Realitas Mutlak Brahman sebagai Yang Tidak Ditentukan. Realitas Mutlak sebagai Subyek.

6. Bagaimana Mencari realitas mutlak dalam tradisi neo- Vedavta? Neo-Vedanta adalah satu aliran filsafiah Vedanta yang berkembang di abad 20. Aliran ini tidak menyangkal ajaran dasar Vedanta, tetapi menambahkan gagasan bahwa realitas Brahman sebagai realitas mutlak hanya dapat dimengerti secara lebih baik jika ada usaha pencaharian yang terus menerus. Manusia mencoba melukiskan Brahman sebagai realitas mutlak bukan untuk mencapainya, tetapi untuk memahaminya secara lebih baik. Realitas Brahman sebagai realitas mutlak dilukiskan Bhattacharya dalam tiga konsep utama, yaitu: sebagai “Yang Tak Ditentukan, sebagai Subyek dan sebagai Alternatif.”

a. Realitas Mutlak Brahman sebagai Yang Tidak Ditentukan.

Sejalan dengan ajaran Upanishad, Bhattacharya mengartikan realitas mutlak sebagai Realitas yang tidak ditentukan. Satu rumusan terkenal yang memperlihatkan karakter itu secara negatif adalah “neti, neti“ bukan itu, bukan itu. Secara harafiah realitas mutlak adalah “bukan itu, bukan itu“. Ia tidak dapat didefinisikan. Setiap kali manusia berusaha untuk menentukan dan merumuskannya, maka apa yang ditentukan dan dirumuskan itu tidak identik dengannya. Bhattacharya menjelaskan bahwa orang mendekati realitas absolut dengan “akal budi“ Vernunft dengan cara “pengingkaran atau negasi“ Verneinung agar realitas itu mudah dimengerti. Realitas mutlak menurut Bhattacharya memiliki logikanya sendiri yang dikenal melalui simbolisme. Oleh karena itu; logika menurut Bhattacharya, hanya bertujuan untuk membuat realitas mutlak mudah dimengerti, tetapi bukan untuk menentukan apa itu realitas mutlak. Sedangkan Teologi menurutnya hanya mempunyai arti simbolis tanpa menetapkan atau menentukan secara pasti apa yang dilambangkan. Ia membandingkan dengan teologi Kristen tentang pengakuan terhadap Tuhan sebagai Yang Mks.

b. Realitas Mutlak sebagai Subyek.

Bhattacharya mendefenisikan realitas mutlak sebagai “subyek“. Arti ini diambil dari rumusan Upanishad, yaitu “Tat tvam asi“ engkau adalah itu atau itulah engkau. Ia menjelaskan bahwa realitas mutlak selalu merupakan subyek dan obyek hanyalah semu. Obyek adalah apa saja yang diartikan ...sdg Subyek adalah apa yang tidak diartikan. Obyek dikenal sebagai sesuatu yang terpisah dari subyek, sementara subyek dikenal dalam dirinya sendiri. Obyek terjadi hanya melalui alienasi-diri dari subyek dan mempunyai arti hanya dalam hubungan dengan subyek, sementara subyek bebas dari obyek dan tidak dikenal. Antitese semacam itu diolah Bhattaacharya secara rinci dalam konsepnya tentang psikologi transendental, yang berpusat pada hubungan antara subyek dan obyek, tetapi pada waktu yang sama pada subyek murni sebagai kebebasan. Bhattacharya mengatakan bahwa subyek yang secara absolut tidak bersifat obyektif. Dan Pada puncak dari perwujudan diri tinggal realitas mutlak sebagai subyek murni.

c. Realitas Mutlak sebagai Alternatif.