10
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Motivasi Belajar
2.1.1 Pengertian Motivasi Belajar
Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti bergerak move. Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang melakukan sesuatu,
membuat mereka tetap melakukannya, dan membantu mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas.
Menurut Santrock 2007, motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang memiliki motivasi adalah
perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa
yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai Sardiman, 2000. Uno 2008 menjelaskan motivasi sebagai dorongan dasar yang
menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan
dorongan dalam dirinya. Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah
ditetapkan sebelumnya. Atau dengan kata lain, motivasi dapat diartikan sebagai dorongan mental terhadap perorangan atau orang-orang sebagai anggota
masyarakat.
11 Uno 2008 menjelaskan motivasi dan belajar merupakan dua hal yang
saling mempengaruhi. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan
reinforced practice yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan
berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan
kegiatan belajar yang menarik. Uno 2008 menjelaskan motivasi belajar sebagai dorongan internal dan
eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang
mendukung. Hal ini mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a adanya hasrat dan keinginan berhasil; b adanya kebutuhan dan dorongan dalam belajar; c adanya harapan dan cita-cita masa depan; d adanya penghargaan
dalam belajar; e adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; f adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat
belajar dengan baik. Dengan demikian peneliti menyimpulkan bahwa motivasi belajar adalah
keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar siswa dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang
menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
12 2.1.2
Jenis-jenis Motivasi Belajar Ryan dan Deci dalam Luqman, 2011 dalam teori self-determination
membagi tipe motivasi berdasarkan orientasi tujuannya goal oerientation yaitu, amotivation, intrinsic motivation, dan extrinsic motivation, berikut penjelasannya;
a. Amotivation
Ryan dan Deci 2000 menjelaskan bahwa amotivation yaitu sebagai bentuk kurangnya niat dalam melakukan sesuatu. Ketika tidak termotivasi,
tingkah laku seseorang terlihat kurangnya niat atau hasrat dan kurangnya rasa alasan personal dalam bertindak. Amotivasi adalah hasil dari tidak adanya
perhatian terhadap aktifitas, tidak merasa kompeten untuk melakukan sesuatu, atau tidak percaya bahwa sesuatu yang diinginkan akan ada hasilnya.
Barkoukis, et al dalam Syah, 2011 menjelaskan bahwa amotivation adalah tidak adanya kemungkinan dari sesuatu yang akan terjadi antara suatu tindakan
yang dilakukan dan hasil akhirnya. Individu yang amotivated tidak terlihat seperti memiliki maksud dan tujuan dan mereka tidak terlihat seperti memiliki
pendekatan pada hasil akhirnya secara sistematis. Keterlibatan mereka dalam suatu aktifitas adalah bukan sebuah hasil yang mereka inginkan.
Barkoukis, et al dalam Syah, 2011 menjelaskan bahwa amotivation disebabkan oleh empat, yaitu: a keyakinan mereka tentang kurangnya
kemampuan untuk melakukan aktifitas; b keyakinan mereka bahwa strategi yang diadopsi tidak akan menghasilkan hasil yang diinginkan; c keyakinan mereka
terhadap aktifitas tersebut terlalu membebani individu tersebut; d keyakinan bahwa meskipun usaha yang dilakukan sangat tinggi itu tidak sebanding dengan
kesuksesan yang diraih pada kinerja dalam penyelesaian tugas.
13 b.
Intrinsic Motivation Ryan dan Deci 2000 mendefinisikan motivasi instrinsik sebagai
melakukan suatu aktifitas untuk memenuhi kepuasan dasar ketimbang untuk memisahkan akibat yang akan terjadi dari aktifitas tersebut. Ketika secara
instrinsik termotivasi seseorang bergerak untuk melakukan sesuatu untuk kesenangan atau melibatkan tantangan melainkan karena dorongan dari luar,
tekanan, hadiah atau penghargaan. Meskipun begitu, dengan kata lain, motivasi instrinsik timbul bersamaan dengan diri individu, motivasi instrinsik juga timbul
dari hubungan antara individu dan aktifitas yang di lakukannya. Sedangkan Sardiman 2008 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan
motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan
untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh, seseorang yang senang membaca, tidak usah ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku
untuk dibacanya. Kemudian kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya
misalnya kegiatan belajar, maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu
sendiri. Itulah sebabnya motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dengan diteruskan
berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkait dengan aktivitas belajarnya. Perlu diketahui bahwa siswa yang memiliki motivasi intrinsik
akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu.
14 c.
Extrinsic Motivation Ryan dan Deci 2000 menjabarkan motivasi ekstrinsik sebagai konstruk
yang berhubungan apabila sebuah aktifitas selesai dilakukan dengan perintah untuk mencapai beberapa hasil yang terpisah. Motivasi ekstrinsik demikian
berbeda dengan motivasi intrinsik, yang mana melakukan aktifitas semata-mata hanya untuk kesenangan dari melakukan aktfitas tersebut, dari pada nilai yang
yang ada pada aktifitas tersebut. Sebagai contoh, pelajar yang mengerjakan tugasnya hanya karena dia takut
terkena sangsi dari orang tuanya jika tidak mengerjakan tugas tersebut juga termasuk tingkah laku yang termotivasi secara ekstrinsik karena dia mengerjakan
tugas tersebut untuk mencapai hasil yaitu menghindari sangsi yang akan diberikan.
Begitu juga, seorang pelajar yang mengerjakan tugas karena dia secara pribadi percaya apa yang dia kerjakan itu bernilai atau berarti untuk dirinya dalam
memilih karir di masa depan juga termasuk termotivasi secara ekstrinsik karena dia juga bernanggapan dia melakukan sesuatu untuk nilai-nilai yang ada
melainkan karena dia menemukan ketertarikan dalam melakukan hal tersebut. Sardiman 2008 motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan
berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh seseorang itu belajar, karena tahu besok paginya akan ujian dengan harapan mendapatkan nilai
baik, sehingga akan dipuji oleh pacarnya, atau temannya. Jadi yang penting bukan karena belajar ingin mengetahui sesuatu, tetapi ingin mendapatkan nilai yang
baik, atau agar mendapatkan hadiah.
15 Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk
motivasi yang di dalamnya aktifitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar.
Perlu ditegaskan, bukan berarti bahwa motivasi ekstrinsik ini tidak baik atau tidak penting. Dalam kegiatan belajar-mengajar tetap penting. Sebab kemungkinan
komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.
2.1.3 Aspek-aspek Motivasi Belajar
Aspek-aspek motivasi belajar menurut Walgito 2004, yaitu : a.
Aspek arousal merupakan keadaan dorongan dalam diri organism, yaitu kesiapan bergerak karena kebutuhan jasmani karena keadaan mental serta
berpikir dan ingatan. b.
Aspek direction merupakan perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan.
c. Aspek maintenance merupakan upaya mempertahankan tingkah laku untuk
mencapai sasaran. Motif sebagai pendorong umumnya tidak berdiri sendiri, tetapi saling kait-
mengkait dengan faktor-faktor lain atau hal-hal yang dapat mempengaruhi motif tersebut. Kalau orang ingin mengetahui arah sesuatu seperti yang dikerjakan,
maka orang tersebut akan terkait dengan motivasi atau perilaku yang termotivasi motivated behavior.
Aspek-aspek motivasi belajar menurut Purwanto dan Wijayanti 2004 menyatakan motivasi mengandng komponen pokok, yaitu:
16 a.
Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan pada individu, memimpin seseorang dengan cara tertentu.
b. Motivasi yang mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku, sehingga
menyediakan suatu orientasi tujuan tingkah laku individu diarahkan pada sesuatu.
c. Untuk menopang dan menjaga tingkah laku, lingkungan sekitar harus
menguatkan intensitas dan arah dorongan-dorongan dan kekuatan individu.
2.1.4 Bentuk-bentuk Motivasi Belajar
Proses belajar-mengajar, baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik diperlukan untuk mendorong siswa agar turut melakukan aktivitas belajarnya.
Menurut Sardiman 2006 ada beberapa bentuk dan cara yang dapat digunakan untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar adalah:
a. Memberi angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Bagi siswa angka-angka itu merupakan motivasi yang kuat. Sehingga yang biasa
dikejar siswa adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya baik-baik. b.
Hadiah Hadiah dapat dikatakan sebagai motivasi tetapi tidak selalu karena hadiah
untuk suatu pekerjaan mungkin tidak akan menarik perhatian bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat dalam pekerjaan tersebut.
c. Saingan atau kompetisi
Saingan atau kompetisi dapat dijadikan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun
persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar. d.
Ego-involvement Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas
dan menerima sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting.
Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya.
e.
Memberi ulangan Para siswa akan giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Memberi
ulangan seperti juga merupakan sarana motivasi.
17 f.
Mengetahui hasil Dengan mengetahui hasil pekerjaan apalagi kalau terjadi kemajuan akan
mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui grafik hasil belajar semakin meningkat maka ada motivasi dalam diri siswa untuk terus
belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat. g.
Pujian Pujian ini merupakan suatu bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus
merupakan motivasi yang baik. Dengan pujian yang tepat yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.
h. Hukuman
Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi.
i. Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik memang ada motivasi
untuk belajar sehingga hasilnya akan baik. j.
Minat Motivasi sangat erat hubungannya dengan minat. Motivasi muncul karena
ada kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepat kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar akan berjalan lancar kalau disertai dengan
minat. k.
Tujuan yang diakui Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik olah siswa, merupakan alat
motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang hendak dicapai, karena dirasa berguna dan menguntungkan maka akan timbul gairah
untuk terus belajar.
2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Dalam proses belajar motivasi dapat tumbuh maupun hilang atau berubahdikarenakan adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya. Berikut ini
fakor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya motivasi belajar menurut Spitzer’s dalam Frith, 2004;
a. Action
Keterlibatan pelajar secara aktif dalam proses pembelajaran baik secara fisik dan mental.
b. Fun
Kesenangan, membantu untuk memperkuat pelajar dan mengembangkan kesempatan dalam format yang berbeda dan keterlibatan pelajar. Permainan
komputer adalah sebuah contoh yang baik bagaimana menyatukan aktifitas belajar yang menyenangkan.
18 c.
Choice Pilihan, mengembangkan variasi dan kontrol pembelajaran. Pilihan
mungkin dapat dikembangkan melalui pemilihan metode pembelajaran, isi atau materi intruksi.
d. Social Interaction
Interaksi sosial, adalah kebutuhan tertinggi berdasarkan hirarki kebutuhan Maslow. Kesempatan atau peluang untuk berinteraksi sosial dapat dicontohkan
melalui diskusi grup kecil, panduan teman sebaya, kolaborasi antara pemecahan masalah dan pembuat keputusan.
e. Error Tolerance
Toleransi kesalahan, biasanya jarang terjadi di latar pendidikan. Pelajar harus merasa nyaman ketika berbuat kesalahan dan mempunyai kesempatan
belajar dari kesalahan tersebut. f.
Measurement Penilaian, seperti nilai pada pelajaran olahraga bisa menjadi faktor yang
memotivasi. Dalam penilaian lingkungan pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam daya yang dapat meningkatkan meliputi pemusatan pada evaluasi formatif,
mengumpulkan masukan dari pelajar pada apa yang seharusnya di nilai, dan mendorong penilaian diri.
g.
Feedback Dalam pelajaran, umpan balik ini selalu menjadikan anak kurang berani.
Umpan balik yang membangun harus diterapkan secara berlanjut, mengarahkan dan memusatkan hal positif kepada bagaimana kinerja si anak dapat
dikembangkan di masa depan. h.
Challenge Tantangan, dapat memotivasi terutama sekali jika respon pelajar pada
tantangan tersebut melalui setting tujuan goal setting. Secara mengejutkan setting tujuan yang dilakukan secara pribadi cenderung lebih ambisius dari pada
yang dilakukan oleh orang lain, dalam artian, tujuan yang di inginkan berdasarkan keinginan sendiri dari pada tujuan yang di arahkan oleh orang lain.
i.
Recognition Pengakuan, harus tampak pada saat pencapaian yang rendah begitu juga
yang tinggi. Ini begitu penting untuk mengarahkan hal-hal yang positif kepada pelajar.
2.2.6 Fungsi Motivasi Belajar
Menurut Sardiman 2006 bahwa motivasi selain berfungsi sebagai
pendorong usaha dan pencapaian prestasi juga berfungsi sebagai berikut:
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang
melepaskan energi.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang telah dicapai.
19 c.
Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan mana yang akan dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan
perbuatan- perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
2.2.7 Motivasi Belajar pada Anak Berbakat
Menurut Heward 1996, karakteristik perilaku belajar dengan motivasi tinggi yang dimiliki oleh anak berbakat, yaitu:
a. Konsisten dalam menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi minatnya.
b. Senang mengerjakan tugas secara independen dimana mereka hanya
memerlukan sedikit pengarahan. c.
Ingin belajar, menyelidiki, dan mencari lebih banyak informasi. d.
Memiliki kemampuan di atas rata-rata dalam hal pembelajaran, seperti mudah menangkap pelajaran, memiliki ketajaman daya nalar, daya
konsentrasi baik, dan lain sebagainya.
2.2 Konsep Diri