ini setelah melahirkan kadar glukosa darahnya akan
kembali menjadi
normal atau
dapat berkembang dan menetap menjadi DM. Diabetes
pada kehamilan terjadi karena perubahan metabolik fisiologis yang terjadi pada saat kehamilan.
Perubahan tersebut mengarah pada terjadinya resistensi insulin. Apabila sel beta pankreas tidak
dapat mengimbangi perubahan tersebut, tentu akan terjadi DM pada kehamilan. Setelah melahirkan,
karena terjadi perubahan fisiologis pada saat hamil hilang, maka wanita tersebut tentu akan menjadi
normal kembali. Sebaliknya, kalau seorang wanita sebelumnya sudah menyandang DM, dan baru
diketahui adanya DM saat hamil, maka nantinya setelah melahirkan ia akan tetap DM Waspadji,
2005.
2.1.3 Diagnosis
Diagnosis DM
ditegakkan atas
dasar pemeriksaan kadar glukosa darah. Diagnosis tidak
dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Guna penentuan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah
yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik
dengan bahan
darah plasma
vena.
Sedangkan untuk tujuan pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan
glukosa darah kapiler dengan glukometer Parkeni, 2011.
Keluhan klasik DM berupa : poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak dapat
dijelaskan sebabnya. Berdasarkan Konsensus Perkeni tahun 2011
tentang Pengelolaan DM tipe 2, diagnosis DM dapat ditegakkan melalui 3 cara, yaitu :
a. Gejala klasik DM + kadar glukosa plasma
sewaktu 200 mgdL sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM.
b. Gejala klasik DM + kadar glukosa plasma
puasa ≥ 126 mgdL sudah cukup menegakkan
diagnosis DM. Puasa diartikan pasien tak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam.
c. Kadar gula plasma 2 jam pada TTGO
≥ 200 mgdL. Tes Toleransi Glukosa Oral TTGO
menggunakan standar WHO, menggunakan beban glukosa setara dengan 75 gram glukosa
anhydrous yang dilarutkan ke dalam air.
Menurut American Diabetes Association tahun 2011, pemeriksaan HbA1c ≥ 6,5 haemoglobin
glikosilat menjadi salah satu kriteria diagnosis DM, jika dilakukan pada laboratorium yang telah terstandarisasi
dengan baik. Pemeriksaan HbA1c dilakukan setiap 3 –
6 bulan, minimal 2 kali dalam setahun Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM Type II di Indonesia
tahun 2011, PERKENI
2.1.4 Tanda dan Gejala Diabetes Melitus
Menurut Waspadji 2005, DM mempunyai gambaran klinis yang sangat bervariasi dari yang tidak
bergejala sama sekali dan baru diketahui pada saat pemeriksaan
general check
up sampai
yang mempunyai gejala spesifik DM. Gejala spesifik DM
adalah banyak kencing poliuria, haus dan banyak minum polidipsia, banyak makan polifagia, dan
badan lemah serta berat badan turun. Penderita dapat datang pertama kali dengan keluhan dan gejala akibat
komplikasi DM seperti gatal, pandangan kabur, kesemutan, keputihan, atau luka yang sukar sembuh.
Selain itu penderita datang karena komplikasi akut kesadaran menurun sampai tidak sadar penuh atau
koma pada ketoasidosis diabetik.
2.1.5 Penyebab Diabetes Melitus