Larangan Bagi Pengemis Pengemis 1. Pengertian

pembawaan jahat maka dia akan menjadi jahat, sebaliknya bila mempunyai pembawaan baik, maka dia menjadi orang yang baik. Pembawaan baik ini tidak dapat dirubah dari kekuatan luar. Menurut Redja Mudyahardjo bahwa aliran nativisme ini berpandangan behavioral, karena menjadikan perilaku manusia yang tampak keluar sebagai sasaran kejadiannya, dengan tetap menekankan bahwa perilaku itu terutama sebagai hasil belajar semata-mata. c. Faktor konvergensi Aliran konvergensi berasal dari kata konvergen, artinya bersifat menuju satu titik pertemuan. Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan individu itu baik dasar bakatketurunan maupun lingkungan, kedua-duanya memainkan peranan penting. Bakat sebagai kemungkinan atau disposisi telah ada pada masing-masing individu, yang kemudian karena pengaruh lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan untuk perkembangannya, maka kemungkinan itu lalu menjadi kenyataan. Akan tetapi bakat tanpa pengaruh lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan perkembangana tersebut, tidak cukup, misalnya tiap anak manusia yang normal mempunyai bakat untuk berdiri di atas kedua kakinya, akan tetapi bakat sebagai kemungkinan ini tidak akan menjadi kenyataan, jika anak tersebut tidak hidup dalam lingkungan masyarakat manusia.

3. Larangan Bagi Pengemis

Islam sudah sangat tegas menyatakan bahwa orang pengemis yang memiliki fisik kuat dan mampu untuk bekerja tidak berhak menerima zakat ataupun sedekah. Disini Rasulullah begitu tegas melarang memberikan zakat kepada pengangguran yang malas. Ini sebagai upaya memberikan motivasi kepada orang-orang yang mampu untuk bekerja dan mencari rizki yang halal. 17 Rasulullah bersabda: meminta-minta kepada manusia seperti luka yang dicakar sendiri oleh seseorang di wajahnya. Siapa yang suka meninggalkannya, maka tinggalkan, kecuali seseorang yang meminta- minta kepada orang yang memiliki kekuasaan atau meminta bantuan dalam persoalan yang tidak mendapat jalan keluarnya. Rasulullah saw menjelaskan bahwa dengan meminta-minta berarti seseorang telah “melecehkan” salah satu anggota tubuhnya yang merupakan kehormatan dan lambang kemanusiaan yaitu wajah atau muka. Peringatan atau larangan keras untuk meminta-minta ini karena meminta- minta adalah seperti dikatakan Ibnu Qayyim “merupakan suatu kezhaliman”: 18 1. Zhalim terhadap hak Tuhan karena dia sudah menampakkan kemiskinan, kebutuhan dan kehinaan kepada selain Allah. Padahal masalah ini adalah masalah ubudiah. Dengan begitu berarti dia sudah meletakkan suatu masalah tidak pada tempatnya dan memasrahkan kepada yang bukan ahlinya. Ini juga menzhalimi kemurniaan tauhid dan keikhlasannya. 17 Yusuf Qaradhawi, Musykilat al-Faqr wa Kaifa ‘Alajaha Teologi Kemiskinan Doktrin Dasar dan Solusi Islam atas Problem Kemiskinan, terj.Maimun Syamsuddin,…. hal. 90 18 Ibid., hal. 94 2. Zhalim terhadap yang dimintai sebab dia sudahmenawarkan suatu permasalahan pengorbanan, jika dia yang dimintai memberi dengan terpaksa maka dia tercela dan jika menolak dia harus menanggung malu dan kehinaan. Hal ini jika dia peminta meminta sesuatu yang bukan menjadi haknya. Jika memang merupakan haknya, maka dia tidak tergolong dalam kelompok ini dan bukan termasuk kezhaliman. 3. Zhalim kepada dirinya sendiri. Hal ini karena dia berarti telah dengan sengaja menghancurkan kehormatan, merasa hina dihadapan orang bukan sang Khalik, menempatkan dirinya dalam posisi yang paling rendah dan hina, rela dengan kondisi yang sangat memprihatinkan, rela dengan gugurnya kehormatan, kemuliaan harga diri, menjual kesabaran, tawakal dan telah merasa butuh kepada manusia dengan cara meminta-minta. Ini adalah suatu kezhaliman terhadap dirinya sendiri. Kalau sudah mengetahui permasalahan ini secara jelas, maka kewajiban pemerintah adalah memberi pengertian dengan baik dan benar kepada setiap orang yang memiliki kemampuan untuk bekerja tetapi dia masih menjadi beban masyarakat dengan menjadikan “meminta-minta” sebagai profesi ataupun hanya selalu bersandar pada zakat dengan menganggap itu sebagai hak. 19 19 Ibid., hal. 95

C. Ibadah Shalat Wajib 1. Pengertian

Dokumen yang terkait

Hubungan antara Stres Kerja terhadap Kedisiplinan Menjalankan Ibadah Shalat Wajib pada Tenaga Kerja di CV. Sari Agung Graha Accecories Ngantru Tulungagung - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 3

Hubungan antara Stres Kerja terhadap Kedisiplinan Menjalankan Ibadah Shalat Wajib pada Tenaga Kerja di CV. Sari Agung Graha Accecories Ngantru Tulungagung - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 2

Hubungan antara Stres Kerja terhadap Kedisiplinan Menjalankan Ibadah Shalat Wajib pada Tenaga Kerja di CV. Sari Agung Graha Accecories Ngantru Tulungagung - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 16

Hubungan antara Stres Kerja terhadap Kedisiplinan Menjalankan Ibadah Shalat Wajib pada Tenaga Kerja di CV. Sari Agung Graha Accecories Ngantru Tulungagung - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 21

Hubungan antara Stres Kerja terhadap Kedisiplinan Menjalankan Ibadah Shalat Wajib pada Tenaga Kerja di CV. Sari Agung Graha Accecories Ngantru Tulungagung - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 35

Hubungan antara Stres Kerja terhadap Kedisiplinan Menjalankan Ibadah Shalat Wajib pada Tenaga Kerja di CV. Sari Agung Graha Accecories Ngantru Tulungagung - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 13

Hubungan antara Stres Kerja terhadap Kedisiplinan Menjalankan Ibadah Shalat Wajib pada Tenaga Kerja di CV. Sari Agung Graha Accecories Ngantru Tulungagung - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 1 6

IMPLEMENTASI BUDAYA DISIPLIN IBADAH DI MIN 3 TULUNGAGUNG Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 11

IMPLEMENTASI BUDAYA DISIPLIN IBADAH DI MIN 3 TULUNGAGUNG Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 42

IMPLEMENTASI BUDAYA DISIPLIN IBADAH DI MIN 3 TULUNGAGUNG Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 21