1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Shalat adalah ikatan yang kuat antara langit dan bumi, antara Allah dan hamba-Nya. Shalat dalam Islam memiliki kedudukan yang tinggi yaitu
sebagai rukun dan tiang agama. Shalat menempati rukun kedua setelah membaca kedua syahadat, serta menjadi lambang hubungan yang kokoh
antara Allah dan hamban-Nya. Pada saat melaksanakan Shalat, hamba- hamba Allah berada dalam keadaan bersih dan suci. Mereka bermunajat,
berdo’a sembari mengharap kepada Allah agar diberikan keteguhan Istiqamah dalam beragama dan senantiasa memohon petunjuk-Nya.
Shalat juga sebagai ibadah pertama yang diwajibkan oleh Allah. Perintah shalat diterima secara langsung oleh Rasulullah tanpa melalui perantara.
1
Di dunia ini manusia cenderung berbuat salah. Manusia memang tidak maksum dari berbagai kekeliruan. Pasti ada dosa dan kemaksiatan
yang dilakukannya. Salah satu wujud Rahmat Allah kepada umat Nabi Muhammad ini, Dia membukakan pintu penghapus keburukan di dunia ini
bagi orang-orang yang berbuat dosa. Tidak diragukan lagi, shalat adalah kebaikan teragung dalam Islam yang dapat menghapuskan keburukan dari
lembaran catatan amal seseorang di kehidupan dunia. Pengulangan shalat
1
Hilmi Al-Khuldi, Ash Sholah wa-Shihhatil Insaan, Mukjizat Kesembuhan dalam Gerakan Shalat terj.Abu Firly Bassam Taqiy Jogjakarta: Hikam Pustaka, 2012, hal. 27
lima kali dalam sehari supaya menjadi kamar mandi ruhani bagi setiap muslim. Di sana manusia dapat membersihkan diri dari kealpaan hati dan
kotoran kesalahannya. Setiap hari manusia selalu berbuat kesalahan. Berbuat salah bukanlah aib bagi manusia. Setiap anak adam adalah pelaku
kesalahan. Akan menjadi aib jika terus menerus melakukan kesalahan dan bergelimang dengannya sehingga menjadi seperti binatang ternak dan
bahkan lebih tersesat jalan darinya. Dalam shalat lima waktu setiap hari ada waktu yang dapat digunakan oleh orang yang berbuat salah untuk
kembali ke jalan yang benar dan oleh orang yang tertipu untuk tersadar dari tidurnya. Manusia dapat kembali kepada Rabb-nya dan memadamkan
gejolak api materialisme yang telah dinyalakan oleh ketamakan, syahwat, dan kelalaian kepada Allah dan kampung akhirat.
2
Selain itu dalam kehidupan ini manusia banyak menghadapi kesedihan, derita, guncangan, sesak dada, dan pupusnya harapan. Sebagian
manusia berusaha untuk membebaskan diri dari berbagai kondisi kejiwaan ini, atau lebih tepatnya lari darinya dengan cara minum-minuman keras
atau mengkonsumsi narkoba. Hal itu disamping mennyia-nyiakan kesehatnnya dan menghabiskan hartanya. Sayangnya, tak lama kemudian
ia akan kembali menghadapi realita dan semakin bertambahlah derita dan penyesalannya atas perbuatan setan yang tidak mendatangkan manfaat itu.
Adapun shalat, dapat mengantarkan kepada ketenangan jiwa, mengusir kegundahan dan memenuhi berbagai kebutuhan. Maknanya
2
Abdul Karim Muhammad Nasr, Nazharat fi Ma’anish Shalah, Shalat Penuh Makna Memahami Makna Bacaan dan Amaliah Shalat Agar Buahnya dapat Dinikmati dan Shalat Jadi
Lebih Berarti terj.Imtihan Syafi’I Surakarta: Al-Qowam, 2011, hal. 106
meminta pertolongan untuk memenuhi berbagai kebutuhan dan mengusir kesedihan dengan bersikap teguh dan senantiasa mengerjakan shalat.
Menurut tinjauan bahasa, shalat berarti doa. Sudah menjadi kelaziman bagi seseorang untuk meminta semua keinginannya kepada Tuhan yang
telah menciptakannya, mengadukan segala kegundahan dan kesedihannya kepada-Nya, dan mengetuk pintu rahmat-Nya. Doa adalah terapi ruhani
yang dapat meringankan derita dan kesedihannya saat ia bersandar kepada penciptannya yang mengabulkan doanya dan meringankan kesulitan-
kesulitannya. Jika seseorang berdiri mengerjakan shalat, kegundahan dan kesedihanpun akan sirna. Dadanya akan menjadi lapang dan diapun akan
mendapatkan ketentraman jiwa. Manusia terdiri dari tubuh dan ruh, ruh bisa sakit seperti halnya
tubuh. Jika tubuh menjadi sakit lantaran masuknya bakteri, virus, atau kuman kedalam tubuh, maka ruh menjadi sakit lantaran masuknya
kemaksiatan dan dosa kedalam ruh. Ruh membutuhkan nutrisi sebagaimana tubuh membutuhkannya. Jika nutrisi bagi tubuh adalah
makanan dan minuman maka nutrisi bagi ruh adalah ilmu dan ketaatan. Di dalam diri manusia terdapat dua kekuatan yaitu kebaikan dan kejahatan.
Allah telah menjadikan perseteruan dan kecamuk diantara dua kekuatan itu dalam rangka menguji manusia, apakah mereka hendak masuk ke
dalam surga ataukah ke neraka, sesuai dengan amal yang mereka perbuat di kehidupan dunia. Jika mereka berbuat buruk, maka keburukan pula
yang mereka dapatkan.
Agama datang untuk memperingatkan manusia supaya tidak bergelimang syahwat dan menuruti setiap keinginan hawa nafsu yang
jahat. Nutrisi bagi ruh adalah hubungan yang baik dengan-Nya. Shalat lima waktu adalah makanan pokok harian bagi ruh, sebagaimana nasi
adalah makanan pokok harian bagi tubuh. Untuk suatu hikmah kiranya disyari’atkan mengerjakan shalat beberapa kali dalam waktu yang berbeda
setiap harinya. Agar kekuatan kejahatan melemah dan syahwatnya mereda. Karena ini pulalah kiranya nama mihrab diambil sebagai tempat untuk
mengerjakan shalat. Sebab di tempat itulah orang mengerjakan shalat itu “yuharib” memerangi hawa nafsu, ego, setan, dan dunia. Shalat hakiki
yang dikendaki Islam memberi seseorang mukmin kekuatan ruhani dan jiwa yang akan membantunya dalam menghadapi kesulitan hidup dalam
musibah duniawi.
3
Rasulullah sendiri menyatakannya sebagai bukti pertama ikatan iman dan syi’ar pembatas antara seorang muslim dan seorang kafir. Beliau
bersabda, “Batas antara seseorang dengan kemusyrikan dan kekafiran adalah meninggalkan shalat.”
4
Shalat juga mengandung rukun Islam yang diingatkan oleh Rasulullah dalam sebuah hadits yang berbunyi, “Islam itu dibangun atas
lima perkara. Yaitu: kesaksian syahadat bahwa tidak ada sembahan yang berhak diibadahi selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan
utusan-Nya; mendirikan Shalat; menunaikan zakat; puasa ramadhan; dan
3
Ibid., hal. 108-111
4
Ibid., hal. 179
berhaji ke Baitullah jika mampu berjalan kesana.” Rukun Islam ini hanya terwujud secara keseluruhan pada beberapa orang saja. Sebab, terkadang
orang muslim itu fakir, sehingga gugurlah kewajiban zakat darinya. Atau bisa jadi sakit atau berpergian, sehingga gugurlah kewajiban puasa
darinya. Atau, tidak mampu menyediakan biaya haji, sehingga gugurlah kewajiban haji darinya. Dari semua rukun itu hanya tersisa shalat. satu-
satunya rukun yang setiap muslim tidak boleh punya alasan untuk meninggalkannya.
5
Ibadah yang paling utama sesudah iman kepada Allah adalah shalat. Dimasa sekarang ini, sebagian orang telah meremehkan ibadah ini.
Setiap orang mestinya tahu bahwa shalat dan berbagai ibadah lainnya adalah ungkapan dari perkara yang bersifat taklifi pembebanan. Tidaklah
Allah memerintahkan sesuatu kepada kita, melainkan di dalamnya ada manfaat untuk kita di dunia dan di akhirat. Tidak pula Allah melarang
sesuatu melainkan di dalamnya ada mudarat bagi kita di dunia dan di akhirat. Seorang hamba dibebani untuk mengerjakannya beberapa kali
dalam sehari. Tidak ada perkara lain yang dibebankan kepada hamba seperti ibadah shalat. Dinamakan shalat kiranya lantaran terdapat
kesesuaian antara lafal dan maknanya. Dengan shalat hubungan hamba dengan Allah menjadi lebih kuat. Ini tidak ada pada ibadah yang lain. Hal
itu ditegaskan dengan kewajiban untuk melaksanakannya saat dirumah,
5
Ibid., hal. 184
saat berpergian, saat kondisi aman, saat dalam ketakutan, saat damai, dan saat terjadi peperangan.
6
Menurut Abdullah bin Umar meriwayatkan bahwa pada suatu hari Nabi menyebut tentang shalat. Beliau bersabda, “Barang siapa
yang memeliharanya, niscaya dia memiliki cahaya, bukti dan keselamatan pada hari kiamat. Barang siapa yang tidak
memeliharanya, dia tidak akan memiliki cahaya, bukti, dan keselamatan. Pada hari kiamat dia akan bersama Qarub, Fir’aun,
Haman, dan Ubay bin Khala.” HR. Iman Ahmad dengan sanad yang baik; Tabrani dalam Al-Kabir dan Al-awsath; dan Ibnu
Hibban di dalam Shahih-nya.
7
Para ulama mengatakan, “Barang siapa yang disibukkan oleh hartanya sehingga melalaikan shalat, dia bersama Qarun. Barang
siapa yang disibukan oleh kekuasannya sehingga melalaikan shalat, dia bersama Fir’aun. Barangsiapa yang disibukan oleh
kepemimpinannya dan kepegawaiannya sehingga melalaikan shalat, dia bersama Haman. Barang siapa yang disibukan oleh
perdagangannya sehingga melalaikan shalat, dia bersama Ubay bin Khalaf.
Dari uraian di atas jelaskan bahwa setiap muslim diwajibkan untuk menjalankan ibadah shalat wajib tidak terkecuali seseorang yang
berprofesi sebagai pengemis. Pengemis adalah orang yang tidak bekerja dan berusaha karena mengandalkan zakat, sedekah dan kebaikan orang
lain. Tidak mau payah dan lelah. Dia lebih suka meminta-minta kepada orang lain yang sebenarnya menghancurkan harga diri mereka sendiri.
Padahal fisik mereka kuat. Anggota tubuhnya baik dan mampu untuk bekerja.
8
Saat ini pengemis di Indonesia sudah mencapai angka fantastis. Karena Pada tahun 2012, Indonesia sebelumnya menempati peringkat 15,
naik ke peringkat 5 dengan jumlah pengemis terbesar di dunia. Sama
6
Ibid., hal. 1-2
7
Ibid., hal. 190
8
Yusuf Qaradhawi, Musykilat al-Faqr wa Kaifa ‘Alajaha Teologi Kemiskinan Doktrin Dasar dan Solusi Islam atas Problem Kemiskinan, terj.Maimun Syamsuddin, Yogyakarta: Mitra
Pustaka, 2002, hal. 90
halnya di Tulungagung, jumlah pengemis meningkat pada setiap tahunnya. Hal ini diketahui dari data pertumbuhan rata-rata penduduk per tahun oleh
Bapennas.
9
Pengemis-pengemis yang berada di daerah Tulungagung sebagian besar menempati Barak Bhakti yaitu tempat tinggal oleh masyarakat
tunawisma yang disediakan oleh pemerintah bertempat di Kelurahan Kutoanyar Kabupaten Tulungagung, mereka yang menempati barak
mayoritas bekerja sebagai pengemis dan pemulung yang memiliki pendapatan yang rendah, mereka menempati kamar dengan ukuran 3X3
meter. Warga yang berada di penampungan Barak Bhakti sebagian tidak menjalankan ibadah shalat wajib namun juga terdapat warga yang
menjalankan ibadah shalat wajib secara rutin disela-sela kesibukan mencari nafkah sebagai seorang yang berprofesi pengemis. Dari
wawancara dengan ketua RT setempat bahwa: Menurut cerita dari warga sekitar sini, dalam sehari bisa mendapatkan
uang 200 ribu rupiah. Mereka sudah mepunyai pos-pos untuk mengemis, jadi sewaktu-waktu bisa mengemis. Bahkan kalau pada
hari-hari tertentu seperti hari raya atau bulan puasa, mereka bisa mendapatkan uang 600 ribu rupiah sekali mengemis. Tapi gini mbak,
karena yang terbentuk adalah mental pengemis, jadi uang berapa pun yang mereka hasilkan akan habis di tengah jalan. Karena disini
berlaku hukum alam, “kalau mudah dalam mencari uang, maka uang tersebut akan cepat habis.
10
9
Rina Nur Fitriana, et. all., Laporan Hasil Penelitian Paradigma Pendidikan Anak Pengemis di Tulungagung. Tulungagung: Hasil Penelitian Tidak Diterbitkan, 2014, hal. 8
10
Wawancara dengan ketua Rukun Tetangga Barak Bhakti pada tanggal 15 Juni 2015 pukul 10.15
Dari pernyataan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pendapatan yang banyak tetap menjadikan seorang pengemis itu mengalami
kemiskinan. Kemiskinan menurut Qaradhawi dalam Wildana Wargadinata adalah pihak yang membutuhkan pertolongan dan mengemis kepada orang
lain. Kemiskinan juga dapat diartikan bahwa kondisi kekurangan yang berkaitan dengan kehartabendaan. Kemiskinan memiliki dampak sosial
yang luar biasa. Kemiskinan menjadi ancaman serius bagi aqidah.
Kemiskinan juga membahayakan akhlak, lilitan kesengsaraan bisa mengakibatkan seseorang meragukan nilai-nilai akhlak dan agama.
11
Seorang ulama salaf mengatakan “Bila orang miskin fakir pergi ke suatu negeri maka kekafiran akan berkata kepadanya, bawalah aku
bersamamu”. Rasulullah saw sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Na’im dari Anas bersabda: “Kemiskinan dapat mengakibatkan kekafiran.
Dalam riwayat Abu Dawut Rasulullah berdoa mohon perlindungan dari kemiskinan dan kekafiran, seorang sahabat bertanya: “Apakah keduanya
sederajat?” Rasulullah saw menjawab: “Ya sederajat”.
12
Namun berbeda dengan uraian di atas, dari wawancara dengan salah seorang penghuni Barak Bhakti bahwa
“Teng mriki wonten musholane mbk niku ke timur, kulo lekne shalat teng ndalem kadang-kadang teng masjid Al-Azhar mergane mriko
luweh rame mbak, tapi lek wancine nyambut damel shalate teng masjid jawi .”
13
11
Wildana Wargadinata, Islam dan Pengentasan Kemiskinan, Malang: UIN Maliki Press, 2011, hal. 50
12
Ibid., hal.1
13
Wawancara dengan warga Barak Bhakti pada tanggal 3 Juni 2015 pada pukul 10.45
Dari beberapa uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana Persepsi Komunitas Pengemis terhadap Ibadah Shalat Wajib
dikarenakan terdapat perbedaan perilaku berupa menjalankan ibadah shalat wajib dan tidak menjalankan ibadah shalat wajib pada pengemis di
Barak Bhakti Kabupaten Tulungagung.
B. Rumusan Masalah