✍ ✎
Kriteria pengujiannya adalah seperti berikut ini: 1.
H diterima dan Ha ditolak yaitu apabila ρ value 0.05 atau bila nilai
signifikansi lebih dari nilai alpha 0.05 berarti hipotesis dalam penelitian ini tidak layak fit untuk digunakan dalam penelitian.
2. H
ditolak dan Ha diterima yaitu apabila ρ value 0.05 atau bila nilai signifikansi kurang dari nilai alpha 0.05 berarti hipotesis dalam penelitian ini
layak fit untuk digunakan dalam penelitian. Kemudian dilakukan pengujian ketepatan perkiraan R
2
. Koefisien determinasi R² pada dasarnya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel terkait. Nilai R² berada diantara 0 dan 1. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel bebas dalam menjelaskan
variabel terkait sangat terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variable bebas memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel terkait. Dapat juga dikatakan bahwa R² = 0 berarti tidak ada hubungan antara variable bebas dengan variable terkait, sedangkan R² = 1 menandakan suatu
hubungan yang sempurna Ghozali, 2013.
✏ ✑
BAB V SIMPULAN
5.1 Simpulan
Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh konsentrasi kepemilikan dan asimetri informasi terhadap underpricing saham pada saat IPO dengan
menggunakan presentase kepemilikan saham mayoritas sebagai ukuran konsentrasi kepemilikan dan bid-asks spreads sebagai ukuran asimetri informasi.
Variabel kontrol berupa financial leverage ditambahkan untuk mengurangi dampak variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi hubungan konsentrasi
kepemilikan dan asimetri informasi terhadap underpricing saham. Penelitian ini menggunakan regresi linear berganda sebagai alat analisis hipotesis.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis penulis menemukan bahwa secara statistis H1 yang menyatakan konsentrasi kepemilikan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap underpricing saham pada saat IPO ditolak dengan tingkat signifikansi sebesar 0.676. Hasil pengujian H2 yang berbunyi asimetri informasi berpengaruh
positif dan signifikan terhadap underpricing saham saat IPO dapat diterima dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000. Hal ini menunjukkan apabila terjadi
perubahan terhadap variabel asimetri informasi maka akan terjadi pula perubahan
✒ ✓
pada variabel underpricing. Jika asimetri informasi yang terjadi pada suatu perusahaan tinggi maka underpricing yang terjadi pada saat IPO juga akan tinggi.
Begitu juga sebaliknya jika asimetri informasi di suatu perusahaan tersebut rendah maka pada saat IPO underpricing saham juga cenderung rendah. Variabel kontrol
berupa financial leverage berpengaruh negatif dan signifikan terhadap underpricing saham pada saat IPO di Bursa Efek Indonesia dengan tingkat
signifikansi sebesar 0.047. Hal ini berarti ketika hutang di suatu perusahaan tersebut tinggi maka underpricing yang terjadi akan rendah. Hal ini dikarenakan
investor kurang berminat terhadap saham perusahaan tersebut sehingga saham tidak habis terjual dan harga saham di pasar sekunder akan semakin rendah.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Di dalam penelitian ini penulis menggunakan sampel dari berbagai jenis
industri termasuk industri perbankan. Industri perbankan memiliki karakter perusahaan yang cenderung berbeda dibanding jenis industri yang lainnya.
2. Nilai koefisien determinasi R2 yang kecil bermakna bahwa kemampuan variabel-variabel independen dalam penelitian ini dalam menjelaskan variasi
variabel dependen amat terbatas.
✔ ✕
5.3 Saran
Peneliti memiliki beberapa saran yang bisa dijadikan pertimbangan untuk penelitian-penelitian selanjutnya yaitu:
1. Disarankan untuk penelitian selanjutnya menggunakan sampel dari industri yang lebih spesifik.
2. Disarankan penelitian yang selanjutnya meneliti variabel-variabel lain yang berpengaruh pada underpricing, seperti kondisi ekonomi dan politik serta
indikator kinerja keuangan lainnya mencakup profitabilitas, solvabilitas, maupun likuiditas perusahaan.
3. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan proksi lain untuk mengukur variabel konsentrasi kepemilikan. Di dalam mengukur konsentrasi
kepemilikan peneliti menggunakan presentase saham yang dimiliki oleh pemegang saham terbesar seperti penelitian yang dilakukan oleh Darmadi dan
Gunawan 2012 serta Venkatesh dan Neupane 2005. Penelitian selanjutnya bisa menggunakan alat ukur lain seperti penelitian yang dilakukan oleh
Sasongko 2014 yang menggunakan Harfindahl Index HI untuk mengukur variabel konsentrasi kepemilikan.