Latihan Fisik Terapi Farmakologi Senam Diabetes

c. Latihan Fisik

Pada waktu melakukan latihan fisik exercise, ambilan uptake glukosa oleh otot yang sedang bekerja dapat mencapai kenaikan sampai 15-20 kali lipat, karena peningkatan laju metabolik pada otot yang aktif Yunir Soebardi, 2006. Latihan jasmani sehari-hari dilakukan secara teratur, 3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit dapat memperbaiki profil lemak, menurunkan berat badan, dan menjaga kebugaran. Latihan jasmani selain untuk kebugaran, juga untuk menurunkan berat badan akan meningkatkan sensitivitas insulin, sehingga akan menurunkan glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan kaki, senam, sepeda santai, jogging dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Hal yang sangat penting adalah menghindari kebiasaan hidup yang kurang gerak atau bermalas-malasan. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM Type II di Indonesia tahun 2011, PARKENI.

d. Terapi Farmakologi

Terapi farmakologi diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan jasmani gaya hidup sehat. Terapi farmakologi terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan. Obat hipoglikemik oral, berdasarkan cara kerjanya dibagi menjadi 5 kategori yang selengkapnya dijelaskan dalam tabel 2.4. Tabel 2.4 Obat Hipoglikemik Oral Obat Fungsi Pemicu sekresi insulin Peningkat sensitivitas insulin Penghambat glukoneogenesis Penghambat absorpsi glukosa DPP-IV inhibitor Sulfonilurea dan Glinid Metformin dan Tiazolidindion Metformin Penghambat Glukosidase alfa 2.2 Glukosa Darah 2.2.1 Pengertian Gula darah GD adalah glukosa yang terdapat dalam darah Kamus Kedokteran Dorland 2010. Kadar GD sewaktu sudah normal sekitar 150 mgdL Waspadji, 2006.

2.2.2 Metabolisme Gula Darah

Metabolisme gula adalah proses pembentukan energi dari makanan menjadi bahan bakar bagi sel-sel tubuh agar berfungsi normal. Setelah makan, enzim pencernaan memecah protein, lemak, dan karbohidrat menjadi asam amino, asam lemak, dan gula sederhana. Nutrisi sederhana ini akan diserap ke dalam darah untuk digunakan sebagai energi saat tubuh membutuhkannya. Sedang sumber bahan bakar paling penting adalah gula sederhana yang disebut glukosa, juga dikenal sebagai gula darah. Penyerapan makanan seperti tepung- tepungan karbohidrat di usus yang akan menyebabkan kadar GD meningkat. Peningkatan kadar GD ini akan merangsang pengeluaran hormon insulin. Oleh pengaruh hormon insulin ini, glukosa dalam darah sebagian besar akan masuk ke dalam berbagai macam sel tubuh terbanyak sel otot, dan akan dipergunakan sebagai bahan energi atau tenaga dalam sel tersebut. Dalam sel otot, sebagian akan diubah menjadi glikogen sebagai cadangan energi dalam otot. Sebagian lagi glukosa akan diubah menjadi lemak dan ditimbun sebagai cadangan energi. Sehingga kadar GD akan turun sampai batas normal kembali. Dalam waktu 2 jam, bila jumlah insulin yang disekresikan pankreas terpenuhi maka kadar GD sudah normal kembali sekitar 150 mgdL Waspadji, 2006.

2.2.3 Faktor Pencetus Hiperglikemia

Faktor pencetus hiperglikemia antara lain : a. Infeksi, meliputi 20- 55 kasus hiperlikemia disebabkan oleh infeksi. b. Stress, pada saat stress di dalam tubuh akan terjadi pemecahan gula darah, sehingga akan meningkatkan kadar gula darah meskipun sudah mengkonsumsi obat obat hipoglikemik oral manadotoday.comforumindex.php?topic=189 6.0. c. Obat – obatan, seperti kortikosterid, diuretic. d. Pola makan yang salah, pola makan yang tidak seimbang yang lebih banyak mengandung karbohidrat.

2.2.4 Cara Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah

Menurut Konsensus Perkeni tahun 2011, ada 3 cara yaitu : a. Pemeriksaan Glukosa Urine Pengukuran glukosa urine memberikan penilaian yang tidak langsung. Hanya digunakan pada pasien yang tidak dapat atau tidak mau memeriksa kadar glukosa darah. Batas ekskresi glukosa renal rata-rata sekitar 180 mgdL, dapat bervariasi pada beberapa pasien. Hasil pemeriksaan sangat bergantung pada fungsi ginjal dan tidak dapat dipergunakan untuk menilai keberhasilan terapi. b. Pemantauan Benda Keton Pemantauan benda keton dalam darah maupun dalam urine cukup penting terutama pada penyandang DM tipe II yang buruk kadar glukosa darah 300mgdL. Pemeriksaan benda keton juga diperlukan pada penderita DM yang sedang hamil. Tes benda keton urine mengukur kadar asetoasetat, sementara benda keton yang penting adalah asam beta hidroksi butirat. Setelah ini dapat dilakukan pemeriksaan kadar asam beta hidroksi butirat dalam darah secara langsung dengan menggunakan strip khusus. c. Pemantauan Glukosa Darah Mandiri PGDM Untuk memantau kadar glukosa darah dapat dipakai darah kapiler, dengan alat pengukur glukosa darah reagen kering yang sederhana dan mudah dipakai serta dapat dipercaya hasilnya. PGDM dianjurkan bagi pasien dengan pengobatan insulin atau pemicu sekresi insulin. Waktu pemeriksaan yang dianjurkan adalah pada saat sebelum makan, 2 jam setelah makan, menjelang waktu tidur dan di antara siklus tidur. PGDM terutama dianjurkan pada : a. Penderita DM dengan terapi insulin. b. Penderita DM direncanakan mendapat terapi insulin. c. Wanita hamil dengan hiperglikemia d. Kejadian hipoglikemia berulang.

2.3 Senam Diabetes

Gaya hidup tidak sehat seperti kegemukan, kurang aktifitas fisik dan konsumsi makanan rendah serat akan menyebabkan peningkatan faktor resiko penyakit DM, terutama DM tipe II. Penderita yang telah mengalami komplikasi kronik DM, akan terganggu kualitas hidupnya. Pengontrolan kadar gula darah dapat dilakukan dengan mengubah pola hidup yang lebih sehat dengan melakukan perencanaan makan, latihan fisik secara teratur, terkontrol dan berkesinambungan serta mengkonsumsi obat diabetik oral yang sesuai dengan anjuran dokter Waspadji, 2006. Insulin dan GLUT 04 adalah hormon yang berfungsi untuk memasukkan glukosa ke dalam sel. Di dalam sel, glukosa akan mengalami metabolisme dan selanjutnya dihasilkan energi yang akan digunakan untuk aktivitas tubuh sehari - hari. Bila terdapat gangguan pada produksi insulin ataupun gangguan pada reseptor insulin di berbagai jaringan tubuh serta GLUT maka glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga terjadilah hipoglikemia di dalam sel. Sebaliknya glukosa akan menumpuk di dalam darah dan kadar gula darah penderita DM lebih tinggi hiperglikemia. Latihan jasmani membantu meningkatkan sensitivitas reseptor insulin, sehingga glukosa dapat masuk ke dalam sel, untuk memenuhi kebutuhan sumber energi bagi tubuh pasien. Olahraga selama 30-40 menit, dapat meningkatkan pemasukan glukosa ke dalam sel sebesar 7- 20 kali lipat, dibandingkan tanpa latihan fisik. Penambahan pemasukan glukosa ke dalam sel bergantung pada intensitas latihan yang dilakukan. Sebagai hasil akhir latihan fisik yang teratur adalah kontrol kadar gula darah lebih baik dan mencegah komplikasi DM yang tidak diinginkan. Latihan fisik yang tepat bagi penderita DM harus memperhatikan frekuensi, intensitas, durasi dan jenis olahraga : 1. Frekuensi Latihan Frekuensi latihan adalah frekuensi latihan setiap minggu. Latihan fisik yang dilakukan 3 kali dalam seminggu memberikan efek yang cukup baik, dan latihan fisik yang dilakukan 4 kali seminggu memberikan efek yang lebih baik. Latihan yang dianjurkan adalah 3- 5 kali seminggu Ilyas, 2006. 2. Intensitas Latihan Intensitas latihan merupakan faktor terpenting dalam latihan fisik. Untuk mengetahui apakah intensitas latihan yang dilakukan sudah cukup, secara sederhana dapat diukur dengan menghitung detak nadi pada saat melakukan latihan fisik. Intensitas latihan fisik dapat ditentukan berdasarkan penentuan DNM Denyut Nadi Maksimal terlebih dahulu. DNM adalah 220 – umur pasien. Dalam setiap kali melakukan latihan fisik harus mencapai 72 – 87 DNM. Selanjutnya ditetapkan intensitas latihan pasien melalui prosentase terhadap DNM. Misalnya DNM 75 artinya 0,75 x 220-50 = 128 kalimenit dan ini yang disebut sebagai Denyut Nadi Sasaran DNS. Selama melakukan latihan fisik, denyut nadi pasien DM yang berusia 50 tahun, mencapai namun tidak lebih dari 128 kalimenit. Penentuan prosentase ini didasarkan pada tingkat kesehatan dan kebugaran penderita DM Asdie, 2004. 3. Lama Latihan Durasi yang dianjurkan adalah 30 – 60 menit setiap kali berolahraga. Sebaiknya penderita DM melakukan latihan fisik tidak lebih dari 60 menit, karena dapat menimbulkan hipoglikemia. Prinsip yang lain yang perlu diperhatikan adalah setiap latihan fisik terdiri atas 3 tahapan berturut-turut, pemanasan 5-10 menit, latihan inti 20-40 menit dan pendinginan 5-10 menit. Jenis olahraga yang dianjurkan untuk penderita DM adalah aerobic low impact dan ritmic. Senam Diabetes adalah senam aerobic low impact dan ritmic, gerakannya menyenangkan dan tidak membosankan, serta dapat diikuti oleh semua kelompok umur sehingga menarik antusiasme kelompok dalam klub-klub diabetes. 1. Manfaat Senam Diabetes a. Menurunkan kadar glukosa darah dan mencegah kegemukan. Pada keadaan istirahat, metabolisme otot hanya sedikit membutuhkan glukosa sebagai sumber energi. Tapi pada saat latihan fisik, glukosa dan lemak merupakan sumber energi utama. Setelah berolah raga 10 menit, dibutuhkan glukosa 15 kalinya dibanding pada saat istirahat. b. Menekan terjadinya komplikasi gangguan lipid darah atau pengendapan lemak di dalam pembuluh darah, peningkatan tekanan darah, hiperkoagulasi darah atau penggumpalan darah. 2. Indikasi dan Kontra Indikasi Senam Diabetes a. Indikasi : Senam diabetes dapat diberikan pada seluruh penderita DM tipe I maupun tipe II. b. Kontra Indikasi a. Penderita mengalami perubahan fungsi fisiologi seperti dispnoe atau nyeri dada. b. Orang yang depresi, khawatir atau cemas. 3. Gerakan Senam Diabetes Gerakan senam menurut Widianti dan Proverawati tahun 2010, yaitu : a. Pemanasan I Berdiri di tempat. Angkat kedua tangan ke atas selurus bahu. Kedua tangan bertautan. Lakukan bergantian dengan posisi kedua tangan di depan tubuh. b. Pemanasan II Berdiri di tempat. Angkat kedua tangan ke depan tubuh hingga lurus bahu. Kemudian, gerakkan kedua jari tangan seperti hendak meremas. Lalu, buka lebar. Lakukan secara bergantian, namun tangan diangkat ke kanan-kiri tubuh hingga lurus bahu. c. Inti I Posisi berdiri tegap. Kaki kanan maju selangkah ke depan. Kaki di tempat. Tangan kanan diangkat ke kanan tubuh selurus bahu. Sedangkan tangan kiri ditekuk hingga telapak tangan mendekati dada. Lakukan secara bergantian.

d. Inti 2

Dokumen yang terkait

Pengaruh Senam Diabetes terhadap Kadar Gula Darah

11 106 18

Perbedaan Kadar Gula Darah Sebelum Dan Sesudah Senam Diabetes Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Persadia Rumah Sakit Sari Asih Ciputat Tahun 2013

2 11 101

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunitas Punk di Salatiga (Studi Sosio Historis Terhadap Komunitas Punk di Salatiga) T1 352011701 BAB II

0 0 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Senam Diabetes Terhadap Kadar Gula Darah Diabetisi pada Komunitas Persadia Kota Salatiga T1 462008044 BAB I

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Senam Diabetes Terhadap Kadar Gula Darah Diabetisi pada Komunitas Persadia Kota Salatiga T1 462008044 BAB IV

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Senam Diabetes Terhadap Kadar Gula Darah Diabetisi pada Komunitas Persadia Kota Salatiga T1 462008044 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Senam Diabetes Terhadap Kadar Gula Darah Diabetisi pada Komunitas Persadia Kota Salatiga

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Senam Diabetes Terhadap Kadar Gula Darah Diabetisi pada Komunitas Persadia Kota Salatiga

0 0 17

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Groupthink Komunitas Club Motor dalam Solidaritas Kelompok: Studi pada Komunitas RAC Salatiga T1 BAB II

0 0 11

PENERAPAN SENAM DIABETES TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PADA KELOMPOK PROLANIS DIABETES MELLITUS TIPE II

0 0 16