Tugas dan Wewenang Komisi Yudisial dalam Pengangkatan Hakim

33 dalam mekanisme pengangkatan hakim agung dalam hal ini adalah KY dalam mengusulkan pengangkatan hakim agung berdasarkan uji kelayakan dan kepatutan fit and proper test dan DPR dalam menyetujui pengusulan pengangkatan hakim agung yang telah diusulkan oleh oleh KY.

E. Tugas dan Wewenang Komisi Yudisial dalam Pengangkatan Hakim

Agung Sebagai lembaga yang lahir dari amanat UUD NRI 1945, KY mempunyai tugas mengusulkan pengangkatan hakim agung kepada DPR. Kewenangan tersebut secara detail terdapat dalam Pasal 24B ayat 1 UUD 1945. Kewenangan itu diperkuat dengan Pasal 13 huruf a Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial selanjutnya disebut UU Nomer 18 Tahun 2011 menyebutkan bahwa KY memiliki wewenang sebagai berikut: 1. Mengusulkan pengangkatan hakim agung dan hakim ad hoc di Mahkamah Agung kepada DPR untuk mendapatkan persetujuan; 2. Menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim; 3. Menetapkan Kode Etik danatau Pedoman Perilaku Hakim KEPPH bersama-sama dengan Mahkamah Agung; 4. Menjaga dan menegakkan pelaksanaan Kode Etik danatau Pedoman Perilaku Hakim KEPPH. Ketentuan lain juga menyebutkan KY berwenang menganalisis putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap sebagai dasar untuk melakukan mutasi hakim Pasal 42 UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman dan melakukan seleksi pengangkatan 34 hakim Pengadilan Negeri, Pengadilan Agama dan Pengadilan Tata Usaha Negara bersama MA diatur dalam UU No. 49 Tahun 2009, UU No. 50 Tahun 2009 tentang PA, dan UU No. 51 Tahun 2009 tentang PTUN. 52 Wewenang untuk mengusulkan pengangkatan hakim agung adalah wewenang yang dimiliki oleh KY untuk melakukan seleksi terhadap calon hakim agung dan kemudian mengusulkannya kepada DPR. Seleksi calon hakim agung merupakan kewenangan KY yang dimaksudkan untuk mengisi kekosongan jabatan hakim agung yang ditinggalkan hakim agung karena memasuki masa pensiun dan meninggal dunia. Sejak kehadiran KY, pengangkatan calon hakim agung di samping berasal dari hakim karir, juga berasal dari non karir, seperti praktisi hukum, akademisi hukum dan lain-lain selama memenuhi syarat yang ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan. 53 Dalam melaksanakan wewenang untuk mengusulkan pengangkatan hakim agung dan hakim ad hoc, KY mempunyai tugas yang tercantum dalam Pasal 14 UU Nomor 18 Tahun 2011, yaitu: 52 Komisi Yudisial Republik Indonesia, Mengenal Lebih Dekat Komisi Yudisial, Jakarta: Pusat Data dan Layanan Informasi Komisi Yudisial, 2012, h. 24. 53 Sirajuddin dan Zulkarnain, Komisi Yudisial dan Eksaminasi Publik: Menuju Peradilan yang Bersih dan Berwibawa, cet. I, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2006, h. 80. 35 1. Melakukan pendaftaran calon hakim agung; 2. Melakukan seleksi terhadap calon hakim agung; 3. Menetapkan calon hakim agung; 4. Mengajukan calon hakim agung ke DPR. Pelaksanaan proses seleksi dilaksanakan dalam jangka waktu paling lama enam 6 bulan sejak KY menerima pemberitahuan dari MA mengenai lowongan hakim agung. Calon hakim agung yang dapat mengikuti seleksi di KY dapat berasal dari MA, pemerintah dan masyarakat. Berikut uraian proses seleksi calon hakim agung oleh KY: 1. Pendaftaran Calon Hakim Agung Pendaftaran seleksi dilakukan setelah mendapat pemberitahuan pengisian jabatan hakim agung dari MA. Maka sesuai dengan Pasal 15 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial, dalam jangka waktu paling lama 15 lima belas hari sejak menerima pemberitahuan mengenai lowongan hakim agung, KY mengumumkan pendaftaran penerimaan calon hakim agung selama 15 lima belas hari berturut-turut. Untuk mendaftar, seseorang harus memenuhi persyaratan untuk dapat diangkat sebagai hakim agung sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah 36 Agung dan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Komisi Yudisial sebagaimana diuraikan dalam tabel di bawah ini: 54 Tabel 1 Persyaratan Hakim Agung Hakim Karier Non Karier 1 Warga Negara Indonesia 1 Warga Negara Indonesia 2 Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa 2 Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa 3 Berijazah megister di bidang hukum dengan dasar sarjana hukum atau sarjana lain yang yang mempunyai keahlian di bidang hukum 3 Berijazah doctor di bidang hukum dengan dasar sarjana hukum atau sarjana lain yang yang mempunyai keahlian di bidang hukum 4 Berusia sekurang-kurangnya 45 tahun 4 Berusia sekurang-kurangnya 45 tahun 5 Mampu secara rohani dan jasmani untuk menjalankan tugas dan kewajiban 5 Mampu secara rohani dan jasmani untuk menjalankan tugas dan kewajiban 6 Berpengalaman paling sedikit 20 tahun menjadi hakim, termasuk paling sedikit 3 tahun menjadi hakim tinggi, dan 6 Berpengalaman dalam profesi hukum danatau akademisi hukum sekurang-kurangnya 20 tahun, dan 7 Tidak pernah dijatuhi sanksi pemberhentian sementara akibat melakukan pelanggaran kode etik danatau pedoman perilaku hakim. 7 Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 tahun atau lebih. Setelah masa pendaftaran ditutup, KY melakukan seleksi persyaratan administrasi. Seleksi tahap ini dilakukan dengan cara penelitian terhadap persyaratan administrasi calon hakim agung.kemudian KY mengumumkan daftar nama calon hakim 54 Komisi Yudisial Republik Indonesia, 8 Tahun Komisi Yudisial Mengukuhkan Sinergitas Memperkokoh Kewenangan, Jakarta: Komisi Yudisial RI, 2013, h. 63. 37 agung yang lolos seleksi persyaratan administrasi dalam jangka waktu paling lama 15 lima belas hari. Sejak pengumuman kelulusan persyaratan administrasi dilakukan, masyarakat diberikan kesempatan memberi informasi ataupendapat terhadap calon hakim tersebut dalam jangka waktu selama 30 tiga puluh hari. Setelah jangka waktu habis, KY melakukan penelitian atas informasi atau pendapat tersebut juga dalam jangka waktu 30 tiga puluh hari. 2. Seleksi Calon Hakim Agung Setelah melewati proses seleksi administrasi, calon hakim agung akan menjalankan serangkaian seleksi meliputi: karya profesi, pembuatan karya tulis di tempat, penyelesaian kasus hukum, profile assessment, klarifikasi, pemeriksaan kesehatan, pembekalan dan wawancara terbuka. 55 a. Karya Profesi Setiap calon wajib menyerahkan karya profesinya kepada panitia, yang berupa: 1 bagi calon dari jalur hakim karier menyerahkan putusan pengadilan tingkat banding pada saat yang bersangkutan menjadi ketua atau majelis dalam menangani dan memutus perkara. 2 bagi 55 Komisi Yudisial Republik Indonesia, 8 Tahun Komisi Yudisial Mengukuhkan Sinergitas Memperkokoh Kewenangan, h. 64. 38 calon dari jalur non karier berprofesi jaksa, menyerahkan tuntutan jaksa dakwaan, profesi pengacara menyerahkan pembelaan pledoi, profesi akademisi dan profesi hukum lainnya menyerahkan hasil karyapublikasi ilmiah. 56 b. Pembuatan Karya Tulis di Tempat Pada proses ini para peserta seleksi diwajibkan untuk membuat suatu karya tulis yang secara langsung dikerjakan di tempat pelaksanaan dengan tema dan judul yang telah ditentukan oleh panitia c. Pendapat Hukum Setiap calon wajib menjawab soal kasus Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim KEPPH dan kasus hukum dalam bentuk membuat putusan kasasipeninjauan kembali judicial review yang telah disiapkan oleh panitia. 57 d. Penilaian Kepribadian Profile Assessment Dalam rangka mengukur dan menilai kelayakan kepribadian calon hakim untuk diangkat menjadi hakim agung, dalam proses ini dilakukan self assessment, 56 Ibid. 57 Ibid. 39 profile assessment, investigasi dan klarifikasi. Untuk mengetahui track record calon hakim agung. 58 e. Pemeriksaan Kesehatan, Pembekalan dan Wawancara Terbuka Calon yang telah lulus dari rangkaian seleksi kualitas dan kepribadian tadi, akan mengikuti wawancara terbuka yang meliputi: visi misi, komitmen dan program jika terpilih, pemahaman Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim KEPPH, wawasan dan pengetahuan hukum serta klarifikasi LHKPN dan laporan dari masyarakat. 59 3. Mengajukan Calon Hakim Agung ke DPR Usai menjalani serangkaian seleksi, berdasarkan Pasal 18 ayat 4 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Komisi Yudisial, dalam jangka waktu paling lambat 15 lima belas hari terhitung sejak berakhirnya seleksi, KY berkewajiban untuk menetapkan dan mengajukan tiga calon hakim agung kepada DPR dengan tembusan disampaikan kepada Presiden. 60 58 Ibid., 65 59 Ibid. 60 Sirajuddin dan Zulkarnain, Komisi Yudisial dan Eksaminasi Publik: Menuju Peradilan yang Bersih dan Berwibawa, h. 85. 40 Selanjutnya DPR menetapkan calon hakim agung kepada Presiden dalam jangka waktu 30 tiga puluh hari, dan keputusan Presiden mengenai pengangkatan hakim agung ditetapkan dalam jangka waktu paling lama 14 empat belas sejak Presiden menerima nama calon yang diajukan DPR. 61 KY sebagai pengontrol dan penyeimbang kekuasaan kehakiman diharapkan mampu menjamin terciptanya pengangkatan hakim agung yang kredibel dan menjaga kontinuitas hakim-hakim yang bertugas agar tetap teguh pada nilai-nilai moralitasnya sebagai seorang hakim yang memiliki integritas dan kepribadian tidak tercela, jujur, adil, serta menjunjung tinggi nilai-nilai profesionalisme yang melekat padanya. 62 Wewenang ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya politisasi pengangkatan hakim agung. Secara ilmiah, kekuasaan politik Presiden dan parlemen selalu ingin mendudukan orang- orangnya sebagai hakim agung. Jika bukan mengeliminasi, KY diharapkan mampu meminimalisasi terjadinya politisasi itu. Sebagaimana diketahui bahwa sebelumnya penentuan dan 61 Ibid. 62 Jimly Asshiddiqie, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan dalam UUD 1945, cet. IV, Yogyakarta: FH UII Press, 2005, h. 52. 41 pengusulan pengangkatan hakim agung sebelumnya dilakukan oleh DPR yang merupakan lembaga politik. Penentuan hakim agung yang demikian tidak akan bisa melepaskan diri dari kepentingan dan kekuatan politik di lembaga tersebut. Konsekuensi yang ditimbulkan sudah dapat diduga, bahwa hakim agung yang terpilih tersebut sedikit banyak akan membalas jasa-jasa pemilihnya. Permasalahan pengangkatan hakim agung di belahan dunia manapun memang mengundang tarik ulur kekuasaan yang rumit. Perlu diketahui bahwa mekanisme yang digunakan Indonesia dengan pengusulan, persetujuan dan pengangkatan, sedikit banyak memang mirip dengan mekanisme pengangkatan hakim agung pada Supreme Court di Amerika Serikat. Di negeri tersebut, hakim agung yang notabene hanya 9 saja jumlahnya akan diusulkan oleh Presiden. Usulan presiden ini diperoleh melalui serangkaian proses seleksi yang sangat ketat dan teliti, kemudian diajukan kepada senat. 63 Kandidat hakim agung yang diusulkan kepada senat, prinsipnya hanya memerlukan konfirmasi dari lembaga tersebut, dalam arti untuk disetujui atau tidak disetujui. Para kandidat akan 63 Titik Triwulan Tutik, Eksistensi, Kedudukan dan Wewenang Komisi Yudisial Sebagai Lembaga Negara dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945, h. 121. 42 diminta pendapatnya mengenai suatu permasalahan, melalui Komisi Kehakiman Senat Senate Judiciary Committee. Dilihat dari sudut pandang politik, dengar pendapat ini merupakan bagian dari justifikasi senat kepada presiden sebagai pihak yang mengusulkan. Komisi Kehakiman melakukan dengar pendapat dengan kandidat hakim agung yang diusulkan oleh presiden dalam tiga 3 tahapan yaitu investigasi, dengar pendapat publik dan tidak tertutup kemungkinan dilibatkannya kelompok-kelompok masyarakat dan profesi secara terbuka dalam rangka menggali informasi tentang kandidat hakim agung termasuk untuk memberikan dukungan atau penolakan terhadap kandidat. Komisi akan menyampaikan rekomendasinya kepada seluruh anggota senat untuk menyetujui atau menolak. 64 Senat kemudian membuka perdebatan atas rekomendasi Komisi Kehakiman untuk mengambil kesimpulan. Meskipun ideologi, pandangan hidup, filsafat hukum, visi politik atau pendapat kandidat tentang kasus-kasus hukum kontroversial yang diketahui melalui dengar pendapat tadi dapat menjadi bahan pertimbangan, pada kenyataannya terdapat faktor-faktor lain yang ikut dipertimbangkan oleh anggota senat, seperti pendapat anggota lain yang berpengaruh, pendapat konstituennya, atau bahkan pendapat 64 Ibid., h. 122 43 orang-orang terdekatnya. Dalam hal ini, hasil dengar pendapat Komisi Kehakiman tidak menjadi parameter utama, tetapi keputusan senat lah yang berpengaruh. Pengangkatan hakim melalui lembaga khusus umumnya disebut judicial councils terjadi di beberapa negara. Tom Ginsburg sebagaimana dikutip Saldi Isra dalam keterangannya sebagai saksi ahli permohonan uji materil dengan perkara nomor 27PUU- XI2013 , menjelaskan bahwa keberadaan judicial councils bertujuan untuk menjauhkan kekuasaan kehakiman dari intervensi politik. Demi terciptanya peradilan yang mandiri dan akuntabel. Ruang kekuasaan kehakiman yang perlu dijauhkan dari kepentingan politik adalah: 1 fungsi pengangkatan; 2 promosi; dan 3 penindakan hakim. 65 Contoh yang menarik adalah Iraq. Syarat seorang hakim adalah sebagai berikut: 1 lulus sarjana hukum dari sekolah hukum yang terdaftar; 2 lulus dari Institut Kehakiman judicial institute di Baghdad berupa pelatihan selama dua tahun; 3 Tiga tahun pengalaman dalam praktik hukum, baik sebagai advokat atau petugas peradilan yang telah terdaftar di judicial institute. Selain itu terdapat syarat alternatif, yaitu: telah berpengalaman selama 10 65 Saldi Isra, dalam keterangannya sebagai saksi ahli permohonan uji materil dengan perkara nomor 27PUU-XI2013 tentang Seleksi Hakim Agung di DPR, h. 21. 44 tahun dalam bidang hukum meskipun di bawah umur 45 tahun dapat pula mencalonkan diri menjadi hakim. Di Iraq, seluruh seleksi dilakukan oleh The Higher Judicial Councils HJC, Dewan Yudisial Tertinggi. HJC bertugas menominasikan kandidat hakim untuk kemudian dilantik oleh lembaga politik yang telah ditentukan. Jumlah hakim yang akan diseleksi oleh HJC berdasarkan kebutuhan dari pengadilan, baik berdasarkan permintaan dari Ketua Pengadilan maupun dugaan kebutuhan pengadilan oleh HJC itu sendiri. HJC akan bergerak apabila anggaran seleksi hakim telah disetujui oleh parlemen. Pemenuhan kebutuhan hakim berkaitan dengan kondisi ekonomi pada saat itu. HJC, selain berwenang menyeleksi juga memiliki kewenangan untuk memindahkan hakim ke peradilan-peradilan yang mereka tentukan. 66 Berdasarkan dua contoh di atas, menurut penulis pengangkatan hakim agung di Amerika Serikat dan Iraq tidak berbeda jauh dengan yang terjadi di Indonesia, masing-masing negara memiliki komisi yang serupa dengan KY di Indonesia. Hanya saja dalam proses pengajuannya, untuk di Amerika Serikat calon hakim agung diusulkan oleh Presiden kemudian diajukan kepada senat, kemudian Komisi Kehakiman Senat Senate Judiciary 66 Ibid., h. 22. 45 Committee yang akan melakukan dengar pendapat dengan kandidat hakim agung, meskipun nantinya pendapat Komisi Kehakiman Senat tidak dijadikan pertimbangan utama. sedangkan di Iraq, seluruh seleksi dilakukan oleh The Higher Judicial Councils HJC, Dewan Yudisial Tertinggi dan tugas parlemen hanya melantik hakim agung terpilih.

F. Kewenangan DPR dalam Pengangkatan Hakim Agung