BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil pengujian Adjusted R Square diketahui bahwa nilai koefisien determinasi adjusted R
2 sebesar 0,376 yang berarti bahwa 37,6 persen
perubahan naik atau turunnya Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran KabupatenKota di Lampung dapat dijelaskan oleh indikator-indikator pendorong
terjadinya Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran yaitu, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran
Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa: 1. Pendapatan Asli Daerah PAD berpengaruh positif dan signifikan
berarti mempunyai pengaruh pada Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran KabupatenKota di Lampung.
2. Dana Alokasi Umum tidak berpengaruh secara signifikan sehingga tidak mendukung hipotesa pada Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran
KabupatenKota di Lampung. 3. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran SiLPA berpengaruh secara negatip
sehingga tidak mendukung hipotesa terhadap Perilaku Oportunistik Penyusun Anggaran Daerah..
4. Hasil pengujian dari setiap KabupatenKota menunjukkan bahwa Kabupaten yang tingkat prilaku oportunistiknya tinggi adalah Kabupaten Mesuji
sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Tulang Bawang.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang membatasi kesempurnaan dari penelitian ini, berikut beberapa keterbatasan dalam penelitian ini :
1. Faktor yang mempengaruhi dalam penelitian ini hanya terdiri dari tiga variabel yaitu PAD, DAU dan SILPA sedangkan masih banyak faktor lain
yang mempengaruhi perilaku oportunistik penyusun anggaran. 2. Populasi yang digunakan dalm penelitian ini tidak begitu besar hanya pada
pemerintah KabupatenKota di Lampung, penelitian yang sama dengan menggunakan populasi yang lebih besar akan menghasilkan hasil yang lebih
baik.
5.3. Saran
1. Pemerintah daerah sebaiknya memaksimalkan tujuan sesungguhnya dalam penyusunan anggaran dengan benar-benar mengutamakan kebutuhan dan
kepentingan masyarakat umum. Transparansi dan kemudahan akses laporan secara lengkap sangat dibutuhkan dalam rangka mempermudah pengawasan
dalam proses penyusunan anggaran.
2. Pengelolaan PAD yang lebih leluasa serta kecenderungan PAD yang bertambah dalam perubahannya berimplikasi pada peningkatan alokasi untuk
sektor-sektor yang dapat mendukung preferensi penyusun anggaran, baik eksekutif maupun legislatif.