102 Pembatasan manusia berkarya karena jenis kelamin itu tidak sesuai dengan Penciptaan
bahkan merusak gambar Allah dalam diri laki-laki dan perempuan. Gereja sebagai persekutuan orang percaya yang memakai Alkitab sebagai tuntunan hidup hendaknya menegaskan dan
menerima semua orang berkarya untuk melayani sesama.
4.2. Laki-laki dan perempuan setara di dalam Kristus
Kitab Galatia adalah merupakan teks yang menentang pandangan negatif Paulus terhadap perempuan. Pandangan Paulus, tembok pemisah tersebut yaitu suku, jender dan
ekonomi yang kaku telah dihancurkan oleh kata-kata dalam Galatia 3:28.
221
Dalam ayat tersebut Rasul Paulus
e gu gkapka , dala Kristus tidak ada ora g Yahudi atau ora g Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-
laki atau tidak ada pere pua adalah bagian dari teks itu yang akan menjadi tekanan dalam kesadaran penuh. Di dalam
Kristus, baik keturunan, tingkatan atau seks tidak dianggap penting atau ditiadakan. Paulus mengatakan bahwa tembok pemisah tidak hadir di dalam Kristus tetapi telah dijembatani
didalamNya. Penebusan dalam Kristus dan pemberian Roh Kudus yang dijamin oleh Kristus mengandung arti tidak ada pilihan antara Yahudi dan Yunani, tuan dan hamba, laki-laki dan
perempuan.
222
Semuanya adalah satu keutuhan dan setara. Pengalaman bersama Kristus membuahkan hasil bahwa dalam kuasa kesetaraan antara
laki-laki dan perempuan-suatu kesetaraan yang sudah dibangun oleh kehendak Allah, diekspresikan dalam cerita penciptaan dan telah digunakan sebagai dasar penentuan warga
kelas dua. Pada hakekatnya sekarang ini telah hancur. Tuhan Yesus yang terlibat dalam
221
Jhon Shelby Spong, The Sins..., 103 – 104
222
Ridderbos, Herman N, The Epistle of Paul to the Churches of Galatia, Michigan, WMB Eerdmans Publishing Co, Grand Rapids, 1972, 148-150.
103 percakapan dengan seorang perempuan Samaria di sumur Yakub mengungkapkan tentang
siapa Tuhan Yesus yang mengetahui diri perempuan Samaria itu Yohanes 4:17-42 sehingga menuangkan ke dalam diri perempuan itu suatu penghormatan, suatu martabat yang
memanggilnya masuk ke dalam dimensi-dimensi baru apa artinya menjadi manusia. Demikian juga kisah Tuhan Yesus mengunjungi dua perempuan bersaudara Marta dan
Maria Lukas 10:38-42. Dalam cerita tersebut diungkapkan Tuhan Yesus menolak permintaan Marta agar memaksa Maria masuk ke wilayah pekerjaan perempuan di dapur sebagaimana ia
terperangkap dalam peran stereotipe baca: klise yang diharapkan masyarakat dilakukan perempuan. Sebaliknya Tuhan Yesus mendukung sikap Maria yang mengambil peran sebagai
seorang murid dan duduk dekat kaki Tuhan Yesus, adalah bagian yang terbaik yang tidak akan diambil daripadanya. Ini adalah kisah-kisah menakjubkan bagaimana definisi-definisi yang
dipaksakan sedang dihancurkan oleh pemahaman baru apa artinya menjadi seorang perempuan sekaligus menjadi seorang manusia.
Oleh karena itu tidak ada laki-laki dan tidak ada perempuan, tidak ada superioritas dan tidak ada imferioritas. Sebagaimana dikatakan Soritua Nababan,
223
presiden DGD Dewan Gereja-gereja Dunia yang memahami I Petrus 2:
Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu
memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapa kepada tera gN a a g ajai , yang mengembangkan pemahaman imamat am
orang percaya. Selanjutnya Nababan
224
mengungkapkan bahwa dengan baptisan kita semua
223
Soritua Nababan, bahan seminar, Tugas tanggungjawab para pelayan dalam masyarakat secara khusus pada masa pemilu, Jakarta, Januari 2008, 3.
224
Ibid.
104 adalah imam-imam yang sudah ditahbiskan. Nilai baru dari ungkapan ini adalah kesetaraan
yang akan menjadi tanda Gereja di masa depan. Dalam Gereja tidak akan ada lagi tembok pemisah yang menentang perempuan, tidak ada definisi yang menilai mereka sebagai warga
kelas dua. Gereja aru aka e e pelka ekspresi i a ahwa didala Kristus tidak ada laki-laki dan tidak ada perempuan.
Kesetaraan adalah keberhasilan perempuan dari yang menentang patiarkhat dalam masyarakat dan Gereja. Tuhan Yesus telah menghancurkan kekuatan tembok-tembok pemisah
dan definisi-definisi tersebut. Mengikuti Tuhan Yesus adalah mengetahui didalam Kristus, kemanusian utuh penuh sebagaimana adanya. Apakah dia laki-laki atau perempuan boleh
dipisah secara fungsi biologis, tetapi harus tidak pernah dipisahkan nilai kemanusiaannya dan nilai kemuliaannya.
Pemahaman Gereja yang keliru terhadap perempuan sebagai warga kelas dua bersumber dari Alkitab, dalam cerita penciptaan. Budaya patriarkhat telah mengokohkan
perlakuan Gereja terhadap perempuan. Alkitab telah mencatat bahwa Tuhan Yesus telah menghancurkan pemahaman tersebut melalui pertemuan dan percakapannya serta
tindakannya kepada banyak perempuan, yang sampai akhir hidupnya setia menemaninya. Pemahaman ini ditegaskan kembali oleh Rasul Paulus bahwa laki-laki dan perempuan adalah
setara. Oleh karena itu tidak ada alasan bagi Gereja untuk membatasi atau menutup peluang bagi perempuan sebagai pemimpin dalam Gereja.
Pada saat ini Gereja sebagai tubuh Kristus termasuk HKBP menyuarakan kabar sukacita bagi seluruh mahluk ciptaan. Tembok-tembok pemisah telah dihancurkan didalam Kristus,
105 se agai a a dala Galatia : Dala hal i i tidak orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada
hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan karena kamu semua satu di dala Kristus Yesus. Tidak ada e tuk pe
atasa apapu a g dapat di erlakuka terhadap perempuan dalam Gereja karena kesetaraan laki-laki dan perempuan. Sebaliknya laki-laki dan
perempuan bersama-sama mewujudkan nilai kemanusiaannya dan nilai kemuliaannya.
4.3. Kepemimpinan perempuan dalam Alkitab