EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI REAKSI OKSIDASI- REDUKSI DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP

(1)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARANLEARNING CYCLE 3E PADA MATERI REAKSI OKSIDASI-REDUKSI DALAM

MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP PADA SISWA

(Skripsi)

Oleh YULIANA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata kelak di kemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka saya akan bertanggung jawab sepenuhnya.

Bandar Lampung, Agustus 2012

Yuliana


(3)

Yuliana

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARANLEARNING CYCLE 3EPADA MATERI REAKSI OKSIDASI- REDUKSI DALAM MENINGKATKAN

KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP

Oleh YULIANA

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik model pembelajaran learning cycle 3Eyang efektif dalam meningkatkan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep pada materi reaksi oksidasi-reduksi. Model pembelajaran learning cycle 3Eadalah pembelajaran yang dilakukan melalui serangkaian tahap (fase pembelajaran) Fase-fase pembelajaran meliputi: (1) fase eksplorasi

(exploration); (2) fase penjelasan konsep (explaination); dan (3) fase penerapan konsep (elaboration).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa SMA Negeri 13 Bandar Lam-pung tahun pelajaran 2011-2012 yang berjumlah 239 siswa. Sampel dalam pene-litian ini adalah kelas X4sebagai kelas kontrol dan kelas X5sebagai kelas

eksperimen yang diambil dengan cara teknikpurposive sampling. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen denganNon Equivalent Control Group Design. Efektivitas model pembelajaranlearning cycle 3Ediukur berdasarkan perbedaann-Gainyang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.


(4)

Yuliana

Hasil penelitian menunjukkan nilai reratan-Gainketerampilan inferensi untuk kelas kontrol dan eksperimen masing-masing 0,19 dan 0,52; dan reratan-Gain penguasaaan konsep untuk kelas kontrol dan eksperimen masing-masing 0,12 dan 0,27. Berdasarkan uji hipotesis, diketahui bahwa kelas dengan pembelajaran learning cycle 3Ememiliki keterampilan inferensi dan penguasaan konsep siswa yang lebih tinggi dibandingkan kelas dengan pembelajaran konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaranlearning cycle 3E efektif dalam meningkatkan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep siswa.


(5)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARANLEARNING CYCLE 3E PADA MATERI REAKSI OKSIDASI-REDUKSI DALAM

MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP PADA SISWA

Oleh YULIANA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2012


(6)

Judul Skripsi :EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3EPADA MATERI REAKSI OKSIDASI REDUKSI DALAM MENINGKAT-KAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP

Nama Mahasiswa :Yuliana Nomor Pokok Mahasiswa : 0853023057 Program Studi : Pendidikan Kimia Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dra. Ila Rosilawati, M.Si. Drs. Tasviri Efkar, M.S. NIP 19650717 199003 2 001 NIP 1958104 198703 1 001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M. Si.


(7)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dra. Ila Rosilawati, M. Si. ______________

Sekretaris : Drs. Tasviri Efkar, M.S. ______________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Noor Fadiawati, M. Si ______________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 12 Juli 1990 sebagai anak ketiga dari pasangan Bapak Majeli dan Ibu Rohilah. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD N 2 Kampung Baru pada tahun 2002, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SMP N 19 Bandar Bandar Lampung pada tahun 2005, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 13 Bandar Lampung pada tahun 2008.

Tahun 2008, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Ki-mia FKIP Unila. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif menjadi ang-gota Divisi Pendidikan HIMASAKTA tahun 2009-2010. Pada Juli 2011 penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Budi Aji Kecamatan Simpang Pe-matang Kabupaten Mesuji dan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Simpang Pematang.


(9)

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati terucap syukur alhamdulillah untuk segala nikmat yang telah diberikan Robb sang pencipta alam semesta, sehingga dengan ridho-Nya skripsi ini bisa terselesaikan. Tulisan ini kupersembahkan teruntuk:

Ayah,, Ibu,,

Perjuangan kalian,,

Menjadi energi yang selalu membangkitkanku,, Dikala kebodohan datang menghampiri

Keluargaku tercinta,

Dukungan yang tiada henti padaku.

Almamater tercintaku Universitas Lampung,


(10)

M O T T O

Kita tidak bisa menjadi bijaksana dengan kebijaksanaan

orang lain, tetapi kita bisa berpengetahuan dengan

pengetahuan orang lain.

(Michel De Montaigne)

Orang yang pintar adalah orang yang selalu sujud

Kepada-Nya, karena apapun yang terjadi semua atas

Kehendak-Nya

(Yuliana)

Nothing Impossible


(11)

iii SANWACANA

Puji syukur ke hadirat Allah S.W.T, karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat diselesaikannya skripsi denganjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Learning Cycle 3Epada Materi Reaksi Oksidasi Reduksi Dalam Meningkatkan Keterampilan Inferensi dan Penguasaan Konsep” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah pada Rasullulah Muhammad SAW.

Pada kesempatan ini disampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia 4. Ibu Emmawaty Sofya, S.Si, M.Si., selaku Pembimbing Akademik atas

kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian kuliah dan penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si., selaku Pembimbing I atas kesediaan, keikhlasan, dan kesabarannya memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyusunan skripsi ini.


(12)

iv 6. Bapak Drs. Tasviri Efkar, M.S., selaku Pembimbing II atas saran, kritik dalam

proses penyusunan skripsi ini,

7. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan kritikan dalam penyusunan skripsi ini agar menjadi lebih baik lagi. 8. Seluruh Dosen Pendidikan Kimia dan Staf Administrasi PMIPA Unila. 9. Bapak Drs. Triyatmo, S.Pd selaku kepala Sekolah SMA Negeri 13 Bandar

Lampung.

10. Ibu Umiyati Murni, S.Pd, selaku guru mitra atas kerja sama dan bimbingannya. 11. Keluargaku, terutama bapak dan ibuku serta kedua kakakku Noval dan Bustomi. 12. Untuk teman seperjuanganku Novitasari, Resi Sari Yandra, Nurma Elisa Pitri

Yunia, serta teman-teman mandiri 08 dan Reguler 08.

13. Teman-teman yang memberi kekuatan untuk disetiap keputus asaan Rizki Indah Lestari, Sulis Setyowati, Lia Andesta, dan Mimi Sundari terimakasih atas semangat dan kebersamaan kalian yang istimewa.

14. Kakak dan Adik tingkat di Program Studi Pendidikan Kimia serta semua pihak yang tidak dapat ditulis satu persatu.

Akhirnya berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Bandar Lampung, Agustus 2012 Penulis,


(13)

v DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme ... 8

B. Model PembelajaranLearning Cycle 3E... 15

C. Keterampilan Proses Sains ... 17

D. Penguasaan Konsep... 21

E. Kerangka Pemikiran…... ... 23

F. Anggapan Dasar…... 24

I. Hipotesis ... 25

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ... 27


(14)

vi

C. Jenis dan Sumber Data ... 28

D. Desain Variabel ... 28

E. Instrumen Penelitian ... 29

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 29

G. Analisis Data Penelitian ... 32

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 41

B. Pembahasan ... 45

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 55

B. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Silabus dan Sistem Penilaian Kelas Eksperimen ... 56

2. Silabus dan Sistem Penilaian Kelas Kontrol ... 69

3. RPP Kelas Eksperimen ... 78

4. RPP Kelas Kontrol ... 102

5. Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen ... 123

6. Kisi-kisi SoalPretest ... 152

7. Kisi-kisi SoalPosttest ... 158

8. SoalPretest ... 164

9. SoalPosttest ... 167

10. Rubrik PenskoranPretest... 170


(15)

vii

12. Lembar Penilaian Afektif Siswa... 174

13. Lembar Penilaian Kinerja Guru ... ... 207

14. Data Skor Pretest, Posttest, Gain dan n-Gain... 223

15. Perhitungan dan Analisis Data Penelitian ... 228


(16)

ix DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Sintak Pembelajaranlearning cycle 3E... 17 2. Desain Penelitian... 27 3. Rata-rata nilai pretest, posttest, dan n-Gain keterampilan inferensi dikelas

kontrol dan kelas eksperimen ... 41 4. Data rata-rata nilai pretest, posttest, dan n-Gain penguasaan konsep dikelas

kontrol dan kelas eksperimen ... 41 5. Data skor pretest, posttest, Gain, dan n-Gain keterampilan inferensi dikelas

kontrol dan kelas eksperimen ... 222 6. Data skor pretest, posttest, Gain, dan n-Gain penguasaan konsep dikelas


(17)

x DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Alur penelitian ... 31 2. Diagram rata-rata perolehan skor pretes dan postes keterampilan inferensi

siswa di kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 42 3. Diagram rata-rata perolehan skor pretes dan postes penguasaan konsep

siswa di kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 42 4. Diagram rata-rata N-gain kelas kontrol dan kelas eksperimen pada penilaian


(18)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan penge-tahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat men-jadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu menjela-jahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memper-oleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (BSNP, 2006).

Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh karenanya kimia mem-punyai karakteristik sama dengan IPA. Karakteristik tersebut adalah objek ilmu kimia, cara memperoleh, serta kegunaannya. Kimia merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan secara


(19)

2

teori (deduktif). Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat. Dalam pembelajaran sains termasuk kimia, kebanyakan siswa mempelajari konsep-konsep dan prinsip-prinsip sains secara teori atau siswa belajar tetapi tidak mengetahui makna dari apa yang dipelajarinya secara jelas. Cara pembelajaran seperti itu menyebabkan siswa pada umumnya hanya mengenal banyak peristilahan sains secara hafalan. Selain itu, banyaknya konsep dan prinsip-prinsip sains yang perlu dipelajari sis-wa, menyebabkan munculnya kejenuhan siswa belajar sains secara hafalan. De-ngan demikian belajar sains hanya diartikan sebagai pengenalan sejumlah

konsep-konsep dan peristilahan dalam bidang sains saja (Departemen Pendidikan, 2003).

Berdasarkan hasil wawancara guru kimia di SMA Negeri 13 Bandar Lampung pada penelitian pendahuluan, proses pembelajaran yang dilakukan pada umumnya masih menggunakan pembelajaran konvensional dengan metode ceramah dan latihan soal. Pada metode ceramah, siswa dapat memperoleh langsung ilmu yang ditransfer oleh guru, tetapi siswa kurang dapat berkembang dan menggali potensi dirinya karena dalam metode ini guru lebih berperan aktif sehingga, secara tidak langsung siswa menjadi pasif dan cenderung hanya sebagai pendengar. Artinya pembelajaran yang dilakukan adalah pembelajaran yang masih berpusat pada guru (teacher centered learning). Kegiatan pembelajaran tersebut kurang sejalan dengan proses pembelajaran yang seharusnya diterapkan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu proses pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran (student centered learning). Dalam pembelajaran


(20)

3

KTSP guru berperan sebagai fasilitator dan motivator, serta siswa dituntut untuk memiliki kompetensi khusus setelah proses pembelajaran.

Masalah pembelajaran yang demikian dapat diantisipasi dengan melatihkan ke-terampilan berpikir secara ilmiah kepada siswa. Dengan demikian, sebagai hasil belajar sains diharapkan siswa memiliki kemampuan berpikir dan bertindak ber-dasarkan pengetahuan sains yang dimilikinya, atau lebih dikenal dengan keteram-pilan proses sains. Salah satu indikator keteramketeram-pilan proses sains adalah keteram pilan inferensi. Keterampilan inferensi penting bagi siswa dalam upaya menyele-saikan masalah-masalah yang kelak mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Mampu menentukan perbedaan, mengontraskan ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan dan menentukan dasar penggolongan terhadap suatu obyek merupakan indikator keterampilan inferensi. Selain itu, jika siswa sudah terampil berinferensi, maka secara langsung keterampilan lain sudah terlebih dulu dapat dikuasai seperti mengamati, klasifikasi, berkomunikasi, interpretasi dan prediksi. Dari keterampilan-keterampilan tersebut, siswa dilatih untuk menemukan konsep, sehingga konsep-konsep yang ada tidak lagi diberikan oleh guru kepada siswa akan tetapi siswa sendiri yang mencari dan menemukannya, hal ini akan sangat membantu siswa untuk dapat menguasai konsep dengan baik.

Dalam proses pembelajaran perlu adanya suasana yang terbuka, akrab dan saling menghargai. Sebaliknya perlu menghindari suasana belajar yang kaku, penuh de-ngan ketegade-ngan dan sarat dede-ngan perintah dan instruksi yang membuat peserta didik menjadi pasif, tidak bergairah, cepat bosan dan mengalami kebosanan (Budimansyah, 2002). Dalam melakukan proses pembelajaran guru dapat


(21)

memi-4

lih beberapa model mengajar. Model mengajar banyak sekali jenisnya. Masing-masing model mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pemilihan suatu model perlu memperhatikan beberapa hal seperti materi yang disampaikan, tujuan pem-belajaran, waktu yang tersedia, jumlah siswa, mata pelajaran, fasilitas dan kondisi siswa dalam pembelajaran serta hal-hal yang berkaitan dengan keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran (Suryabrata, 1993). Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaranlearning cycle 3E. Model pem-belajaranlearning cycle 3Eadalah salah satu model pembelajaran berfalsafah konstruktivisme yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan inferen-si inferen-siswa. Model pembelajaranlearning cycle 3Eadalah pembelajaran yang dila-kukan melalui serangkaian tahap (fase pembelajaran) yang diorganisasi sedemi-kian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi yaitu menjelaskan perkem-bangan konsep reaksi reduksi-oksidasi dan hubungannya dengan tata nama senya-wa serta penerapannya.

Beberapa hasil penelitian yang mengkaji penerapan model pembelajaranlearning cycle 3Eadalah: Diawati (2011) yang meneliti tentang efektivitas pembelajaran Learning Cycle 3Epada konsep reaksi oksidasi-reduksi untuk meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan dan mengkelompokkan pada siswa SMA Budaya Bandar Lampung. Jenis peneltiannya adalahpretest posttest control group designdari hasil penelitiannya diperoleh perhitungann-Gainmenunjukkan bahwa peningkatan keterampilan mengkomunikasikan dan keterampilan meng-kelompokkan lebih tinggi jika dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional; Rosilawati (2011) melakukan penelitian tentang penerapanLearning Cycle 3Euntuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi


(22)

5

mahasiswa pada mata kuliah organik I melaluilesson study, hasil penelitian menunjukkan implementasilesson studypada mata kuliah kimia organik I yaitu dengan penerapanLearning Cycle 3Edapat meningkatkan kemampuan berkomu-nikasi hal ini ditunjukkan mahasiswa aktif berinteraksi dan terjadi komuberkomu-nikasi dan kerjasama yang baik; dan Sahputra (2011) melakukan penelitian tentang penera-pan model pembelajaran siklus belajarLearning Cycleuntuk meningkatkan pres-tasi belajar kimia kelas X di SMK Piri 1 Yogyakarta. Hasil penelitian menunjuk-kan bahwa ada peningkatan kondisi pembelajaran kimia (minat siswa), dan ada kecenderungan peningkatan hasil belajar proses siswa daya serap kelas dengan indikator pada siklus I= 63,64% (cukup) dan siklus 2= 96,97% (tinggi).

Salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh siswa kelas X semester genap adalah menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan hubungannya dengan tatanama senyawa serta penerapannya. Materi pokok untuk kompetensi dasar tersebut adalah reaksi reduksi-oksidasi. Konsep dari materi reaksi oksidasi-reduksi ini bersifat abstrak. Oleh karena itu, sudah menjadi tugas guru untuk dapat menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, sehingga siswa tidak hanya mendapatkan penguasaan konsep saja, tetapi juga manfaat dari ilmu kimia tersebut bagi kehidupan mereka sehari-hari. Bertitik tolak dari uraian diatas maka akan dilakukan penelitian dengan judul “Efektivitas Model PembelajaranLearning Cycle 3E Pada Materi Reaksi Oksidasi-Reduksi Dalam Meningkatkan Keterampilan Inferensi dan Penguasaan Konsep”.


(23)

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah Efektivitas model pembelajaranlearning cycle 3E dalam meningkatkan keterampilan inferensi pada materi pokok reaksi oksidasi-reduksi?

2. Bagaimanakah Efektivitas model pembelajaranlearning cycle 3Edalam meningkatkan penguasaan konsep pada materi pokok reaksi oksidasi-reduksi?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan karakteristik model pembelajaranlearning cycle 3Eyang efektif dalam meningkatkan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep pada materi reaksi oksidasi-reduksi pada siswa SMA Negeri 13 Bandar Lampung.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat antara lain: 1. Bagi siswa

Pembelajaranlearning cycle3E memberikan pengalaman baru dalam kegiatan belajar siswa.

2. Bagi guru dan calon guru

Memberi inspirasi dan pengalaman secara langsung bagi guru dalam kegiatan membelajarkan kimia dengan menerapkan model pembelajaranlearning cycle


(24)

7

3E sebagai model alternatif baik pada materi pokok reaksi oksidasi-reduksi maupun materi lain yang memiliki karakteristik yang mirip.

3. Bagi sekolah

Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Lokasi penelitian ini adalah SMA Negeri 13 Bandar Lampung.

2. Efektifitas pembelajaranlearning cycle3E ditunjukkan dengan adanya per-bedaan yang signifikan antara pemahaman setelah pembelajaran (perper-bedaan n-Gainkelas kontrol dan kelas eksperimen yang signifikan). Wicaksono (2000) 3. Model pembelajaranlearning cycle 3E (LC 3E) yang terdiri dari 3 fase yaitu

(1) Fase eksplorasi(exploration), (2) Fase penjelasan konsep(explaination), (3) Fase penerapan konsep(elaboration). Fajaroh dan Dasna (2007)

4. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang selama ini

digunakan di SMA Negeri 13 Bandar Lampung. Pembelajaran konvensional yang diterapkan menggunakan metode ceramah dan latihan soal.

5. Keterampilan inferensi dapat diartikan sebagai suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep dan prinsip yang diketahui. Dimyati dan Mudjiono (1994)

6. Penguasaan konsep berupa nilai materi reaksi oksidasi-reduksi yang diperoleh melalui tes.


(25)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Konstruktivisme

Menurut Glasersfeld (Komalasari, 2010) konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil kon-struksi (bentukan) kita sendiri. Glasersfeld menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan atau gambaran dari kenyataan (realitas) yang ada. Pengeta-huan adalah ciptaan manusia yang dikontruksikan dari pengalaman yang dialami-nya yang diakibatkan dari suatu kontruksi kognitif kedialami-nyataan melalui kegiatan seseorang. Seseorang membentuk skema, kategori, konsep, dan struktur pengeta-huan yang diperlukan untuk pengetapengeta-huan. Para kontruktivis percaya bahwa pengetahuan itu tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru kepada siswa. Me-nurut Lorsbach dan Tobin (Komalasari, 2010), siswa sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalaman mereka.

Dalam proses kontruksi itu, menurut Glasersfeld (Komalasari, 2010) diperlukan beberapa kemampuan sebagai berikut:

1. Kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman. Kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi dengan pengalaman-pengalaman tersebut.

2. Kemampuan membandingkan, dan mengambil keputusan mengenai per-samaan dan perbedaan. Kemampuan membandingkan sangat penting untuk dapat menarik sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman


(26)

9

khusus serta melihat kesamaan dan perbedaannya untuk dapat membuat klasifikasi dan membangun suatu pengetahuan.

3. Kemampuan untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang lain karena kadang seseorang lebih menyukai pengalaman tertentu daripada yang lain, maka muncullah soal nilai dari pengalaman yang kita bentuk. Ditjen Dikdasmen (Komalasari,2010) menjabarkan kecenderungan tentang belajar berdasarkan konstruktivis tersebut sebagai berikut:

a. Proses belajar, meliputi: (1) belajar tidak hanya sekedar menghafal, akan tetapi siswa harus mengonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri; (2) siswa belajar dari mengalami, di mana siswa mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, bukan begitu saja oleh guru; (3) pengetahuan yang dimiliki seseorang terorganisasi dan mencerminkan pe-mahaman yang mendalam tentang suatu persoalan; (4) pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proporsi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan; (5) manusia yang mempunyai tingkatan yang berbeda dalam meyikapi situasi baru; (6) siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide; (7) proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan

seseorang.

b. Transfer belajar, meliputi: (1) siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari ‘pemberian orang lain’; (2) keterampilan dan pengetahuan itu diper-luas dari konteks yang terbatas (sempit), sedikit demi sedikit; (3) penting bagi siswa tahu ‘untuk apa’ ia belajar dan ‘bagaimana’ ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu.

c. Siswa sebagai pembelajar, meliputi: (1) siswa mmemiliki kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal yang baru; (2) strategi belajar itu penting; (3) peran guru membantu menghubungkan antara ‘yang baru’ dan yang sudah diketahui; (4) Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan pada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri dan menyadarkan siswa untuk menerap-kan strategi mereka sendiri.

d. Pentingnya lingkungan belajar, meliputi: (1) belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa; (2) pembelajaran harus berpusat pada‘bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan yang baru mereka. Strategi belajar lebih penting daripada hasilnya; (3) umpan balik amat penting bagi siswa yang berasal dari proses penilaian yang benar; (4) menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.

Menurut Piaget (Dahar 1989), dasar dari belajar adalah aktivitas anak bila ia ber-interaksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya. Pertumbuhan anak


(27)

10

merupakan suatu proses sosial. Anak tidak berinteraksi dengan lingkungan fisik-nya sebagai suatu individu terikat, tetapi sebagai bagian dari kelompok sosial. Akibatnya lingkungan sosialnya berada diantara anak dengan lingkungan fisiknya. Interaksi anak dengan orang lain memainkan peranan penting dalam mengem-bangkan pandangannya terhadap alam. Melalui pertukaran ide-ide dengan orang lain, seorang anak yang tadinya memiliki pandangan subyektif terhadap sesuatu yang diamatinya akan berubah pandangannya menjadi obyektif. Aktivitas mental anak terorganisasi dalam suatu struktur kegiatan mentalyang disebut ”skema” atau pola tingkah laku. Dalam perkembangan intelektual ada tiga hal penting yang menjadi perhatian Piaget yaitu struktur, isi dan fungsi.

a. Struktur, Piaget memandang ada hubungan fungsional antara tindakan fisik, tindakan mental dan perkembangan logis anak-anak. Tindakan menuju pada operasi-operasi dan operasi-operasi menuju pada perkem-bangan struktur-struktur.

b. Isi, merupakan pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi yang

dihadapinya.

c. Fungsi, adalah cara yang digunakan organisme untuk membuat kemajuan intelektual.

Menurut Piaget perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi yaitu orga-nisasi dan adaptasi. Orgaorga-nisasi memberikan pada organisme kemampuan untuk mengestimasikan atau mengorganisasi proses-proses fisik atau psikologis menjadi sistemsistem yang teratur dan berhubungan, sedangkan adaptasi, terhadap lingku-ngan dilakukan melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi.

Lebih lanjut, Piaget (Dahar, 1989) mengemukakan bahwa asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengala-man baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. Asimilasi


(28)

11

dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasi-kan kejadian atau rangsangan baru dalam skema yang telah ada. Proses asimilasi ini berjalan terus. Asimilasi tidak akan menyebabkan perubahan/pergantian skemata melainkan perkembangan skemata. Dengan kata lain, asimilasi merupa-kan salah satu proses individu dalam mengadaptasimerupa-kan dan mengorganisasimerupa-kan diri dengan lingkungan baru.

Dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru seseorang tidak dapat me-ngasimilasikan pengalaman yang baru dengan skemata yang telah dipunyai. Pe-ngalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan skema yang telah ada. Dalam keadaan demikian orang akan mengadakan akomodasi.

Akomodasi terjadi untuk membentuk skema baru yang cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu. Bagi Piaget adaptasi merupakan suatu kesetimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Bila dalam proses asimilasi seseorang tidak dapat mengadakan adaptasi terhadap lingkungannya maka terjadilah ketidakseimbangan (disequilibrium). Akibat ketidakseimbangan itu maka terjadilah akomodasi dan struktur kognitif yang ada akan mengalami perubahan atau munculnya struktur yang baru. Pertumbuhan intelektual ini merupakan proses terus menerus tentang keadaan ketidakseimbangan dan keadaan setimbang (disequilibrium-equilibrium). Tetapi bila terjadi kesetimbangan maka individu akan berada pada tingkat yang lebih tinggi daripada sebelumnya.

Menurut Purnomo (2002), kondisi belajar yang sesuai dengan filosofi konstruk-tivisme antara lain:


(29)

12

1. Diskusi yang menyediakan kesempatan agar semua peserta didik mau mengungkapkan gagasan

2. Pengujian dan penelitian sederhana

3. Demonstrasi dan peragaan prosedur ilmiah

4. Kegiatan praktis lain yang memberi peluang peserta didik untuk mempertanyakan, memodifikasi dan mempertajam gagasannya

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran secara konstrukti-visme adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa belajar dari meng-alami, di mana siswa mencari sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, bukan diberi begitu saja oleh guru. Guru hanya berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa mengolah pengetahuan baru, menyelesaikan suatu masalah dimana pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata dan masalah yang disimulasikan.

Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, subjek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari. Jadi menurut teori konstruktivisme, belajar adalah kegiatan yang aktif di mana subjek belajar membangun sendiri pengetahuannya. Subjek belajar juga mencari sendiri makna dari sesuatu yang mereka pelajari.

B. Learning Cycle 3 Phase(LC 3E)

Learning cyclemerupakan salah satu model pembelajaran yang telah diakui dalam pendidikan, khususnya pendidikan IPA. Model ini merupakan model yang mudah untuk digunakan oleh guru dan dapat memberikan kesempatan untuk mengem-bangkan kreativitas belajar IPA pada setiap siswa. Menurut Hirawan (2009) menyatakan bahwalearning cycleadalah suatu kerangka konseptual yang digu-nakan sebagai pedoman dalam melakukan proses pembelajaran yang berpusat


(30)

13

pada pembelajar atau anak didik (student centre). Learning cyclemerupakan rangkaian dari tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa se-hingga pembelajar dapat menguasai kompetensi–kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif. Learning cycletermasuk ke pendekatan kontruktivisme karena siswa sendiri yang mengkonstruksi pema-hamannya.

Hal serupa juga dikemukakan oleh Fajaroh dan Dasna (2007) bahwa: Model pembelajaranlearning cycledikembangkan dari teori perkembangan kognitif Piaget. Model belajar ini menyarankan agar proses pembelajaran dapat melibat-kan siswa dalam kegiatan belajar yang aktif sehingga terjadi proses asimilasi, akomodasi dan organisasi dalam struktur kognitif siswa. Bila terjadi proses konstruksi pengetahuan dengan baik maka siswa akan dapat meningkatkan pema-hamannya terhadap materi yang dipelajari.

Learning cycle 3Eterdiri dari fase eksplorasi (exploration), pengenalan konsep (explanation), dan penerapan konsep (elaboration). Pada tahap eksplorasi, pem-belajar diberi kesempatan untuk memanfaatkan panca inderanya semaksimal mungkin dalam berinteraksi dengan lingkungan melalui kegiatan–kegiatan seperti praktikum, menganalisis artikel, mendiskusikan fenomena alam, mengamati feno-mena alam dan lain-lain dengan bekerja sama dalam kelompok–kelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru untuk menguji prediksi, melakukan dan mencatat pengamatan melalui kegiatan–kegiatan seperti praktikum. Menurut Dasna (2007) dari kegiatan ini diharapkan timbul ketidakseimbangan dalam struktur mentalnya (cognitive disequilibrium) yang ditandai dengan munculnya pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada berkembangnya daya nalar tingkat


(31)

14

tinggi (high level reasoning) yang diawali dengan kata-kata seperti mengapa dan bagaimana.

Munculnya pertanyaan-pertanyaan tersebut sekaligus merupakan indikator kesia-pan siswa untuk menempuh fase berikutnya, fase pengenalan konsep. Pada fase ini diharapkan terjadi proses menuju kesetimbangan antara konsep-konsep yang telah dimiliki pebelajar dengan konsep-konsep yang baru dipelajari melalui kegiatan-kegiatan yang membutuhkan daya nalar seperti menelaah sumber pusta-ka dan berdiskusi. Pada tahap ini pembelajar lebih aktif untuk menentupusta-kan atau mengenal suatu konsep berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelum-nya di dalam fase eksplorasi. Pada fase ini , siswa mengenal istilah-istilah yang berkaitan dengan konsep-konsep baru yang sedang dipelajari.

Pada fase terakhir, yakni aplikasi konsep, pembelajar diajak menerapkan pemaha-man konsepnya melalui kegiatan-kegiatan sepertiproblem solving(menyelesaikan problem-problem nyata yang berkaitan) baik yang sama maupun yang lebih tinggi tingkatannya atau melakukan percobaan lebih lanjut. Penerapan konsep dapat meningkatkan pemahaman konsep dan motivasi belajar, karena pebelajar menge-tahui penerapan nyata dari konsep yang mereka pelajari.

Karplus dan Their (Fajaroh dan Dasna, 2007) mengungkapkan bahwa:

Siklus Belajar (Learning Cycle) adalah suatu model pembelajaran yang ber-pusat pada siswa (student centered). Learning Cyclemerupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga pem-belajar dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif. Learning Cycle 3Eterdiri dari fase-fase eksplorasi (exploration), penjelasan konsep (concept introduction or explaination), dan penerapan konsep (elaboration).


(32)

15

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat dibuat sintaks model siklus belajar pada berbagai tipe. Secara umum sintaks model siklus belajar yang menunjukkan tujuan dan aktivitas pembelajaran, disajikan pada Tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1. Sintaks Model Siklus Belajar

Fase Tujuan Aktivitas Pembelajaran Eksplorasi

1. Mengetahui pengetahuan awal 2. Menumbuhkan rasa

ingin tahu 3. Menumbuhkan

motivasi siswa untuk belajar

4. Mengidentifikasi suatu pola keteraturan dalam fenomena yang diselidiki

1. Siswa belajar melalui aksi dan reaksi dalam situasi baru 2. Menyelidiki satu fenomena

dengan bimbingan minimal 3. Memberikan gagasan yang

dapat menimbulkan perdebatan dan analisis

4. Mengeksplorasi objek/peristiwa berupa gambar/tabel/artikel 5. Melakukan percobaan/telaah

literatur untuk mengeksplorasi hubungan

6. Menjawab pertanyaan-pertanyaan pada LKS

7. Menelaah dan mendiskusikan uraian materi

Penjelasan

Konsep 1. Menjelaskan konsep yang ditemukan siswa 2. Menyamakan

persepsi 3. Memperluas

hubungan antar konsep

1. Memperkenalkan suatu konsep yang ada hubungannya dengan fenomena yang diselidiki 2. Mendiskusikan konsep dalam

konteks apa yang telah diamati selama fase eksplorasi

3. Mendistribusikan/mengkaji bahan kajian/bacaan

4. Memberikan penjelasan tentang konsep

5. Mempresentasikan

/mendiskusikan hasil diskusi Aplikasi

Konsep 1. Menjelaskan konsep yang ditemukan siswa 2. Menggunakan

konsep-konsep untuk penyelidikan lebih lanjut

1. Melakukan percobaan dan mengerjakan LKS

a/mengkaji skema t karya tulis


(33)

16

Learning cycle 3Emelalui kegiatan dalam tiap fase mewadahi siswa untuk secara aktif membangun konsep-konsepnya sendiri dengan cara berinteraksi dengan ling-kungan fisik maupun sosial. Hudojo (2001) mengemukakan bahwa implementasi learning cycle 3Edalam pembelajaran sesuai dengan pandangan konstruktivis:

1. siswa belajar secara aktif. Siswa mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan berpikir. Pengetahuan dikonstruksi dari pengalaman siswa,

2. informasi baru dikaitkan dengan skema yang telah dimiliki siswa. Informasi baru yang dimiliki siswa berasal dari interpretasi individu, 3. orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang merupakan

pemecahan masalah.

Cohen dan Clough (Fajaroh dan Dasna, 2007) menyatakan bahwalearning cycle 3Emerupakan strategi jitu bagi pembelajaran sains di sekolah menengah karena dapat dilakukan secara luwes dan memenuhi kebutuhan nyata guru dan siswa. Dilihat dari dimensi guru, penerapan strategi ini memperluas wawasan dan me-ningkatkan kreativitas guru dalam merancang kegiatan pembelajaran. Ditinjau dari dimensi pebelajar, penerapan strategi ini memberi keuntungan berikut:

a. meningkatkan motivasi belajar karena pebelajar dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran,

b. membantu mengembangkan sikap ilmiah pebelajar, c. pembelajaran menjadi lebih bermakna.

Adapun kekurangan penerapan strategi ini yang harus selalu diantisipasi diperkirakan sebagai berikut (Soebagio, 2000):

a. efektivitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran,

b. menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran,

c. memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi, d. memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun

rencana dan melaksanakan pembelajaran.

Lingkungan belajar yang perlu diupayakan agarlearning cycle 3Eberlangsung secara konstruktivistik adalah :


(34)

17

1. tersedianya pengalaman belajar yang berkaitan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa,

2. tersediaanya berbagai alternatif pengalaman belajar jika memungkinkan, 3. terjadinya transmisi sosial, yakni interaksi dan kerja sama individu dengan

lingkungannya,

4. tersedianya media pembelajaran,

5. kaitkan konsep yang dipelajari dengan fenomena sedemikian rupa sehingga siswa terlibat secara emosional dan sosial yang menjadikan pembelajaran berlangsung menarik dan menyenangkan

C. Keterampilan Proses Sains

Hariwibowo dalam Fitriani (2009):

Keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemam-puan-kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan-kemampuan menda-sar yang telah dikembangkan dan telah terlatih lama-kelamaan akan menjadi suatu keterampilan, sedangkan pendekatan keterampilan proses adalah cara memandang anak didik sebagai manusia seutuhnya. Cara

memandang ini dija-barkan dalam kegiatan belajar mengajar memperhatikan pengembangan penge-tahuan, sikap, nilai, serta keterampilan. Ketiga unsur itu menyatu dalam satu individu dan terampil dalam bentuk kreatifitas.

Hartono dalam Fitriani (2009):

Untuk dapat memahami hakikat IPA secara utuh, yakni IPA sebagai proses, produk dan aplikasi, siswa harus memiliki kemampuan KPS. Dalam pembe-lajaran IPA, aspek proses perlu ditekankan bukan hanya pada hasil akhir dan berpikir benar lebih penting dari pada memperoleh jawaban yang benar. KPS adalah semua keterampilan yang terlibat pada saat berlangsungnya proses sains. KPS terdiri dari beberapa keterampilan yang satu sama lain berkaitan dan sebagai prasyarat. Namun pada setiap jenis keterampilan proses ada pe-nekanan khusus pada masing-masing jenjang pendidikan.


(35)

18

Menurut Rustaman (2009), keterampilan proses melibatkan

keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual, dan sosial. Keterampilan kognitif atau intelektual dengan melakukan keterampilan proses siswa dengan meng-gunakan pikirannya, keterampilan manual terlihat dalam penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan atau perakitan alat, keterampilan sosial dimak-sudkan bahwa dengan keterampilan proses siswa berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Cara berfikir dalam sains, fisika misalnya, dalah keterampilan-keterampilan proses.

Semiawan (1992: 15) menyatakan bahwa keterampilan proses adalah:

Keterampilan fisik dan mental terkait dengan kemampuan-kemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan berhasil menemukan sesuatu yang baru. Dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan memproses perolehan siswa mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.

Menurut Mundilarto dalam Widayanto (2009) menyebutkan bahwa proses sains ditunkan dari langkah-langkah yang dilakukan saintis ketika melakukan penelitian ilmiah, langkah-langkah tersebut dinamakan keterampilan proses. Keterampilan proses sains dapat juga diartikan sebagai kemempuan atau kecakapan untuk melaksanakn suatu tindakan dalam belajar sains sehingga menghasilkan konsep, teori, prinsip, hukum maupun fakta atau bukti.

Funk dkk dalam M. Nur (1998) mengklasifikasikan keterampilan proses sains menjadi keterampilan proses dasar dan keterampilan proses sains terpadu.

Keterampilan proses sains dasar sesuai untuk taman kanak-kanak dan kelas-kelas awal sekolah dasar. Keterampilan proses sains terdiri dari proses berikut:


(36)

19

1. Pengamatan 2. Klasifikasi 3. Komunikasi

4. Pengukur sistem metriks 5. Prediksi

6. Inferensi

Menurut pendapat Tim action Research Buletin Pelangi Pendidikan dalam Fitriani (2009) keterampilan proses sains dibagi menjadi dua antara lain:

1. Keterampilan proses dasar (Basic Science Proses Skill), meliputi observasi, mengelompokkan, pengukuran, berkomunikasi dan inferensi.

2. Keterampilan proses terpadu (Intergated Science Proses Skill), meliputi me-rumuskan hipotesis, menamai variabel, mengontrol variabel, membuat definisi operasional, melakukan eksperimen, interpretasi, merancang penyelidikan, dan aplikasi konsep.

Nur (1998) menyebutkan tentang mengapa inferensi penting sebagai salah satu komponen keterampilan proses sains yang dimiliki siswa, karena kita mempunyai apresiasi yang lebih baik terhadap lingkungan apabila kita dapat menafsirkan dan memahami kejadian-kejadian dan berharap pola semacam itu akan tetap berlaku untuk waktu yang akan datang. Sebagian besar perilaku kita didasarkan pada inferensi yang kita buat. Para ilmuan menyusun hipotesis berdasarkan inferensi yang mereka buat terhadap penyelidikkannya. Sebagai guru, kita selalu membuat inferensi tentang perilaku siswa-siswa kita. Belajar itu sendiri adalah sebuah inferensi yang dibuat berdasarkan perubahan-perubahan tingkah laku siswa yang dapat diobservasi.

Apabila observasi adalah pengalaman yang diperoleh melalui satu atau lebih dari indera, maka inferensi adalah penafsiran atau penjelasan terhadap hasil observasi


(37)

20

tersebut. Inferensi merupakan sebuah pernyataan yang ditarik berdasarkan bukti serangkaian observasi. Dengan demikian, inferensi harus didasarkan pada observasi langsung.

American Asosiation for the Advancement of Science (Devi, 2010) menyebutkan inferensi adalah sebuah pernyataaan yang dibuat berdasarkan fakta hasil

pengamatan. Hasil inferensi dikemukakan sebagai pendapat seseorang terhadap sesuatu yang diamatinya. Pola pembelajaran untuk melatih keterampilan proses inferensi, sebaiknya menggunakan teori belajar konstruktivisme, sehingga siswa belajar merumuskan sendiri inferensinya.

Untuk mengajarkan keterampilan proses itu kepada siswa, siswa perlu benar-benar melakukan pengamatan, pengukuran, pemanipulasi variabel dan sebagai-nya. Pendekatan proses lebih banyak melibatkan siswa dengan obyek-obyek kongkrit, yaitu siswa aktif berbuat. Pendekatan proses memberi siswa pe-mahaman yang valid tentang hakikat sains. Siswa dapat menghayati keasyikan sains dan dapat lebih baik memahami fakta fakta dan konsep-konsep. Pengem-bangan keterampilan proses sains sangat bermanfaat bagi siswa. Keterampilan proses sains dapat ditransfer ke topik dan bidang studi lain serta tidak mudah dilupakan. Keterampilan proses sains membuat siswa merasakan hakikat sains dan memung-kinkan siswa “berbuat” sains. Dengan “berbuat” sains, siswa belajar fakta-fakta dan konsep-konsep sains. Jadi dengan menggunakan pendekatan keterampilan prosesdalam mengajarkan sains sehingga siswa belajar “proses” dan “produk” sains (Soetardjo, 1998).


(38)

21

D. Penguasaan Konsep

Konsep merupakan salah satu pengetahuan awal yang harus dimiliki siswa karena konsep merupakan dasar dalam merumuskan prinsip-prinsip. Penguasaan konsep yang baik akan membantu pemakaian konsep-konsep yang lebih kompleks.

Penguasaan konsep merupakan dasar dari penguasaan prinsip-prinsip teori, artinya untuk dapat menguasai prinsip dan teori harus dikuasai terlebih dahulu konsep-konsep yang menyusun prinsip dan teori yang bersangkutan. Untuk mengetahui sejauh mana penguasaan konsep dan keberhasilan siswa, maka diperlukan tes yang akan dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai tertentu. Penguasaan konsep juga merupakan suatu upaya ke arah pemahaman siswa untuk memahami hal-hal lain di luar pengetahuan sebelumnya. Jadi, siswa di tuntut untuk menguasai materi-materi pelajaran selanjutnya.

Penguasaan konsep adalah proses penyerapan ilmu pengetahuan oleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung, dengan memiliki penguasaan konsep, peserta didik akan mampu mengartikan dan menganalisis ilmu pengetahuan yang diperoleh dari fakta dan pengalaman yang pada akhirnya peserta didik akan mem-peroleh prinsip hukum dari suatu teori.

Menurut Soetardjo (1998) definisi konsep adalah ide yang menggabungkan banyak fakta menjadi satu kesatuan. Konsep menunjukkan kaitan antara banyak fakta. Perolehan konsep pada umumnya memerlukan keterlibatan aktif dengan obyek-obyek nyata, eksplorasi, mendapatkan fakta-fakta, pemanipulasi ide-ide. Konsep diperlukan untuk memperoleh dan mengkomunikasikan pengetahuan,


(39)

22

karena dengan menguasai konsep kemungkinan memperoleh pengetahuan baru tidak terbatas.

Pengertian penguasaan konsep dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai pemahaman atau kesanggupan untuk menggunakan pengetahu-an, kepandaian dan sebagainya. Pemahaman bukan saja berati mengetahui yang sifatnya mengingat (hafalan) saja, tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain atau dengan kata-kata sendiri sehingga mudah mengerti makna bahan yang dipelajari, tetapi tidak mengubah arti yang ada di dalamnya.

Seseorang siswa dikatakan telah menguasai konsep apabila ia mampu mende-finisikan konsep, sehingga dengan kemampuan ini ia bisa membawa membawa konsep dalam bentuk lain yang tidak sama dengan buku teks. Dengan penguasa-annya seorang siswa mampu mengenali prosedur atau proses menghitung yang benar dan tidak benar serta mampu menyatakan dan menafsirkan gagasan untuk memberikan alasan induktif dan deduktif sederhana baik secara lisan, tertulis dan mendemonstrasikan (Depdiknas, 2003)

Penguasaan konsep akan mempengaruhi ketercapaian hasil belajar siswa. Suatu proses dikatakan berhasil apabila hasil belajar yang didapatkan meningkat atau mengalami perubahan setelah siswa melakukan aktivitas belajar, pendapat ini di-dukung oleh Djamarah dan Zain (2010) yang mengatakan bahwa belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah ber-akhirnya melakukan aktivitas belajar. Proses belajar seseorang sangat dipenga-ruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah pembelajaran yang digunakan guru dalam kelas, dalam belajar juga dituntut adanya suatu aktivitas yang harus


(40)

dilaku-23

kan siswa sebagai usaha untuk meningkatkan penguasaan materi. Keberhasilan suatu proses pembelajaran di kelas dapat terlihat dari penguasaan konsep yang dicapai siswa. Penguasaan konsep merupakan salah satu aspek dalam ranah kog-nitif dari tujuan kegiatan pembelajaran bagi siswa, sebab ranah kogkog-nitif berhubu-ngan deberhubu-ngan kemampuan berfikir, menghafal, memahami, mengaplikasi, menga-nalisis, menyintesis, dan mengevaluasi. Penguasaan konsep yang telah dipelajari siswa dapat diukur dari hasil tes yang dilakukan oleh guru.

E. Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini akan diteliti bagaimana efektivitas Model pembelajaran learning cycle 3Epada materi reaksi oksidasi rediksi dalam meningkatkan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep siswa di SMA Negeri 13 Bandar Lampung.

Didasarkan pada keterangan dari beberapa ahli yang telah diuraikan sebelumnya bahwa kelebihan yang dimiliki oleh model pembelajaranlearning cycle 3E

dibandingkan dengan pembelajaran konvensional yakni pembelajaran ini berpusat pada siswa artinya model pembelajaran ini sejalan dengan kurikulum yang ada saat ini, selain itu melalui model pembelajaran ini siswa juga dapat mengem-bangkan keterampilan dalam memecahkan masalah, siswa termotivasi mem-pelajari materi dan konsep baru ketika memecahkan masalah, lebih dari itu bahkan siswa juga dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan keterampilan inferensi yang memungkinkan mereka belajar dan bekerja dalam tim, siswa dapat mengintegrasikan teori yang memungkinkan mereka menggabungkan penge-tahuan lama dan baru, sehingga pada akhirnya memotivasi guru dan siswa untuk


(41)

24

belajar dan membantu siswa untuk belajar sepanjang hayat, serta materi reaksi oksidasi-reduksi memiliki banyak hal (masalah) yang dapat ditemui oleh siswa di kehidupan mereka sehari-hari maka peneliti memiliki pemikiran bahwa pembela-jaran dengan model pembelapembela-jaranlearning cycle 3Eakan menghasilkan siswa dengan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep pada materi reaksi oksidasi-reduksi yang lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensio-nal.

Namun dibalik segala kelebihan yang dimiliki, model pembelajaran ini juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut antara lain yaitu sulit untuk mengubah kebiasaan siswa belajar dari mendengarkan dan menerima informasi guru menjadi belajar dengan banyak berfikir memecahkan permasalah sendiri atau kelompok, diperlukan cukup banyak waktu bagi siswa untuk memecahkan masa-lah ketika situasi masamasa-lah tersebut pertama kali dihadapkan kepada siswa, selain itu pembelajaran ini juga memerlukan berbagai sumber belajar.

Untuk mengatasi beberapa kekurangan tersebut, maka penelitian ini menggunakan LKS (terdapat di lampiran) yang dibuat dengan tujuan menuntun siswa untuk aktif berdiskusi, memecahkan masalah yang diberikan dengan lebih mudah, sehingga diharapkan dapat mengefisiensi waktu yang digunakan siswa untuk memecahkan masalah yang diberikan.

F. Anggapan Dasar


(42)

25

1). Siswa Kelas X semester genap SMA Negeri 13 Bandar Lampung tahun pelaja-ran 2011/2012 yang menjadi objek penelitian mempunyai kemampuan awal yang sama dalam keterampilan inferensi dan penguasaan konsep.

2). Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep siswa kelas X semester genap SMA Negeri 13 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012 diabaikan.

I. Hipotesis

Sebagai pemandu dalam melakukan analisis maka perlu disusun hipotesis. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Pembelajaran melalui modellearning cycle 3E efektif dalam meningkatkan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep pada materi reaksi oksidasi-reduksi.


(43)

26

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 13 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011-2012 yang berjumlah 239 siswa. Siswa tersebut merupakan satu kesatuan populasi, karena adanya kesamaan-kesamaan sebagai berikut:

a. Siswa-siswa tersebut berada dalam 7 kelas yang sama, yaitu kelas X SMA Negeri 13 Bandar Lampung yang terbagi dari kelas X1–X7.

b. Siswa-siswa tersebut berada dalam semester yang sama, yaitu semester genap. c. Dalam pelaksanaan pengajarannya, siswa-siswa tersebut diajar dengan kurikulum

yang sama (KTSP), dan jumlah jam belajar yang sama (empat jam pelajaran dalam setiap minggu).

2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknikpurposive samplingyaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan berdasarkan ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Pengambilan sampel dilakukan ber-dasarkan pertimbangan peneliti, yaitu dengan melihat hasil rata-rata ujian blok ikatan kimia siswa SMA Negeri 13 Bandar Lampung. Dari hasil rata rata ujian blok


(44)

ter-27

sebut kelas yang memiliki rata-rata nilai hampir sama yaitu kelas X4dan X5. Setelah

diperoleh dua kelas sampel maka ditentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan teknik tersebut diperoleh kelas X4sebagai kelas eksperimen yang

meng-gunakan metodelearning cycle 3E, sedangkan kelas X5adalah kelas kontrol yang

menggunakan pembelajaran konvensional.

B. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah:

Variabel bebas adalah model pembelajaran yang digunakan, yaitu model pem-belajaranLearning Cycle 3Edan pembelajaran konvensional. Sebagai variabel ter-ikat adalah keterampilan inferensi dan penguasaan konsep pada materi reaksi oksi-dasi reduksi siswa SMA Negeri 13 Bandar Lampung.

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang diambil dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data hasil tes sebelum belajar (pretest) dan hasil tes setelah belajar (posttest) siswa.

Adapun sumber data dibagi menjadi dua kelompok yaitu: 1. Seluruh siswa kelas eksperimen; dan

2. Seluruh siswa kelas kontrol. D. Desain Penelitian

Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan menggunakan desain penelitianNon-Equivalen Pretest-Posttest Control Group Design.


(45)

28

Desain penelitiannya adalah: Tabel 2. Desain penelitian

Pretest Perlakuan Posttest

Kelas kontrol O1 - O2

Kelas eksperimen O1 X O2

(Sugiyono, 2010) Keterangan:

X : Pembelajaran kimia dengan menggunakan model pembelajaranlearning cycle 3E.

- : Pembelajaran kimia dengan menggunakan model pembelajaran Konvensional O1: Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberipretest

O2: Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberiposttest

Di dalam penelitian ini tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Tes yang dilakukan sebelum perlakuan disebutpretestdan sesudah perlakuan disebutposttest.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 1997). Pada

penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah silabus, RPP, LKS, lembar aktifitas siswa, lembar kinerja guru, dan soal-soalpretestdanposttestyang masing-masing


(46)

29

terdiri atas soal penguasaan konsep yang berupa pilihan jamak dan soal kemampuan inferensi dalam bentuk uraian.

Dalam pelaksanaannya, kelas kontrol dan kelas eksperimen diberikan soal yang sama. Soalpretestadalah materi pokok sebelumnya (larutan elektrolit dan non-elektrolit), sedangkan soalposttestadalah materi pokok reaksi oksidasi reduksi. Agar data yang diperoleh sahih atau dapat dipercaya, maka instrumen yang digunakan harus valid. Dengan kata lain suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Untuk itu, perlu dilakukan pengujian terhadap instrumen yang akan digunakan. Pengujian instrumen penelitian ini menggunakan validitas isi. Adapun pengujian validitas isi ini dilakukan dengan carajudgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator, dan butir-butir pertanyaannya. Bila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang

bersangkutan.

Oleh karena dalam melakukanjudgmentdiperlukan ketelitian dan keahlian penilai, maka peneliti meminta ahli untuk melakukannya. Dalam hal ini dilakukan oleh do-sen pembimbing penelitian untuk melakukannya.

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

1. Tahap Prapenelitian


(47)

30

b. meminta izin kepada kepala sekolah SMA Negeri 13 Bandar Lampung dan menyampaikan surat izin penelitian yang telah dibuat,

c. mengadakan observasi ke sekolah untuk mendapatkan informasi tentang keadaan sekolah, data siswa, data nilai, jadwal dan tata tertib sekolah, serta sarana prasarana di sekolah,

d. menentukan dua kelas sebagai kelas sampel,

e. menyiapkan perangkat pembelajaran yang digunakan selama proses pembelajaran di kelas,

f. menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan materi pokok yang diteliti yaitu materi reaksi oksidasi reduksi.

g. membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan materi pokok yang diteliti yaitu materi pokok reaksi oksidasi reduksi.

h. membuat soalpretestdanposttest.

2. Tahap Penelitian

Prosedur pelaksanaan di kelas dikelompokkan menjadi dua yaitu pembelajaran Learning Cycle 3Edan pembelajaran konvensional. Pada kelas X4diterapkan

model pembelajaranLearning Cycle 3Edan kelas X5diterapkan pembelajaran

konvensional. Prosedur pelaksanaannya sebagai berikut:

a. Melakukanpretestdengan soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

b. Melaksanakan pembelajaran pada materi pokok reaksi oksidasi reduksi sesuai model pembelajaran yang ditetapkan pada masing-masing kelas.

c. Melakukanposttestdengan soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol kemudian tabulasi dan analisis data.


(48)

31

Alur pada penelitian ini sebagai berikut:

Gambar 1. Alur penelitian Penyusunan

perangkat pembelajaran konvensional

1. Penyusunan kisi-kisi butir soal (pretestdanposttest) 2. Butir soal tes (pretestdan

posttest)

Penyusunan perangkat pembelajaran problem solving

Validasipretestdan posttest

Kelas kontrol Kelas eksperimen

Pretest Pretest

Pembelajaran konvensional

Pembelajaran learning cycle 3E

Posttest Posttest

Tabulasi dan analisisdata


(49)

32

G. Analisis Data Penelitian

1. Hipotesis kerja

1. Hipotesis 1 (keterampilan inferensi)

Rata-rata keterampilan inferensi pada materi reaksi oksidasi reduksi dikelas yang diterapkan pembelajaranLearning Cycle 3Elebih tinggi dari rata-rata keterampil-an inferensi di kelas yketerampil-ang diterapkketerampil-an pembelajarketerampil-an konvensional.

2. Hipotesis 2 (penguasaan konsep)

Rata-rata penguasaan konsep pada materi reaksi oksidasi reduksi di kelas yang diterapkan pembelajaranLearning Cycle 3Elebih tinggi dari rata-rata pengua-saan konsep di kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.

2. Hipotesis statistik

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).

Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah: 1. Hipotesis 1 (keterampilan inferensi)

H0 : µ1x≤ µ2x

Rata-ratan-Gainketerampilan inferensi pada materi reaksi oksidasi-reduksi dengan pembelajaranLearning Cycle 3Elebih rendah atau sama dengan rata-ratan-Gainketerampilan inferensi dengan pembelajaran konvensional.


(50)

33

H1 : µ1x> µ2x

Rata-ratan-Gainketerampilan inferensi pada materi reaksi oksidasi reduksi dengan pembelajaranLearning Cycle 3E lebih tinggi daripada rata-ratan-Gainketerampilan inferensi dengan pembelajaran kon-vensional.

2. Hipotesis 2 (penguasaan konsep) H0 : µ1y≤ µ2y

Rata-ratan-Gainpenguasaan konsep pada materi reaksi oksidasi reduksi dengan pembelajaran Learning Cycle 3E lebih rendah atau sama dengan rata-ratan-Gainpenguasaan konsep dengan pembelajaran konvensional.

H1 :µ1y> µ2y

Rata-ratan-Gainpenguasaan konsep pada materi reaksi oksidasi reduksi dengan pembelajaranLearning Cycle 3E lebih tinggi daripada rata-rata n-Gainketerampilan mengkomunikasikan dengan pembelajaran

konvensional. Keterangan:

µ1 :Rata-rata (x) pada materi reaksi oksidasi reduksi pada kelas yang diterapkan

pembelajaranLearning Cycle 3E.

µ2 :Rata-rata (x) pada materi reaksi oksidasi reduksi pada kelas dengan pembelajaran

konvensional.

x : Keterampilan inferensi y : Penguasaan konsep


(51)

34

3. Teknik analisis data

Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

Skor pretes dan postes dirumuskan sebagai berikut:

Skor siswa= 100 ...(1)

Data yang diperoleh kemudian dicari gain ternormalisasinya kemudian dianalisis menggunakan uji homogenitas dua varians.

a) Perhitungan Gain Ternormalisasi

n-Gain merupakan perbandingan antara selisih skor pretes dan skor postes dengan selisih skor maksimum dan skor pretes. n-Gain digunakan untuk mengukur efek-tivitas suatu pembelajaran. Melalui perhitungan ini didapatkan data n-Gain se-jumlah siswa yang mengikuti test tersebut. Dalam hal ini 35 data pada kelas X4

(kelas eksperimen) dan 36 data pada kelas X5(kelas kontrol). n-Gain dirumuskan

sebagai berikut:

Rumusn Gain = ( )

( ) ...(2)

Kriteria interpertasi gain yang dikemukakan oleh Hake, yaitu: g≥ 0,7 (tinggi)

0,3≤ g < 0,7 (sedang) g < 0,3 (rendah)


(52)

35

b) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi ber-distribusi normal atau tidak dan untuk menentukan uji selanjutnya apakah memakai statistik parametrik atau non parametrik. Pasangan hipotesis yang akan diuji adalah : H0: sampel berasal dari populasi berdistribusi normal

H1: sampel berasal dari populasi tidak berdistribusi normal

Kenormalan data dihitung dengan menggunakan uji chi kuadrat (χ2) dengan rumus:

   K i i i i E E O 1 2

2 ( )

χ

…………(3)

Keterangan: χ2= uji Chi- kuadrat Oi= frekuensi observasi

Ei= frekuensi harapan

Kriteria : Terima Ho jika hitung  tabel. c) Uji homogenitas dua varians

Uji homogenitas dua varians digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak.

H0= sampel kedua kelas antara kelas kontrol dan kelas eksperimen penelitian

mempunyai variansi yang homogen

H1= sampel kedua kelas antara kelas kontrol dan kelas eksperimen penelitian


(53)

36

a. Rumusan hipotesis

H0 = (Sampel antara kedua kelas mempunyai varian yang homogen)

H1 (Sampel antara kedua kelas mempunyai varian yang tidak homogen)

Keterangan:

=varians skor kelompok I =varians skor kelompok II dimana dk1= (n1-1) dan dk2= (n2-1)

b. Rumus statistik yang digunakan adalah uji-F:

= ...(4)

Keterangan :

=varians terbesar =varians terkecil

Pada taraf 0.05, terima Ho jika F hitung F ½(1,2) dan tolak sebaliknya

(Sudjana, 2005)

d) Teknik Pengujian Hipotesis

Untuk data sampel yang berasal dari populasi berdistribusi normal, maka uji hipo-tesis yang digunakan adalah uji parametik (Sudjana, 1996). Teknik pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1). Sehingga


(54)

37

1) Hipotesis 1 (keterampilan inferensi)

H0 µ1x µ2x : Rata-rata keterampilan inferensi dikelas yang diterapkan

pembela-jaranlearning cycle 3Elebih rendah atau sama dengan keterampilan inferensi dikelas yang diterapkan pembelajaran konvensional siswa SMA Negeri 13 Bandar lampung.

H1 µ1x> µ2x : Rata-rata keterampilan inferensi dikelas yang diterapkan

pembela-jaranlearning cycle 3Elebih tinggi dibandingkan keterampilan infe-rensi dikelas yang diterapkan pembelajaran konvensional siswa SMA Negeri 13 Bandar lampung.

2) Hipotesis 2 (penguasaan konsep)

H0 µ1y µ2y : Rata-rata penguasaan konsep dikelas yang diterapkan pembelajaran

learning cycle 3Elebih rendah atau sama dengan penguasaan konsep dikelas yang diterapkan pembelajaran konvensional siswa SMA Negeri 13 Bandar lampung.

H1 µ1y> µ2y: Rata-rata penguasaan konsep dikelas yang diterapkan pembelajaran

learning cycle 3Elebih tinggi dibandingkan penguasaan konsep dikelas yang diterapkan pembelajaran konvensional siswa SMA Negeri 13 Bandar lampung.

Keterangan:

µ1 :Rata-rata (x,y) pada materi pokok reaksi oksidasi-reduksi pada kelas yang


(55)

38

µ2 :Rata-rata (x,y) pada materi pokok reaksi oksidasi-reduksi pada kelas dengan

pembelajaran konvensional. x: keterampilan inferensi. y : penguasaan konsep.

Dalam penelitian ini digunakan uji-t, yakni uji perbedaan dua rata–rata. Uji statistik ini sangatlah bergantung homogenitas kedua varians data, karena pada keterampilan inferensi variansnya homogen maka rumus statistik yang digunakan adalah:

a) = (Sampel mempunyai varian yang homogen), maka :

= ...(5)

= ( ) ( ) ...(6)

Keterangan:

= rata-ratan-Gainketerampilan inferensi reaksi oksidasi-reduksi yang diberi pembelajaran menggunakan pembelajaranlearning cycle 3E.

= rata-ratan-Gainketerampilan inferensi reaksi oksidasi-reduksi yang diberi pembelajaran konvensional.

= Simpangan baku gabungan.

= Jumlah siswa yang pembelajarannya menggunakan pembelajaranlearning cycle3E.

= Jumlah siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.


(56)

39

= Simpangan baku siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Dalam hal ini, kriteria pengujian adalah terima Ho jika t’t1 -dan tolak Ho jika

mempunyai harga-harga lain.

Pada penguasaan konsep variansnya tidak homogen maka rumus statistik yang digunakan adalah:

b) (Sampel mempunyai varian yang tidak homogen), maka : = ...(7)

dan

n

1

n

x

x

n

s

i i 2 i 2 i i 2 i

...(8)

Keterangan: t' = Koefisien t

1

x = rata-ratan-Gainketerampilan inferensi reaksi oksidas-reduksi yang diterap-kan pembelajaranlearning cycle 3E

2

x = rata-ratan-Gainketerampilan inferensi reaksi oksidasi-reduksi yang diterapkan pembelajaran konvensional

i

x = Gain kelas kontrol/eksperimen 2

1

s = Varians siswa yang diterapkan pembelajaranlearning cycle 3E 2

2

s = Varians siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. 2

i


(57)

40

1

n = Jumlah siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaranlearning cycle 3E n2 = Jumlah siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Dalam hal ini, kriteria pengujian adalah, tolak Ho jika :

+

+

dan terima Ho jika terjadi sebaliknya. Keterangan:

=

=

= ( ),( )

= ( ),( )

c) Mencari harga t tabel pada tabel distribusitdengan level signifikan 0,05 dan 2

-n n

dk 12 untuk 2 2 2 1 σ

σ  , sedangkan level signifikan 0,05 dan dk masing-masing

n1-1

dan

n2-1

untuk 2

2 2 1 σ

σ  .


(58)

55

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Rata-rata keterampilan inferensi siswa pada materi reaksi oksidasi-reduksi dikelas yang dibelajarkan dengan pembelajaran melaluiLearning Cycle 3E lebih tinggi bila dibandingkan dengan siswa dikelas yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional.

2. Rata-rata penguasaan konsep siswa pada materi reaksi oksidasi reduksi dikelas yang dibelajarkan dengan pembelajaran melaluiLearning Cycle 3E lebih tinggi bila diban-dingkan dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional.

3. Model pembelajaranLearning Cycle 3Emelalui materi reaksi oksidasi reduksi efektif dalam meningkatkan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep.


(59)

56

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian agar lebih mem-perhatikan pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran sehingga pembel-ajaran lebih maksimal.

2. Pembelajaranlearning cycle 3Ehendaknya diterapkan dalam pembelajaran kimia, terutama pada materi reaksi oksidasi-reduksi karena terbukti efektif dalam meningkatkan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep siswa. 3. Agar penerapan pembelajaranlearning cycle 3Eberjalan efektif, hendaknya

guru menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran, serta guru harus memiliki kreativitas dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran. 4. Agar penerapan pembelajaranlearning cycle 3Eberjalan maksimal, perlu


(60)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 1997. Penilaian Program Pendidikan. Edisi III. Bina Aksara. Jakarta.

Budimansyah, Dasim. 2002.Model Pembelajaran dan Penilaian Portofolio. Ganesindo. Bandung.

BSNP. 2006.Panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Menteri Pendidikan Nasional. Jakarta

Dahar, R.W. 1988.Teori-teori belajar. Erlangga. Jakarta

Depdiknas. 2003.Pedoman khusus pengembangan silabus dan penilaian kurikulum 2004. Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

Diawati, C. 2011. Pembelajaran MIPA Berorientasi Pengembangan Soft Skills. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan MIPA. Unila. Bandar Lampung. Djamarah dan Zain, A. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Fajaroh dan Dasna. 2007.Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar (learning cycle). Universitas Negeri malang. Malang.

Fitri, U.N. 2011.Efektivitas Pembelajaran Learning Cycle 3 E Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Penguasaan Konsep Oksidasi Reduksi. Skripsi.FKIP Unila. Bandar Lampung

Gagne, R.M. 1975.The conditions of learning.Edisi IV. RHW. New York

Hariwibowo, K., R. Febrianto, A. Rengganis, dan Hera. Makalah Pembelajaran-Proses: Pendekatan Keterampilan Proses. [online]http://lubisgrafura.word-press.com/2009/05/26/


(61)

Hudojo, H. 2011.Pembelajaran Menurut Pandangan Konstruktivisme. Makalah Semlok Konstruktivisme sebagai Rangkaian Kegiatan Piloting JICA. FMIPA Universitas Negeri Malang. 9 Juli 2001.

Komalasari, K. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Refika Aditama. Bandung.

Nur, M. 1998. ProsesBelajar Mengajar Dengan Metode Pendekatan Keterampilan Proses. Surabaya: SIC

Purba, M. 2006.KIMIA SMA Kelas X. Erlangga. Jakarta.

Purnomo, P. 2002. Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah (Diktat). FKIP Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

Rosilawati, I. 2011. Peran Lesson Study Dalam Mengembangkan Keprofesionalan Pendidik dan Peningkatan Kualiatas Pembelajaran Secara Berkelanjutan (Continuing Professional Development). Prosiding Seminar Nasional LS IV. Universitas Negeri Malang. Malang

Rustaman, Nuryani. 2005. Pengembangan Butir Soal Keterampilan Proses Sains. FPMIPA. UPI. http://onengdalilah.blogspot.com/2009/02

Sahputra, H. 2011. Peranan Ilmu Kimia Dalam Meningkatkan Kemandirian Bangsa.Prosiding Seminar Nasional Kimia V. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.

Semiawan, Conny. 1992.Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia Soetardjo. 1998. Proses Belajar Mengajar Dengan Metode Pendekatan

Keterampilan Proses. SIC. Surabaya.

Sudjana. 2005.Metoda Statistika.Tarsito. Bandung.

Sugiyono. 2002.Statistika untuk Penelitian. CV Alfabeta. Bandung. Suryabrata, S. 1993.Metode Penelitian. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Wicaksono, A. 2008. Efektitifitas Pembelajaran. Agung (Ed). 5 April 2008. 2 Juli 2011 http://agung.smkn1pml.sch.id/wordpress/?p=119

Widayanto. 2009. Pengembangan Keterampilan Proses dan Pemahaman Siswa Kelas X melalui Kit Optik.Jurnal Pendidikan Fisika 1nd Volume 5 Nomor 1 Januari. Jakarta


(1)

= Simpangan baku siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Dalam hal ini, kriteria pengujian adalah terima Ho jika t’t1 -dan tolak Ho jika

mempunyai harga-harga lain.

Pada penguasaan konsep variansnya tidak homogen maka rumus statistik yang digunakan adalah:

b) (Sampel mempunyai varian yang tidak homogen), maka : =

...(7)

dan

n

1

n

x

x

n

s

i i 2 i 2 i i 2 i

...(8)

Keterangan: t' = Koefisien t

1

x = rata-ratan-Gainketerampilan inferensi reaksi oksidas-reduksi yang diterap-kan pembelajaranlearning cycle 3E

2

x = rata-ratan-Gainketerampilan inferensi reaksi oksidasi-reduksi yang diterapkan pembelajaran konvensional

i

x = Gain kelas kontrol/eksperimen

2 1

s = Varians siswa yang diterapkan pembelajaranlearning cycle 3E

2 2

s = Varians siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

2 i


(2)

40

1

n = Jumlah siswa pada kelas yang diterapkan pembelajaranlearning cycle 3E n2

= Jumlah siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Dalam hal ini, kriteria pengujian adalah, tolak Ho jika :

+

+

dan terima Ho jika terjadi sebaliknya. Keterangan:

=

=

= ( ),( )

= ( ),( )

c) Mencari harga t tabel pada tabel distribusitdengan level signifikan 0,05 dan

2 -n n

dk 12 untuk 2 2 2 1 σ

σ  , sedangkan level signifikan 0,05 dan dk masing-masing

n1-1

dan

n2-1

untuk 2

2 2 1 σ

σ  .


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Rata-rata keterampilan inferensi siswa pada materi reaksi oksidasi-reduksi dikelas yang dibelajarkan dengan pembelajaran melaluiLearning Cycle 3E

lebih tinggi bila dibandingkan dengan siswa dikelas yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional.

2. Rata-rata penguasaan konsep siswa pada materi reaksi oksidasi reduksi dikelas yang dibelajarkan dengan pembelajaran melaluiLearning Cycle 3E

lebih tinggi bila diban-dingkan dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional.

3. Model pembelajaranLearning Cycle 3Emelalui materi reaksi oksidasi reduksi efektif dalam meningkatkan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep.


(4)

56

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian agar lebih mem-perhatikan pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran sehingga pembel-ajaran lebih maksimal.

2. Pembelajaranlearning cycle 3Ehendaknya diterapkan dalam pembelajaran kimia, terutama pada materi reaksi oksidasi-reduksi karena terbukti efektif dalam meningkatkan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep siswa. 3. Agar penerapan pembelajaranlearning cycle 3Eberjalan efektif, hendaknya

guru menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran, serta guru harus memiliki kreativitas dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran. 4. Agar penerapan pembelajaranlearning cycle 3Eberjalan maksimal, perlu


(5)

Arikunto, S. 1997. Penilaian Program Pendidikan. Edisi III. Bina Aksara. Jakarta.

Budimansyah, Dasim. 2002.Model Pembelajaran dan Penilaian Portofolio. Ganesindo. Bandung.

BSNP. 2006.Panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Menteri Pendidikan Nasional. Jakarta

Dahar, R.W. 1988.Teori-teori belajar. Erlangga. Jakarta

Depdiknas. 2003.Pedoman khusus pengembangan silabus dan penilaian kurikulum 2004. Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

Diawati, C. 2011. Pembelajaran MIPA Berorientasi Pengembangan Soft Skills.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan MIPA. Unila. Bandar Lampung. Djamarah dan Zain, A. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Fajaroh dan Dasna. 2007.Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar (learning cycle). Universitas Negeri malang. Malang.

Fitri, U.N. 2011.Efektivitas Pembelajaran Learning Cycle 3 E Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Penguasaan Konsep Oksidasi Reduksi. Skripsi.FKIP Unila. Bandar Lampung

Gagne, R.M. 1975.The conditions of learning.Edisi IV. RHW. New York

Hariwibowo, K., R. Febrianto, A. Rengganis, dan Hera. Makalah Pembelajaran-Proses: Pendekatan Keterampilan Proses. [online]http://lubisgrafura.word-press.com/2009/05/26/


(6)

Hudojo, H. 2011.Pembelajaran Menurut Pandangan Konstruktivisme. Makalah Semlok Konstruktivisme sebagai Rangkaian Kegiatan Piloting JICA.

FMIPA Universitas Negeri Malang. 9 Juli 2001.

Komalasari, K. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Refika Aditama. Bandung.

Nur, M. 1998. ProsesBelajar Mengajar Dengan Metode Pendekatan Keterampilan Proses. Surabaya: SIC

Purba, M. 2006.KIMIA SMA Kelas X. Erlangga. Jakarta.

Purnomo, P. 2002. Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah (Diktat). FKIP Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

Rosilawati, I. 2011. Peran Lesson Study Dalam Mengembangkan Keprofesionalan Pendidik dan Peningkatan Kualiatas Pembelajaran Secara Berkelanjutan (Continuing Professional Development). Prosiding Seminar Nasional LS IV. Universitas Negeri Malang. Malang

Rustaman, Nuryani. 2005. Pengembangan Butir Soal Keterampilan Proses Sains. FPMIPA. UPI. http://onengdalilah.blogspot.com/2009/02

Sahputra, H. 2011. Peranan Ilmu Kimia Dalam Meningkatkan Kemandirian Bangsa.Prosiding Seminar Nasional Kimia V. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.

Semiawan, Conny. 1992.Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia Soetardjo. 1998. Proses Belajar Mengajar Dengan Metode Pendekatan

Keterampilan Proses. SIC. Surabaya.

Sudjana. 2005.Metoda Statistika.Tarsito. Bandung.

Sugiyono. 2002.Statistika untuk Penelitian. CV Alfabeta. Bandung. Suryabrata, S. 1993.Metode Penelitian. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Wicaksono, A. 2008. Efektitifitas Pembelajaran. Agung (Ed). 5 April 2008. 2 Juli 2011 http://agung.smkn1pml.sch.id/wordpress/?p=119

Widayanto. 2009. Pengembangan Keterampilan Proses dan Pemahaman Siswa Kelas X melalui Kit Optik.Jurnal Pendidikan Fisika 1nd Volume 5 Nomor 1 Januari. Jakarta


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP

0 3 35

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI HUKUM - HUKUM DASAR KIMIA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP

0 12 70

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI HUKUM - HUKUM DASAR KIMIA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP

0 11 66

EFEKTIVITAS MODEL LEARNING CYCLE 3E DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP KESETIMBANGAN KIMIA

0 13 48

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI REAKSI OKSIDASI-REDUKSI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN DAN PENGUASAAN KONSEP PADA SISWA

0 10 57

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI REAKSI OKSIDASI-REDUKSI DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP PADA SISWA

0 10 54

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI REAKSI OKSIDASI-REDUKSI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN PENGUASAAN KONSEP PADA SISWA

0 25 54

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN INFERENSI

0 12 43

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP LAJU REAKSI

0 6 35

EFEKTIVITAS MODEL LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI TERMOKIMIA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN INFERENSI

0 14 34