TINJAUAN HISTORIS PERJUANGAN SULTAN AGUNG DALAM PERLUASAN KEKUASAAN MATARAM TAHUN 1613-1645

(1)

ABSTRAK

TINJAUAN HISTORIS PERJUANGAN SULTAN AGUNG DALAM PERLUASAN KEKUASAAN MATARAM

TAHUN 1613-1645

Oleh Febri

Sultan Agung Hanyakrakusuma atau yang sering disebut Raden Mas Rangsang, adalah Raja terbesar Kerajaan Mataram Islam ke-3. Pada masa pemerintahannya Sultan Agung Hanyakrakusuma memakai sistem Pemerintahan Dewa-Raja, dimana raja pada masa itu digugu dan disembah segala perintah Raja/Sultan sama dengan perintah Tuhan. Dalam memperluas wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram Sultan Agung melakukan perjuangan dengan memperkuat armada perang angkatan laut dan melakukan penaklukan/ekspansi wilayah yang pada akhirnya membawa kepuncak kejayaan Kerajaan Mataram Islam pada masa Pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah Perjuangan Sultan Agung dalam perluasan kekuasaan Kerajaan Mataram Tahun 1613-1645. Metode yang digunakan adalah Metode Penelitian Historis. Adapun langkah- langkah dalam penelitian historis yaitu: Heuristik, Kritik, Interpretasi, dan Historiografi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perjuangan Sultan Agung dalam melakukan perluasan kekuasaan Mataram. Variabel dalam penelitian ini adalah Variabel Tunggal yaitu perjuangan Sultan Agung dalam perluasan kekuasaan Kerajaan Mataran Tahun1613-1645. Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah tehnik Kepustakaan dan Dokumentasi. Tehnik Analisis Data yang digunakan adalah Analisis Data Kualitatif.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perjuangan Sultan Agung dalam perluasan kekuasaan Kerajaan Mataram yaitu melalui kekuatan armada perang angkatan laut dengan mempersiapkan perlengkapan ketentaraan Mataram, seperti prajurit perang, logistik, alat transfortasi, dan persenjataan Mataram. Sedangkan dalam memperluas kekuasaan, Sultan Agung melakukan penaklukan wilayah, seperti Kediri, Malang, Wirasaba, Lasem, Pasuruan, Pajang, Tuban, Sukadana, Madura, Surabaya, Giri, Blambangan, yang berhasil ditaklukkan dan melakukan penyerangan terhadap kedudukan VOC di Batavia walaupun mengalami kegagalan. Dari analisis ini dapat disimpulkan bahwa perjuangan Sultan Agung dalam perluasan kekuasaan Mataram melalui kekuatan militer dengan menaklukan dan menyatukan daerah-daerah di pulau Jawa di bawah kekuasaan Mataram dengan tujuan mengusir Belanda di Batavia.


(2)

TINJAUAN HISTORIS PERJUANGAN SULTAN AGUNG

DALAM PERLUASAN KEKUASAAN

MATARAM TAHUN 1613-1645

Oleh:

FEBRI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Sejarah

Jurusan Pendidikan IPS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2016


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Baradatu pada tanggal 27 Febuari 1990. Merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Dedi Damhudi dan Ibu Rita Asmara.

Penulis memulai pendidikan dari Sekolah Dasar (SD) Negeri 3 Setia negara Baradatu, yang selesai tahun 2001. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Baradatu Way Kanan, selesai tahun 2004 dan kemudian ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Baradatu Way Kanan selesai tahun 2007.

Pada tahun 2008, penulis terdaftar sebagai sebagai Mahasiswa di Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur Ujian Masuk Bersama (MANDIRI).

Pada Tahun 2010 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Yogyakarta, Bandung, jakarta dan pada tahun 2011 penulis melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Mesir Ilir Kecamatan Bahuga Kabupaten Way Kanan dan Program Kegiatan Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 2 Bahuga Way Kanan.


(7)

Selama duduk di bangku kuliah, penulis aktif diberbagai kegiatan dan organisasi baik intra maupun ekstra kampus, di antaranya adalah :

1. BEM FKIP tahun 2008-2009 sebagai BRIGDA.

2. HIMAPIS tahun 2008-2009 sebagai BARAMUDA, 2009-2010 sebagai Kabid Humas.

3. FOKMA, tahun 2010-2011 sebagai anggota. 4. PANSUS PEMIRA FKIP tahun 2009. 5. PANSUS PEMIRA UNIVERSITAS 2010.

6. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat FKIP UNILA, 2010 sebagai anggota biasa HMI Cabang Bandar Lampung.

7. Peneliti lapangan di Lembaga Survey Indonesia (LSI). 8. Peneliti Lapangan di Lembaga Poling Indonesia (LPI). 9. Peneliti Lapangan di Lembaga Riset Pemasaran (IPSOS).


(8)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap alhamdulillah rasa syukur kepada ALLAH SWT yang tak terhingga atas limpahan rahmat dan kerunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Tinjauan Historis Perjuangan Sultan Agung dalam Perluasan Kekuasaan Mataram tahun 1613-1645” ini. Dengan segala kerendahan hati penulis persembahkan karya sederhana ini untuk :

1. Kedua orang tuaku tercinta, ayahanda Dedi Damhudi dan ibunda Rita Asmara yang menjadi motivasi terbesarku dimana telah setia mendoakan keberhasilanku, memberikan curahan cinta, materi beserta kasih sayang yang tak pernah terhenti sedetik pun dan dengan sabar menanti keberhasilanku.

2. Adik-adikku Anuari Siswanto dan Eva Meilinda, terima kasih telah memberikan dukungan, dan sabar menanti keberhasilanku.

3. Para pendidikku, guru-guru dan dosen-dosenku yang telah mengajarkan ku banyak hal tentang ilmu pengetahuan.


(9)

MOTTO

Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan

kebijakan, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.


(10)

SANWACANA

Assalamualaikum Wr.Wb.

Dengan segala bentuk kerendahan hati, penantian panjang dan perjuangan yang selalu dihiasi dengan pasang surutnya sebuah semangat demi sebuah harapan dan tanggung jawab untuk mengemban amanah dari orang-orang yang selalu merindukan keberhasilanku, maka tidak ada kata yang pantas yang patut penulis ucapkan kecuali ucapan rasa syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan sebuah karya tulis ini, yang berjudul “Tinjauan Historis Perjuangan Sultan Agung dalam Perluasan Kekuasaan Mataram tahun

1613-1645” pada program studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung (FKIP UNILA). Tetesan keringat dari setiap usaha yang melelahkan, demi keinginan melihat orang-orang yang terkasih tersenyum bahagia karena kesuksesan, selalu kujadikan motivasi untuk melanjutkan harapan walau tak jarang pasang surut semangat dan rasa penat itu selalu ada. Hadirnya, sahabat-sahabat dan mengenal banyak orang dengan keberagamannya membuat cerita hidup ini semakin indah, yang ternyata cerita indah itu tidak hanya ada dalam negeri dongeng saja, dan ini adalah sebuah anugerah terindah dalam hidup penulis.


(11)

Penulis menyadari akan segala bentuk keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Dr, Abdurrahman, M.Si, plt Dekan FKIP Unila.

2. Bapak Dr, Abdurrahman, M.Si, Wakil Dekan I Bidang Akademik dan Kerja Sama FKIP Unila.

3. Bapak Drs. H. Buchori Asyik, M.Si, Wakil Dekan II Bidang Keuangan, Umum dan Kepegawaian FKIP Unila.

4. Bapak Dr. H. Muhamad Fuad, M.Hum, Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni FKIP Unila.

5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si, Ketua Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila. 6. Bapak Drs. Syaiful M, M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah

Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila, sekaligus Pembimbing Akademik (PA) penulis dan selaku pembimbing kedua yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan bimbingan, kritik, saran, motivasi, dan nasihat dalam proses kuliah dan proses penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak Drs. H. Iskandar Syah, M.H, dosen pada Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila, sekaligus Pembahas Utama yang telah banyak memberikan masukan, bimbingan, ilmu, saran-saran, dan motivasi kepada penulis.

8. Bapak Drs. Wakidi M. Hum. dosen pada Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila, sekaligus Pembimbing pertama yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan bimbingan, kritik, nasihat, dan saran yang bermanfaat bagi penulis sehigga skripsi ini dapat terselesaikan.


(12)

9. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Sejarah FKIP yang telah banyak membimbing penulis selama menjadi mahasiswa di program studi pendidikan sejarah.

10. Teman-teman yang saya banggakan dan saya sayangi pendidikan Sejarah FKIP UNILA angkatan 2008. Sahabat-sahabat terdekat dan terbaik yang telah mengajarkan banyak hal tentang arti sebuah keluarga selama duduk di bangku perkuliahan: Win Fahlevi, S.Pd, Muhamad Fani Ruktandi, S.Pd, Ahmad Muntohar, S.Pd, Noviandi, S.Pd, Edi Hartono, S.Pd, Jainal Abidin, S.Pd, Solikin, S.Pd, Vredy Saputra, S.Pd, Andrian Rifa’i, S.Pd, Rico Sanjaya, S.Pd, Tahrir Mustofa, I Ketut Mahardika, S.Pd, Restra Hutama, S.Pd, Relian Arsa Eka Paksi, S.Pd, Umar Sabiring, S.Pd, Ginanjar Rahmadi dan semua teman-teman yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas semangat dan kebersamaannya selama menuntut ilmu di program studi pendidikan sejarah dan terimakasih atas dukungan-dukungannya selama ini.

11. Sahabat terbaikku, Agus Feriadi, Ari Susanto, Batra Saputra, Merlina, Hafidudin, Agiel, dan Noverita Gusmeta terima kasih atas semangat dan menjadi sahabat terbaik selama penulis menempuh studi.

12. Teman-teman PPL Penulis di SMP Negeri 2 Bahuga, Ni Ketut Ria Wantini, S.Pd, Dwi Nirmala Sari, S.Pd, Vinando Yolanda, S.Pd, Angga Prasetia, S.Pd, Adi Prabowo, S.Pd, Suryo Pransnoto, Terimakasih atas kebersamaanya dalam melewati masa-masa sulit dan terimakasih atas dukungannya selama ini.


(13)

13. Semua pihak yang telah membantu proses penulisan skripsi ini, terima kasih atas segalanya, semoga kita semua mendapat jalan yang diridhoi Allah SWT.

Semoga ALLAH SWT memberikan pahala kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini. Penulis sadar akan segala bentuk keterbatasan yang ada, namun besar harapan penulis bahwa untaian goresan-goresan tinta sederhana ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Amin

Wassalamu`alaikum Wr. Wb

Bandar Lampung, 2016 Peneliti


(14)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR GAMBAR

1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Analisis Masalah ... 4

B.1 Identifikasi Masalah... ... 4

B.2 Batasan Masalah.. ... 5

B.3 Rumusan ... 5

C. Tujuan, Kegunaan, dan Ruang Lingkup Penelitian C.1. Tujuan Penelitian ... 5

C.2. Kegunaan Penelitian ... 5

C.3. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka ... 8

1. Konsep Tinjauan Historis ... 8

2. Konsep Perjuangan ... 9

3. Konsep Perluasan Kekuasaan Yang Dilakukan Oleh Sultan Agung ... 11

B. Kerangka Pikir ... 12

C. Paradigma ... 14

III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 16

A.1 Metode yang digunakan .. ... 16

A.2 Variabel Penelitian. ... 20

A.3 Teknik Pengumpulan Data, ... 21

A.3.1. Teknik Kepustakaan ... 21

A.3.2. Teknik Dokumentasi ... 22


(15)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil. ... 27

1. Gambaran Umum . ... 27

1.1 Sejarah Berdirinya Kerajaan Mataram ……… 27

1.2 Mataram Pada Masa Sultan Agung ... 29

a. Awal Pemerintahan Kerajaan Mataram ……….……….. 29

b. Sistem Pemerintahan Kerajaan Mataram Islam……… ... 32

2. Bentuk Perjuangan Sultan Agung Dalam Perluasan Kekuasaan Mataram Tahun 1613-1645 ... 33

2.1 Memperkuat Armada Angkatan Laut……… 33

a. Perlengkapan Perang Ketentaraan Mataram ... 38

b. Persediaan Makanan Ketentaraan Mataram … 40 c. Alat Transportasi Ketentaraan Mataram ... 42

2.2 Melalui Ekspansi Wilayah ……… 44

a. Ekspansi Ke Daerah-Daerah Yang Belum Mengakui Kekuasaan Mataram ……….. 44

B. Pembahasan ... 84

1. Bentuk Perluasan Kekuasaan Mataram Oleh Sultan Agung Tahun 1613-1645 ... 84

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 92

B. Saran ... 93 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN GAMBAR


(16)

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1. Lukisan gambar Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma. 2. Gmabar 2. Peta wilayah yang dikuasai Kerajaan Mataram 1613-1645. 3. Gambar 3. Peta Wilayah Kekuasaan Kerajaan Mataram pada masa

Pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma 1613-1645. 4. Gambar 4. Lukisan perlawanan Sultan Agung melawan VOC di Batavia. 5. Gambar 5. Peninggalan Sultan Agung pembangunan pemakaman Imogiri. 6. Gambar 6. Silsilah Raja-Raja Jawa berdasarkan Babad Tanah Jawa. 7. Gambar 7. Struktur masa pemerintahan Raja-Raja Mataram Islam.


(17)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kerajaan Mataram merupakan salah satu kerajaan berbasis agraris/pertanian yang ada di Jawa. Sebelum daerah ini menjadi salah satu kerajaan yang berbasis Islam, di daerah ini juga pernah berdiri sebuah kerajaan Mataram yang berbasis agama Hindu.

Pada abad VIII, wilayah Mataram (sekarang disebut Yogyakarta) merupakan pusat kerajaan Mataram Hindu yang menguasai seluruh Jawa. Kerajaan ini makmur dan memiliki peradaban luar biasa yang mampu membangun candi-candi kuno dengan arsitektur yang megah, misalnya Candi Prambanan dan Candi Borobudur (Ardian Kresna, 2011: 21).

Untuk selanjutnya, kata yang merujuk pada nama Kerajaan Mataram dalam penelitian ini merupakan Kerajaan Mataram Islam atau Kesultanan Mataram. Kesultanan Mataram ialah kerajaan Islam di Pulau Jawa yang pernah berdiri pada abad ke-17. Kerajaan ini dipimpin suatu dinasti keturunan Ki Ageng Sela dan Ki Ageng Pemanahan, yang asal-usulnya ialah suatu Kadipaten di bawah Kesultanan Pajang, berpusat di “Bumi Mentaok” yang diberikan kepada Ki Ageng Pemanahan sebagai hadiah atas jasanya dalam membantu mengatasi pemberontakan Arya Penangsang. Raja berdaulat pertama ialah Sutawijaya (Panembahan Senopati), putra dari Ki Ageng Pemanahan.


(18)

2

Pada saat Sutawijaya memegang kekuasaan Mataram sepeninggal ayahnya, ia melakukan penaklukan ke berbagai wilayah. Masa pemerintahannya relatif panjang yaitu tahun 1584-1601. Setelah pengaruh kekuasaan Pajang surut, Panembahan Senopati menyatukan wilayah-wilayah yang melepaskan diri dari Kerajaan Pajang di bawah kekuasaan Mataram. Kemudian penguasa Mataram ini melakukan penaklukan ke wilayah Timur. Akhirnya daerah-daerah penting di Jawa seperti Jepara, Madiun, Kediri, Bojonegoro dan sebagian Surabaya pun berada di bawah kekuasaan Mataram. Dibawah Panembahan Senopati inilah desa itu tumbuh menjadi kota yang sangat makmur dan ramai. Oleh karena itu, kota ini dikenal dengan sebutan Kota Gede (Ardian Kresna, 2011: 34).

Setelah berkuasa selama tiga belas tahun, Panembahan Senopati wafat pada tahun 1601 Masehi dan kemudian pemerintahan di Mataram digantikan oleh Mas Jolang, yaitu putera dari Panembahan Senopati. “Mas Joang bergelar Kanjeng Prabu Sinuhun Hanyokrowati atau sering disebut Panembahan Anyakrawati” (Ardian Kresna, 2011: 37).

Adapun peristiwa terpenting yang terjadi pada masa pemerintahan Mas Jolang adalah kedatangan orang-orang Belanda yang mendirikan Kongsi Dagang Hindia Timur atau VOC. Akan tetapi untuk hubungan selanjutnya, Mas Jolang cenderung lebih memilih untuk bersekutu dengan Belanda.

Karena dirasa dapat memberikan keuntungan bagi perluasan jaringan perniagaan Mataram, Panembahan Anyakrawati mengizinkan VOC untuk mendirikan loji di Gresik dan Rembang. Bahkan Panembahan Anyakrawati pun menyatakan kesediaannya untuk membantu VOC apabila VOC mengalami ancaman dari pesaing dagangnya, yaitu orang-orang Portugis yang juga pernah melakukan praktik perdagangan di Jawa. Bahkan Raja Mataram ini juga tidak akan meminta imbalan apa pun dari VOC (Ardian Kresna, 2011: 39).

Panembahan Anyakrawati merupakan seorang yang gemar berburu, pada suatu ketika ia melakukan hobinya tersebut di hutan Krapyak Panembahan


(19)

3

Anyakrawati mengalami kecelakaan dan akhirnya wafat pada tahun 1613 Masehi. Karena itu ia juga disebut Susuhunan Seda Krapyak atau Panembahan Seda Krapyak yg artinya Raja yang wafat di Krapyak.

Selanjutnya pemerintahan Mataram digantikan oleh Pangeran Martopuro, anak pangeran Adipati Purbaya untuk sementara waktu, hingga menunggu Mas Rangsang selaku pewaris syah takhta tersebut pulang dari melakukan tirakat di Gunung Kidul selama satu tahun. Sekembalinya Mas Rangsang ke keraton, pada tahun 1613 ia diangkat menjadi Raja Mataram.

“Setelah naik takhta, Mas Rangsang bergelar Kanjeng Sultan Agung Senapati Ing Alaga Abdurachman Sayidin Panatagama. Ia bertekat untuk mengantarkan Kerajaan Mataram menuju puncak kejayaan” (Ardian Kresna, 2011: 41).

Sultan Agung (1613-1645), merupakan raja terbesar dari Mataram. Sesungguhnya ia tidak memakai gelar “Sultan” sampai tahun 1641. Mula-mula ia bergelar “Pangeran” atau “Panembahan” dan sesudah tahun 1624 bergelar “Susuhunan” (atau sering disingkat “Sunan”, suatu gelar yang juga diberikan kepada sembilan wali). Namun demikian ia disebut Sultan Agung sepanjang masa pemerintahannya dalam kronik-kronik Jawa dan biasanya gelar ini dapat diterima oleh para sejarawan. Dia adalah raja terbesar di antara raja-raja pejuang dari Jawa (M.C. Ricklefs, 2008: 84).

Pada masa ini Mataram mencapai puncak kejayaan. Kesultanan Mataram di bawah pemerintahan Sultan Agung berekspansi untuk mencari pengaruh di Jawa. Wilayah Mataram mencakup Pulau Jawa dan Madura kira-kira gabungan Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Timur sekarang.

“Sultan Agung memindahkan ibu kota kerajaan Mataram ke Kerto yang jaraknya 5 KM di sebelah selatan Kotagede. Selain bidang kenegaraan dan


(20)

4

pemerintahan, bidang kemiliteranpun sangat kuat. Bahkan Mataram melatih prajurit angkatan laut” (Ardian Kresna, 2011: 41). Pada masa ini Sultan Agung melakukan penaklukan-penaklukan ke daerah-daerah yang belum mengakui kedaulatan Mataram, pada masa pemerintahan Sultan Agung melakukan penaklukan pertama ke wilayah timur tahun 1614 seperti Kediri, Lumajang, Renong, dan Malang, tahun 1615 melakukan penaklukan Wirasaba, penaklukan Siwalan tahun 1616, penaklukan Lasem di akhir tahun 1616, penaklukan Pasuruan dan Pajang tahun 1617, penaklukan Tuban tahun 1619, penaklukan Surabaya tahun 1620-1625, penaklukan Madura tahun 1624, panaklukan Giri tahun 1635-1636, panaklukan Blambangan tahun 1636-1640, Mataram juga harus menghadapi tantangan dari pihak Belanda (VOC) yang pada saat itu berpusat di Batavia. Pada tahun 1628 dan 1629 Sultan Agung menyerang kedudukan VOC di Batavia, namun mengalami kegagalan karena pusat-pusat logistik yang dibangun oleh pasukan Mataram berhasil dimusnahkan oleh pihak VOC.

Dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang Perjuangan yang dilakukan oleh Sultan Agung dalam perluasan kekuasaan Kerajaan Mataram Tahun 1613-1645.

B. Analisis Masalah

B.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:


(21)

5

1. Tujuan Perjuangan Sultan Agung melakukan perluasan kekuasaan Kerajaan Mataram Tahun 1613-1645;

2. Faktor-faktor Penyebab Sultan Agung dalam melakukan Perluasan Kekuasaan Kerajaan Mataram Tahun 1613-1645;

3. Perjuangan Sultan Agung dalam Perluasan Kekuasaan Kerajaan Mataram Tahun 1613-1645.

B.2 Pembatasan Masalah

Agar peneletian ini tidak meluas, berdasarkan identifikasi masalah di atas maka penulis membatasi masalah, yaitu “Perjuangan Sultan Agung Dalam Perluasan Kekuasaan Kerajaan Mataram Tahun 1613-1645.”

B.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimanakah Perjuangan Sultan Agung dalam Perluasan Kekuasaan Kerajaan Mataram Tahun 1613-1645 ?.

C. Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian dan Ruang Lingkup Penelitian

C.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Perjuangan Sultan Agung dalam perluasan kekuasaan Kerajaan Mataram Tahun 1613-1645.”


(22)

6

C.2 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat kepada peneliti maupun pada pihak-pihak yang membutuhkan dengan bertambahnya wawasan ilmu pengetahuan mengenai “Perjuangan Sultan Agung dalam Perluasan Kekuasaan Kerajaan Mataram Tahun 1613-1645.”

C.3 Ruang Lingkup Penelitian 1. Objek Penelitian

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah Kerajaan Mataram pada masa Sultan Agung;

2. Subjek penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah Perjuangan yang dilakukan oleh Sultan Agung dalam perluasan kekuasaan Mataram Tahun 1613-1645.

3. Tempat penelitian

Tempat penelitian dalam penelitian ini adalah Perpustakaan Unila dan Perpustakaan Daerah Lampung,

4. Waktu penelitian

Waktu penelitian dalam penelitian ini adalah tahun 2013; 5. Konsentrasi Ilmu


(23)

7

REFERENSI

Ardian Kresna. 2011. Sejarah Panjang Mataram. Yogyakarta: Diva Press. Halaman 21

Ibid. Halaman 34-39

Ibid. Halaman 41

M.C. Ricklefs. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: Serambi. Halaman 84


(24)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Tinjauan Historis

Secara etimologis tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan historis. “kata tinjauan dalam bahasa Indonesia berasal dari kata tinjau yang memiliki arti melihat, menjenguk, memeriksa dan meneliti untuk kemudian menarik kesimpulan”. Kata historis berasal dari bahasa latin istoria yang memiliki arti kota istoria yaitu kota ilmu di Yunani”. Kemudian kata istoria

dalam perkembangannya diperuntukan bagi” pengkajian terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan ilmu kesejarahan.

Menurut J.V.Brice “Sejarah adalah catatan-catatan dari apa yang telah dipikirkan dan diperbuat oleh manusia”. Menurut R.G. Colligwood,” sejarah ialah sejenis bentuk penyelidikan atau suatu penyiasatan tentang perkara-perkara yang telah dilakukan oleh manusia pada masa lampau”. Sementara itu, menurut Krisna Bayu Adji dan Sri Wintala Achmad dalam bukunya yang berjudul “SEJARAH RAJA-RAJA JAWA DARI MATARAM KUNO HINGGA

MATARAM ISLAM”, halaman 17 mengatakan bahwa : Sejarah sebagai ilmu

dikarenakan sejarah sebagai pengetahuan. Sebagaimana pengetahuan lainnya, ilmu pengetahuan sejarah mulai berkembang pada abad ke-19. Pengetahuan


(25)

9

ini meliputi kondisi-kondisi masa manusia yang hidup pada jenjang sosial tertentu (Krisna Bayu Adji dan Sri Wintala Achmad, 2014:17).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat ditegaskan bahwa sejarah adalah suatu ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa masa lampau yang dilakukan manusia dan ditulis secara kritis dan sistematis yang digunakan sebagai pedoman untuk menentukan kebijakan untuk masa sekarang dan masa yang akan datang. Dengan demikian dapat disimpulkan pula bahwa tinjauan historis memiliki pengertian sebagai suatu bentuk penyelidikan ataupun penelitian terhadap gejala peristiwa masa lampau manusia baik individu maupun kelompok beserta lingkungannya yang ditulis secara ilmiah, kritis dan sistematis yang meliputi ukuran fakta dan masa kejadian peristiwa yang telah berlalu itu (kronologis), dengan tafsiran dan penjelasan yang mendukung serta memberikan pengertian terhadap gejala peristiwa tersebut.

2. Konsep Perjuangan

Perjuangan merupakan suatu usaha untuk meraih sesuatu yang diharapkan demi kemuliaan dan kebaikan. Pada masa penjajahan, perjuangan adalah segala usaha yang dilakukan dengan pengorbanan, peperangan dan diplomasi untuk memperoleh atau mencapai kemerdekaan(Susanto Tirtoprojo, 1982: 7).

Berdasarkan pendapat Kansil dan Julianto tentang “perjuangan” secara kewilayahan masih bersifat lokal sedangkan “pergerakan ” sudah bersifat nasional (Kansil dan Julianto,1988:15). Menurut pendapat Moedjanto bahwa perlawanan atau reaksi rakyat di Nusantara mempunyai ciri-ciri, yaitu: perlawanan/ perjuangan bersifat kedaerahan atau lokal, menggantungkan


(26)

10

pada tokoh kharismatik. Sementara perjuangan setelah tahun 1900, mempunyai ciri, yakni: perjuangan bersifat nasional, strategi perjuangan diplomasi, serta perjuangan dengan organisasi modern (Moedjanto, 1988: 25).

Demikian dapat dinyatakan bahwa dalam penelitian ini bentuk perjuangan diartikan sebagai suatu proses dalam pencapaian tujuan Sultan Agung mengusir penjajah, melemahkan pasar dagang VOC dengan menaklukan daerah-daerah dengan cara memperkuat Armada Perang dan Ekspansi wilayah agar terwujudnya tujuan yang diinginkan.

3. Konsep Perluasan Kekuasaan yang dilakukan oleh Sultan Agung

Perluasan merupakan suatu usaha memperluas daerah kekuasan. Hal ini didasarkan pendapat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang mengartikan perluasan yaitu :

1. Perihal meluaskan atau memperluas, kota; daerah kekuasaan

2. Penambahan; aktiva tetap kepada yang sudah dimiliki oleh perusahaan (Departemen Pendidikan Nasional, 2005: 685 ).

Kekuasaan merupakan hal yang berbeda dengan wewenang, wewenang tanpa kekuasaan atau kekuasaan tanpa wewenang akan menyebabkan konflik dalam organisasi. Kekuasaan berkaitan erat dengan pengaruh yaitu tindakan atau contoh tingkah laku yang menyebabkan perubahan sikap atau tingkah laku orang lain atau kelompok.

Hal ini ditegaskan oleh Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi dalam Abdulsyani yang mengemukaan bahwa: “Kekuasaan tergantung dari yang berkuasa dan yang dikuasai, atau dengan kata lain antara pihak yang memiliki


(27)

11

kemampuan untuk melancarkan pengaruh dan pihak yang menerima pengaruh ini dengan rela atau terpaksa” (Abdulsyani, 1994: 136). Sedangkan menurut pendapat J.R.P. French dan B. Raven yang dikutip Abdulsyani, mengemukaan bahwa “Kekuasaan merupakan kemampuan potensial dari seseorang atau kelompok Orang untuk mempengaruhi yang lainnya di dalam sistem yang ada” (Abdulsyani, 1994: 136).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan perluasan wilayah kekuasaan adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang atau kelompok dalam memperluas daerah kekuasaannya dengan mengandalkan kemampuan yang dimiliki untuk mengubah sikap atau tingkah laku individu atau kelompok lain untuk melancarkan pengaruh dan pihak yang menerima pengaruh ini dengan rela atau terpaksa.

Dengan demikian, yang dimaksud dengan perluasan kekuasaan dalam penelitian ini adalah perluasan kekuasaan yang dilakukan oleh Sultan Agung tahun 1613-1645.

Pada masa pemerintahan Sultan Agung berbagai usaha dilakukan untuk melakukan perluasan kekuasaan Mataram.

Selain bidang kenegaraan dan pemerintahan, bidang kemiliteran pun dibenahi. Kemudian pada tahun-tahun berikutnya mataram mulai melakukan perluasan kekuasaan di antaranya adalah: Surabaya (1614), Wirasaba (1615), Lasem (1616), Pasuruan (1617), Tuban (1619) dan Madura (1624). Semula pulau ini terbagi dalam beberapa wilayah kekuasaan, namun Sultan Agung berhasil mempersatukan wilayah tersebut di bawah satu kekuasaan (Ardian Kresna, 2011: 41).

Berdasarkan keterangan di atas dapat ditegaskan bahwa bentuk perjuangan Sultan Agung dalam melakukan perluasan kekuasaan Mataram dilakukan dalam beberapa tahap, yakni tahap persiapan yaitu dengan melakukan


(28)

12

penataan kenegaraan dan kemiliteran, setelah itu barulah melakukan tahap pelaksanaan dengan melakukan berbagai penaklukan perluasan kedaerah-daerah yang meliputi Surabaya, Wirasaba, Lasem, Pasurun, Tuban dan Madura.

B. Kerangka pikir

Sultan Agung atau yang memiliki nama asli Mas Rangsang, merupakan raja Mataram Islam yang ke-tiga dan memerintah Mataram pada tahun 1613-1645 Masehi. la adalah cucu dari Panembahan Senapati (Sutawijaya) dan putra Panembahan Seda Ing Krapyak yang merupakan pendiri dari Kerajaan Mataram Islam. Dalam kepemimpinan Sultan Agung, ia bertekat membawa Kerajaan Mataram menjadi kerajaan yang jaya. Untuk mewujudkan cita-citanya tersebut, Sultan Agung melakukan banyak perombakan-perombakan kebijakan Mataram. Armada-armada darat maupun laut diperkuat untuk melakukan penaklukan daerah-daerah yang belum mengakui kekuasaan Mataram. Berbeda dengan pendahulunya yaitu Raden Mas Jolang, politik yang diterapkan Sultan Agung terhadap VOC cenderung lebih keras. Untuk mewujudkan cita-citanya yaitu menyatukan seluruh Jawa di bawah kekuasaan Mataram, maka langkah pertama yang dilakukan oleh Sultan Agung adalah mempersiapkan armada-armada yang tangguh serta memanfaatkan kekuatan perang angkatan lautnya yang sangat besar (Sea Power). Usaha selanjutnya adalah melakukan tahapan pelaksanaan ekspedisi ekspansiatau penaklukkan keberbagai daerah seperti Madura, Surabaya, Wirasaba, Lasem, Pasuruan, Tuban, bahkan menyerang kedudukan VOC di Batavia tahun 1628 dan 1629.


(29)

13

Berbagai usaha perjuangan secara fisik telah dilakukan oleh Sultan Agung untuk mewujudkan cita-citanya membawa Kerajaan Mataram kepuncak kejayaan dan ternyata secara de facto usahanya tersebut berhasil, yakni terbukti dengan dikuasainya daerah-daerah seperti Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jawa Timur sekarang. Dengan demikian kekuasaan Mataram pada masa itu dapat dikatakan sebagai kekuasaan terbesar dan paling berpengaruh yang ada di Jawa selain kekuasaan Belanda yang berpusat di Batavia.


(30)

14

Memperkuat Armada Perang Angkatan Laut

Penaklukan Wilayah di Pulau Jawa Bagian Timur C. Paradigma

Perluasan kekuasaan Mataram Oleh Sultan Agung tahun 1613-1645

Bentuk Perjuangan yang dilakukan Sultan Agung dalam perluasan kekuasaan

Mataram 1613-1645

Keterangan :

: garis hubungan : garis usaha


(31)

15

REFERENSI

Krisna Bayu Adji. 2014. Sejarah Raja-Raja Jawa Dari Mataram Kuno Hingga Mataram Islam. Yogyakarta: Araska. Halaman 17

Susanto Tirtoprojo.1982.Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia. Jakarta: PT Pembangunan. Halaman 7

Departemen Pendidikan Nasional.2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Jakarta: Balai pustaka. Halaman 478

C.S.T.Kansil dan Juliano.1984. Sejarah Perjuangan Pergerakan Kebangsaan Indonesia (Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa). Jakarta: Erlangga. Halaman 1

http://www.google.com/digilib.unila.ac.id/Konsep-perjuangan -menurut-G.S. Diponolo/1848/8/BABII/halaman 8/20II.pdf/diakses 3 Oktober 2014, pukul 01.30WIB

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan .Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1997. Halaman 751 Departemen Pendidikan Nasional. Op.Cit. 2005. Halaman 685

Abdulsyani. 1994. Sosiologi: Skematik, Teori dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara. Halaman 136

Ibid, halaman. 136

Ardian Kresna. 2011. Sejarah Panjang Mataram. Yogyakarta: Diva Press. Halaman 41


(32)

16

III METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

A.1 Metode yang digunakan

Dalam setiap penelitian, metode merupakan faktor yang penting untuk memecahkan suatu masalah yang turut menentukan keberhasilan penelitian. Di dalam penelitian, metode merupakan faktor penting untuk memecahkan masalah yang turut menentukan keberhasilan suatu penelitian. Menurut winarno Surahkmad, “metode adalah cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis dengan menggunakan teknik serta alat tertentu” (Winarno Surakhmad, 1982: 121).

Menurut Husin Sayuti menegaskan bahwa “metode merupakan cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan” (Husin Sayuti, 1989: 32).

Pendapat lain mengatakan bahwa “metode merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran yang diperlukan bagi penggunanya, sehingga dapat memahami objek sasaran yang dikehendaki dalam upaya mencapai sasaran atau tujuan pemecahan permasalahan”(Joko Subagyo, 2006: 1).”

Kemudian Sumadi Suryabrata, mengemukakan bahwa metode merupakan susunan pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi dari pandangan Filsafatnya


(33)

17

mengenai “pengetahuan yang benar” yang biasa dikupas dalam Filsafat Ilmu Pengetahuan dan Epistemologi (Sumadi Suryabrata, 2000: 10).

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode penelitian merupakan suatu cara atau jalan untuk memperoleh pemecahan terhadap suatu permasalahan. oleh karenanya, metode penelitian sangat dibutuhkan dalam memecahkan suatu masalah yang turut menentukan keberhasilan suatu penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian historis, karena penelitian ini mengambil objek dari peristiwa- peristiwa yang terjadi pada masa lalu. Menurut Louis Gottschalk, metode historis adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lalu (Louis Gottschalk, 1986: 32). Selain itu para ahli juga mengatakan bahwa:

Metode penelitian historis adalah prosedur pemecahan masalah dengan menggunakan data masa lalu atau peninggalan-peninggalan, baik untuk memahami kejadian atau suatu keadaan yang berlangsung pada masa lalu terlepas dari keadaan masa sekarangmaupun untuk memahami kejadian atau keadaan masa lalu, selanjutnya kerap kali juga hasilnya dapat dipergunakan untuk meramalkan kejadian atau keadaan masa yang akan datang (Hadari Nawawi, 2001: 79).

metode penelitian historis adalah suatu usaha untuk memberikan interpretasi dari bagian trend yang naik turun dari suatu status keadaam di masa lampau untuk memperoleh suatu generalisasi yang berguna untuk memahami kenyataan sejarah, membandingkan dengan keadaan sekarang dan dapat meramalkan keadaan yang akan datang (Mohammad Nazir, 1988: 56).

sedangkan menurut pendapat Louis Gottschalk yang diKutip Herimanto, menyatakan bahwa metode penelitian historis adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. data-data yang telah teruji dan


(34)

18

dianalisis tersebut, tersusun menjadi sebuah kisah sejarah (Herimanto, 2009: 61).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penelitian historis adalah cara yang digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah dengan menganalisis secara kritis peninggalan masa lampau berupa data dan fakta atau dokumen yang disusun secara sistematis, dari evaluasi yang objektif dari data yang berhubungan dengan kejadian masa lampau untuk memahami kejadian atau keadaan baik masa lalu maupun masa sekarang.

Tujuan dari Penelitian Historis adalah untuk membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan objektif dengan cara mengumpulkan, memverifikasikan, mensintesakan bukti- bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat. “dalam penelitian historis” tergantung kepada dua macam data, yaitu data skunder dan data primer. Data primer dari sumber primer, yaitu peneliti secara langsung melakukan observasi atau penyaksian kejadian- kejadian yang dituliskan. data skunder diperoleh dari sumber skunder, yaitu peneliti melaporkan hasil obeservasi Orang lain yang satu kali atau lebih telah terlepas dari kejadian aslinya. diantara kedua sumber itu, sumber primer dipandang sebagai memiliki otoritas sebagai bukti tangan pertama, dan diberikan prioritas dalam pengumpulan data (Sumadi Suryabrata, 2000: 16-17).

Dapat disimpulkan bahwa setiap penelitian, harus dilihat sifat-sifat penelitian yang dipakai. Dengan demikian sifat Penelitian Historis adalah sifat data yang ditentukan oleh sumber yang diperoleh seperti data primer dan data sekunder.


(35)

19

Data - data ini dikumpulkan lalu diklafikasikan, tidak hanya itu saja dalam setiap penelitian dibutuhkan langkah-langkah dalam mengolah data menjadi sebuah tulisan.

Adapun langkah- langkah dalam penelitian historis, yaitu :

1. Heuristik, adalah proses mencari untuk menemukan sumber- sumber sejarah. proses yang dilakukan penulis dalam heuristik adalah mencari sumber- sumber data dan fakta yang berasal dari pustaka yang dapat dijadikan literatur dalam penulisan.

2. Kritik, adalah menyelidiki apakah jejak- jejak sejarah itu asli atau palsu dan apakah dapat digunakan atau sesuai dengan tema dalam penelitian. proses ini dilakukan penulis dengan memilah- milih dan menyesuaikan data yang penulis dapatkan dari heuristik dengan tema yang akan penulis kaji, dan arsip atau data yang diperoleh penulis telah diketahui keasliannya.

3. Interpretasi, pada bagian ini setelah mendapat fakta- fakta yang diperlukan maka kita merangkaikan fakta-fakta itu menjadi keseluruhan yang masuk akal, dalam hal ini penulis berupaya untuk menganalisis data dan fakta yang telah diperoleh dan dipilah yang sesuai dengan kajian penulis.

4. Historiografi, adalah suatu kegiatan penulisan dalam bentuk laporan hasil penelitian, dalam hal ini penulis membuat laporan hasil penelitian berupa penulisan skripsi dari apa yang didapatkan penulis saat Heuristik, Kritik, dan Interpretasi (Herimanto, 2009: 61-64).

A.2 Variabel Penelitian

Menurut pendapat Mohammad Nazir, “variabel dalam arti sederhana adalah suatu konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai (Mohammad Nazir, 1988: 149).” Sedangkan menurut pendapat Sumadi Suryabrata bahwa “variabel sebagai segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian (Sumadi Suryabrata, 2000: 72).” “Sedangkan variabel penelitian sebagai faktor-faktor yang berperanan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti (Sumadi Suryabrata, 2000: 72).”

Variabel penelitian ini adalah merupakan konsep dari gejala yang bervariasi yaitu objek penelitian. “Variabel adalah sesuatu yang menjadi objek penelitian atau faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti (Suharsimi Arikunto, 1989: 78).”


(36)

20

Menurut Hadari Nawawi (996: 55), “variabel adalah himpunan sejumlah gejala yang memiliki beberapa aspek atau unsur di dalamnya yang dapat bersumber dari kondisi objek penelitian, tetapi dapat pula berada di luar dan berpengaruh pada objek penelitian.” Sedangkan menurut Sugiyono (2009: 60) “Variabel adalah obyek penelitian/atribut, atau apa yang menjadi variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik.”

Dari pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan variabel penelitian adalah sebuah objek yang mempunyai nilai dan menjadi pusat perhatian dalam sebuah penelitian. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah variabel tunggal dengan fokus penelitian pada bentuk perjuangan Sultan Agung dalam perluasan kekuasaan Kerajaan Mataran Tahun 1613-1649.

A.3 Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik dalam pengumpulan data ini diartikan sebagai metode atau cara peneliti adalam mengumpulkan data-data atau sumber-sumber informasi untuk mendapatkan data yang valid sesuai dengan tema penelitian ini, dengan demikian peneliti perlu menggunakan beberapa metode dalam mengumpulkan sumber-sumber bahan antara lain melalui:

A.3.1. Tehnik Kepustakaan

Menurut pendapat Joko Subagyo (2006: 109), yang dimaksud dengan tehnik kepustakaan adalah “suatu cara untuk mendapatkan informasi secara lengkap serta untuk menentukan tindakan yang akan diambil sebagai langkah penting dalam kegiatan ilmiah.” Sedangkan pendapat S. Nasution


(37)

21

menyatakan bahwa “setiap penelitian memerlukan bahan yang bersumber dari perpustakaan, bahan ini meliputi buku- buku, majalah- majalah, pamflet dan bahan dokumenter lainnya yang bertalian dengan penelitian” (S. Nasution, 1996: 145).

Menurut Koentjaraningrat menegaskan bahwa :

studi pustaka adalah suatu cara pengumpulan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam materi yang terdapat diruangan perpustakaan, misalnya koran, catatan-catatan, kisah-kisah sejarah, dokumen, dan sebagainya yang relevan dengan penelitian. (Koentjaraningrat, 1997: 8). Menurut pendapat lain teknik studi kepustakaan dilaksanakan dengan cara mendapatkan sumber-sumber data yang diperoleh dari perpustakaan yaitu dengan mempelajari buku-buku literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti (Nawawi, 1993: 133).

Dengan tehnik kepustakaan ini peneliti berusaha untuk melakukan penelitian dengan mempelajari buku-buku literatur sehingga peneliti memperoleh data-data serta informasi dengan bantuan material berupa Koran, majalah, naskah, catatan-catatan, kisah sejarah, dokumen, jurnal, dan ensiklopedia yang relevan.

A.3.2. Tehnik Dokumentasi

Menurut pendapat Suharsimi Arikunto (2002: 206), “tehnik dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan lain sebagainya.” Sementara itu menurut Basrowi dan Suwardi, mengatakan bahwa tehnik dokumentasi juga dapat diartikan sebagai suatu metode atau cara mengumpulkan data yang menghasilkan catatan- catatan yang berhubungan


(38)

22

dengan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan perkiraan (Basrowi dan Suwandi, 2008: 158).”

Pendapat lain mengatakan bahwa Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui sumber tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku, teori, dalil-dalil atau hukum-hukum dan lain-lain, yang berhubungan dengan masalah yang akan di teliti (Nawawi, 1993: 134). Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa seorang peneliti dalam mengumpulkan data tidak hanya terbatas pada literatur tetapi juga melalui pembuktian atau mencari data lain yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, gambar arkeologi dan lain sebagainya. A.4. Tehnik Analisis Data

Dalam sebuah penelitian, analisis data merupakan hal yang sangat penting, karena data yang diperoleh akan lebih memiliki arti bila telah dianalisis. Kecermatan dalam memilih tehnik analisis dalam sebuah penelitian sangat diperlukan. Setelah data penelitian diperoleh maka langkah peneliti selanjutnya adalah mengolah dan menganalisis data untuk diinterpretasikan dalam menjawab permasalahan penelitian yang telah diajukan.

Karena penelitian ini adalah penelitian kualitatif maka data yang terdapat dalam penelitian ini adalah data kualitatif, dengan demikian tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik analisis data kualitatif, yang berupa fenomena-fenomena dan kasus- kasus dalam bentuk laporan dan karangan sejarawan, sehingga memerlukan pemikiran yang teliti dalam menyelesaikan masalah penelitian dan mendapatkan kesimpulan.


(39)

23

Adapun definisi kualitatif adalah data yang berupa informasi, uraian dalam bentuk bahasa prosa kemudian dikaitkan dengan data lainnya untuk mendapatkan kejelasan terhadap suatu kebenaran atau sebaliknya, sehingga memperoleh gambaran baru atau memuatkan suatu gambaran yang sudah ada dan sebaliknya (Joko Subagyo, 2006: 106).

Pada prinsipnya analisis data kualitatif dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Analisis data dilakukan melalui beberapa tahapan yang diperlukan dalam menganalisis data- data tersebut.

Menurut Miles dan Huberman, yang diKutip H.B. Sutopo, tentang Tahapan- tahapan dalam proses analisis data kualitatif meliputi:

1. Reduksi data yaitu sebuah proses pemulihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabsrakan dan transformasi data yang muncul dari catatan di lapangan. reduksi data juga merupakan bentuk analisis yang tajam, menggolongkan, mengarahkan, serta membuang yang tidak perlu serta mengorganisir data sampai akhirnya bisa menarik kesimpulan.

2. Penyajian data yaitu data yang dibatasi sebagai kumpulan informasi tersusun, memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. dengan penyajian data tersebut akan dapat dipahami apa yang terjadi dan apa yang harus dilakukan, sehingga dalam penganalisis atau mengambil tindakan nantinya akan berdasarkan pemahaman yang di dapat dari penyajian tersebut.

3. Verifikasi data yaitu menarik sebuah kesimpulan secara utuh setelah semua makna- makna yang muncul dari data sudah diuji kebenarannya, kekokohannya, kecocokannya sehingga akan diperoleh suatu kesimpulan yang jelas kegunaannya dan kebenarannya (H.B. Sutopo,2006: 113).


(40)

24

REFERENSI

Winarno Surakhmad. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito. Halaman 121

Husin Sayuti. 1989. Pengantar Metodologi Riset. Jakarta: Fajar Agung. Halaman 32

Joko Subagyo. 2006. metode penelitian: Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Halaman 2

Sumadi Suryabrata. 2000. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada Halaman 10

Louis Gottschalk: penerjemah Nugroho Noto Susanto. 1986. Mengerti Sejarah.

Jakarta: Universitas Indonesia Press. Halaman 32

Hadari Nawawi dan Mimi Martini. 2001. Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gajah Mada Press. Halaman 79

Mohammad Nazir.1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Halaman 56

Herimanto. 2009. Sejarah I Pembelajaran Sejarah Internatif. Surakarta: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Halaman 61

Sumadi Suryabrata. Op.Cit. Halaman 16-17 Herimanto. Op.Cit. Halaman 61-64

Mohammad Nazir. Op.Cit. Halaman 149 Sumadi Suryabrata. Op.Cit. Halaman 72

Suharsimi Arikunto. 1989. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Halaman 78


(41)

25

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Halaman 60 Joko Subagyo. Op.Cit. Halaman 109

Koentjaraningrat. 1997. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia. Halaman 8

Hadari Nawawi. 1993. Op.Cit. Halaman 133 Suharsimi Arikunto. Op. Cit. Halaman 206

Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. Halaman 158

Hadari Nawawi. 1993. Op.Cit. Halaman 134 Joko Subagyo. Op.Cit. Halaman106

H.B. Sutopo. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori Dan Terapannya Dalam Penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Halaman 113


(42)

92

V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan data-data yang diuraikan dalam hasil penelitian dan pembahasan maka penulis mengambil beberapa kesimpulan berdasarkan perjuangan Sultan Agung, bawasanya beliau bertujuan untuk mengusir penjajah, melemahkan pasar dagang VOC dengan menaklukan daerah-daerah serta mempersatukan Pulau Jawa dibawah kekuasaan Mataram Islam. Ada dua Perjuangan Sultan Agung dalam perluasan kekuasaan, yaitu :

1. Memperkuat Armada perang Angkatan Laut, seperti mengkosolidasi perlengkapan ketentaraan Mataram. Untuk melakukan penyerangan atau penaklukan ke daerah-daerah, selain menggunakan jalur darat, Sultan Agung banyak melakukan penyerangan lewat jalur laut, dikarenakan banyak keuntungannya, jalur laut dengan kapal perang yang besar bisa memasok logistik dan prajurit perang yang banyak dan tidak terlalu banyak rintangan, kecuali cuaca yang buruk. Alat transfortasi darat yang digunakan untuk berperang adalah Kuda,


(43)

93

karena binatang Kuda sangatlah gagah dan bertenaga serta mudah dirawat.

Persenjataan Mataram terdiri dari senjata tradisional dan modern, tetapi senjata tradisional yang banyak digunakan dalam berperang dikarenakan memiliki kekuatan magis seperti keris. Melakukan perluasan kekuasaan melalui Armada Perang Angkatan Laut adalah bagian yang paling berhasil melakukan penaklukan wilayah, hal ini terbukti dengan wilayah perluasan kekusaan Sultan Agung pada saat itu hampir keseluruhan penaklukan menggunakan kapal perang, ketika melakukan penyerangan terhadap Surabaya pada tahun 1620-1625, Sukadana tahun 1622, Madura tahun 1624, dan penyerangan kedudukan VOC di Batavia pada tahun 1628-1629.

2. Penaklukan Wilayah yang belum Mengakui kekuasaan Mataram, penaklukan daerah seperti Kediri, Lumajang, Renong, dan Malang pada tahun 1614, Wirasaba tahun 1615, Siwalan tahun 1616, Lasem pada akhir tahun 1616, Pasuruan tahun 1617, pajang tahun 1617, Tuban tahun 1619, Sukadana tahun 1622, Madura tahun 1624, Surabaya tahun 1620-1625, Giri tahun 1635-1636, Blambangan tahun 1636-1640, serta melakukan penyerangan terhadap VOC di Batavia pada tahun 1628-1629.


(44)

94

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian ini beberapa hal yang dapat diusulkan sebagai saran yang penulis sampaikan diantaranya yaitu :

1. Guru Sejarah hendaknya mampu menyajikan materi tentang sejarah Kerajaan Mataram Islam , khususnya perjuangan Sultan Agung dalam perluasan kekuasaan Mataram Islam di Pulau Jawa, baik melalui Sea Power dan Ekspansi Wilayah.

2. Kepada generasi muda penerus bangsa untuk lebih giat mempelajari sejarah Kerajaan Mataram Islam sehingga dapat mewarisi sifat-sifat perjuangan, kepahlawanan dan cinta tanah air.


(45)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani. 1994. Sosiologi: Skematik, Teori dan Terapan. Bumi Aksara: Jakarta.Tebal Halaman 184

Adji, Bayu, Kresna. 2014. Sejarah Raja-Raja Jawa Dari Mataram Kuno Hingga Mataram Islam. Araska:Yogyakarta. Tebal Halaman 288

C.S.T. Kansil dan Juliano. 1984. Sejarah Perjuangan Pergerakan Kebangsaan Indonesia (Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa). Erlangga: Jakarta. Tebal Halaman 160

Departemen Pendidikan Nasional.2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

Balai pustaka: Jakarta. Tebal Halaman 306

Gottschalk, Louis. 1986. Mengerti Sejarah (penerjemah Nugroho Notosusanto).

Universitas Indonesia Press: Jakarta. Tebal Halaman 225

Graff, H. J. De. 1985. Awal Kebangkitan Mataram. Grafiti Pers: Jakarta. Tebal Halaman 298

Graff, H. J.De. 1986. Puncak Kekuasaan Mataram Politik Ekspansi Sultan Agung. Grafiti Pers: Jakarta. Tebal Halaman 302

Herimanto. 2009. Sejarah I Pembelajaran Sejarah Internatif. PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri: Surakarta. Tebal Halaman 186

Koentjaraningrat.1997.Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Gramedia: Jakarta. Tebal halaman 506

Kresna, Ardian. 2011. Sejarah Panjang Mataram. Diva Press: Yogyakarta Tebal Halaman 408

Moedjanto, G. 1987. Konsep Kekuasaan Jawa Penerapannya oleh Raja-raja Mataram. Kanisius: Yogyakarta. Tebal halaman 258

Nawawi, Hadari. 1995 Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada university Press: Yogyakarta. Tebal Halaman 215

. 2001. Penelitian Terapan. Gajah Mada Press: Yogyakarta. Tebal Halaman 221


(46)

Nazir, Mohammad.1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia: Jakarta. Tebal Halaman 205

Notosusanto, Nugroho dkk. 1984. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. PN BALAI PUSTAKA.Jakarta. Tebal Halaman 354

Notosusanto, Nugroho. 1984. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer (Suatu Pengalaman). Inti Idayu Prees. Jakarta. Tebal Halaman 551

Olthofs, W.L.2013. Babad Tanah Jawi. Narasi: Yogyakarta. Tebal Halaman 423 Poesponegoro, Djoened Marwati. 1984. Sejarah Nasional Indonesia Jilid III. PN

BALAI PUSTAKA: Jakarta. Tebal Halaman 268

Pour, Julius. 2012. Sepanjang Hayat Bersama Rakyat 100 Tahun Sultan Hamengku Buwono IX. Kompas: Jakarta. Tebal Halaman 209

Ricklefs, M. C. 2005. Sejarah Indonesia Modern. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta. Tebal Halaman 415

Ricklefs, M. C. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Serambi: Jakarta. Tebal Halaman 501

Sayuti, Husin. 1989. Pengantar metodologi Riset. Fajar Agung: Jakarta. Tebal Halaman 184

Schirieke, B. 1957. Indonesian Sociological Studies Ruler and Realm in Jav, Part Two. Sumur Bandung: Bandung. Tebal halaman 245

Subagyo, Joko. 2006. metode penelitian: Dalam Teori dan Praktek. RINEKA CIPTA: Jakarta. Tebal Halaman 305

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta: Bandung. Tebal Halaman 456

Suharsimi Arikunto. 1989. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. PT. Rineka Cipta: Jakarta. Tebal Halaman 211

Surakhmad, Winarno. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah. Tarsito: Bandung. Tebal Halaman 322

Suryabrata, Sumadi. 2000. Metode Penelitian. PT.Rajagrafindo Persada: Jakarta. Tebal Halaman 405

Sutopo, H.B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori Dan

Terapannya Dalam Penelitian. Universitasa Sebelas Maret: Surakarta. Tebal halaman 201

Suwandi, dan Basrowi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. RINEKA CIPTA: Jakarta. Tebal halamam 324


(47)

Tirtoprojo, Susanto. 1982. Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia.

PT.Pembangunan: Jakarta. Tebal Halaman 212

Toyoda Kazunori, dan Purwadi. 2014. Babad Tanah Jawi. Gelombang Pasang: Yogyakarta. Tebal Halaman 279

Sumber-Sumber Lain.

(http://adadiindonesiamiliter.blogspot.com/ diakses 07 Oktober 2014, pukul 13.10WIB/pada-masa-sultan-agung-hanyakrakusuma.html).

(htpp://antoniusarinugraha.wordpress.com/ diakses 11 Oktober 2014, Pukul 14.56WIB/ perlawanan-sultan-agung-hanyokrokusumo- terhadap-voc-di-batavia.html).

(http://babadbanten.blogspot.com/ diakses 15 Desember 2014, pukul 20.03WIB/ sistem-ketentaraan-mataram-islam-tahun.html).

(http://fershana.wordpress.com/ diakses 31 Oktober 2014, pukul 08.30WIB/ kerajaan-mataram-islam.html).

http://www.google.com/digilib.unila.ac.id/Konsep-perjuangan -menurut-G.S. Diponolo/1848/8/BABII/halaman 8/20II.pdf/diakses 3 Oktober 2014, pukul 01.30WIB

(http://www.sejarahnusantara.com/ diakses 8 Oktober 2014, pukul 10.35WIB/ kerajaan-islam/sejarah-kejayaan-kesultanan-mataram-tahun-1588-1681- dan-pembentukan-kesultanan-ngayogyakarta-dan-kesultanan-surakarta-akibat-perjanjian-giyanti-13-februari-1755-10041.html).

(http://sejarawanIslam.blogspot.com/ diakses 7 Oktober 2014, pukul 08.36WIB/ Pengaruh-ekologi-terhadap-ekspansi.html).

(http://id.wikipedia.org/wiki/ diakses 06 Oktober 2014, pukul 21.47WIB/ Sultan-Agung-dari-Mataram.html).

(http://indonesiaindonesia.com/f/114869/ diakses 16 Desember 2014, pukul 21.55 WIB/kisah-penaklukan-surabaya-mataram.html).

(http://indonotbali.wordrpress.com/ diakses 05 November 2014, pukul 11.20WIB/ resume-dr-h-j-de-graaf-puncak-kekuasaan-mataram.html).

(http://jejakusang.blogspot.in/ diakses 18 Desember 2014, pukul 1.55WIB/penaklukan-3-raja-mataram-atas-surabaya.html).

(http://kerajaan-mataram-islam.blogspot.com/ diakses 8 Oktober 2014, pukul 10.43WIB/kerajaan-mataram-islam.html).


(1)

92

V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan data-data yang diuraikan dalam hasil penelitian dan pembahasan maka penulis mengambil beberapa kesimpulan berdasarkan perjuangan Sultan Agung, bawasanya beliau bertujuan untuk mengusir penjajah, melemahkan pasar dagang VOC dengan menaklukan daerah-daerah serta mempersatukan Pulau Jawa dibawah kekuasaan Mataram Islam. Ada dua Perjuangan Sultan Agung dalam perluasan kekuasaan, yaitu :

1. Memperkuat Armada perang Angkatan Laut, seperti mengkosolidasi perlengkapan ketentaraan Mataram. Untuk melakukan penyerangan atau penaklukan ke daerah-daerah, selain menggunakan jalur darat, Sultan Agung banyak melakukan penyerangan lewat jalur laut, dikarenakan banyak keuntungannya, jalur laut dengan kapal perang yang besar bisa memasok logistik dan prajurit perang yang banyak dan tidak terlalu banyak rintangan, kecuali cuaca yang buruk. Alat transfortasi darat yang digunakan untuk berperang adalah Kuda,


(2)

93

karena binatang Kuda sangatlah gagah dan bertenaga serta mudah dirawat.

Persenjataan Mataram terdiri dari senjata tradisional dan modern, tetapi senjata tradisional yang banyak digunakan dalam berperang dikarenakan memiliki kekuatan magis seperti keris. Melakukan perluasan kekuasaan melalui Armada Perang Angkatan Laut adalah bagian yang paling berhasil melakukan penaklukan wilayah, hal ini terbukti dengan wilayah perluasan kekusaan Sultan Agung pada saat itu hampir keseluruhan penaklukan menggunakan kapal perang, ketika melakukan penyerangan terhadap Surabaya pada tahun 1620-1625, Sukadana tahun 1622, Madura tahun 1624, dan penyerangan kedudukan VOC di Batavia pada tahun 1628-1629.

2. Penaklukan Wilayah yang belum Mengakui kekuasaan Mataram, penaklukan daerah seperti Kediri, Lumajang, Renong, dan Malang pada tahun 1614, Wirasaba tahun 1615, Siwalan tahun 1616, Lasem pada akhir tahun 1616, Pasuruan tahun 1617, pajang tahun 1617, Tuban tahun 1619, Sukadana tahun 1622, Madura tahun 1624, Surabaya tahun 1620-1625, Giri tahun 1635-1636, Blambangan tahun 1636-1640, serta melakukan penyerangan terhadap VOC di Batavia pada tahun 1628-1629.


(3)

94

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian ini beberapa hal yang dapat diusulkan sebagai saran yang penulis sampaikan diantaranya yaitu :

1. Guru Sejarah hendaknya mampu menyajikan materi tentang sejarah Kerajaan Mataram Islam , khususnya perjuangan Sultan Agung dalam perluasan kekuasaan Mataram Islam di Pulau Jawa, baik melalui Sea Power dan Ekspansi Wilayah.

2. Kepada generasi muda penerus bangsa untuk lebih giat mempelajari sejarah Kerajaan Mataram Islam sehingga dapat mewarisi sifat-sifat perjuangan, kepahlawanan dan cinta tanah air.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani. 1994. Sosiologi: Skematik, Teori dan Terapan. Bumi Aksara: Jakarta.Tebal Halaman 184

Adji, Bayu, Kresna. 2014. Sejarah Raja-Raja Jawa Dari Mataram Kuno Hingga Mataram Islam. Araska: Yogyakarta. Tebal Halaman 288

C.S.T. Kansil dan Juliano. 1984. Sejarah Perjuangan Pergerakan Kebangsaan Indonesia (Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa). Erlangga: Jakarta. Tebal Halaman 160

Departemen Pendidikan Nasional.2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Balai pustaka: Jakarta. Tebal Halaman 306

Gottschalk, Louis. 1986. Mengerti Sejarah (penerjemah Nugroho Notosusanto). Universitas Indonesia Press: Jakarta. Tebal Halaman 225

Graff, H. J. De. 1985. Awal Kebangkitan Mataram. Grafiti Pers: Jakarta. Tebal Halaman 298

Graff, H. J.De. 1986. Puncak Kekuasaan Mataram Politik Ekspansi Sultan Agung. Grafiti Pers: Jakarta. Tebal Halaman 302

Herimanto. 2009. Sejarah I Pembelajaran Sejarah Internatif. PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri: Surakarta. Tebal Halaman 186

Koentjaraningrat.1997.Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Gramedia: Jakarta. Tebal halaman 506

Kresna, Ardian. 2011. Sejarah Panjang Mataram. Diva Press: Yogyakarta Tebal Halaman 408

Moedjanto, G. 1987. Konsep Kekuasaan Jawa Penerapannya oleh Raja-raja Mataram. Kanisius: Yogyakarta. Tebal halaman 258

Nawawi, Hadari. 1995 Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada university Press: Yogyakarta. Tebal Halaman 215

. 2001. Penelitian Terapan. Gajah Mada Press: Yogyakarta. Tebal Halaman 221


(5)

Nazir, Mohammad.1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia: Jakarta. Tebal Halaman 205

Notosusanto, Nugroho dkk. 1984. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. PN BALAI PUSTAKA.Jakarta. Tebal Halaman 354

Notosusanto, Nugroho. 1984. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer (Suatu Pengalaman). Inti Idayu Prees. Jakarta. Tebal Halaman 551

Olthofs, W.L.2013. Babad Tanah Jawi. Narasi: Yogyakarta. Tebal Halaman 423 Poesponegoro, Djoened Marwati. 1984. Sejarah Nasional Indonesia Jilid III. PN

BALAI PUSTAKA: Jakarta. Tebal Halaman 268

Pour, Julius. 2012. Sepanjang Hayat Bersama Rakyat 100 Tahun Sultan Hamengku Buwono IX. Kompas: Jakarta. Tebal Halaman 209

Ricklefs, M. C. 2005. Sejarah Indonesia Modern. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta. Tebal Halaman 415

Ricklefs, M. C. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Serambi: Jakarta. Tebal Halaman 501

Sayuti, Husin. 1989. Pengantar metodologi Riset. Fajar Agung: Jakarta. Tebal Halaman 184

Schirieke, B. 1957. Indonesian Sociological Studies Ruler and Realm in Jav, Part Two. Sumur Bandung: Bandung. Tebal halaman 245

Subagyo, Joko. 2006. metode penelitian: Dalam Teori dan Praktek. RINEKA CIPTA: Jakarta. Tebal Halaman 305

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta: Bandung. Tebal Halaman 456

Suharsimi Arikunto. 1989. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. PT. Rineka Cipta: Jakarta. Tebal Halaman 211

Surakhmad, Winarno. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah. Tarsito: Bandung. Tebal Halaman 322

Suryabrata, Sumadi. 2000. Metode Penelitian. PT.Rajagrafindo Persada: Jakarta. Tebal Halaman 405

Sutopo, H.B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori Dan

Terapannya Dalam Penelitian. Universitasa Sebelas Maret: Surakarta. Tebal halaman 201

Suwandi, dan Basrowi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. RINEKA CIPTA: Jakarta. Tebal halamam 324


(6)

Tirtoprojo, Susanto. 1982. Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia. PT.Pembangunan: Jakarta. Tebal Halaman 212

Toyoda Kazunori, dan Purwadi. 2014. Babad Tanah Jawi. Gelombang Pasang: Yogyakarta. Tebal Halaman 279

Sumber-Sumber Lain.

(http://adadiindonesiamiliter.blogspot.com/ diakses 07 Oktober 2014, pukul 13.10WIB/pada-masa-sultan-agung-hanyakrakusuma.html).

(htpp://antoniusarinugraha.wordpress.com/ diakses 11 Oktober 2014, Pukul 14.56WIB/ perlawanan-sultan-agung-hanyokrokusumo- terhadap-voc-di-batavia.html).

(http://babadbanten.blogspot.com/ diakses 15 Desember 2014, pukul 20.03WIB/ sistem-ketentaraan-mataram-islam-tahun.html).

(http://fershana.wordpress.com/ diakses 31 Oktober 2014, pukul 08.30WIB/ kerajaan-mataram-islam.html).

http://www.google.com/digilib.unila.ac.id/Konsep-perjuangan -menurut-G.S. Diponolo/1848/8/BABII/halaman 8/20II.pdf/diakses 3 Oktober 2014, pukul 01.30WIB

(http://www.sejarahnusantara.com/ diakses 8 Oktober 2014, pukul 10.35WIB/ kerajaan-islam/sejarah-kejayaan-kesultanan-mataram-tahun-1588-1681- dan-pembentukan-kesultanan-ngayogyakarta-dan-kesultanan-surakarta-akibat-perjanjian-giyanti-13-februari-1755-10041.html).

(http://sejarawanIslam.blogspot.com/ diakses 7 Oktober 2014, pukul 08.36WIB/ Pengaruh-ekologi-terhadap-ekspansi.html).

(http://id.wikipedia.org/wiki/ diakses 06 Oktober 2014, pukul 21.47WIB/ Sultan-Agung-dari-Mataram.html).

(http://indonesiaindonesia.com/f/114869/ diakses 16 Desember 2014, pukul 21.55 WIB/kisah-penaklukan-surabaya-mataram.html).

(http://indonotbali.wordrpress.com/ diakses 05 November 2014, pukul 11.20WIB/ resume-dr-h-j-de-graaf-puncak-kekuasaan-mataram.html).

(http://jejakusang.blogspot.in/ diakses 18 Desember 2014, pukul 1.55WIB/penaklukan-3-raja-mataram-atas-surabaya.html).

(http://kerajaan-mataram-islam.blogspot.com/ diakses 8 Oktober 2014, pukul 10.43WIB/kerajaan-mataram-islam.html).