Mahasiswa Asing Asal Malaysia di FK USU angkatan 2010...6

Tabel 4. Blue Print/Kisi-kisi Skala Culture Shock pada Mahasiswa Asing Asal Malaysia di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ... 29

Tabel 5. Hasil Uji Coba Skala Culture Shock pada Mahasiswa Asing Asal Malaysia di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara... 32

Tabel 6. Subyek Penelitian Berdasarkan Masa Studi ... 36

Tabel 7. Subyek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 37

Tabel 8. Subjek Penelitian Berdasarkan Etnis ... 37

Tabel 9. Gambaran Uji Normalitas pada Prestasi Belajar dan Culture Shock ... 38

Tabel 10. Gambaran Koefisien Korelasi Variabel ... 39

Tabel 11. Gambaran Skor Empirik Culture Shock pada Mahasiswa Asing Asal Malaysia di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara... 40

Tabel 12. Skor Empirik dan Hipotetik Culture Shock pada Mahasiswa Asing Asal Malaysia di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara... 41

Tabel 13. Gambaran Prestasi Belajar Subyek ... 42

Tabel 14. Distribusi Prestasi Belajar Mahasiswa Asing Asal Malaysia di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara... .. 43

Tabel 15. Gambaran Dimensi Culture Shock pada Mahasiswa Asing Asal Malaysia di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara... 43

Tabel 16. Gambaran Korelasi Dimensi Culture Shock terhadap Prestasi Belajar 44 Tabel 17. Hubungan Culture Shock dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa Asing Asal Malaysia di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah Menetap Lebih dari Satu Tahun ... 45


(12)

Tabel 18. Hubungan Culture Shock dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa Asing Asal Malaysia di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah Menetap Kurang dari Satu Tahun ... 46


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Uji Daya Beda Aitem dan Reliabilitas Lampiran B. Tabulasi Skor Uji Coba Skala Culture Shock

Lampiran C. Analisis Data Hasil Penelitian Lampiran D. Skala Penelitian


(14)

Hubungan Culture Shock dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa Asing Asal Malaysia di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Yosi dan Irmawati

ABSTRAK

Mahasiswa asal Malaysia yang menempuh pendidikan di Universitas Sumatera Utara harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru secara afektif, perilaku dan kognitif. Proses tersebut dapat menimbulkan reaksi-reaksi berupa keterkejutan dan tekanan karena berada dalam lingkungan yang berbeda. Keadaan tersebut disebut sebagai culture shock (Gudykunst dan Kim, 2003). Culture shock

dapat menyebabkan ketidaknyamanan psikologis dan fisik. Menurut Witherington & Bapemsi (dalam Mustaqim, 2004), kondisi psikologis dan fisik dapat mempengaruhi prestasi belajar. Oleh karena itu, penelitian ini akan melihat hubungan culture shock dengan prestasi belajar pada mahasiswa asing asal Malaysia di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Sampel penelitian ini berjumlah 81 orang dengan menggunakan teknik pengambilan sampel

incidental sampling. Alat ukur yang digunakan adalah skala culture shock yang

disusun oleh peneliti berdasarkan dimensi-dimensi culture shock (affective,

behavior dan cognitive) yang dikemukakan oleh Ward (2001). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara culture shock dengan prestasi belajar pada mahasiswa asing asal Malaysia di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Namun dari analisis data tambahan berdasarkan lama menetap di Medan, diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara culture shock

dengan prestasi belajar pada mahasiswa asal Malaysia yang menetap kurang dari satu tahun dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara culture shock

dengan prestasi belajar pada mahasiswa asal Malaysia yang menetap di Medan lebih dari satu tahun.


(15)

Relationship Culture Shock to the Learning Achievement of Foreign Malaysia Student in Faculty Medicine, University of Sumatera Utara

Yosi dan Irmawati

ABSTRACT

Foreign students from Malaysia who study at University of Sumatera Utara must adjust to new environment is affectively, behaviorly and cognitively. This process can cause reactions of shock and stress of being in different environments. The condition referred to as culture shock (Gudykunst dan Kim, 2003). Culture shock

can cause psychological and physical discomfort. According Witherington & Bapemsi (in Mustaqim, 2004), psychological and physical condition can affect learning achievement. Therefore, this study will look at relationship between

culture shock to the learning achievement of foreign students in Faculty of

Medicine, University of North Sumatra. The research sample consists of 81 people using incidental sampling technique. Measuring instrument used is the scale developed by researchers based on the dimensions of culture shock

(affective, behavioral and cognitive) proposed by Ward (2001). The research results showed that there was no relationship between culture shock to the achievement of foreign students from Malaysia in Faculty of Medicine, University of North Sumatra. But from the analysis of additional data on long settled in the field, it is known that there is a significant relationship between culture shock to the learning achievement of foreign students who lived less than a year and there is no significant relationship between culture shock to the learning achievement of foreign students who lived more than one year.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

I.A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang menerima mahasiswa asing untuk menempuh pendidikan tinggi di Indonesia. Mayoritas mahasiswa asing yang belajar di Indonesia adalah dari negara Malaysia (Aje, 2011). Salah satu kota di Indonesia yang menerima mahasiswa asing asal Malaysia untuk menempuh pendidikan tinggi yaitu kota Medan. Menurut Amir (1993), dalam thesisnya yang berjudul Faktor-faktor Berkaitan Pelajar Malaysia Melanjutkan Pelajaran ke

Pengajian Tinggi di Medan-Indonesia, ditemukan bahwa terdapat delapan faktor

yang mendorong pelajar Malaysia melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi di kota Medan yaitu karena kemauan sendiri, ada bidang pelajaran yang diminati, jarak Indonesia yang dekat dengan Malaysia, dorongan ibu bapa/penjaga, mudah memahami bahasa, membantu ibu bapa/penjaga selepas tamat, ijazah perguruan tinggi Indonesia diakui dan biaya kuliah di Indonesia lebih rendah. Sedangkan menurut Ward (2001), salah satu alasan mahasiswa belajar ke luar negeri adalah untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik.

Institusi pendidikan tinggi yang menerima mahasiswa asing asal Malaysia di kota Medan salah satunya adalah Universitas Sumatera Utara yaitu di Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi. Jumlah mahasiswa asing asal Malaysia di Universitas Sumatera Utara cenderung meningkat tiap tahunnya. Peningkatan tersebut terlihat pada Tabel 1 di bawah ini:


(17)

Tabel 1.

Jumlah Mahasiswa Asing di Fakultas Kedokteran dari Tahun 2009-2011 No Mahasiswa Asing Asal Malaysia

Angkatan Jumlah

1 2009 114

2 2010 125

3 2011 156

Jumlah 395

Sumber: Bagian akademik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Seperti yang terlihat di Tabel 1, jumlah mahasiswa asing asal Malaysia mengalami peningkatan dari 114 mahasiswa di tahun 2009 menjadi 125 mahasiswa di tahun 2010 dan kembali meningkat menjadi 156 mahasiswa di tahun 2011. Mahasiswa asing asal Malaysia yang melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Sumatera Utara masuk dengan dua jalur yaitu Mandiri Internasional dan International-Allianze College of Medical Sciences (INT-ACMS). Jalur Mandiri Internasional merupakan jalur dimana seluruh proses perkuliahan dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, sedangkan jalur INT-ACMS merupakan jalur masuk dimana proses perkuliahan semester I-VI dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan semester VII-VIII dan Kepaniteraan Klinik (Profesi Dokter) di Malaysia (Aje, 2011).

Mahasiswa asing asal Malaysia yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi di Universitas Sumatera Utara tentunya berharap dapat meningkatkan kompetensi dan mencapai kondisi terbaik bagi dirinya. Tingkat pencapaian kondisi terbaik tersebut dapat dilihat dari evaluasi prestasi belajarnya. Prestasi belajar merupakan salah satu bentuk evaluasi belajar di perguruan tinggi. Menurut Winkel (2000), prestasi belajar merupakan hasil suatu penilaian dibidang pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai. Dalam institusi pendidikan tinggi, prestasi keberhasilan belajar mahasiswa ditentukan oleh angka indeks prestasi yang ditentukan pada setiap semester yaitu dalam bentuk Indeks Prestasi Semester dan Indeks Prestasi Kumulatif (Depdiknas, 2008).


(18)

Indeks Prestasi Semester (IPS) merupakan penilaian yang dihitung berdasarkan jumlah beban kredit yang diambil dalam satu semester dikalikan dengan bobot prestasi tiap-tiap mata kuliah kemudian dibagi dengan jumlah beban kredit yang diambil, sedangkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yaitu penilaian indeks prestasi yang dihitung berdasarkan jumlah keseluruhan beban kredit yang diambil mulai dari semester awal sampai semester yang terakhir, dikalikan dengan bobot prestasi tiap-tiap mata kuliah kemudian dibagi dengan beban kredit yang diambil. Kriteria hasil penilaian IPK digolongkan dalam empat kriteria yaitu 0.00-1.99 (tidak memuaskan), 2.00-2.75 (memuaskan), 2.76-3.50 (sangat memuaskan) dan 3.51-4.00 (cumlaude/dengan pujian).

Berikut gambaran kondisi prestasi belajar mahasiswa asing asal Malaysia angkatan 2009 dan 2010 di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.

Gambaran Range IP Mahasiswa Asing Asal Malaysia di FK USU angkatan 2009 Kriteria IP Semester 1 Semester 2 Semester 3 Semester 4 Semester 5

0.00 – 1.99 10 26 11 16 6

2.00 – 2.75 88 80 82 65 65

2.76 – 3.50 19 11 24 33 42

3.51 – 4.00 1 0 0 2 1

Total Mahasiswa 118 117 117 116 114

Sumber: Bagian Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Dari Tabel 2 terlihat bahwa pada semester 1 dari 118 mahasiswa asing hanya 1 (0.84%) mahasiswa yang tepat memperoleh indeks prestasi 3.51-4.00 dan 19 (16.10%) yang memperoleh indeks prestasi 2.76-3.50. Data ini menunjukkan bahwa mahasiswa asing yang memperoleh indeks prestasi 2.76-4.00 pada semester awal cenderung sedikit. Sedangkan mahasiswa asing yang memperoleh indeks prestasi 0.00-1.99 (10 mahasiswa) dan 2.00-2.75 (88 mahasiswa) cenderung banyak. Namun kondisi tersebut dapat diperbaiki di semester berikutnya. Dari Tabel 2 terlihat kecenderungan meningkatnya jumlah mahasiswa asing yang memperoleh nilai indeks prestasi 2.76-3.50 dan 3.51-4.00 setelah semester 1. Sehingga di semester 5 diketahui mahasiswa asing yang memperoleh indeks prestasi 2.76-4.00 meningkat menjadi 43 mahasiswa (37.71%) dan jumlah


(19)

mahasiswa asing yang memperoleh indeks prestasi 0.00-1.99 menurun menjadi 6 mahasiswa dan 2.00-2.75 menurun menjadi 65 mahasiswa.

Kondisi diatas juga terjadi pada mahasiswa asing asal Malaysia angkatan 2010 di Fakultas Kedokteran USU yang terlihat pada data di Tabel 3.

Tabel 3.

Gambaran Range IP Mahasiswa Asing Asal Malaysia di FK USU angkatan 2010 Kriteria IP Semester 1 Semester 2 Semester 3

0.00 – 1.99 75 36 53

2.00 – 2.75 43 74 60

2.76 – 3.50 9 13 12

3.51 – 4.00 0 4 0

Total Mahasiswa 127 127 125

Sumber: Bagian Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Tabel 3 pada semester 1 tidak ada mahasiswa yang tepat memperoleh indeks prestasi 3.51-4.00 dan hanya 9 (7.08%) yang memperoleh indeks prestasi 2.76-3.50. Data ini menunjukkan bahwa mahasiswa asing yang memperoleh indeks prestasi 2.76-4.00 pada semester awal cenderung sangat sedikit. Sedangkan mahasiswa asing yang memperoleh indeks prestasi 0.00-1.99 (75 mahasiswa) dan 2.00-2.75 (43 mahasiswa) cenderung banyak. Dari data diatas juga memperlihatkan terjadi peningkatan jumlah mahasiswa asing yang memperoleh indeks prestasi 0.00-1.99 dan 2.00-2.75 pada semester pertama dari mahasiswa asing angkatan 2009. Minimnya mahasiswa asing yang memperoleh indeks prestasi 2.76-3.50 dan 3.51-4.00 di semester pertama, tentunya dapat terjadi karena adanya pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu salah satunya adanya pengaruh psikologis dan fisik.

Hal ini sejalan dengan pendapat Witherington dan Bapemsi (dalam Mustaqim, 2004), yang menyatakan bahwa kondisi fisik dan psikologis dapat mempengaruhi proses dan prestasi belajar individu karena daya tahan tubuh yang menurun cukup menganggu aktivitas belajar. Apabila individu sampai jatuh sakit maka dapat dikatakan kegiatan belajar individu berhenti. Sedangkan kondisi psikologis yang meliputi perasaan, emosi, dan suasana hati bila dalam keadaan stabil dan normal dapat sangat menolong individu melakukan kegiatan belajar,


(20)

tetapi kondisi dengan intensitas sedemikian tinggi sehingga pribadi kehilangan kontrol yang normal terhadap dirinya, misalnya takut, bingung, cemas, putus asa atau sangat gembira dapat sangat menghambat proses belajar.

Gangguan kondisi fisik dan psikologis tersebut dapat disebabkan oleh pengalaman lintas budaya. Menurut Parillo (2008), perbedaan-perbedaan budaya di lingkungan baru diketahui dapat mempengaruhi psikologis dan fisik individu. Secara psikologis, individu akan merasa bingung, cemas, disorientasi, curiga, sedih, keliru dengan aturan dan norma untuk berperilaku di lingkungan baru bahkan dapat mengalami perubahan persepsi, etnis, dan nilai-nilai pada individu akibat kontak budaya (Ward, 2001). Sedangkan pengaruh fisik yang terjadi menurut Samovar (2010) yaitu dapat berupa gangguan lambung dan sakit kepala.

Gangguan tersebut merupakan dampak dari proses penyesuaian diri individu dalam beradaptasi di lingkungan barunya (Pedersen, 1993). Menurut Martin (2008), perasaan disorientasi dan tidak nyaman yang relatif dalam jangka pendek karena disebabkan oleh lingkungan sekitar yang tidak familiar dan hilangnya isyarat yang familiar dalam lingkungan disebut dengan culture shock.

Reaksi culture shock bervariasi antara satu individu dengan individu lainnya dan dapat muncul pada waktu yang berbeda pula (Samovar, 2010). Reaksi-reaksi tersebut meliputi individu merasa benci pada lingkungan barunya, mengalami disorientasi diri, merasa ditolak, mengalami gangguan lambung dan sakit kepala, rindu negara asalnya (homesick), rindu pada teman dan keluarganya, merasa kehilangan status dan pengaruh, menarik diri dan menganggap orang-orang dalam budaya baru tidak peka.

Senada dengan Samovar, Ward (2001) mengatakan culture shock terdiri dari tiga dimensi yang disebut dengan ABCs of Culture Shock yaitu affectively,

behaviorally dan cognitively. Dimensi yang pertama yaitu affectively, merupakan

dimensi yang menggambarkan perasaan yang dialami oleh individu di lingkungan baru, ia merasa bingung, cemas, disorientasi, kagum, curiga, bahkan sedih karena datang berada di lingkungan yang tidak familiar. Kedua yaitu behaviorally, dalam dimensi ini individu digambarkan berupaya mempelajari budaya dan


(21)

mengembangkan keterampilan sosialnya. Sehingga bila individu kurang memiliki pengetahuan dan keterampilan sosial yang relevan di budaya lokal maka ia akan mengalami kesulitan dalam memulai dan mempertahankan hubungan harmonis di lingkungan barunya. Sedangkan yang ketiga yaitu cognitively, merupakan hasil keadaan dari affectively dan behaviorly yang menghasilkan perubahan dalam persepsi individu, identifikasi etnis dan nilai-nilai akibat kontak budaya. Hal tersebut akan mempengaruhi bagaimana mereka melihat diri mereka dan orang lain dan apakah mereka akan mengubah pandangan mereka atau salah satu pihak akan dipengaruhi untuk mengubah pandangan mereka sebagai akibat kontak budaya.

Dari hasil observasi dan wawancara prapenelitian dengan mahasiswa asal Malaysia di Universitas Sumatera Utara, beberapa mahasiswa asal Malaysia mengaku mengalami kesulitan dalam beradaptasi secara budaya, beberapanya dalam hal bahasa dan sosialisasi yang mana menyebabkan individu mengalami rasa bingung, cemas, sedih, kurang mengerti dengan aturan dan norma untuk berperilaku di lingkungan baru serta masalah perbedaan makanan yang menyebabkan gangguan pencernaan. Kondisi ini mempengaruhi interaksi mahasiswa asing asal Malaysia ketika proses belajar di Universitas Sumatera Utara. Hal Ini diakui oleh F, mahasiswa asal Malaysia berlatarbelakang suku Melayu, yang telah menetap di Medan selama 4 bulan:

“Pertama dateng ke Indonesia rasanya nervous lah.. Bahase juge masih

belum lancer lagi berbicare.. Saya tidak bisa berbahasa indon, jadi orang semua tak pahem ape yang saye tanye...jadi memang keseorangan... Klo ma dosen, ga berani nanye..takut nanti dosen ga paham yang mau di tanye.. Makanan disini juga pedas-pedas, kue pun pakai sambal, seringnya sakit perut jadinye saya makan indomie.. Lama disini juge terase sedihlah karena jauh dari keluarga.. Sering homesick tiap malem... Di kampus kadang sering kesal bile kawan dia janji mau duduk duet tibe dia gak datang suruh titip absen, rasanye marah.


(22)

Hal serupa juga dialami oleh R, mahasiswa asing asal Malaysia yang memiliki latar belakang suku Tamil dan telah tinggal di Medan selama 1 tahun:

“....klo waktu kuliah, seringnya di pelajaran semua dalam bahasa

Indonesia, kite ingetkan bahwa semuanya dalam bahasa inggris tapi tetap saja diskusinya dalam bahasa Indonesia jadi pertama kalinya kami merasa kesulitan dalam pelajaran sehingga nilai kami jelek-jelek kali pula semua..dapat C atau C+ karena kite kan kesulitan dalam bahasa, tapi saya berusaha sehingga nilai-nilai saya pun membaik di semester berikutnya.. masalah makanan juga yang membuat saya tidak nyaman, kami kan makanannya beda, jadi seringnye kami diare jadinye kami pilih-pilih tempat.. proses imigrasi juga ada masalah, mengenai ERP dan MERP untuk bolak-balik ke Malaysia.. seringnya proses pengurusannya lambat dan

dimahalin..”

(Komunikasi interpersonal, 14 November 2011)

Mahasiswa Malaysia diatas terlihat mengalami kesulitan dalam menghadapi perbedaan bahasa dalam proses belajar, serta kesulitan beradaptasi dengan perbedaan makanan dan pengurusan imigrasi yang dapat mengganggu waktu kuliah. Selain itu N, mahasiswa Malaysia, yang telah berada di Medan selama 3 tahun mengatakan:

“...mula-mula saya datang kan ada masalah juga terutama makanan, makanan disini agak pedas kan jadi ada juga masalah diare tapi sekarang uda bisa imunlah dengan makanan.. Trus juge bahase, ga mengerti sebab kuliah dalam bahasa Indonesia. Meski bahasa Inggris pun ditekankan juga dan buku-buku referensinya dalam bahasa Inggris pun ada, tapi dalem tutorial itukan umumnya harus dalam bahasa Indonesia, jadi masa pertama kali itu ga begitu lancar agak tersendat-sendat gitu, nilaipun jadi berpengaruh. Mulanye memang dapat IP 2.65 di semester awal tapi selanjutnya bisa la membaik di semester berikutnya jadi 3.07, 2.89, 3.1, sedang semester 6 ini 3.2. Klo IPK sekarang ini 2.97... Sekarang kan udah


(23)

fasih, saya dapatkan belajar dari teman-teman sekelas, dapatkan pengetahuan dari mereka bagaimana bahasa..klo lepas belajar dari mereka

kan klo saya omong ma mereka kan udah bisa..”

(Komunikasi interpersonal, 01 Desember 2011)

Dari pernyataan yang dipaparkan, N terlihat awalnya mengalami kesulitan karena perbedaan makanan yang menyebabkan N mengalami gangguan lambung dan bahasa yang dianggapnya mempengaruhi kelancaran prestasi akademik serta sosialisasinya.

Dari data juga ditemukan bahwa dari tahun 2009 hingga 2011 terdapat 6 mahasiswa asing yang berhenti atau keluar dari Universitas karena minimnya kehadiran di ruang perkuliahan dan nilai akademik yang rendah. Menurut Jochems, dkk (1997), salah satu sumber signifikan masalah akademik pada mahasiswa asing karena keterbatasan dalam kemampuan berbahasa (dalam Ward, 2001). Sedangkan Kontjaraningrat (2011) menyatakan bahwa masalah budaya merupakan salah satu kesulitan yang dialami oleh mahasiswa asing. Sejalan dengan Kontjaraningrat, Ward (2001) juga menyatakan bahwa perilaku yang tidak tepat secara budaya dapat menimbulkan kehidupan personal dan profesional individu tersebut menjadi tidak efektif, seperti mahasiswa asing yang menjadi kurang berprestasi secara akademis.

Dari uraian di atas dijelaskan bahwa perbedaan budaya dapat mempengaruhi fisik dan psikologis individu yang menyebabkan individu mengalami culture

shock. Hal ini dapat membuat individu mengalami kesulitan dalam proses

belajarnya di Universitas Sumatera Utara terutama dalam meningkatkan prestasi belajar yang mana dipengaruhi oleh faktor fisik dan psikologis (Witherington & Bapemsi dalam Mustaqim, 2004)). Hal inilah yang akhirnya menarik perhatian peneliti untuk meneliti apakah ada hubungan antara culture shock dengan prestasi belajar pada mahasiswa asing asal Malaysia di Universitas Sumatera Utara.


(24)

I.B. Pertanyaan Penelitian

Adakah hubungan culture shock dengan prestasi belajar pada mahasiswa asing asal Malaysia di Universitas Sumatera Utara?

I.C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan culture shock dengan prestasi belajar pada mahasiswa asing asal Malaysia di Universitas Sumatera Utara.

I.D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Memperkaya kajian empiris dalam ilmu Psikologi Sosial mengenai hubungan

culture shock dengan prestasi belajar yang dialami oleh mahasiswa asing di

Universitas Sumatera Utara.

b. Dapat dijadikan sebagai kajian oleh peneliti lain yang menaruh perhatian untuk meneliti lebih lanjut mengenai culture shock dalam bidang organisasi, pendidikan dan lain-lain.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini memberikan gambaran pada pihak Malaysia mengenai hubungan culture shock dengan prestasi belajar mahasiswa asing di Universitas Sumatera Utara sehingga dapat memfasilitasi adaptasi akademik dan budaya para mahasiswa untuk beradaptasi dengan budaya lokal.

b. Pada pihak universitas, penelitian ini memberikan gambaran mengenai hubungan culture shock dengan prestasi belajar pada mahasiswa asing di Universitas Sumatera Utara yang telah menetap satu tahun sehingga dapat memfasilitasi proses adaptasi yang terjadi.

I.E. Sistematika Penulisan

Penelitian ini disusun berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I Pendahuluan


(25)

Terdiri dari latar belakang masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori

Memuat teori-teori yang menjadi acuan dalam penelitian, yaitu: teori tentang prestasi belajar, culture shock dan tentang mahasiswa asing asal Malaysia di Universitas Sumatera Utara.

Bab III Metode Penelitian

Pada bab ini dijelaskan metode penelitian kuantitatif yang akan digunakan antara lain meliputi: identifikasi variabel, defenisi operasional, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, uji coba alat ukur dan metode analisa data. Bab IV Analisa Data dan Pembahasan

Bab ini akan menguraikan tentang analisa data dan pembahasannya yang dikaitkan dengan teori yang ada.

Bab V Kesimpulan dan Saran

Bab ini akan menguraikan kesimpulan sebagai jawaban permasalahan yang diungkapkan berdasarkan hasil penelitian dan saran penelitian yang meliputi saran praktis dan saran untuk penelitian selanjutnya.


(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

II.A. Prestasi Belajar

II.A.1. Definisi Prestasi Belajar

Dess (dalam Suryabrata, 2002) menjelaskan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang didapat dari aktivitas belajarnya. Selanjutnya Sudjana (1990) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar dari kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang setelah menerima pengalaman belajarnya. Sementara Gage dan Berliner (1984) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah sesuatu yang dicapai dan merupakan hasil dari proses belajar. Sedangkan menurut Winkel (2000), prestasi belajar merupakan hasil suatu penilaian dibidang pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai dan kemudian dinilai dari apa yang sudah dikerjakan atau apa yang sudah diusahakan dalam aktivitas belajar dalam bentuk nilai.

II.A.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Belajar bukanlah suatu aktivitas yang berdiri sendiri, menurut H.C. Witherington dan Lee J Cronbach Bapemsi (dalam Mustaqim, 2004), kondisi yang mempengaruhi prestasi belajar individu yaitu:

1. Keadaan fisik

Kekurangan gizi biasanya mempunyai pengaruh terhadap keadaan jasmani, mudah mengantuk, lekas lelah, lesu dan sejenisnya. Selain kadar makanan juga pengaturan waktu istirahat yang tidak baik dan kurang, biasanya tidak menguntungkan. Akibat lebih jauh adalah daya tahan badan menurun, yang berarti memberi daerah kemungkinan lebih luas lagi berbagai jenis macam penyakit seperti influenza, batuk, gangguan


(27)

pencernaan, dan lainnya. Badan yang kurang sehat sudah cukup menganggu aktivitas belajar, apabila sampai jatuh sakit maka dapat dikatakan kegiatan belajar individu berhenti.

2. Keadaan psikis

Proses belajar banyak berhubungan dengan aktivitas jiwa dengan kata lain faktor-faktor psikis memiliki peran yang sangat menentukan di dalam belajar. Faktor-faktor tersebut yaitu:

a. Perhatian

Pemusatan tenaga psikis tertuju pada suatu obyek atau banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai aktivitas yang dilakukan dinamakan perhatian. Dilihat banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu aktivitas, perhatian bisa dibedakan menjadi dua yaitu perhatian intensif dan tidak intensif. Makin intensif perhatian belajar maka makin berhasillah belajar, oleh karenanya materi dan penyampaian sebaiknya mampu menimbulkan perhatian yang intensif.

Dilihat dari cara timbulnya, perhatian bisa dibedakan menjadi perhatian spontan dan perhatian reflektif. Perhatian spontan timbul seakan-akan tanpa sengaja serta berlangsung lebih lama dan intensif, sedangkan perhatian reflektif timbul karena usaha. Bila dipandang dari luas obyeknya, perhatian bisa dibagi menjadi perhatian konsentratif dan perhatian distributif. Pengajar mempunyai tugas mengatur lingkungan atau kelas sedemikian rupa sehingga memungkinkan meningkatnya perhatian konsentratif dalam setiap proses belajar mengajar berlangsung. Satu hal penting lainnya dan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan aktivitas belajar adalah hal-hal yang menarik perhatian yaitu hal-hal yang keluar dari konteks dan hal-hal yang berhubungan dengan kebutuhan individu, kegemaran, pekerjaan, keahlian dan sejarah hidup serta kelompoknya.


(28)

Faktor kognitif dipengaruhi oleh daya pengamatan, tanggapan dan fantasi, ingatan dan berpikir individu. Melalui pengamatan, individu dapat melihat, mendengar, membau, mencecap dan meraba untuk mengenal dunia seperti dalam teori aliran Gestalt yang menyatakan bahwa panca indera adalah gerbang ilmu pengetahuan yang penting dan mutlak mempunyai pengaruh terhadap belajar. Kedua yaitu daya tanggap dan fantasi individu. Daya tanggap merupakan bayangan yang tinggal dalam ingatan setelah melakukan pengamatan. Sedangkan fantasi merupakan daya untuk membentuk tanggapan-tanggapan baru berdasarkan tanggapan-tanggapan-tanggapan-tanggapan yang sudah ada. Fantasi memungkinkan orang menempatkan diri dalam hidup kepribadian orang lain, memungkinkan manusia melepaskan diri dari waktu dan tempat serta memungkinkan manusia untuk menciptakan sesuatu yang dituju. Dengan fantasi manusia bisa belajar kebudayaan orang dan bangsa lain, bisa belajar sejarah dan bisa belajar mengarang, mencipta, merancang dan sebagainya. Ketiga yaitu ingatan. Ingatan sangat membantu belajar, manusia hampir tidak pernah belajar tanpa bantuan ingatan bahan yang mendahuluinya. Perencanaan ingatan yang baik dapat sangat terbantu dengan pembagian waktu yang tepat, metode yang cocok, pemakaian titian, bagan, ikhtisar dan tabel-tabel. Keempat yaitu berpikir. Berpikir adalah aktivitas jiwa dengan arah yang ditentukan oleh masalah yang dihadapi. Prosesnya adalah diawali dengan pembentukan pengertian, diteruskan pembentukan pendapat dan diakhiri oleh penarikan kesimpulan atau pembentukan keputusan. Cepat dan lambatnya berpikir bagi individu sangat besar pengaruhnya terhadap belajar terutama belajar jenis pemecahan masalah.

c. Faktor Afektif

Afektif meliputi perasaan, emosi, dan suasana hati. Dalam keadaan stabil dan normal, perasaan sangat menolong individu melakukan perbuatan belajar, tetapi perasaan dengan intensitas sedemikian tinggi


(29)

sehingga pribadi kehilangan kontrol yang normal terhadap dirinya, misalnya takut, bingung, cemas, putus asa atau sangat gembira dapat sangat menghambat proses belajar. Sedangkan keadaan afektif individu yang lebih bersifat tetap bisa disebut sebagai suasana hati yaitu perasaan riang dan perasaan murung. Perasaan riang dapat membantu belajar, sedangkan perasaan murung sangat mengganggu belajar.

d. Faktor Motivasi

Keadaan jiwa individu yang mendorong untuk melakukan suatu perbuatan guna mencapai suatu tujuan disebut sebagai motivasi. Motivasi dikatakan murni bila diri individu ada keinginan yang kuat untuk mencapai hasil belajar itu sendiri.

3.Pengalaman dasar individu

Pendidikan dasar yang mendahului pendidikan tahap tertentu saling terkait. SD menjadi dasar SLTP, SD + SLTP menjadi dasar SMA, SMA menjadi dasar di Perguruan Tinggi. Meskipun individu secara umum memiliki kesehatan fisik yang baik, panca indera mendukung keadaan psikis mulai dari perhatian, ingatan, pikiran dengan dilengkapi motivasi yang murni, namun pengalaman yang mendahuluinya kurang memadai atau tidak mempunyai hubungan yang sejalan maka aktivitas belajar akan membawa hasil yang kurang baik.

II.A.3. Indeks Prestasi

II.A.3.1 Indeks Prestasi Semester

Indeks Prestasi Semester adalah indeks prestasi yang dihitung berdasarkan jumlah beban kredit yang diambil dalam satu semester dikalikan dengan bobot prestasi tiap-tiap mata kuliah kemudian dibagi dengan jumlah beban kredit yang diambil (Depdiknas, 2008).


(30)

Keterangan:

K : Jumlah SKS mata kuliah yang diambil N : Nilai masing-masing mata kuliah II.A.2.2. Indeks Prestasi Kumulatif

Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) adalah indeks prestasi yang dihitung berdasarkan jumlah keseluruhan beban kredit yang diambil mulai dari semester I sampai semester yang terakhir, dikalikan dengan bobot prestasi tiap-tiap mata kuliah kemudian dibagi dengan beban kredit yang diambil (Depdiknas, 2008). Rumus perhitungannya:

Keterangan:

K : Jumlah SKS mata kuliah yang diambil N : Nilai masing-masing mata kuliah

Penggolongan IPK berdasarkan Bagian Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara:

IPK 0.00-1.99 : tidak memuaskan IPK 2.00-2.75 : memuaskan

IPK 2.76-3.50 : sangat memuaskan IPK > 3.50 : cumlaude


(31)

II.B. Culture Shock

II.B.1. Definisi Culture Shock

Istilah culture shock pertama kali diperkenalkan oleh Antropologis bernama Kalvero Oberg (1960) (dalam Samovar, 2010). Menurutnya, culture

shock didefinisikan sebagai kegelisahan yang muncul karena kehilangan semua

lambang dan simbol yang familiar dalam hubungan sosial, termasuk di dalamnya cara-cara yang mengarahkan kita dalam situasi keseharian, misalnya bagaimana untuk memberi perintah, bagaimana membeli sesuatu, kapan dan di mana kita tidak perlu merespon.

Pedersen (1993) mendefinisikan culture shock sebagai proses penyesuaian awal pada lingkungan yang tidak familiar. Sedangkan menurut Gudykunst dan Kim (2003), culture shock adalah reaksi-reaksi yang muncul terhadap situasi dimana individu mengalami keterkejutan dan tekanan karena berada dalam lingkungan yang berbeda, yang menyebabkan terguncangnya konsep diri, identitas kultural dan menimbulkan kecemasan yang tidak beralasan.

Samovar (2010) mengatakan bahwa reaksi culture shock bervariasi antara satu individu dengan individu lainnya dan dapat muncul pada waktu yang berbeda pula. Reaksi-reaksi yang terjadi yaitu:

1. Benci terhadap lingkungan baru

2. Mengalami disorientasi diri

3. Rasa penolakan

4. Gangguan lambung dan sakit kepala

5. Homesick/rindu pada rumah/ lingkungan lama

6. Rindu pada teman dan keluarga

7. Merasa kehilangan status dan pengaruh

8. Menarik diri


(32)

Dari uraian di atas, culture shock dipandang sebagai reaksi negatif individu ketika menghadapi lingkungan yang tidak familiar. Namun Ward (2001) berpendapat bahwa culture shock merupakan suatu proses aktif dalam menghadapi perubahan saat berada di lingkungan yang tidak familiar. Proses aktif tersebut melibatkan affective, behavior, dan cognitive individu yaitu bagaimana individu tersebut merasa, berperilaku dan berpikir ketika menghadapi pengaruh dari budaya kedua.

Jadi, dari berbagai definisi culture shock yang dikemukakan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa culture shock merupakan proses reaksi yang terjadi pada individu baik fisik dan psikis yang mempengaruhi bagaimana individu merasa, berperilaku dan berpikir ketika berada di lingkungan yang berbeda.

II.B.2. Dimensi dari Culture Shock

Ward (2001) menyatakan terdapat 3 dimensi dalam culture shock yang disebut dengan ABCs of culture shock, yaitu:

a. Affective

Dimensi ini mencakup perasaan dan emosi yang mana mungkin menjadi positif atau negatif. Individu digambarkan mengalami kebingungan dan merasa kewalahan karena datang ke lingkungan yang tidak familiar. Individu merasa bingung, cemas, disorientasi, curiga, bahkan sedih karena datang ke lingkungan yang tidak familiar.

b. Behavior

Dimensi ini berhubungan dengan konsep pembelajaran budaya dan pengembangan keterampilan sosial. Individu mengalami kekeliruan aturan, kebiasaan dan asumsi-asumsi yang mengatur interaksi interpersonal mencakup komunikasi verbal dan nonverbal yang bervariasi di seluruh budaya. Pendatang asing yang kurang memiliki pengetahuan dan keterampilan sosial yang relevan di budaya lokal akan mengalami


(33)

kesulitan dalam memulai dan mempertahankan hubungan harmonis di lingkungan tersebut. Perilaku mereka yang tidak tepat secara budaya dapat menimbulkan kesalahpahaman dan dapat menyebabkan pelanggaran. Hal itu juga mungkin dapat membuat kehidupan personal dan profesional mereka kurang efektif. Dengan kata lain, individu yang tidak terampil secara budaya akan kurang mungkin mencapai tujuan mereka. Misalnya, mahasiswa luar negeri yang menjadi kurang berprestasi secara akademis.

c. Cognitive

Dimensi ini merupakan hasil keadaan dari affectively dan behaviorly yang menghasilkan perubahan persepsi individu dalam identifikasi etnis dan nilai-nilai akibat kontak budaya. Ketika terjadi kontak budaya, hilangnya hal-hal yang dianggap benar oleh individu tidak dapat dihindarkan. Misalnya, ketika seseorang dari budaya yang mendominasikan pria menemukan diri mereka berada dalam masyarakat yang mengakui kesetaraan gender, maka dalam diri individu akan terjadi konflik antara dua posisi dalam kognisi baik pada pendatang asing maupun orang lokal yang mana akan mempengaruhi bagaimana mereka melihat diri mereka dan orang lain, dan apakah mereka akan mengubah pandangan mereka untuk menerima kesetaraan gender tersebut dan apakah salah satu pihak akan dipengaruhi untuk mengubah pandangan mereka sebagai akibat kontak budaya. Pandangan tersebut dapat berupa penafsiran secara fisik, hubungan interpersonal, institusional, peristiwa eksistensial dan spiritual sebagai manifestasi kebudayaan yang mana bervariasi di seluruh budaya. II.B.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Culture Shock

Furnham dan Bochner (1982) (dalam Manz, 2003) menyatakan bahwa terdapat 3 faktor yang mempengaruhi culture shock individu ketika berinteraksi dengan budaya baru yaitu


(34)

a. Perbedaan budaya, kualitas, kuantitas dan lamanya culture shock yang dialami individu dipengaruhi oleh tingkat perbedaan budaya antara lingkungan asal dan lingkungan baru individu. Culture shock lebih cepat jika budaya tersebut semakin berbeda, hal ini meliputi sosial, perilaku, adat istiadat, agama, pendidikan, norma dalam masyarakat, dan bahasa. Hal ini sejalan dengan Bochner (2003), yang menyatakan bahwa semakin berbeda kebudayaan antar dua individu yang berinteraksi, semakin sulit kedua induvidu tersebut membangun dan memelihara hubungan yang harmonis.

b. Perbedaan individu, aspek ini merujuk pada perbedaan dalam kepribadian dan kemampuan individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Hal ini juga mencakup variabel demografis seperti usia, jenis kelamin, kelas sosial-ekonomi dan pendidikan.

c. Pengalaman lintas budaya individu sebelumnya, pengalaman individu di masa lampau ketika berada di lingkungan baru memiliki pengaruh kuat pada proses adaptasi yaitu seperti pengalaman bagaimana individu menerima perlakuan dari penduduk lokal.

II.C. Mahasiswa Asing Asal Malaysia di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

II.C.1. Mahasiswa Asing Asal Malaysia

Universitas Sumatera Utara merupakan salah satu universitas di Indonesia yang menerima mahasiswa asing. Fakultas yang melakukan kerja sama menerima mahasiswa asing di Universitas Sumatera Utara, salah satunya adalah Fakultas Kedokteran. Berdasarkan data dari bagian akademik Fakultas Kedokteran USU jumlah mahasiswa asing di Fakultas Kedokteran dari tahun 2009 hingga 2011 berjumlah 395 mahasiswa asing dengan kecenderungan meningkat tiap tahunnya.

Mayoritas mahasiswa asing yang menempuh pendidikan di Universitas Sumatera Utara adalah dari negara Malaysia (Aje, 2011). Hal tersebut kemungkinan besar dikarenakan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara


(35)

merupakan beberapa fakultas kedokteran di Indonesia yang diakui oleh Malaysian Medical Council (dalam USU, 2011). Mahasiswa asing asal Malaysia yang sedang menjalani pendidikan di Universitas Sumatera Utara berasal dari suku Melayu, India, dan Cina dengan kebiasaan dan nilai-nilai yang beragam.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti dengan para mahasiswa asing asal Malaysia di Fakultas Kedokteran USU, mahasiswa asing suku Cina asal Malaysia terlihat menggunakan bahasa Mandarin dan Inggris. Menurut Verma (2000), bahasa Mandarin merupakan bahasa standar Cina yang digunakan dalam setting publik dan sebagai medium bahasa pengantar dalam sekolah khusus Cina sebagai bahasa pengantar utama baik lisan maupun tulisan (dalam Verma, 2000).

Suku Tamil berdasarkan wawancara peneliti, diketahui lebih menggunakan bahasa Tamil dan Inggris dalam pergaulan mereka kesehariannya. Sedangkan mahasiswa asing asal Malaysia suku Melayu, biasanya menggunakan bahasa Melayu dan Inggris ketika berinteraksi. Kaum wanita suku Melayu asal Malaysia dari observasi peneliti terlihat selalu berpenampilan menggunakan baju kurung dan kerudung yang berhubungan dengan muslim. Sedangkan kaum pria, berpenampilan seperti mahasiswa lainnya tanpa mengenakan kopiah, meski sesungguhnya kaum pria diharapkan mengenakan kopiah (Tsui, 2005).

II.C.2. Faktor-faktor dan Alasan-alasan yang Mendorong Mahasiswa Asal Malaysia Melanjutkan Pendidikan Tinggi di Medan

Berdasarkan hasil penelitian dari Amir (1993) dalam thesisnya yang berjudul Faktor-faktor Berkaitan Pelajar Malaysia Melanjutkan Pelajaran ke

Pengajian Tinggi di Medan-Indonesia, diketahui terdapat 8 faktor utama yang

mendorong pelajar Malaysia melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi di Indonesia, yaitu:

1. Karena kemauan sendiri

2. Ada bidang pelajaran yang diminati 3. Jarak Indonesia dekat dengan Malaysia 4. Dorongan ibu bapa/penjaga


(36)

5. Mudah memahami bahasa

6. Membantu ibu bapa/penjaga selepas tamat 7. Ijazah perguruan tinggi Indonesia diakui 8. Biaya kuliah di Indonesia lebih rendah

Sedangkan alasan-alasan utama pelajar Malaysia memilih perguruan tinggi di Indonesia dan tidak ke negara-negara lain yaitu:

1. Situasi di Indonesia hampir sama seperti di Malaysia, yaitu dari segi seperti agama, bahasa, kebudayaan, adat-istiadat, pergaulan masyarakat dan makanan yang didapati situasinya hampir sama dengan yang ada di Malaysia.

2. Masuk ke perguruan tinggi di Indonesia agak longgar. Hal ini karena tersedianya kuota untuk pelajar-pelajar Malaysia melanjutkan pelajaran ke perguruan tinggi negeri di Indonesia, dari segi sijil tidak begitu memerlukan nilai akademik yang tinggi, proses pengurusan surat-surat atau dokumen yang diperlukan lebih mudah dan tidak memerlukan syarat penguasaan bahasa Inggris yang tinggi seperti di luar negara.

3. Kelemahan menguasai bahasa Arab dan bahasa Inggris. Kelemahan pelajar dalam menguasai bahasa Inggris dan Arab adalah merupakan satu alasan mengapa memilih melanjutkan pelajaran ke perguruan tinggi di Indonesia.

II.C.3. Masalah-masalah yang di alami pelajar Malaysia sepanjang kuliah di perguruan tinggi Medan

Berdasarkan penelitian dari Amir (1993) dalam thesisnya yang berjudul

Faktor-faktor Berkaitan Pelajar Malaysia Melanjutkan Pelajaran ke Pengajian

Tinggi di Medan-Indonesia, diketahui terdapat 10 masalah utama pelajar Malaysia

melanjutkan pelajaran ke perguruan tinggi di Medan Indonesia, yaitu: 1. Pengurusan Visa dan KIMS

2. Meninggalkan pelajaran karena mengurus visa/KIMS 3. Penilaian dosen kurang adil

4. Biaya urusan imigrasi mahal 5. Masalah perbedaan makanan


(37)

6. Tidak sesuai dengan kawan-kawan (daripada Malaysia) 7. Tidak sesuai dengan kawan-kawan (daripada Indonesia) 8. Kurang mantap menguasai bahasa Indonesia

9. Dosen mengajar dalam bahasa Indonesia

10.Urusan administrasi kampus yang menyukarkan

II.D. Hubungan Antara Culture Shock dengan Prestasi Akademik

Mahasiswa asing asal Malaysia yang menempuh pendidikan di Universitas Sumatera Utara akan berupaya menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Hal ini sejalan dengan Pedersen (1993) yang menyatakan bila individu akan tinggal dalam waktu yang lama di lingkungan yang tidak familiar maka ia harus mengatasi dan beradaptasi penuh dengan budaya baru dimana ia tinggal. Proses ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan hingga disorientasi pada individu dikarenakan isyarat atau tanda yang sebelumnya familiar baginya menjadi hilang atau berganti menjadi makna yang berbeda di lingkungan baru. Menurut Martin (2008), perasaan disorientasi dan tidak nyaman yang relatif dalam jangka pendek yang disebabkan oleh lingkungan sekitar yang tidak familiar dan hilangnya isyarat yang familiar dalam lingkungan disebut dengan culture shock.

Ward (2001) menyatakan culture shock terdiri dari tiga dimensi yang disebut dengan ABCs of Culture Shock yaitu affectively, behaviorally dan

cognitively yang merupakan komponen yang menggambarkan bagaimana individu

merasa, berperilaku, berpikir ketika terkena pengaruh kontak budaya kedua. Xia (2009) menemukan bahwa culture shock dapat menyebabkan stress psikologis seperti depresi, kecemasan dan perasaan putus asa. Sedangkan Samovar (2010) menemukan bahwa culture shock dapat mempengaruhi fisik individu yaitu individu mengalami gangguan lambung dan sakit kepala. Hal ini sejalan dengan temuan Parillo (2008), yang menemukan bahwa perbedaan-perbedaan budaya di lingkungan baru diketahui dapat mempengaruhi fisik dan psikologis individu. Keadaan tersebut berkemungkinan dapat mempengaruhi proses dan prestasi belajar individu.


(38)

Sebagai mahasiswa pengaruh psikologis dan fisik tersebut akan tampak dalam tampilan prestasi belajar. Hal ini ditegaskan oleh Witherington & Bapemsi (dalam Mustaqim, 2004), yang menyatakan bahwa kondisi fisik dan psikologis dapat mempengaruhi proses dan prestasi belajar individu karena daya tahan tubuh yang menurun cukup menganggu aktivitas belajar. Apabila individu sampai jatuh sakit maka dapat dikatakan kegiatan belajar individu berhenti. Sedangkan kondisi psikologis yang meliputi perasaan, emosi, dan suasana hati bila dalam keadaan stabil dan normal, perasaan sangat menolong individu melakukan kegiatan belajar, tetapi perasaan dengan intensitas sedemikian tinggi sehingga pribadi kehilangan kontrol yang normal terhadap dirinya, misalnya takut, bingung, cemas, putus asa atau sangat gembira dapat sangat menghambat proses belajar.

Pengaruh tersebut juga berlaku pada mahasiswa asing asal Malaysia, yang mana berdasarkan data prestasi belajar, observasi dan wawancara prapenelitian ditemukan bahwa mahasiswa asing asal Malaysia berkemungkinan mengalami

culture shock yang mungkin dapat mempengaruhi prestasi belajar para mahasiswa

asing asal Malaysia. Ward (2001) juga menyatakan bahwa perilaku yang tidak tepat dalam secara budaya dapat menimbulkan kehidupan personal dan profesional individu tersebut menjadi tidak efektif, seperti mahasiswa asing yang menjadi kurang berprestasi secara akademis.

Oleh karena itu, berdasarkan uraian diatas peneliti berasumsi bahwa ketika individu menetap sementara di suatu tempat yang tidak familiar baginya, maka individu tersebut mengalami ketidaknyamanan secara psikologis dan fisik karena budaya yang tidak familiar dari tempat asalnya yang berkemungkinan mengalami

culture shock. Hal ini dapat membuat individu mengalami kesulitan dalam proses

belajarnya di Universitas Sumatera Utara terutama dalam prestasi belajar. Sedangkan Witherington & Bapemsi (dalam Mustaqim, 2004) mengatakan prestasi belajar seseorang dipengaruhi oleh faktor fisik dan psikologis. Hal inilah yang akhirnya menarik perhatian peneliti untuk meneliti apakah ada hubungan antara culture shock yang terdiri dari dimensi affective, behavioral dan cognitive

individu dengan prestasi belajar pada mahasiswa asing asal Malaysia di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.


(39)

II.E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut “Ada hubungan antara culture shock dengan prestasi belajar pada mahasiswa asing asal Malaysia di Universitas Sumatera Utara”

II.F. Kerangka Berpikir

Keterangan:

Mahasiswa asing asal Malaysia menempuh pendidikan tinggi di USU

mengalami keterkejutan dan tekanan karena berada dalam lingkungan yang berbeda

Culture shock

Mengalami masalah fisik

& psikologis

Ada hubungan culture shock dengan prestasi belajar pada mahasiswa asing di FK USU

= akibatnya = maka

Mempengaruhi prestasi belajar


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian sangat menentukan suatu penelitian karena hal ini menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan data, analisa data dan kesimpulan hasil penelitian. Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif korelasional antara culture shock dengan prestasi belajar pada mahasiswa asing asal Malaysia di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

III.1 Identifikasi Variabel

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka dalam penelitian ini variabel-variabel yang terlibat adalah:

 Independent variabel : Culture Shock

 Dependen variabel : Prestasi Belajar

III.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang akan didefinisikan secara operasional dalam penelitian ini, yaitu:

1. Culture shock

Culture shock merupakan reaksi yang terjadi pada individu baik fisik

dan psikis yang mempengaruhi bagaimana individu merasa, berperilaku dan berpikir ketika berada di lingkungan yang berbeda. Culture shock

dioperasionalkan dengan skor individu pada alat ukur culture shock. Alat ukur ini berbentuk self-report, yaitu individu mengisi angket yang berisi skala culture shock. Skala ini mengukur aspek:


(41)

a. Affective yaitu keadaan individu merasa kebingungan, cemas, disorientasi, curiga bahkan sedih karena kehilangan lingkungan dan hubungan sosial yang familiar baginya.

b. Behavior yaitu keadaan individu berupaya mempelajari budaya dan

mengembangkan keterampilan sosial di lingkungan barunya.

c. Cognitive yaitu keadaan individu mengalami perubahan persepsi,

identifikasi etnis dan nilai-nilai akibat kontak budaya.

Semakin tinggi skor pada skala culture shock ini maka semakin tinggi

culture shock yang dialami individu.

2. Prestasi belajar adalah nilai yang dicapai mahasiswa asing asal Malaysia di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Nilai ini diindikasikan pada Indeks Prestasi Kumulatif. Semakin besar nilai Indeks Prestasi Kumulatif berarti semakin tinggi tingkat prestasi belajar.

III.3. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel III.3.1 Populasi dan Sampel

Menurut Hadi (2000) populasi adalah seluruh penduduk yang dimaksud untuk diselidiki. Populasi dibatasi sebagai jumlah penduduk yang sedikitnya memiliki satu sifat yang sama sebagai karakteristik.

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa asing di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Sebagian kecil individu dari populasi akan diambil untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini. Sampel yang baik atau representatif adalah sampel yang anggota-anggotanya mencerminkan sifat dan ciri-ciri yang terdapat pada populasi (Winarsunu, 2009).

Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 81 mahasiswa asing asal Malaysia di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Menurut Gay (1963) dalam Sevilla (1993), jumlah sampel minimum yang dapat diterima untuk penelitian korelasi adalah 30 subyek.


(42)

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara culture shock

dengan prestasi belajar pada mahasiswa asing di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Oleh karena itu subjek yang diambil harus memiliki karakteristik yang sesuai dengan tujuan penelitian. Karakteristik subjek peneltian ini adalah:

1. Mahasiswa asing di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 2. Mahasiswa asing asal Malaysia angkatan 2009, 2010 dan 2011 3. Tidak dalam masa non aktif

III.3.2. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling adalah bagian dari metodologi statistika yang berhubungan dengan pengambilan sebagian dari populasi. Jika sampling dilakukan dengan metode yang tepat, analisis statistik dari suatu sampel dapat digunakan untuk menggeneralisasikan keseluruhan populasi. Dalam penelitian ini responden diperoleh melalui incidental sampling. Teknik yang mana tidak semua individu dalam populasi diberi peluang yang sama untuk ditugaskan menjadi anggota sampel karena hanya individu-individu atau grup-grup yang kebetulan dijumpai atau dapat dijumpai saja yang diteliti (Hadi, 2004).

III.4. Metode Pengumpulan Data

Alat ukur yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan tujuan penelitian dan bentuk data yang akan diambil dan diukur (Hadi, 2000). Data penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode skala dan dokumen.

III.4.1. Skala Culture Shock

Skala adalah alat untuk menghubungkan skor mentah pada aitem tes dengan beberapa definisi teoritis atau distribusi empiris (Kaplan, 2005). Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Culture shock. Skala culture


(43)

oleh individu. Terdapat tiga dimensi dari variabel culture shock dalam skala ini, yaitu:

a. Affective

b. Behavior

c. Cognitive

Skala Culture Shock ini terdiri dari dua kategori pernyataan yakni pernyataan favorabel dan tidak favorabel yang masing-masing pernyataan menyediakan empat alternatif jawaban, yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak sesuai (STS). Untuk aitem yang favorabel, pilihan SS akan mendapat skor 4, pilihan S akan mendapat skor 3, pilihan TS akan mendapat skor 2, dan pilihan STS akan mendapat 1. Format respon dan aitem dari skala ini akan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris karena berdasarkan observasi dan wawancara peneliti, para mahasiswa asing di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara menggunakan bahasa Inggris dalam berinteraksi sehari-hari. Dalam proses penterjemahan, peneliti menggunakan jasa terjemah dari Pusat Bahasa Universitas Sumatera Utara.

Skala culture shock ini dapat dilihat secara jelas pada tabel kisi-kisi dibawah ini: Tabel 4. Blue Print/Kisi-kisi Skala Culture Shock pada Mahasiswa Asing di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

No Dimensi Favorable Unfavorable Jumlah

1 Affective 7, 23, 34, 36, 39, 40, 43, 46

8, 13, 17, 20, 22, 26, 29,

44 16

2 Behavior 1, 2, 4, 10, 14, 19, 28, 33 5, 11, 25, 31, 37, 38, 45,

47 16

3 Cognitive 12, 15, 18, 21, 24, 27, 32, 42

3, 6, 9, 16, 30, 35, 41,

48 16


(44)

Skala culture shock ini akan diujicobakan terlebih dahulu sebelum digunakan. Uji coba dilakukan untuk menguji validitas dan reliabilitas skala. III.4.2. Dokumen Indeks Prestasi Kumulatif

Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) adalah indeks prestasi yang dihitung berdasarkan jumlah keseluruhan beban kredit yang diambil mulai dari semester I sampai semester yang terakhir, dikalikan dengan bobot prestasi tiap-tiap mata kuliah kemudian dibagi dengan beban kredit yang diambil (Depdiknas, 2008). Rumus perhitungannya:

Keterangan:

K : Jumlah SKS mata kuliah yang diambil N : Nilai masing-masing mata kuliah

III.4.3. Uji Coba Alat Ukur

Tujuan dilakukan uji coba alat ukur ini adalah untuk melihat seberapa jauh alat ukur culture shock ini mengungkap dengan tepat culture shock mahasiswa asing asal Malaysia yang sedang menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan untuk melihat seberapa jauh alat ukur menunjukkan kecermatan atau ketelitian pengukuran atau dengan kata lain dapat menunjukkan keadaan sebenarnya (Azwar, 1999). Karena kedua hal ini merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh suatu alat ukur.


(45)

1. Uji Validitas

Pengujian validitas dilakukan untuk mengetahui sejauhmana suatu alat ukur mengukur apa yang ingin diukur (Azwar, 2010). Skala Culture Shock dalam penelitian ini akan diuji validitasnya berdasarkan pada validitas isi (content

validity). Validitas isi biasanya dinilai menggunakan pertimbangan pakar atau

professional judgement (Sukadji, 2000). Melalui konsultasi dengan dosen

pembimbing, akan diperoleh aitem-aitem mana yang layak dan tidak layak untuk diuji coba sebagai alat ukur.

2. Reliabilitas Alat Ukur

Uji Reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi atau

keterpercayaan hasil ukur, yang artinya dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yanng relatif sama selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah (Azwar, 2010). Uji reliabilitas ini dalam melihat daya diskriminasi aitem ini dilakukan dengan mengkorelasikan antara skor tiap aitem dengan skor total, dengan menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment secara komputasi dengan program SPSS versi 14 for windows. Daya diskriminasi aitem ini merupakan kemampuan aitemdalam membedakan individu yang memiliki culture

shock tinggi, sedang dan rendah. Uji reliabilitas alat ukur ini menggunakan

pendekatan konsistensi internal untuk melihat konsistensi jawaban subyek dalam merespon aitem. Reliabilitas akan diestimasi dengan membelah tes menjadi bagian-bagian sebanyak jumlah aitemnya sehingga setiap bagian berisi satu aitem saja (Azwar, 2010). Menurut Kaplan (2005), koefisien reliabilitas 0.7 sampai 0.8 menunjukkan bahwa reliabilitas alat tes sudah baik. Berdasarkan hal di atas, peneliti memakai batas penentuan reliabilitas dengan nilai 0.7 untuk menyatakan apakah alat tes sudah cukup baik, maka selanjutnya standar reliabilitas yang ditetapkan untuk penelitian ini adalah alpha > 0.7.

Selain itu, dilakukan juga penyeleksian nilai korelasi skor aitem dengan skor skala untuk meningkatkan reliabilitas skala yaitu dengan memilih indeks


(46)

daya diskriminasi ≥ 0.20 karena daya diskriminasi ini masih dapat dikatakan baik. Menurut Azwar (2010), daya diskriminasi dapat diturunkan apabila jumlah aitem yang lolos dengan daya dikriminasi ≥ 0.30 tidak mencukupi jumlah yang diinginkan maka daya diskriminasi tersebut dapat diturunkan. Tetapi dengan mempertimbangkan bahwa batas penurunan daya diskriminasi tidak disarankan menurunkan batas kriteria di bawah 0.20 maka hal inilah yang menjadi dasar dalam menetapkan batas daya diskriminasi untuk analisis aitem skala ini.

Jumlah aitem yang diujicobakan dalam penelitian ini adalah 48 butir dan diperoleh 15 aitem yang dianggap valid serta 33 aitem yang gugur. Hasil uji coba menunjukkan bahwa alat tes valid dan realibel. Koefisien alpha dari skala culture

shock pada mahasiswa asing di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

diperoleh angka 0.703. Distribusi aitem yang valid dapat dilihat dalam tabel 5 di bawah ini:

Tabel 5. Hasil Uji Coba Skala Culture Shock pada Mahasiswa Asing asal Malaysia di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

No Dimensi Favorabel Unfavorabel Jumlah

1 Affective 2, 5, 7, 12 13 5

2 Behavior 1, 4, 8, 11 10 5

3 Cognitive 3, 6, 9, 15, 14 5

Total 11 4 15

Hasil uji reliabilitas skala untuk selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. III.5. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

III.5.1 Tahap Penyusunan Alat

Pengukuran culture shock pada mahasiswa asing asal Malaysia di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara menggunakan alat ukur berupa skala


(47)

psikologis. Alat ukur tersebut dikembangkan oleh peneliti dengan mengacu kepada teori ABC’s Culture Shock yang dikemukakan oleh Furnham & Bochner, dkk (2001). Alat ukur ini memiliki tiga dimensi yaitu affective, behavior dan

cognitive.

Tahap penyusunan alat ukur culture shock pada mahasiswa asing asal Malaysia d FK USU, yaitu:

1. Mencari teori dan dimensi-dimensi culture shock yang berkaitan dengan mahasiswa asing yang sedang menempuh pendidikan tinggi di luar negeri dengan fasilitas literatur di perpustakaan dan internet.

2. Mengembangkan teori yang didapat untuk dijadikan sebagai indikator dalam membuat aitem alat ukur, yang akhirnya diperoleh 48 aitem.

3. Mengadakan uji coba alat ukur culture shock pada mahasiswa asing asal Malaysia di FK USU dengan menyebar 30 skala kepada mahasiswa asing asal Malaysia di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Melakukan perhitungan reliabilitas aitem skala culture shock pada mahasiswa asing asal Malaysia di FK USU. Tujuannya adalah untuk mencari aitem-aitem mana yang valid.

5. Memilih aitem-aitem yang skornya memiliki korelasi yang sama dengan atau di atas r= 0.200.

III.5.2 Tahap Uji Coba Alat

Uji coba skala culture shock pada mahasiswa asing asal Malaysia di FK USU dilakukan pada tanggal 14-18 Juni 2012 yaitu 4 hari di lingkungan Fakultas Kedokteran USU. Subjek yang digunakan dalam uji coba skala culture shock pada mahasiswa asing asal Malaysia di FK USU berjumlah 30 orang dengan karakteristik: mahasiswa/i asing asal Malaysia di Fakultas Kedokteran USU angkatan 2009, 2010 dan 2011 dan tidak sedang PKA (Penundaan Kegiatan Akademik).


(1)

Correlations

IPK CultureShock

IPK Pearson Correlation 1 -,049

Sig. (2-tailed) ,774

N 37 37

CultureShock Pearson Correlation -,049 1

Sig. (2-tailed) ,774

N 37 37

d.

Uji Normalitas dan Korelasi Pearson antara Culture Shock dengan Prestasi

Belajar pada Mahasiswa Asing Asal Malaysia yang Telah Menetap

Kurang dari 1 Tahun

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

IPK ,098 44 ,200(*) ,978 44 ,568

CultureShock ,107 44 ,200(*) ,975 44 ,435

* This is a lower bound of the true significance. a Lilliefors Significance Correction

Correlations

IPK CultureShock

IPK Pearson Correlation 1 ,323(*)

Sig. (2-tailed) ,033

N 44 44

CultureShock Pearson Correlation ,323(*) 1

Sig. (2-tailed) ,033

N 44 44


(2)

Lampiran D

1.

Skala Culture Shock

FACULTY OF PSYCHOLOGY

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA

Instruction

This questionnaire contains statement about something that might be

experienced in daily activity. For every statement, you are asked to give response

in accordance to your condition by choosing one of the available alternative

respons.

Please

read every statement carefully, then give the checklist sign (√) on

one of the alternative respons that suitable to you the most.

SA

= if “

Strongly Agree

” with your condition

A

= if “

Agree

” with your condition

D

= if “

Disagree

” with your condition

SD

= if

Strongly Disagree

” with your condition

Read every statement, than give the checklist sign (√) in the alternative responses.

Example:

No.

Statement

SA

A

D

SD


(3)

response is right, no response is wrong. Every response will

be kept secretly

and only will be used for the research purposes.

Make sure that you have answered all the statement provided, so that the

data gained can be analyzed precisely. Thank you.

Medan, Juli 2012

Regards,

Yosi Anggrelia Septina Sihite

NIM: 081301093

PARTICIPANT IDENTITY

Name

:

NIM

:

Age

:

Ethnic

:

Sex

:

□ Male

□ Female

Semester

:

□ II

□ IV

□ VI

□ VIII

Faculty:

Faculty of Medical

□ Faculty of Dentistry

GPA/IPK (Grade Point Average/Indeks Prestasi Kumulatif) :


(4)

No

Statement

SA

A

D

SD

1

As soon as I arrived in Indonesia, I exlplored the environment of the

place where I lived in order to know more about the environment of the

place where I live

2

I felt worried when the first time I attended class at Faculty of

Medicine, University of Sumatera Utara

3

I do the same thing as my Indonesian classmates do such as asking

other classmates to sign the attendance list for me even though I used

to believe it as a wrong act

4

I try to memorize the names of my Indonesian classmates at Faculty of

Medicine, University of Sumatera Utara that I can address them

5

I do not feel safe living in Medan

6

Even though the Malay language used in my country is similiar to

Bahasa Indonesia, but I am interested in learning Bahasa Indonesia

further

7

I am not sure that all of the people here have accepted me

8

I try to look for information in the internet about the environment of

Medan in order to know Medan more

9

I never thought that after establishing relationship with my Indonesian

friends, I found out that the Indonesians are easy to get along with

therefore i can be close with them

10

I avoid to attend any celebrating held in campus because I do not want

to establish close frienship with my Indonesian friends here

11

Communicating in local language is very much needed here that I

decide to use Bahasa Indonesia in my daily life in order to be able to

speak Bahasa Indonesia fluently

12 I always feel suspicious about local people


(5)

15

I try not to use local language very often because I want to maintain my

national language

If you want to know the result from this research, I will to send result it to your email

when I have finished this research:

Email :

Thank you for your participation

Please recheck your response, make sure that you have answered all the

statement

2.

Skor Total Data Penelitian

No Angk

Age Sex Etnik IP

Aitem

Sum 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 2009 22 F M 2,7 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 40

2 2009 22 F M 2,79 4 4 4 4 2 3 2 3 3 4 3 2 4 2 4 48

3 2009 21 M I 2,9 3 4 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 41

4 2009 24 M C 2,97 4 2 2 3 2 4 2 4 4 4 4 2 4 3 4 48

5 2009 21 M I 2,9 3 2 3 3 3 3 2 3 3 4 3 2 3 3 4 44

6 2009 22 F M 2,87 3 4 2 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 41

7 2009 21 M I 2,76 3 2 3 3 1 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 37

8 2009 22 F M 2,98 4 4 4 4 2 2 3 1 3 3 1 2 2 4 3 42

9 2010 20 F M 2,85 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 1 2 37

10 2010 21 F I 3 4 3 3 4 2 3 3 3 3 4 3 2 3 1 3 44

11 2010 20 F I 2,68 3 4 4 2 2 3 4 2 3 4 2 2 2 1 3 41

12 2010 22 F I 2,42 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 1 3 41

13 2010 20 F I 2,3 3 4 4 4 2 3 4 2 3 4 2 4 2 1 3 45

14 2010 21 M I 2,4 3 2 1 3 2 3 3 3 4 4 3 1 4 2 4 42

15 2010 22 F M 3 3 1 2 3 3 3 3 3 4 3 2 2 3 2 2 39

16 2010 21 F M 3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 2 1 1 2 45

17 2010 20 F M 2,49 4 4 2 3 4 2 3 1 3 3 3 4 4 2 4 46

18 2010 23 F M 2 1 3 1 4 2 4 2 2 3 3 3 2 1 1 3 35

19 2010 21 F M 2,35 4 3 1 4 4 3 4 3 2 4 4 2 4 1 3 46

20 2010 20 F I 3,2 4 3 4 4 2 1 2 1 3 4 1 3 4 1 1 38

21 2010 20 F M 3 4 4 2 3 3 3 3 3 4 1 3 2 1 2 2 40

22 2010 21 F M 2,6 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 1 2 4 3 40

23 2010 18 M I 3,5 4 1 4 4 1 4 1 4 4 4 4 1 4 1 4 45

24 2010 20 M I 2,5 3 3 2 4 3 3 4 2 3 4 3 3 4 1 3 45

25 2010 20 M I 3,3 4 1 3 4 1 3 3 3 3 4 4 1 3 2 3 42

26 2010 24 M M 1,99 4 2 4 2 4 2 1 3 4 4 3 3 2 2 2 42

27 2010 21 F M 2,69 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 4 2 2 41

28 2010 21 F M 2,78 3 4 1 3 1 4 3 2 3 4 4 2 2 2 3 41

29 2010 21 F I 2,3 4 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 4 2 3 43

30 2010 21 F M 3,03 3 3 1 3 2 3 3 3 3 4 2 1 3 3 2 39

31 2010 21 F M 3,22 3 4 1 3 3 2 3 3 3 4 2 3 2 3 3 42

32 2010 21 F M 3,03 3 2 1 3 2 2 2 3 3 4 2 2 2 3 4 38

33 2010 21 F M 3,3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 37


(6)

35 2010 22 F M 2,4 3 3 1 3 1 3 3 3 3 4 3 2 3 3 2 40

36 2010 19 M I 2,15 3 4 2 3 2 3 4 2 3 3 3 2 2 2 3 41

37 2010 22 F I 2,4 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 41

38 2011 19 F I 2 3 3 1 1 2 3 3 3 3 1 4 3 2 2 4 38

39 2011 19 F I 2,33 3 4 1 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 2 42

40 2011 19 F I 2,38 3 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 1 4 2 3 49

41 2011 20 F I 3,25 4 4 2 3 1 3 3 3 3 4 4 1 3 2 4 44

42 2011 19 F I 1,5 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 2 2 3 3 39

43 2011 20 F I 2,91 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 2 2 3 2 3 47

44 2011 20 F I 2,23 3 3 1 4 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 36

45 2011 20 F I 1,95 3 3 1 3 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 35

46 2011 20 F I 2,5 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 40

47 2011 23 F M 2,4 3 4 4 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 1 4 42

48 2011 24 F M 2,43 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 3 1 1 1 47

49 2011 20 F M 2,3 3 3 2 4 3 3 3 2 2 4 3 3 3 1 4 43

50 2011 20 F M 2,48 3 4 4 3 3 3 2 4 3 3 3 2 3 2 3 45

51 2011 19 F M 2,1 3 3 1 3 1 4 3 4 3 2 2 2 3 2 2 38

52 2011 21 F I 2,3 4 4 3 4 3 2 4 1 3 3 4 3 2 1 3 44

53 2011 20 F M 2,3 3 3 1 3 1 4 3 4 3 3 3 2 2 2 2 39

54 2011 19 F I 2 3 4 3 4 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 45

55 2011 21 F I 2,7 3 3 3 3 2 4 3 3 3 4 3 2 3 2 2 43

56 2011 18 F M 2,6 4 4 1 4 1 3 4 2 4 4 4 2 3 1 4 45

57 2011 20 F I 2,35 3 4 2 3 2 2 2 2 4 4 4 2 2 1 4 41

58 2011 19 F M 1,35 4 4 1 4 1 3 4 2 4 4 4 1 3 1 4 44

59 2011 19 M I 1,85 3 4 2 3 2 3 3 2 4 3 3 2 2 3 3 42

60 2011 19 M I 3,09 4 4 1 4 1 4 1 4 4 4 1 4 1 1 1 39

61 2011 20 F M 1,89 3 4 2 4 1 2 4 3 3 3 2 2 3 2 3 41

62 2011 19 M I 1,85 4 2 1 3 2 3 4 2 3 3 4 3 3 1 3 41

63 2011 19 M I 2,56 3 3 4 4 3 3 3 4 3 2 3 3 3 2 2 45

64 2011 26 F I 2,23 4 4 4 4 2 4 4 4 4 2 4 3 2 1 1 47

65 2011 19 M I 2,2 3 3 4 4 3 2 4 1 2 2 3 3 1 1 2 38

66 2011 21 F C 2,83 3 3 4 3 2 2 2 4 1 4 4 2 4 3 2 43

67 2011 19 F I 2,18 3 4 1 3 2 3 4 2 3 3 2 2 3 1 2 38

68 2011 21 M C 2,9 4 3 4 3 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2 3 41

69 2011 19 M I 2,15 4 4 3 3 1 4 1 4 4 4 4 1 1 3 3 44

70 2011 22 F I 2,35 4 4 3 2 3 3 2 2 3 4 4 2 2 2 4 44

71 2011 19 M C 2,63 4 2 1 4 2 3 2 3 3 4 4 2 4 2 4 44

72 2011 23 M I 2,36 4 4 2 4 1 3 3 4 3 4 3 1 3 2 4 45

73 2011 20 M I 2,33 4 4 3 3 2 2 3 1 4 3 3 4 2 2 3 43

74 2011 19 F I 2 3 3 1 2 2 3 2 3 3 4 3 3 4 1 2 39

75 2011 19 F I 2,5 3 1 1 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 37

76 2011 20 M I 1,49 2 1 3 2 3 3 3 4 2 3 1 3 2 1 2 35

77 2011 19 M I 1,99 3 3 3 3 2 4 2 3 4 3 3 2 3 3 3 44

78 2011 20 F M 1,89 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 4 2 3 2 3 40

79 2011 20 F M 2,35 2 4 2 4 3 2 4 1 4 3 3 2 3 3 2 42

80 2011 21 F I 2,53 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 42