Rumusan Masalah 1
Bisa dibenarkan atau tidak sebuah tindakan intervensi kemanusiaan oleh MPI yaitu mengadili Lubanga terhadap kedaulatan negara lain Kongo atas nama
kemanusiaan ?
2 Dimanakah titik temu nilai universalitas HAM dan konsep kedaulatan negara ?
Metode Penulisan
Penulisan dalam makalah berbentuk kliping menggunakan pendekatan naratif-normatif dengan tendensi data-data sekunder dari buku-buku,majalah, koran dan internet. Dalam.
Data-data yang terkumpul akan diolah dan dihubungkan dengan peristiwa, yang kemudian dianalisa dan diinterpretasikan atas dasar cara berpikir yang deduktif dalam mendapatkan
suatu kesimpulan dimana disesuaikan dengan peraturan yang ada.
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan disini adalah tentang memahami titik temu linear antara konsep kedaulatan negara sebagaimana yang termuat dalam rumusan Statuta Roma dan konsep HAM
yang universal sebagaimana terumuskan dalam Statuta Roma.
BAB II PEMBAHASAN
A. Hak Asasi Manusia
Membicarakan intervensi suatu komunitas atau negara terhadap kedaulatan dan kemerdekaan negara lain atas nama kemanusiaan dengan alasan dilanggarnya hak asasi
manusia di wilayah yuridiksi lain negara lain, maka tidak terlepas membicarakan Hak Asasi Manusia yang menjadi legitimasi intervensi tersebut.
Lantas, Apakah hak asasi manusia itu ? Jack Donelly mengatakan HAM adalah hak tiap orang tanpa memandang siapa dia, dan
tidak boleh dikaitkan dengan siapa yang berhak dan yang memberi hak.Keberadaan HAM tidak terkait dengan sistem hukum dan sosial dimana kita berada.
Secara sederhana, hak asasi bisa diartikan sebagai hak yang melekat dalam diri manusia semenjak dia lahir.Dalam konsep Hak Asasi Manusia sendiri terdapat dua unsur. Pertama,
Rectitude, suatu hak yang menekankan aspek normatif, seseorang bisa mengklaim hak ini jika
hak-hak orang lain tidak dilanggar atau tidak. Singkatnya, mengenai kewajiban seseorang untuk memenuhimematuhi kontrak sosial atau standard of conduct. Kedua, adalah
entitlement, yaitu hak seseorang manusia untuk memiliki dan menikmati sesuatu yang menjadi haknya.
Lantas, siapakah yang berhak untuk membela hak-hak warga negara lain yang terampas hak- hak asasinya ?
Michael Walzer dengan tegas mengatakan, karena hanya manusia yang memiliki HAM, maka kita tidak memiliki pilihan lain, kecuali membela hak-hak yang dimiliki oleh manusia
tersebut. Lebih jauh, Walzer mengatakan bahwa ketika suatu negara tak bisa menjamin hak asasi seseorang dan keberadaan nyawa seseorang terancam, maka posisi warga negara
tersebut bukan lagi sebagai individu yang memiliki hak negative yang berupa tidak boleh dibunuh, tetapi hak negatif tersebut telah berubah menjadi hak positif, yakni harus dilindungi
dari pembunuh.
Hak positif itulah yang memberi legitimasi moral dan hukum untuk segera melakukan intervensi demi kemanusiaan untuk menghentikan pembunuhan massal dan pemusnahan
etnik tersebut.
B. Intervensi Kemanusiaan