Skema Variasi Periwayatan Asbab An-Nuzul
2. Variasi Ayat untuk Satu Sebab Ta’addud Nazil wa As-Sabab Al-Wahid Terkadang suatu kejadian menjadi sebab bagi turunnya, dua ayat atau lebih.
Hal ini dalam Ulumul Quran disebut dengan istilah “Ta’addud Nazil wa As-Sabab Al-Wahid”terbilang ayat yang turun,sedangkan sebab turunnya satu. Contoh satu
kejadian yang menjadi sebab bagi dua ayat yang diturunkan, sedangkan antara yang satu dengan yang lainnya berselang lama adalah riwayat asbab An-Nuzul yang
diriwayatkan oleh Ibn Jarir Ath-Thabari, Ath-Thabrani, dan Ibn Mardawiyah dari Ibn Abbas. Demikian pula Al-Hakim meriwayatkan hadis yang sama, redaksi yang sama
dan mengatakan , “Maka Allah menurunkan surah Al-Mujadalah[58] ayat 18-19.
3
C. Cara Mengetahui Riwayat Asbab An-Nuzul
Asbab An-Nuzul adalah peristiwa yang terjadi pada zaman Rasulullah SAW. Oleh karena itu, tidak boleh ada jalan lain untuk mengetahuinya, selain berdasarkan
periwayatan pentransmisian yang benar naql ash-shalih dari orang-orang yang melihat dan mendengar langsung tentang turunnya ayat Al-Quran.
4
3ِ Rosihonِ Anwar,ِ Ulumulِ Al-Quranِ Bandungِ :ِ Pustakaِ Setia,ِ 2007.ِ H.ِ 67-76
4ِ Az-Zarqany,ِ op.ِ Cit.,ِ hlm.ِ 113-114;ِ Ash-Shabuny,ِ op.ِ Cit.,ِ hlm.ِ 23;ِ Shalih,ِ op.ِ Cit.,ِ hlm. 135.
13
V a
r i
a s
i ِ
P e
r i
w a
y a
t a
n ِ
A s
b a
b ِ
A n
- N
u z
u l
S i
s i
R e
d a
k s
i M
u t
h a
m i
l a
h -
S h
a r
i h
S i
s i
K u
a l
i t
a s
S h
a h
i h
- T
i d
a k
S h
a h
i h
Dengan demikian, seperti halnya periwayatan pada umumnya, diperlukan kehati- hatian dalam menerima riwayat yang berkaitan dengan asbab An-Nuzul untuk itu, dalam
kitab Asbab An-Nuzulnya, Al-Wahidy menyatakan : “Pembicaraan asbab an-Nuzul, tidak dibenarkan, kecuali dengan berdasarkan riwayat dan
mendengar dari mereka yang secara langsung menyaksikan peristiwa nuzul, dan bersungguh-sungguh dalam mencarinya.”
Para ulama salaf sangat keras dan ketat dalam menerima berbagai riwayat yang berkaitan dengan asbab an-Nuzul. Keketatan mereka itu dititikberatkan pada seleksi
pribadi si pembawa riwayat para rawi, sumber riwayat isnad dan redaksi berita matan.
Akan tetapi, perlu dicatat bahwa sikap kekritisan mereka tidak dikenakan terhadap materi Asbab An-Nuzul yang diriwayatkan oleh sahabat Nabi. Mereka berasumsi bahwa
apa yang dikatakan sahabat nabi, yang tidak masuk dalam lapangan penukilan dan pendengaran, dapat dipastikan ia mendengar ijtihadnya sendiri.
5
Dalam hal ini Ibnu Sirin berkata “ Aku bertanya kepada ‘Ubaidah tentang satu ayat dari al-Qur’an, maka beliau berkata “ Bertaqwalah kepada Allah dan berkatalah dengan
perkataan yang benar, orang-orang yang mengetahui dalam hal apa ayat-ayat al-Qur’an diturunkan Allah telah pada meninggal “,
Maksudnya bahwa memahami asbab an-nuzul tidak bisa semata-mata dengan logika, tetapi hanya dengan mengetahui riwayat yang dapat dipertanggungjawabkan validitasnya.
Disini kita juga menangkap sikap kehati-hatian generasi salaf dalam menerima rawayat hadist, hususnya yang berkaitan dengan asbab an-nuzul, agar terhindar dari riwayat yang
palsu. Cara mengetahui Asbab an-nuzul melalui periwayatan yang sahih tersebut terkadang dapat dilihat dai ungkapan perawi yang mengatakan, “sabab nuzul al-ayah kadza” sebab
turunnya ayat demikian. Ada kalanya asbab an-nuzul tidak diungkap dengan kata sabab sebab, tetapi diungkapkan dengan kalimat “fa nazalat” lalu turun ayat. Misalnya perawi
mengatakan “su’ila an-nabiy salla Allah ‘alaihi wa sallam ‘an kadza, fa nazalat…..Nabi SAW ditanya tentang suatu hal, lalu turun ayat…”.
Selain itu, terkadang perawi mengungkapkan asbab an-nuzul dengan pernyataan, “nuzilat hazihil ayah fi kadza ayat ini diturunkan dengan kasus demikian, Menurut jumhur
ulama tafsir, apabila ungkapan perawi demikian, maka itu merupakan peryataan yang tegas dan dapat diprcaya sebagai asbab an-nuzul satu atau beberapa ayat al-Qur’an. Akan tetapi
5ِ Ibid,ِ hlm.ِ 52
14
Ibnu Taymiyah, fakih dan mifassir Mazhab Hanbali, berpendapat bahwa ungkapan “nuzilat hadzihi ayah fi kadza” terkadang menyatakan sebab turunya ayat, namun terkadang juga
menunjukkan kandungan ayat yang diturunkan tanpaasbab an-nuzul. Yang mempunyai otoritas untuk mengungkapkan asbab nuzul ayat-ayat Al-Quran
adalah para sahabat Nabi, karena merekalah yang menyaksikan turunnya ayat-ayat Al-Quran tersebut. Dengan demikian, pelacakan asbab nuzul harus diakukan dengan mencari dan
mempelajari perkataan-perkataan sahabat yang mengungkapkan proses turunnya ayat-ayat Al-Quran itu,atau riwayat-riwayat yang bermuara minimal para sahabat.
Kalau perkataan sahabat tersebut juga mengungkapkan tentang perkataan atau perbuatan Rasulullah yang berhubungan dengan turunnya ayat-ayat Al-Quran, maka
kedudukannya menjadi hadis marfu, dan sangat berpeluang untuk memperoleh kualitas hadis sahih. Tetapi, kalau perkataan mereka itu, tidak menyinggung sedikitpun tentang Rasulullah,
maka hadisnya menjadi mauquf. Oleh sebab itu, wajar kalau para sarjana ilmu Al-quran, kemudian menyimpulkan bahwa hadis-hadis tentang asbab nuzul itu, pada umumnya lemah
karena tidak sampai pada Rasulullah. Akan tetapi hadis-hadis tentang asbab nuzul tidak menyangkut tentang ajaran
keagamaan, tetapi sekedar mengemukakan tentang latar belakang, atau berbagai peristiwa yang mengiringi turunnya ayat. Oleh sebab itu, kendati lemah, hadis-hadis tersebut dapat
digunakan, sebagai bahan referensi untuk memahami pesan-pesan ayat Al-Quran. Cara-cara melihat ungkapan asbab nuzul, secara umum disimpulkan oleh para ulama
ada empat yaitu: a Diungkapkan dengan kata-kata sebab
b Diungkapkan dengan kata fa maka c Diungkapkan dengan kata nuzuli fi ...
d Tidak diungkapkan dengan simbol-simbol kata di atas,tetapi alur ceritanya menunjukkan sebagai ungkapan asbab nuzul .
15
D. Manfaat Mengetahui Asbabun-Nuzul