ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING SAHAM PADA SAAT INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK INDONESIA

(1)

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKATUNDERPRICINGSAHAM PADA SAAT

INITIAL PUBLIC OFFERING(IPO) DI BURSA EFEK INDONESIA

Oleh

M FERRY KURNIAWAN

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara empiris faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat underpricing saham perusahaan pada saat Initial Public Offerings (IPO). Faktor-faktor yang digunakan adalah initial return (IR), reputasi underwriter, reputasi auditor, return on equity (ROE), dan financial leverage. Sampel yang dipilih dalam penelitian ini berjumlah 43 sampel dengan tahun pengamatan 2007-2013. Data yang ada dianalisis menggunakan Statistical Package for Social Science(SPSS) dengan metode analisisregresi linear berganda. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variable return on equity (ROE) berpengaruh positif terhadap fenomena underpricing. Variabel reputasi underwriter, reputasi auditor dan financial leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap fenomenaunderpricing.

Kata Kunci:Initial Public Offering, underpricing, initial return, reputasi auditor, reputasi underwriter, return on equity, financial leverage.


(2)

ABSTRACT

ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING UNDERPRICING STOCK LEVELS AT INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO)

IN INDONESIA STOCK EXCHANGE By

M FERRY KURNIAWAN

This study aims to demonstrate empirically the factors that affect the level of underpricing shares at Initial Public Offerings (IPO). The factors used are initial return (IR), underwriter reputation, auditor reputation, return on equity (ROE), and financial leverage. Samples that selected in this study are 43 samples with the observations from 2007 to 2013. This research adopts multiple linear regression method using SPSS as an analytical tool.

The results show that variable return on equity (ROE) positively affects on underpricing phenomenon. Variable underwriter reputation, auditor reputation and financial leverage have no significant effect to underpricing phenomenon.

Key Words:Initial Public Offering, underpricing, initial return, reputasi auditor, reputasi underwriter, return on equity, financial leverage.


(3)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

TINGKAT

UNDERPRICING

SAHAM PADA SAAT

INITIAL

PUBLIC OFFERING

(IPO) DI BURSA EFEK INDONESIA

Oleh

M. FERRY KURNIAWAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2015


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama M Ferry Kurniawan. Pria yang lahir di B. Lampung, 3 Februari 1992 merupakan anak keenam dari enam bersaudara dari keluarga Bapak Didi Suhaili dan Ibu Rosyati. Penulis menempuh pendidikan taman kanak-kanak di TK Taruna Jaya Perumnas Way Halim B. Lampung pada tahun 1997 sebelum melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 1 Perumnas Way Halim B. Lampung pada tahun 1998 - 2004. Pada tahun 2004 penulis melanjutkan

pendidikan nya di SMP Negeri 1 B. Lampung dan lulus pada tahun 2007. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 10 B. Lampung dan lulus pada tahun 2010. Sepanjang jenjang karir sekolah di atas penulis aktif dalam kegiatan ekstrakulikuler seperti PMR, Futsal. Pada Agustus 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Akuntansi Reguler Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif tergabung di Himpunan Mahasiswa Akuntansi dan Pajak (HIMAKTA). Selama menjalani kegiatan kampus hingga terakhir penulis mengambil skripsi dengan judul

“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Saham pada saat Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia.


(8)

PERSEMBAHAN

Ku persembahkan skripsi ini kepada:

 Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat, karunia, berkah, dan kesempurnaan hidup.

 Orangtuaku tercinta, Bapak Didi Suhaili dan Ibu Ely, terima kasih untuk segala penantian, dukungan, do’a, kasih sayang dan semua hal yang telah diberikan kepada penulis. Setiap perjuangan untuk menghasilkan karya ini adalah wujud terima kasihku kepada orangtuaku.

 Nenekku tercinta ibu Aryana terima kasih untuk dukungan dando’a yang selalu diberikan.

 Kakak-kakakku tercinta, Meidiyana, Dwi Fitria Agustina, Aulia Suryani Dewi (Alm), Desi Aryani, dan Yunia Resyanti terima kasih untuk semangat dan dorongan yang tak henti diberikan.

 Sahabat-sahabat seperjuangan yang tak mampu kusebutkan nama satu persatu namun semua terpatri dalam hatiku. Terima kasih atas kerjasama dan dukungan sahabat sekalian.


(9)

MOTO

Setiap kalian adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung

jawaban atas yang dipimpinnya

( HR. Bukhari 2371)


(10)

SANWACANA

Bissmillahirahmanirrahim

Segala puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT dan shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya beserta sahabatnya dan orang-orang yang senantiasa mengikuti sunnah beliau. Alhamdulillah atas Kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudulAnalisis FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Tingkat UnderpricingSaham Pada SaatInitial Public Offering(IPO) Di Bursa Efek Indonesia.Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

Terselesaikannya skripsi ini tak lepas dari bantuan, dukungan dan bimbingan berbagai pihak baik moril maupun materil. Untuk itu dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S. E., M. Si.,selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Einde Evana, S.E.,M.Si.,Akt., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.


(11)

3. Ibu Yuztitya Asmaranti, S.E.,M.Si.,Akt selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

4. Bapak Komaruddin selaku Pembimbing Akademik penulis atas kesediaanya membantu, mengarahkan dan memberi masukan selama penulis menempuh pendidikan S1 di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

5. Ibu Dr. Ratna Septiyanti, S.E., M.Si. selaku Pembimbing I (satu) yang telah meluangkan waktu dan fikirannya serta memberikan kritik,saran,masukan dan semangat untuk penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Retno Yuni Nur S, S.E., M.Si., Akt., selaku Pembimbing II (dua) yang telah meluangkan waktu dan fikirannya serta memberikan kritik, saran, masukan dan semangat untuk penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi. 7. Susi Sarumpaet , S. E., M.BA., Ph.D, Akt., selaku Pembahas yang telah

memberikan kritik, saran dan masukan yang membangun terhadap skripsi ini.

8. Seluruh Dosen beserta seluruh staf karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan juga pembelajaran berharga bagi penulis selama menempuh program pendidikan S1. Khususnya untuk staf karyawan di jurusan Akuntansi pak Sobari, mbak Sri, mpok, mas Yana, mas Yono, mas Leman, yang telah banyak membantu selama proses pengerjaan skripsi dan selalu berbagi canda tawa sehari-hari. 9. Orangtuaku tercinta, Bapak Didi Suhaili dan Ibu Ely, terima kasih untuk

segala penantian, dukungan, do’a, kasih sayang dan semua hal yang telah diberikan.


(12)

10. Sahabat-sahabatku terbaik devi yulianti, aditya dika, arizal yang selalu ada dalam setiap momen hidupku.

11. Sahabat-sahabatku yang berjuang bersama dalam menyelesaikan studi di jurusan Akuntansi (Marwanto, Wahyu, Rizal ,Topik, Ari, Egi, Teja, Ben, Jirry, Anas, Satria, Yoga, Mahmud, Riyan, Pungky, Syarif, Jefri,). Semoga kesuksesan senantiasa menyertai kita.

12. Teman-teman akuntansi angkatan 2010 Dianti, Eka, Marlina, Rizal, Marwanto, Jenny, Herlina, Nanda, Nevia, Ira Daniyati, Mareta Lailatul Kadarsih, Rossy Tri Andini, Yesi Satria, Rere, Yogi, Hendrik, Ari, Jirry, Ben, Ade Rio, Iga, Alen, Andriani, Anas, Apri, Ayu Jufika, Elza, Endang, Esty, Tina , Fadli, Feni, Fina, Firas, Indra, Rizal, Jane, Novia, Mahmud, Satria, Teja, Mei Riski, Ega, Eka, Eca, Yesi, Nurul, Oksano, Rica, Saron, Elza, Surya, Latifa, Yoga, Yuda, Defriansyah, Iqbal, Didik, Yobel, Wela, Ivonna, Ari, Santo, Dila, Sisi, Ipeh, Aryo, Tiwi, Bebeu, Irvia, Rossy, Fina, Arlenti, Ayu, Meki, Dwi Wulandari),dan teman-teman seperjuangan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

13. Almamaterku tercinta.


(13)

Penulis menyadari meskipun telah berusaha semaksimal mungkin skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, serta penulis sangat mengharapkan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Bandar lampung, 25 Februari 2015 Penulis


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Keuntungan dan kerugian perusahaan yanggo public... 2

2.1 Penelitian terdahulu tentangunderpricing ... 18

3.1 Perusahaan yang underpricing saat IPO periode 2007-2013 ... 26

4.1 Data perusahaan yang dijadikan sampel ... 34

4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 36

4.3 Hasil Model ANOVA ... 41

4.4 Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi (R2) ... 42


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Sampel Penelitian Lampiran 2 Hasil Uji Statistik Deskriptif

Lampiran 3 Hasil Uji Normalitas dan Hasil Uji Multikolinearitas

Lampiran 4 Hasil Uji Heteroskedastisitas dan Hasil Uji Autokorelasi (Runs Test)

Lampiran 5 Hasil Perhitungan Regresi, Hasil Model ANOVA, Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi (R2)

Lampiran 6 Data keuanganinitial return(IR),return on equity(ROE), financial leverage(DER)

Lampiran 7 Data Auditor Lampiran 8 DataUnderwriter


(16)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN ………..…… 1

1.1Latar Belakang ……… 1

1.2Rumusan Masalah ………... 7

1.3Tujuan Penelitian……….……… 8

1.4Manfaat Penelitian …….………... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ……… 10

2.1Landasan Teori …...………. 10

2.1.1 Underpricing ....……….. 10

2.1.2 Signalling theory ...…………...……….. 11

2.1.3 Asimetri Informasi ...……… 11

2.1.4 Initial Public Offering ( IPO )……… 12

2.1.5 Initial Return ... 13

2.1.6 Reputasi underwriter ………. 13

2.1.7 Reputasi Auditor ……… 14

2.1.8 Financial Leverage ……… 15

2.1.9 Return on Equity ……… 15

2.2Penelitian Terdahulu ………. 16

2.3Kerangka Pemikiran ………. 20

2.4Pengembangan Hipotesis ………... 21


(17)

2.4.2 Reputasi Auditor ……….. 22

2.4.3 Return on Equity (ROE) ……….. 23

2.4.4 Financial Leverage ………. 24

III. METODE PENELITIAN ……….……… 25

3.1Desain Penelitian ………. 25

3.1.1 Populasi dan Sampel ……….. 25

3.2 Variabel Penelitian ……… 26

3.2.1 Variabel dependen ………. 26

3.2.2 Variabel Independen ………. 27

3.2.2.1 Reputasi Underwriter ………. 27

3.2.2.2Reputasi Auditor ……… 28

3.2.2.3ROE (return on equty) ……… 28

3.2.2.4 Financial Leverage ………. 29

3.2 Jenis Dan Sumber Data ……….. 29

3.3 Metode Analisis Data ………. 29

3.4.1 Uji Asumsi Klasik ……….... 30

3.4.1.1 Uji Normalitas ………. 30

3.4.2.2 Uji Multikolinieritas ………... 31

3.4.2.3Uji Heteroskedastisitas ……… 31

3.4.2.4 Uji Autokorelasi ………. 32

3.4.2 Pengujian Hipotesis ………. 32

3.4.3 Koefisien Determinasi (R2) ………. 33

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

………

. 34

4.1 Deskripsi Objek Penelitian ………. 34

4.2 Pengujian Analisis Data Statistik Deskriptif ……….. 35

4.3 Uji Asumsi Klasik ……….. 38

4.3.1 Uji Normalitas ………. 38

4.3.2 Uji Multikolinearitas ……… 39

4.3.3 Uji Heteroskedastisitas ………... 40


(18)

4.4 Pengujian Hipotesis ……… 41

4.4.1 Pengujian Model Regresi ……… 41

4.4.2 Analisis Koefisien Determinasi (R2) ………... 42

4.4.3 Analisis Regresi Berganda ……….. 42

4.5 Pembahasan Pengujian Hipotesis ……….. 43

V.

SIMPULAN DAN SARAN

………

47

5.1 Simpulan ……… 47

5.2 Keterbatasan Penelitian ………. 49

5.3 Saran dan Implikasi ……… 49

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Dalam perusahaan yang berorientasi dengan laba kebutuhan akan modal adalah hal yang sangat penting. Modal ini diperlukan perusahaan untuk mengembangkan perusahaan guna memperoleh laba yang maksimal. Perusahaan melakukan cara dengan menjual sebagian saham mereka guna menarik investor sehingga pihak perusahaan akan mendapatkan tambahan modal yang dikendalikan oleh pihak manajemen. Salah satu cara menarik pendanaan dari pihak luar dengan cara perusahaan menjual saham yang sering disebut dengan go public. Perusahaan yang go public akan melakukan hal yang disebut IPO (initial public offerings). IPO adalah suatu kejadian perdana perusahaan yang melakukan penawaran atau menjual saham mereka kepada publik di bursa saham atau pasar modal. Pasar saham Indonesia dinamakan BEI (Bursa Efek Indonesia). Perusahaan yang memutuskan untuk go public memiliki keuntungan dan kerugian secara langsung. Untuk itu perusahaan harus memikirkan secara matang dampak dari keputusan tersebut. Menurut (Jogiyanto, 2003 dalam Fitriani, 2012) perusahaan memiliki keuntungan dan kerugian di antaranya :


(20)

2

Tabel 1.1

Keuntungan dan kerugian perusahaan yang go public

Keuntungan Kerugian

kemudahan meningkatkan modal di masa mendatang

biaya laporan meningkat meningkatkan liquiditas bagi

perusahaan

pengungkapan (disclosure) nilai perusahaan diketahui ketakutan untuk diambil alih Sumber: Jogiyanto, 2003 dalam Fitriani, 2012

Kegiatan IPO untuk suatu perusahaan banyak diwarnai dengan adanya fenomena yang umum dan sering terjadi di pasar modal maupun saat emiten dengan adanya selisih positif antara harga saham di pasar sekunder dengan harga saham di pasar perdana atau saat IPO yang biasa disebut underpricing (Yolana dan Dwi Martani, 2005). Underpricing adalah adanya selisih positif antara harga saham di pasar sekunder dengan harga saham di pasar perdana atau saat IPO. Selisih harga inilah yang dikenal sebagai initial return (IR) atau positif return bagi investor.

Underpricing adalah fenomena yang umum dan sering terjadi di pasar modal manapun saat emiten melakukan IPO. Bagi pihak perusahaan fenomena ini tidak menguntungkan karena modal yang didapat kan tidak maksimal. Namun hal ini menguntungkan bagi investor. Fenomena underpricing ini sangat menarik untuk di teliti karena berhubungan dengan penentuan harga saham saat IPO dan harga saham saat di pasar sekunder. Underpricing disebabkan oleh asimetri informasi (Beatty 1989 dalam Gerianta 2008). Oleh karena itu informasi sangat diperlukan bagi emiten, underwriter maupun investor dalam penentuan harga. Informasi yang baik dan lengkap digunakan oleh emiten maupun underwriter untuk


(21)

3

ditanggung oleh underwriter sebagai penjamin emisi. Sedangkan investor sebagai pihak eksternal sangat minim untuk mendapatkan informasi suatu perusahaan menyebabkan perbedaan pandangan dalam penentuan harga. Salah satu fenomena yang terjadi adalah underpricing. Kejadian underpricing ini dikarenakan oleh beberapa faktor-faktor. Asimetri informasi menjadi faktor yang menyebabkan underpricing. Underwriter sebagai penjamin emisi dianggap memiliki kelebihan dalam hal informasi baik pasar maupun emiten. Model Baron (1982) dalam (Ayu I 2012) mengatakan underwriter dianggap memiliki informasi yang lebih lengkap daripada emiten mengenai pasar sedangkan underwriter memiliki informasi yang lebih lengkap daripada investor mengenai emiten. Semakin besar asimetri

informasi menyebabkan semakin besar risiko bagi investor, sehingga investor mengharapkan initial return (IR) yang besar yang mana hal tersebut menimbulkan underpricing.

Laporan keuangan dapat dijadikan informasi penting bagi investor maupun underwriter. Laporan keuangan yang baik coba disampaikan perusahaan guna menarik investor. Untuk itu dibutuhkan laporan keuangan yang diaudit. Salah satu persyaratan dalam proses go public adalah laporan keuangannya telah diaudit oleh KAP (Keputusan Menteri Keuangan RI No 859/KMK.01/1987). Balvers, et al. (1988) dalam Gerianta (2008) mengungkapkan bahwa investment banker yang memiliki reputasi tinggi akan menggunakan auditor yang mempunyai reputasi tinggi pula. Investment banker dan auditor yang memiliki reputasi akan mengurangi underpricing.


(22)

4

Isi dalam laporan keuangan bisa dijadikan informasi bagi investor untuk menilai perusahaan yang IPO. Return on equity (ROE) merupakan indikator atas

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dimasa mendatang atas akitivitas perusahaan (Yolana dan Martani 2005). Indikator profitabilitas bisa diproksikan dengan variabel ROE. Semakin tinggi ROE akan menarik investor untuk membeli saham perusahaan yang IPO dengan mengharapkan pengembalian yang besar dimasa depan atas penyertaannya. Jadi dapat dikatakan ROE

berpengaruh positif terhadap initial return. Senada dengan penetilian (Yolana dan Martani 2005) yang mengatakan ROE berpengaruh signifikan positif terhadap initial return. Ini hal yang positif bagi investor. Financial leverage salah satu dalam elemen dalam laporan keuangan yang dapat dijadikan informasi bagi investor dalam mengambil keputusan.

Financial leverage menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar hutangnya dengan equity yang dimilikinya (Tambunan, 2007) dalam Dewa I (2012). Rasio utang diproksikan dengan variabel financial leverage. Semakin tinggi financial leverage berarti semakin tinggi risiko yang dapat diterima investor sehingga akan mempengaruhi terhadap pengambilan keputusan. Ini bisa

menyebabkan ketidakpastian terhadap harga saham yang menyebabkan

underpricing. Dengan ketidakpastian yang tinggi akan mengakibatkan pergerakan harga dipasar sekunder relative tidak mengalami perubahan yang mana akan berdampak apa rendahnya underpricing. Namun beberapa penelitian sebelumnya seperti Kim et al. (1993) dan Daljono (2000) dalam Dewa I (2012), dalam penelitiannya berhasil membuktikan bahwa financial leverage secara signifikan (positif) berpengaruh pada underpricing.


(23)

5

Dengan uraian dari beberapa faktor yang mempengaruhi underpricing peneliti mencoba membandingkan dengan beberapa penelitian sebelumnya. Ghozali dan Al Mansur (2002) dalam Yolana dan Martani (2005) berdasarkan data perusahaan yang IPO di BEJ pada tahun 1997 – 2000, mereka berhasil membuktikan bahwa reputasi penjamin emisi, financial leverage signifikan pada level 10% dengan arah negative mempengaruhi underpricing. ROA mempengaruhi underpricing dengan level signifikansi 5% dengan arah negatif. Sedangkan umur perusahaan, skala perusahaan, dan persentase saham yang ditahan, tidak terbukti signifikan mempengaruhi underpricing.

Rosyati dan Arifin Sebeni (2002) dalam Yolana dan Martani (2005) berdasarkan data tahun 1997 – 2000 di BEJ menemukan bahwa reputasi penjamin emisi dan umur perusahaan mempengaruhi underpricing pada level signifikansi 5% dengan arah korelasi negatif. Mereka tidak berhasil mendukung hipotesisnya yang menyatakan bahwa reputasi auditor dan kondisi pasar yang tercermin dalam perbedaan angka IHSG mempunyai pengaruh signifikan terhadap underpricing di BEJ. Wirjolukito (2003) dengan data perusahaan IPO di BEJ tahun 1993 - 2001, menyimpulkan bahwa fenomena underpricing berpeluang terjadi secara signifikan dan ternyata dalam rentang waktu pendek pasar juga masih menjamin terjadinya underpricing. Besar underpricing masih sangat dipengaruhi kondisi pasar dan faktor-faktor non-keuangan terutama PER market. Kecenderungan penggantian auditor yang dinilai mempunyai reputasi baik ketika perusahaan akan IPO. Peneliti juga menemukan indikasi bahwa auditor dan penjamin emisi mempunyai hubungan komplementer. Penelitian luar negeri yang dilakukan oleh Pagano (1998) dalam kasus di Italia. Hasilnya menggunakan database besar perusahaan


(24)

6

swasta di Italia , peneliti menganalisis faktor-faktor penentu penawaran umum perdana ( IPO ) dengan membandingkan ex ante dan ex karakteristik perusahaan swasta yang melakukan IPO. Kemungkinan IPO meningkat dipengaruhi oleh variabel ukuran perusahaan dan jenis pasar industri. Perusahaan melakukan IPO tidak untuk membiayai investasi masa depan dan pertumbuhan, tetapi untuk menyeimbangkan rekening / account mereka setelah investasi yang tinggi dan pertumbuhan . IPO juga diikuti dengan biaya yang lebih rendah dari kredit dan peningkatan omset dalam kontrol .

Auditor menjadi salah satu bagian penting saat perusahaan go public. Auditor yang mempunyai reputasi tinggi akan berpengaruh terhadap kualitas audit perusahaan emiten. Beatty (1989) dalam mengemukakan bahwa terdapat hubungan signifikan negatif antara reputasi auditor, reputasi underwriter, umur perusahaan, dan tipe kontrak underwriter dengan initial return. Jadi semakin baik reputasi auditor akan menunjukkan initial return yang lebih rendah. Sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap berkurangnya underpricing. Sedangkan penelitian Rosyati dan Sabeni (2002) dalam (Yolana dan Martani 2005), menghasilkan bahwa variabel reputasi auditor tidak berpengaruh secara signifikan positif terhadap underpricing. ROE merupakan rasio yang menggambarkan seberapa besar tingkat pengembalian modal perusahaan dari kinerja perusahaan dalam memperoleh laba. Informasi ini sangat dibutuhkan bagi investor untuk melihat sejauh mana pengembalian modal dari perusahaan.Yolana dan Martani (2005) melakukan penelitian di BEJ berdasarkan data tahun 1994–2001, menemukan bahwa variabel rata-rata kurs dan ROE berpengaruh signifikan positif pada


(25)

7

initial return, serta ukuran perusahaan dan jenis industri berpengaruh signifikan negatif pada initial return. Sedangkan dalam penelitian Abdullah (2000) dalam (Yolana dan Martani 2005) yang memasukkan salah satu variabel penelitiannya yaitu profitabilas perusahaan (ROE ). Hasilnya ROE signifikan negatif terhadap underpricing. Banyaknya fenomena yang terjadi saat perusahaan yang melakukan IPO dapat dilihat dari beberapa penelitian sebelumnya. Setelah mengetahui

beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi underpricing, informasi ini sangat berguna bagi perusahaan dalam proses pengambilan keputusan saat melakukan IPO.

Melihat masih terjadi inkonsistensi dari penelitian sebelumnya atas variabel-variabel yang mempengaruhi underpricing. Peneliti mencoba melakukan

penelitian secara empiris terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing. Variabel-variabel yang digunakan antara lain: reputasi underwriter, reputasi auditor, return on equity dan financial leverage. Terlebih variabel-variabel yang dijelaskan di atas terdapat perbedaan pendapat dari hasil penelitian sebelumnya. Berdasarkan latar belakang yang disampaikan, maka peneliti menyusun skripsi dengan judul “Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing Saham Pada Saat Initial Public Offering (IPO) Di Bursa Efek Indonesia”.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang disampaikan di atas serta melihat fenomena dari penelitian sebelumnya, rumusan masalah yang diambil oleh peneliti sebagai berikut:


(26)

8

2. Apakah reputasi auditor berpengaruh negatif terhadap underpricing ? 3. Apakah return on equity (ROE) berpengaruh positif terhadap underpricing ? 4. Apakah financial leverage berpengaruh negatif terhadap underpricing?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Menganalisis hubungan antara reputasi underwriter terhadap underpricing. 2. Menganalisis hubungan antara reputasi auditor terhadap underpricing.

3. Menganalisis hubungan antara return on equity (ROE) terhadap underpricing. 4. Menganalisis hubungan antara financial leverage terhadap underpricing.

1.4 Manfaat Penelitian a. Bagi Kalangan Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan tambahan wacana dan referensi dengan bukti empiris terhadap faktor-fsktor yang dianggap mempengaruhi fenomena underpricing serta literatur di bidang keuangan, sehingga dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya yang terkait dan sejenis.

b. Bagi Praktisi

1. Emiten : penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi yang membantu para emiten dalam menentukan harga yang saat melakukan IPO dengan melihat informasi keuangan perusahaan dan kemampuan menilai pihak emiten.

2. Investor : penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi bagi calon investor potensial atas aktivitas di pasar saham sehingga berguna untuk pengambilan keputusan investasi. Contohnya ,perusahaan menggunakan


(27)

9

informasi dari laporan keuangan perusahaan dan menilai apakah akan memberikan manfaat dimasa depan.

c. Bagi Regulator

Penelitan ini diharapkan bisa menjadi informasi bagi pemerintah sebagai pembuat kebijakan yang berkaitan dengan pasar saham. Dengan penelitian ini pemerintah dapat mengurangi asimetri informasi antara manajemen dengan pihak luar

termasuk investor. Dengan memperhatikan faktor-faktor yang bisa mempengaruhi underpricing di pasar saham. Keadaan perekonomian secara global , kurs, Return On Equity , financial leverage.


(28)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Underpricing

Yolana dan Martani (2005) mendefinisikan underpricing adalah adanya selisih positif antara harga saham di pasar sekunder dengan harga saham di pasar

perdana atau saat IPO. Selisih harga inilah yang dikenal sebagai initial return (IR) atau positif return bagi investor. Underpricing adalah fenomena yang umum dan sering terjadi di pasar modal manapun saat emiten melakukan IPO. Fenomena underpricing dikarenakan adanya mispriced di pasar perdana sebagai akibat adanya ketidakseimbangan informasi antara pihak underwriter dengan pihak perusahaan. Dalam literatur keuangan masalah tersebut disebut adanya asimetri informasi. Fungsi penjaminan hanya ada satu yaitu tipe full commitment, sehingga pihak underwriter berusaha untuk mengurangi risiko dengan jalan menekan harga di pasar perdana, agar terhindar dari kerugian (Ghozali dan Mudrik Al Mansur, 2002) dalam Yolana dan Martani (2005). Tipe ini memiliki risiko yang tinggi bagi underwriter . Menurut Beatty (1989) dalam I Dewa (2012) bahwa para pemilik perusahaan menginginkan agar meminimalkan underpricing, karena terjadinya


(29)

11

underpricing menyebabkan adanya transfer kemakmuran (Wealth) dari pemilik kepada investor.

2.1.2 Signalling theory

Dalam konteks ini underpricing merupakan suatu fenomena yang dijadikan sinyal bagi perusahaan untuk para investor. Dengan adanya auditor berkualitas akan berpengaruh baik terhadap informasi yang diterima investor dalam menilai perusahaan yang melakukan IPO. Gerianta (2008) dalam signaling model

menyatakan auditor yang berkualitas mampu menyajikan informasi yang berguna bagi investor dalam menilai perusahaan yang melakukan IPO. Ini sejalan dengan dengan signalling theory yang dikemukakan Leland dan Pyle (1977) dalam Gerianta (2008) yang menunjukkan bahwa laporan keuangan yang audited dan persentase kepemilikan saham akan mengurangi tingkat ketidakpastian. Oleh karena itu, issuer dan underwriter dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar. Underpricing beserta sinyal yang lain (reputasi underwriter, reputasi auditor, umur perusahaan, financial leverage, return on asset) merupakan sinyal positif yang berusaha diberikan oleh issuer guna menunjukkan kualitas

perusahaan pada saat IPO.

2.1.3 Asimetri Informasi

Emiten, underwriter (penjamin emisi), masyarakat pemodal adalah pihak-pihak yang terlibat dalam penawaran perdana pada saat terjadinya underpricing karena adanya asimetri informasi yang menjelaskan perbedaan informasi. Model Baron (1982) sebagaimana dikutip oleh dalam (Ayu I 2012), menganggap underwriter


(30)

12

memiliki informasi lebih mengenai pasar modal, sedangkan emiten tidak memiliki informasi mengenai pasar modal. Oleh karena itu, underwriter memanfaatkan informasi yang dimiliki untuk membuat kesepakatan harga IPO yang maksimal, yaitu harga yang memperkecil risikonya apabila saham tidak terjual semua. Karena emiten kurang memiliki informasi, maka emiten menerima harga yang murah bagi penawaran sahamnya. Semakin besar ketidakpastian emiten tentang kewajaran harga sahamnya, maka lebih besar permintaan terhadap jasa

underwriter dalam menetapkan harga. Sehingga underwriter menawarkan harga perdana sahamnya dibawah harga ekuilibrium. Oleh karena itu akan menyebabkan tingkat underpricing semakin tinggi.

2.1.4 Initial Public Offering ( IPO )

Transaksi penawaran umum penjualan saham pertama kalinya terjadi di pasar perdana (primary market). Kegiatan yang dilakukan dalam rangka penawaran umum penjualan saham perdana disebut IPO (Initial Public Offerings). Selanjutnya saham dapat diperjualbelikan di Bursa Efek, yang disebut pasar sekunder (secondary market) Rosyati dan Arifin Sebeni (2002) dalam Yolana dan Martani (2005). Undang-undang Republik Indonesia No.8 tahun 1995 tentang pasar modal mendefinisikan penawaran umum sebagai kegiatan penawaran yang dilakukan emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang telah diatur dalam undang-undang tersebut dan peraturan pelaksanaannya. Initial Public Offering (IPO) atau sering disebut go public merupakan kegiatan penawaran saham atau efek lainnya (Obligasi, Right, Warrant) yang dilakukan oleh emiten (perusahaan yang akan go public) untuk menjual saham atau efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur oleh UU Pasar Modal dan


(31)

13

peraturan pelaksanaannya. Selain kegiatan penawaran efek kepada pemodal oleh penjamin emisi (underwriter) pada periode pasar perdana, juga mencakup

kegiatan penjatahan saham, yaitu pengalokasian efek pesanan para pemodal sesuai dengan jumlah efek yang tersedia dan pencatatan efek saat efek mulai

diperdagangkan di bursa.

2.1.5 Initial Return

Pihak investor lebih mengharapkan tingginya underpricing karena dengan demikian para investor dapat menerima initial return. Initial return adalah

keuntungan yang diperoleh pemegang saham karena perbedaan harga saham yang dibeli di pasar perdana (saat IPO) dengan harga jual saham bersangkutan di hari pertama di pasar sekunder dalam Yolana dan Martani (2005). Setiap investor menginginkan return yang maksimal dari investasinya. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi.

2.1.6 Reputasi underwriter

Underwriter adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha sebagai penjamin emisi efek, perantara pedagang efek dan atau manajer investasi, dalam Ekajaya (2009). Penjamin emisi (underwriter) merupakan mediator yang mempertemukan emiten dengan para pemodal. Lembaga ini bertugas meneliti dan mengadakan penilaian menyeluruh atas kemampuan dan prospek emiten khususnya untuk emisi saham, penjamin emisi juga turut serta dalam menentukan harga saham yang diemisikan. Dalam kegiatan penjaminan emisi, para penjamin peserta emisi memperoleh jasa penjaminan (underwriting fee) yang besarnya dihitung dari nilai penawaran dalam pasar perdana. Reputasi penjamin emisi dapat dipakai sebagai sinyal untuk


(32)

14

mengurangi tingkat ketidakpastian yang tidak dapat diungkapkan oleh informasi yang terdapat dalam prospektus dan memberi sinyal bahwa informasi privat dari emiten mengenai prospek perusahaan di masa datang tidak menyesatkan.

Penelitian yang dilakukan di Indonesia oleh Imam Ghozali dan Mudrik Al Mansur (2002) dalam Yolana dan Martani (2005) membuktikan bahwa reputasi penjamin emisi signifikan mempengaruhi fenomena underpricing dengan arah koefisien korelasi negatif. Berarti semakin bagus reputasi penjamin emisi maka tingkat underpricing akan semakin kecil.

2.1.7 Reputasi Auditor

Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang digunakan oleh investor atau calon investor dan underwriter untuk menilai perusahaan yang akan go public. Salah satu persyaratan dalam proses go public adalah laporan keuangan yang telah diaudit oleh kantor akuntan publik (Keputusan Menteri Keuangan RI No.859 /KMK.01/1987). Auditor memegang peranan yang penting dalam proses go public, yaitu sebagai pihak yang ditunjuk oleh perusahaan yang melakukan pemeriksaan laporan keuangan perusahaan sebagai calon emiten. Auditor yang memiliki reputasi tinggi, akan memberikan tingkat kepercayaan yang lebih besar akan kebenaran informasi dalam laporan keuangan. Jadi auditor adalah orang yang kompeten dan independen dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan perusahaan yang di audit dalam Ekajaya (2009). Pemakaian auditor yang berkualitas akan diinterpretasikan oleh investor, bahwa emiten mempunyai informasi yang tidak menyesatkan mengenai prospeknya dimasa mendatang. Sehingga akan berpengaruh terhadap reaksi pasar salah satu nya fenomena underpricing.


(33)

15

2.1.8 Financial Leverage (DER)

Financial leverage menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar hutangnya dengan equity yang dimilikinya (Tambunan, 2007) dalam Dewa I (2012). Apabila financial leverage tinggi, berarti risiko suatu perusahaan tinggi sehingga para investor akan mempertimbangkan hal ini dalam melakukan keputusan investasi (Trisnawati, 1998) dalam (Gerianta 2008) . Hal ini akan mempengaruhi underpricing dikarenakan semakin tinggi financial leverage suatu perusahaan maka akan menimbulkan ketidakpastian akan harga saham perdana saat melakukan IPO. Dengan ketidakpastian yang tinggi akan mengakibatkan pergerakan harga dipasar sekunder relative tidak mengalami perubahan yang mana akan berdampak apa rendahnya underpricing. Financial leverage diukur dari hasil persentase antara total hutang dengan equitas perusahaan. Para investor akan menggunakan informasi ini untuk melakukan keputusan investasi.

2.1.9 Return on Equity (ROE)

Return on Equity merupakan sebuah rasio yang sering dipergunakan oleh pemegang saham untuk menilai kinerja perusahaan yang bersangkutan. ROE mengukur besarnya tingkat pengembalian modal dari perusahaan. Pertimbangan memasukkan variabel ROE karena profitabilitas perusahaan memberikan

informasi kepada pihak luar mengenai efektifitas operasional perusahaan. Abdullah (2000) dalam Yolana dan Martani (2005), penelitiannya memasukkan variabel profitabilitas perusahaan (ROE) dan besaran perusahaan (total aktiva) untuk tahun terakhir sebelum go publik, jenis industri (variabel dummy industri manufaktur dan non manufaktur), persentase saham yang ditawarkan pada publik. Hasilnya jenis industri signifikan 5% dengan arah positf terhadap underpricing.


(34)

16

Sedangkan ROE signifikan 10% dengan arah negatif terhadap underpricing. Arah ROE yang berhubungan negatif dengan tingkat underpricing, mempunyai arti bahwa semakin tinggi profitabilitas maka semakin rendah underpricing. ROE merupakan rasio yang memberikan informasi kepada investor tentang seberapa besar tingkat pengembalian modal dari perusahaan yang berasal dari kinerja perusahaan memperoleh laba. Semakin besar nilai ROE, maka tingkat

pengembalian yang diharapkan investor akan semakin besar pula (Martani dan Yolana, 2005). Peneliti berharap hasil penelitian kali ini akan memberikan hasil yang lebih baik dan dapat menjelaskan lebih jelas mengenai faktor penyebab underpricing pada penawaran saham perdana dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Dalam penelitian-penelitian ini, variabel profitabilitas yang

diwakilkan dengan ROE diasumsikan sebagai ekspektasi investor atas dana yang ditanamkan pada perusahaan yang IPO. Semakin besar profitabilitas (ROE) maka investor akan tertarik membeli atau mencari saham perusahaan IPO tersebut karena berharap di kemudian hari akan mendapatkan pengembalian yang besar atas penyertaannya. Hal ini memungkinkan naiknya harga penawaran saham saat diperdagangkan di pasar sekunder yang disebabkan permintaan akan saham tersebut meningkat.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi underpricing telah dilakukan oleh Rosyati dan Sabeni (2002) dalam Yolana dan Martani (2005), penelitian tersebut menganalisis kondisi pasar, reputasi underwriter, reputasi auditor, dan umur perusahaan terhadap underpricing saham dalam periode 1997


(35)

17

s.d 2000. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa hanya variabel underwriter dan umur perusahaan yang berhasil menunjukkan hubungan

signifikan terhadap tingkat underpricing. Sedangkan, kondisi pasar dan reputasi auditor tidak mempunyai hubungan yang signifikan. Menurut Yolana dan Martani (2005) dengan judul: Variabel-variabel yang Mempengaruhi Fenomena Underpricing Pada Penawaran Saham Perdana Di BEJ tahun 1994-2001. Hasilnya terdapat pengaruh secara simultan antara variabel bebas yaitu reputasi penjamin emisi, rata-rata kurs, skala perusahaan, ROE, dan jenis industri terbukti terhadap variabel terikat underpricing. Dan tidak terdapat pengaruh yang

signifikan antara variabel reputasi penjamin emisi dengan underpricing.

Penelitian Rachmawati (2007) yang menganalisis reputasi underwriter, umur perusahaan, ukuran perusahaan, nilai penawaran, financial leverage dan fractional holding terhadap perusahaan go public periode 2000 s.d 2004 menunjukkan bahwa secara simultan variabelvariabel bebas dalam penelitian berpengaruh terhadap variable terikat yaitu tingkat underpricing. Namun, secara parsial hanya variabel reputasi underwriter, nilai penawaran dan financial leverage yang berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat underpricing. Sedangkan dalam penelitian Agustin Eka (2009) menghasilkan variabel reputasi auditor, reputasi underwriter, umur perusahaan, dan financial leverage tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap tingkat underpricing. Sedangkan ukuran perusahaan secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat underpricing. Pagano (1998) dalam kasus di Italia. Hasilnya Menggunakan database besar perusahaan swasta di Italia , peneliti menganalisis faktor-faktor penentu


(36)

18

penawaran umum perdana ( IPO ) dengan membandingkan ex ante dan ex karakteristik perusahaan swasta yang melakukan IPO. Kemungkinan IPO

meningkat dipengaruhi oleh variabel ukuran perusahaan dan jenis pasar industri. Perusahaan melakukan IPO tidak untuk membiayai investasi masa depan dan pertumbuhan, tetapi untuk menyeimbangkan rekening/account mereka setelah investasi yang tinggi dan pertumbuhan. IPO juga diikuti dengan biaya yang lebih rendah dari kredit dan peningkatan omset dalam kontrol.

Berikut beberapa hasil penelitian terdahulu: Tabel 2.1

Penelitian terdahulu tentang underpricing

No Tahun Nama Variabel Hasil

1. 1989 Beatty Repitasi auditor Reputasi underwriter Umur perusahaan Persentase saham yang ditawarkan

Tipe kontrak underwriter Indikator perusahaan migas

Signifikan (-) Signifikan (-) Signifikan (-) Signifikan (+) Signifikan (-) Signifikan (+) 2. 1993 Kim et al. Invesment

Kualitas underwriter ROA Financial Leverage Gross proceeds Ownership retention Signifikan (-) Signifikan (-) Signifikan (-) Signifikan (+) Signifikan (-) Signifikan (+) 3. 2000 Daljono Reputasi auditor

Reputasi underwriter Umur perusahaan Saham yang ditawarkan ROA Financial leverage Solvability Ratio Tidak berpengaruh Signifikan (+) Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh Signifikan (+) Tidak berpengaruh 4. 2000 Abdullah Besaran perusahaan

ROE

Jenis industri

% Saham yang ditawarkan

Tidak berpengaruh Signifikan (-) Signifikan (+) Tidak berpengaruh 5. 2002 Rosyati

dan Sabeni

Umur perusahaan Reputasi auditor

Reputasi penjamin emisi

Signifikan (-) Tidak berpengaruh Signifikan (-) 6. 2002 Ghozali Reputasi penjamin emisi Signifikan (-)


(37)

19 dan Mudrik Financial leverage ROA Umur perusahaan Skala perusahaan % saham ditahan

Signifikan (-) Signifikan (-) Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh 7. 2005 Yolana dan

Martani

Reputasi penjamin emisi Rata-rata kurs Ukuran perusahaan ROE Jenis Industri Tidak berpengaruh Signifikan (+) Signifikan (-) Signifikan (+) Signifikan (-) 8. 2008 Gerianta Reputasi auditor

Reputasi underwriter Umur perusahaan

% Saham yang ditawarkan ROA Financial Leverage Solvability ratio Ukuran perusahaan Kepemilikan pemerintah Tidak berpengaruh Signifikan (-) Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh Signifikan (-) Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh 9. 2013 Eka

Retnowati DER ROA EPS Umur perusahaan Ukuran Perusahaan Prosentase Penawaran Saham Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh Signifikan Tidak berpengaruh Signifikan Signifikan 10. 2012 I Dewa

Ayu

Reputasi Underwriter, Reputasi Auditor, Umur Perusahaan, Ukuran Perusahaan, Tujuan Penggunaan Dana untuk Investasi, Profitabilitas Perusahaan (ROA), Financial Leverage, Jenis Industri. Signifikan (-) Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh Signifikan (-) Signifikan (-) Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh Sumber : data diolah

Contoh-contoh penelitian diatas membuktikan bahwa masih terjadinya inkonsistensi variabel-variabel yang mempengaruhi underpricing. Untuk itu peneliti mencoba melakukan penelitian menggunakan variabel-variabel keuangan dan non keuangan yang mana dituangkan dalam kerangka pemikiran berikut.


(38)

20

2.3 Kerangka Pemikiran

Fenomena underpricing yang terjadi saat perusahaan melakukan IPO bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Melihat banyaknya penelitian yang ada sebelumnya serta melihat ketidakkonsistensian hasil yang didapat dari faktor-faktor yang dianggap berpengaruh tersebut peneliti mencoba mengambil 4 faktor-faktor yang dianggap berpengaruh terhadap fenomena underpricing.

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini diduga memiliki pengaruh terhadap underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO. Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan di Indonesia yang melakukan IPO pada periode 2007-2013.

REPUTASI UNDERWRITER ( -)

REPUTASI AUDITOR ( - )

UNDERPRICING FINANCIAL LEVERAGE

( + )


(39)

21

2.4 Pengembangan Hipotesis

2.4.1 Reputasi Underwriter

Dalam proses go public, sebelum saham diperdagangkan di pasar sekunder (bursa efek) , terlebih dahulu saham perusahaan yang akan go public dijual di pasar perdana Yolana dan Dwi Martani (2005). Harga saham pada penawaran perdana ditentukan berdasarkan kesepakatan antara peusahaan emiten dengan underwriter (penjamin emisi efek), sedangkan harga saham di pasar sekunder ditentukan oleh mekanisme pasar (berdasarkan permintaan dan penawaran). Underwriter adalah pihak yang membuat kontrak dengan emiten untuk melakukan penawaran umum bagi kepentingan emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual. Underwriter dalam hal ini memperoleh informasi lebih baik mengenai permintaan saham-saham emiten, dibandingkan emiten itu sendiri (Ayu I 2012). Oleh karena itu, underwriter akan memanfaatkan informasi yang dimiliki untuk memperoleh kesepakatan optimal dengan emiten. Berhubung penentuan harga perdana saham ditentukan oleh emiten dan underwriter sebagai penjamin emisi, sudah selayaknya kalau underwriter tersebut mempunyai peran yang besar dalam menentukan harga perdana saham. Underwriter dengan reputasi tinggi lebih mempunyai kepercayaan diri terhadap kesuksesan penawaran saham yang diserap oleh pasar. Dengan demikian ada kecenderungan underwriter yang bereputasi tinggi lebih berani memberikan harga yang tinggi sebagai konsekuensi dari kualitas penjaminannya, sehingga tingkat underpricing pun rendah. Menurut Ghozali dan Mudrik Al Mansur (2002) dalam Yolana dan Dwi Martani (2005) bahwa reputasi underwriter signifikan mempengaruhi fenomena underpricing dengan arah koefisien korelasi negatif. Namun menurut Yolana dan Dwi Martani


(40)

22

(2005) bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel reputasi penjamin emisi dengan underpricing. Untuk itu diajukan hipotesis sebagai berikut: H1 : Reputasi underwriter berpengaruh negatif terhadap underpricing.

2.4.2 Reputasi Auditor

Perusahaan yang akan melakukan IPO akan memilih Kantor Akuntan Publik (KAP) yang memiliki reputasi baik (Rosyati dan Arifin Sebeni, 2002) dalam Yolana dan Martani (2005). Karena reputasi auditor berpengaruh pada kredibilitas laporan keuangan ketika suatu perusahaan go public. Menurut Balvers at al. (1998) dalam Gerianta (2008) penelitian tersebut tentang pengaruh reputasi auditor dan reputasi underwriter terhadap initial return. Hasil analisisnya menunjukkan bahwa reputasi auditor dan reputasi underwriter berpengaruh negatif terhadap initial return. Menurut Beatty (1989) dalam Ayu I (2012) bahwa initial return dipengaruhi oleh reputasi auditor, reputasi underwriter, prosentase penawaran saham, umur perusahaan, tipe penjamin emisi, dan indikator

perusahaan minyak dan gas. Sedangkan pada penelitian Daljono (2000) dalam Ayu I (2012) bahwa reputasi auditor, umur perusahaan, persentase saham yang ditawarkan pada publik, profitabilitas perusahaan yang diwakili ROA, dan solvability ratio, terbukti tidak signifikan mempengaruhi initial return. Dengan menggunakan auditor yang memiliki reputasi tinggi akan mengurangi

ketidakpastian dimasa mendatang. Ketidakpastian yang rendah akan sejalan dengan rendahnya tingkat underpricing. Hal ini dikarenakan membantu emiten dan underwriter dalam menentukan harga yang maksimal saat IPO. Harga yang saham yang maksimal saat IPO akan mengurangi tingkat underpricing karena


(41)

23

investor percaya dengan laporan keuangan yang diaudit oleh auditor bereputasi tinggi. Untuk itu diajukan hipotesis sebagai berikut:

H2 : Reputasi auditor berpengaruh negatif terhadap underpricing. 2.4.3 Return on Equity (ROE)

Return on Equity merupakan sebuah rasio yang sering dipergunakan oleh pemegang saham untuk menilai kinerja perusahaan yang bersangkutan. ROE mengukur besarnya tingkat pengembalian modal dari perusahaan. Pertimbangan memasukkan variabel ROE karena profitabilitas perusahaan memberikan

informasi kepada pihak luar mengenai efektifitas operasional perusahaan. Abdullah (2000) dalam Yolana dan Martani (2005), penelitiannya memasukkan variabel profitabilitas perusahaan (ROE) dan besaran perusahaan (total aktiva) untuk tahun terakhir sebelum go publik, jenis industri (variabel dummy industry manufaktur dan non manufaktur), persentase saham yang ditawarkan pada publik. Hasilnya jenis industri signifikan 5% dengan arah positf terhadap underpricing. Sedangkan ROE signifikan 10% dengan arah negatif terhadap underpricing. Arah ROE yang berhubungan negatif dengan tingkat underpricing, mempunyai arti bahwa semakin tinggi profitabilitas maka semakin rendah underpricing. Dalam penelitian ini, variabel profitabilitas yang diwakilkan dengan ROE diasumsikan sebagai ekspektasi investor atas dana yang ditanamkan pada perusahaan yang IPO. Semakin besar profitabilitas (ROE) maka investor akan tertarik membeli atau mencari saham perusahaan IPO tersebut karena berharap di kemudian hari akan mendapatkan pengembalian yang besar atas penyertaannya. Hal ini

memungkinkan naiknya harga penawaran saham saat diperdagangkan di pasar sekunder yang disebabkan permintaan akan saham tersebut meningkat.


(42)

24

H3 : Return on equity (ROE) berpengaruh positif terhadap underpricing.

2.4.4 Financial Leverage

Financial leverage menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar hutangnya dengan equity yang dimilikinya (Tambunan, 2007) dalam Ayu I

(2012). Financial leverage yang tinggi menunjukkan risiko suatu perusahaan juga tinggi (Kim et al., 1993) dalam Gerianta (2008). Hal ini akan menimbulkan ketidakpastian harga saham perdana yang besar pula, yang pada akhirnya akan mempengaruhi underpricing. Dengan ketidakpastian yang tinggi akan

mengakibatkan pergerakan harga dipasar sekunder relative tidak mengalami perubahan yang mana akan berdampak apa rendahnya underpricing. Dengan demikian diajukan hipotesis sebagai berikut.

H4 : Financial leverage (DER) berpengaruh negatif terhadap fenomena underpricing.


(43)

25

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Dalam penelitian ini menjelaskan hubungan antara variabel dependen dan variabel independen. Sifat penelitian ini adalah dengan menggunakan data sekunder.

3.1.1 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah perusahaan di Indonesia yang melakukan IPO pada periode 2007-2013 serta terdaftar di BEI. Sampel yang diambil dengan metode purposive samplingyaitu teknik pengambilan sampel dengan

pertimbangan/kriteria tertentu Ayu I (2012) yang sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun kriteria sampel yang diambil dengan beberapa pertimbangan:

1. Perusahaan yanggo publicdi Bursa Efek Indonesia pada periode 2007–2013 yang sahamnya mengalamiunderpricing.

2. Perusahaan yang listing di BEI dimana Perusahaan IPO yang sahamnya memilikiinitial return-nya tidak nol ataunegativekarena jikainitial return-nya nol ataunegativemaka variable dependen yaituinitial returntidak dapat diukur sebagai ukuran yang menggambarkanunderpricing.

3. Terdapat data lengkap variabel laporan keuangan: variabelreturn on equity (ROE) danfinancial leveragesedangkan laporan non-keuangan: diambil dari variabel reputasi auditor dan reputasiunderwriter.


(44)

26

Berdasarkan kriteria di atas, adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Table 3.1

Perusahaan yang underpricing saat IPO periode 2007-2013

Keterangan Jumlah

Perusahaan IPO 2007-2013 155 Perusahaan overpricing (36)

Perusahaan stagnan (57)

Data tidak lengkap (19)

Perusahaan yang underpricing 43 Sumber : IDX, yahoo finance, 2007-2013, diolah

3.2 Variabel Penelitian 3.2.1 Variabel dependen

Variabel dependen disebut juga sebagai variabel terikat. Terdapat tiga model yang dapat digunakan untuk menghitungreturnekspektasian yaitu denganmean

adjusted model, market modeldanmarket adjusted model(Brown and Warner, 1985).Mean adjusted modeladalah suatu model estimasi yang tidak menggunakan indeks pasar saham dalam menghitungreturnsaham tapi menggunakanmean return saham. Sedangkanmarket adjusted modeladalah suatu model estimasi yang

menggunakan pasar dalam menghitungreturnpasar dengan menggunakan indeks saham , Yolana dan Dwi Martani (2005). Perhitunganinitial return(IR) menggunakanmean adjusted modellebih sederhana dibandingkanmarket adjusted model.

Mean adjusted modeldapat dihitung dengan rumus: IR = CP–OP* 100%


(45)

27

Market adjusted modeldihitung dengan rumus: R = CP–OP* 100% - RIH

OP

Namun dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan dalam ketiga model yang ada (Brown and Warner, 1980). Dalam penelitian ini variabel dependen yang digunakan yaitu :Underpricingyang diproksikan denganInitial Return(IR= returnawal). Hal ini dikarenakan kejadian underpricing adalah selisih positif harga saham saat IPO dengan harga saham dipasar sekunder ( Gerianta 2008). Untuk mengukur variabel ini peneliti menggunakanreturnharian (Indriantoro dan Supomo, 2002) dalam Fitriani (2012) dengan rumus perhitungannya yaitu :

Keterangan: IR =initial return

CP =closing price/ harga penutupan hari pertama saham diperdagangkan di pasar sekunder

OP =offering price/ harga penawaran perdana

3.2.2 Variabel Independen

Variabel independen disebut juga sebagai variabel bebas. 3.2.2.1 ReputasiUnderwriter

Variabel ini menggunakan variabel dummy. Variabel ini ditentukan dengan skala

1 untuk reputasi underwriter yang termasuk dalam ‘5 besar’. Sebaliknya, skala 0 untuk reputasi underwriter yang tidak termasuk ‘5 besar’.Berdasarkan data yang dirilis Bloomberg Limaunderwriteryang memiliki nilai IPO teratas adalah

IR = CP–OP x 100% OP


(46)

28

Mandiri Sekuritas yang menempati posisi pertama penjaminan IPO saham menguasai pangsa pasar sebesar 28,4%. Nilai underwriting anak usaha Bank Mandiri itu sekitar Rp 1,09 triliun dari total emisi Rp 3,85 triliun. Setelah Mandiri Sekuritas, posisi kedua direbut PT CIMB Securities Indonesia. Nilai penjaminan emisi saham oleh CIMB pada 2009 mencapai Rp 944 miliar atau menguasai pangsa pasar sebesar 24,5%. Peringkat ketiga adalah PT Bahana Securities dengan nilai underwriting Rp 375 miliar (9,7%). Selanjutnya PT BNP Paribas senilai Rp 333 miliar (8,6%) dan PT Danareksa Sekuritas Rp 333 miliar (8,6%).

3.2.2.2 Reputasi Auditor

Variabel ini menggunakan variabel dummy. Variabel ini ditentukan dengan menggunakan skala 1 untuk KAP big 4 dan 0 untuk KAP yang non big 4. KAP terbaik di Indonesia tahun 2013 (berdasarkan data accountingtoday.com).

1. Deloitte–KAP Osman Bing Satrio

2. PwC (Pricewaterhouse Coopers)–KAP Haryanto Sahari 3. Ernst & Young–KAP Purwantono, Sarwoko, Sandjaja 4. KPMG–KAP Sidharta, Sidharta, Widjaja

3.2.2.3 ROE (return on equty)

Variabel ini dilihat dari hasil persentase. Perbandingan antaranet income after tax dengantotal equity.Mengacu pada penelitian (Yolana dan Martini 2005)

dirumuskan sebagai berikut:

ROE (%) =net income after tax x 100% Total equity


(47)

29

3.2.2.4Financial Leverage

Variabel ini diukur dengan DER (Debt to Equity Ratio), yaitu rasio total hutang terhadapequityyang dimiliki oleh perusahaan. Pengukuran variabel ini juga telah dipergunakan oleh Kimet al.(1993), Trisnawati (1998) dan Ayu I (2012)

dirumuskan sebagai berikut:

3.3 Jenis Dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif, meliputi data namaunderwriterdan data nama auditor yang mengaudit laporan keuangan. Data kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka seperti harga penawaran perdana saham,harga penutupan saham hari pertama,financial leverage, danReturn on Equity.

Sumber data yang digunakan pada penelitian inis merupakan data sekunder yaitu data yang informasinya diperoleh secara tidak langsung dari perusahaan. Data sekunder dalam penelitian ini berasal dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia, Indonesian Capital Market Directory(ICMD),buku-buku referensi, internet dan literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan bahasan penelitian.

3.4 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistic dengan menggunakan persamaan regresi berganda (multiple regression). Analisis data dilakukan dengan bantuan SPSS (Statistical Package for Social

DER (%) = Total Debt x 100 % Equity


(48)

30

Science). Peneliti melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu sebelum melakukan pengujian hipotesis.

3.4.1 Uji Asumsi Klasik

Secara teoritis model yang digunakan dalam penelitian ini akan menghasilkan nilai parameter model penduga yang sahih bila memenuhi asumsi klasik, yaitu tidak terjadi autokorelasi, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas. Hal ini untuk memastikan bahwa model telah memenuhu criteria (BLUE)Best Linear Unbiased Estimator.Adapun uji asumsi klasik yang digunakan sebagai berikut:

3.4.1.1 Uji Normalitas

Screeningterhadap normalitas data merupakan langkah awal yang harus dilakukan untuk setiap analisis multivariate. Jika terdapat normalitas maka residual akan terdistribusi secara normal dan independen. Yaitu perbedaan antara nilai prediksi dengan skor yang sesungguhnya atau error akan terdistribusi secara simetri. Jadi salah satu cara mendeteksi normalitas adalah lewat pengamatan nilai residual. Secara statistic salah satu uji yang dapat digunakan adalah uji statistic nom- parametrik Kolmogorov–Smirnov (K-S) (Ghozali,2013). Uji Kolmogorov Smirnov adalah uji beda antara data yang diuji normalitasnya dengan data normal baku. Penerapan pada uji Kolmogorov Smirnov adalah bahwa jika signifikansi di bawah 0,05 berarti data yang akan diuji mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data normal baku, berarti data tersebut tidak normal. Lebih lanjut, jika signifikansi di atas 0,05 maka berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara data yang akan diuji dengan data normal baku, atau data berdistribusi normal.


(49)

31

3.4.1.2 Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel variabel independen. Jika variabel-variabel saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas adalah nol (Ghozali, 2013). Multikolinearitas dapat juga dilihat dari

tolerance valuedanVariance Inflation Factor (VIF). Batastolerance value adalah 0,10 dan VIF adalah 10.

Dasar pengambilan keputusan untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas adalah sebagai berikut:

1. Jika nilaitolerance≥ 0,10dan nilai VIF ≤ 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas.

2. Jika nilaitolerance≤ 0,10dan nilai VIF≥ 10,maka dapat disimpulkan bahwa terjadi multikolinearitas.

3.4.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2013) uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaanvariancedari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jikavariancedari residual suatu pengamatan ke

pengamatan yang lain tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang terjadi

homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisias. Ghozali (2001) dalam Ayu I (2012) menyatakan bahwa untuk mendeteksi ada atau tidaknya


(50)

32

terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID), yaitu dengan deteksi ada tidaknya pola tertentu pada grafik scaterplot antara SRESID dan ZPRED. Kemudian uji heterokedastisitas juga dapat dilakukan dengan melakukanuji Spearman's rho. Uji ini dilakukan dengan membuat persamaan regresi nilai absolut residual terhadap variabel independen. Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas.

3.4.1.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 yang merupakan periode sebelumnya (Ghozali, 2013). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokolerasi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dapat dilakukan melalui Run Test.

Run Test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak (sistematis) (Ghozali, 2013). Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random.

3.4.2 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Analisis persamaan regresi berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh dari beberapa variabel bebas terhadap satu variabel terikat, Ayu I (2012). Analisis regresi berganda dihasilkan dengan cara memasukkan input data variabel ke fungsi regresi. Persamaan regresi berganda yang digunakan dapat dinyatakan sebagai berikut:


(51)

33

Dimana :

Y = tingkat underpricing

α = konstanta

b1-4 = koefisien regresi variabel independen rep_UND = reputasiunderwriter

rep_AUD = reputasi auditor DER =debt to equity ratio ROE = profitabilitas

e = error.

3.4.3 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah di antara nol dan satu. Nilai R2yang kecil berarti kemampuan-kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai R2yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2001) dalam , Ayu I (2012) .


(52)

47

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari latar belakang yang telah dituangkan dalam Bab 1, peneliti mencoba membuktikan secara empiris terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi underpricingsaham pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI). Faktor-faktor yang digunakan dalam penelitian ini adalah reputasiunderwriter, reputasi auditor,return on equity(ROE),financial leverage(DER). Faktor diambil karena masih adanya inkonsistensi hasil faktor-faktor tersebut terhadap fenomena underpricing.

Hasil pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi berganda dengan tujuan menguji pengaruh empat variabel independen (reputasiunderwriter, reputasi auditor, return on equity(ROE),financial leverage(DER) terhadap satu variabel dependen ( initial return(IR) menunjukkan bahwa:

1. Hasil pengujian hipotesis 1 menunjukkan bahwa variabel reputasiunderwriter berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadapinitial returnatau


(53)

48

underpricingsehingga hipotesis di tolak. Artinya reputasiunderwriteryang tinggi tidak berpengaruh signifikan terhadap fenomenaunderpricing. 2. Hasil pengujian hipotesis 2 menunjukkan bahwa variabel reputasi auditor

berpengaruh negatif namun tidak signiifikan terhadapinitial returnatau

underpricingsehingga hipotesis di tolak. Artinya auditor yang bereputasi tinggi tidak menjadi pertimbangan investor yang melakukan investasi pada saham IPO karena kurangnya kepercayaan investor atas kualitas informasi keuangan yang disajikan dalam prospektus sehingga tidak berpengaruh signifikan terhadap fenomenaunderpricing.

3. Hasil pengujian hipotesis 3 menunjukkan bahwa variabel ROE berpengaruh positif dan signifikan terhadapinitial returnatauunderpricingsehingga hipotesis di terima. Artinya semakin tinggi nilai ROE (return on equity) akan mejadi pertimbangan investor yang mengharapkan return yang besar dimasa depan sehingga menyebabkan semakin tingginyaunderpricing.

4. Hasil pengujian hipotesis 4 menunjukkan bahwa variabel DER berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadapinitial returnatauunderpricingsehingga hipotesis di tolak. Ini berbanding terbalik dengan bangunan hipotesis yang dibuat dengan arah negatif karena DER atau rasio utang yang tinggi akan menimbulkan ketidakpastian dan risiko yang tinggi pula sehingga akan berdampak pada rendahnyaunderpricingakibat dari tindakan investor yang sangat berhati-hati dalam menginvestasikan dana mereka. Perbedaan arah ini muncul dapat di pengaruhi karena perbedaan cara pandang peneliti dengan penelitian terdahulu seperti Kimet al.(1993) dan Daljono (2000), dalam penelitiannya berhasil


(54)

49

membuktikan bahwafinancial leveragesecara signifikan (positif) berpengaruh padaunderpricing.Hasil penelitian ini menjelaskan semakin tinggi DER atau ratio utang digunakan oleh emiten yang melakukan IPO untuk menarik investor dengan menentukan harga yang rendah saat IPO sambil berharap banyak investor yang tertarik sehingga saat terjadi perubahan harga dipasar sekunder harga saham bisa meningkat yang mana akan secara otomatis akan meningkatkan

underpricing.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian antara lain:

1. Pengaruh variabel-variabel independen yang digunakan dalam mempengaruhi variabel dependen yang sebesar 14,7% dan sisanya 85,3% dimungkinkan

dipengaruhi oleh variabel lain seperti keadaan perekonomian secara makro, kurs, jenis industri, ukuran perusahaan, ROA .

2. Metode perhitunganinitial returnmenggunakan metode sederhana (mean adjusted model).

5.3 Saran dan Implikasi

Dari hasil penelitian ini masih terdapat saran yang dapat dijadikan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya, antara lain:

1. Perlunya menambah faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhiunderpricing seperti nilai kurs, keadaan perekonomian makro serta faktor eksternal lainnya.


(55)

50

2. Perlunya mencoba memasukkan variabel kontrol yang dapat mempengaruhi variabel independen terhadap variabel dependen dan memiliki pengaruh yang kuat agar nilai signifikansi pada uji F di bawah 0,05 dan nilai koefisien determinan dapat menjadi lebih tinggi.

3. Perlunya mencoba memasukkan perusahaan yangoverpricingsebagai bentuk variasi nilai dalam statistic deskriptif.

4. Perlunya mencoba menghitung nilaiunderpricingdengan proksi model yang lain.

Dengan hasil penelitian ini diharapkan mampu berkontribusi terhadap pengetahuan dan perkembangan tentang hal-hal yang bisa terjadi di bursa saham. Sehingga dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi peneliti dimasa depan dalam hal yang


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Syukriy, 2000. Fenomena Underpricing Dalam Penawaran Saham Perdana (IPO) dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya,Jurnal Manajemen & Bisnis, Vol. 3 No. 1, 65–83.

Ali, Syaiful dan Jogiyanto Hartono, 2002. Analisis Pengaruh Pemilihan Metode Akutansi Terhadap Pemasukan Penawaran Perdana.Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Volume 17 Nomor 2.

Ayu, I Dewa, 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang MempengaruhiUnderpricing Saham Pada Penawaran Saham Perdana Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal ilmiah akuntansi vol 2. No 2.

Baron, D.P, 1982. A Model of The Demand for Investment Bank Advising and Distribution Services for New Issues.Journal of Finance, Volume 45.

Balvers, R. Mc Donald dan R.E Miller, 1988. Underpricing of New Issues and the Choice of Auditor as a Signal of Investment Banker Reputation.The Accounting Review 63.

Beatty, R.P. 1989. Auditor Reputation and The Pricing of IPO.The Accounting Review.Vol LXIV No 4. p 693-707.

Brown, Stephen J. and Warner, Jerold B. 1980. Measuring Security Price Performance.Journal of Financial Economics8. p. 205-258.

. 1985. Using Daily Stock Returns (The Case of Event Studies).Journal of Financial Economics14. p. 3-31.

Daljono, 2000. Analisa Faktor-Faktor yang mempengaruhi Initial Return Saham yang Listing di Bursa Efek Jakarta Tahun 1990-1997.Makalah Seminar, Seminar Nasional Akuntansi.

Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhruddin, 2001,Pasar Modal di Indonesia Pendekatan Tanya Jawab. Salemba Empat, Jakarta.


(57)

Ekajaya, Agustin, 2009. Analisis Atas Faktor–Faktor PenyebabUnderpricing Saham Perdana Pada PerusahaanTrading Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta Tahun 2000–2007. Jurnal Akuntansi, Volume 9, Nomor 2, Mei 2009 : 111–13

Ernyan dan Suad Husnan ,2002.Perbandingan Underpricing Penerbitan Saham Perdana Perusahaan Keuangan dan Non Keuangan di pasar Modal Indonesia.Jurnal Ekonomi dan bisnis Indonesia,vol.17, no 4 Fitriani, Dini. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang MempengaruhiUnderpricing

setelah IPO. skripsi ekonomi strata 1, universitas Diponegoro. Semarang.

Gerianta, Wirawan Yasa. 2008. Penyebab Underpricing Pada Penawaran Saham Perdana diBursa Efek Indonesia.Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol 3.No. 2.

Ghozali, Imam. 2001.Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, Imam dan Al Mansur, 2002. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpriced di Bursa Efek Jakarta.Jurnal Bisnis dan

Akuntansi, Vol. 4. No. 1, 74–87.

Ghozali, Imam. 2013.Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Grinblatt, M and Hwang, C.Y., 1989. Signaling and Pricing Sew Issues. Journal of Finance, no 44.

Jogiyanto Hartono Mustakini, Syaiful Ali. 2003. Pengaruh Pemilihan Metode Akuntansi terhadap Pemasukan IPO,Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia

Jogiyanto, H.M. 2000.Teori Portofolio dan Analisis Investasi. BPFE. Yogyakarta Kim Jeong Bon, Itzhak Krinsky and Jason Lee. 1993. Motives for Going Public

and Underpricing: New Findings from Korea.Journal of Business Financial and Accounting.January. p. 195-211.

Leland, Hayne E. dan David H. Pyle. 1977. Informational asymmetries, Financial Structure, and Financial Intermediation.The Journal of Finance.Vol. XXXII. May. pp. 371—387.

Martini, Dwi dan Chastina Yolana. 2005. Variabel-Variabel yang mempengaruhi Fenomena underpricing pada Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Jakarta Tahun 1994-2001.Simposium Nasional akuntansi VIII, Solo.


(58)

Pagano, M., F Panetta and L. Zingales 1998. Why Do Companies Go Public? An Empirical Analysis.Journal of Finance, Vol LIII No. 1 (February) pp 27-64

Rachmawati, Diyah, 2007. Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental Terhadap Tingkat Underpricing Pada Penawaran Umum Perdana di Bursa Efek Jakarta.Skripsi Ekonomi Strata-1, Universitas Negeri Semarang

Rosyati dan Arifin Sebeni. 2002. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing Saham pada Perusahaan Go Publik di Bursa Efek Jakarta (Tahun 1997–2000).Kumpulan Makalah Simposium Nasional Akuntansi V, 286–297.

Tambunan, Andi Porman. 2007.Menilai Harga Saham Wajar. Cetakan ke-7. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Trisnawati, R., 1998. Pengaruh Informasi Prospektus Terhadap Return Saham di Pasar Perdana.Tesis Program Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta Wirjolukito, Aruna. 2003. Faktor-Faktor Penentu Pemilihan Auditor dan

Implikasi Skala Auditor Beserta Prediktor Lain Terhadap Imbal Hasil Awal Pada Proses Penawaran Umum Perdana: Studi Empiris

Perusahaan Masuk Bursa di Bursa Efek Jakarta.“Disertasi S3”,

Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. www.idx.co.id/id-id/beranda/perusahaantercatat/aktivitaspencatatan.aspx Finance.yahoo.com/q/hp?s=IPO+Historical+Prices


(1)

48

underpricingsehingga hipotesis di tolak. Artinya reputasiunderwriteryang tinggi tidak berpengaruh signifikan terhadap fenomenaunderpricing. 2. Hasil pengujian hipotesis 2 menunjukkan bahwa variabel reputasi auditor

berpengaruh negatif namun tidak signiifikan terhadapinitial returnatau

underpricingsehingga hipotesis di tolak. Artinya auditor yang bereputasi tinggi tidak menjadi pertimbangan investor yang melakukan investasi pada saham IPO karena kurangnya kepercayaan investor atas kualitas informasi keuangan yang disajikan dalam prospektus sehingga tidak berpengaruh signifikan terhadap fenomenaunderpricing.

3. Hasil pengujian hipotesis 3 menunjukkan bahwa variabel ROE berpengaruh positif dan signifikan terhadapinitial returnatauunderpricingsehingga hipotesis di terima. Artinya semakin tinggi nilai ROE (return on equity) akan mejadi pertimbangan investor yang mengharapkan return yang besar dimasa depan sehingga menyebabkan semakin tingginyaunderpricing.

4. Hasil pengujian hipotesis 4 menunjukkan bahwa variabel DER berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadapinitial returnatauunderpricingsehingga hipotesis di tolak. Ini berbanding terbalik dengan bangunan hipotesis yang dibuat dengan arah negatif karena DER atau rasio utang yang tinggi akan menimbulkan ketidakpastian dan risiko yang tinggi pula sehingga akan berdampak pada rendahnyaunderpricingakibat dari tindakan investor yang sangat berhati-hati dalam menginvestasikan dana mereka. Perbedaan arah ini muncul dapat di pengaruhi karena perbedaan cara pandang peneliti dengan penelitian terdahulu seperti Kimet al.(1993) dan Daljono (2000), dalam penelitiannya berhasil


(2)

49

membuktikan bahwafinancial leveragesecara signifikan (positif) berpengaruh padaunderpricing.Hasil penelitian ini menjelaskan semakin tinggi DER atau ratio utang digunakan oleh emiten yang melakukan IPO untuk menarik investor dengan menentukan harga yang rendah saat IPO sambil berharap banyak investor yang tertarik sehingga saat terjadi perubahan harga dipasar sekunder harga saham bisa meningkat yang mana akan secara otomatis akan meningkatkan

underpricing.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian antara lain:

1. Pengaruh variabel-variabel independen yang digunakan dalam mempengaruhi variabel dependen yang sebesar 14,7% dan sisanya 85,3% dimungkinkan

dipengaruhi oleh variabel lain seperti keadaan perekonomian secara makro, kurs, jenis industri, ukuran perusahaan, ROA .

2. Metode perhitunganinitial returnmenggunakan metode sederhana (mean adjusted model).

5.3 Saran dan Implikasi

Dari hasil penelitian ini masih terdapat saran yang dapat dijadikan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya, antara lain:

1. Perlunya menambah faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhiunderpricing seperti nilai kurs, keadaan perekonomian makro serta faktor eksternal lainnya.


(3)

50

2. Perlunya mencoba memasukkan variabel kontrol yang dapat mempengaruhi variabel independen terhadap variabel dependen dan memiliki pengaruh yang kuat agar nilai signifikansi pada uji F di bawah 0,05 dan nilai koefisien determinan dapat menjadi lebih tinggi.

3. Perlunya mencoba memasukkan perusahaan yangoverpricingsebagai bentuk variasi nilai dalam statistic deskriptif.

4. Perlunya mencoba menghitung nilaiunderpricingdengan proksi model yang lain.

Dengan hasil penelitian ini diharapkan mampu berkontribusi terhadap pengetahuan dan perkembangan tentang hal-hal yang bisa terjadi di bursa saham. Sehingga dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi peneliti dimasa depan dalam hal yang


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Syukriy, 2000. Fenomena Underpricing Dalam Penawaran Saham Perdana (IPO) dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya,Jurnal Manajemen & Bisnis, Vol. 3 No. 1, 65–83.

Ali, Syaiful dan Jogiyanto Hartono, 2002. Analisis Pengaruh Pemilihan Metode Akutansi Terhadap Pemasukan Penawaran Perdana.Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Volume 17 Nomor 2.

Ayu, I Dewa, 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang MempengaruhiUnderpricing Saham Pada Penawaran Saham Perdana Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal ilmiah akuntansi vol 2. No 2.

Baron, D.P, 1982. A Model of The Demand for Investment Bank Advising and Distribution Services for New Issues.Journal of Finance, Volume 45.

Balvers, R. Mc Donald dan R.E Miller, 1988. Underpricing of New Issues and the Choice of Auditor as a Signal of Investment Banker Reputation.The Accounting Review 63.

Beatty, R.P. 1989. Auditor Reputation and The Pricing of IPO.The Accounting Review.Vol LXIV No 4. p 693-707.

Brown, Stephen J. and Warner, Jerold B. 1980. Measuring Security Price Performance.Journal of Financial Economics8. p. 205-258.

. 1985. Using Daily Stock Returns (The Case of Event Studies).Journal of Financial Economics14. p. 3-31.

Daljono, 2000. Analisa Faktor-Faktor yang mempengaruhi Initial Return Saham yang Listing di Bursa Efek Jakarta Tahun 1990-1997.Makalah Seminar, Seminar Nasional Akuntansi.

Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhruddin, 2001,Pasar Modal di Indonesia Pendekatan Tanya Jawab. Salemba Empat, Jakarta.


(5)

Ekajaya, Agustin, 2009. Analisis Atas Faktor–Faktor PenyebabUnderpricing Saham Perdana Pada PerusahaanTrading Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta Tahun 2000–2007. Jurnal Akuntansi, Volume 9, Nomor 2, Mei 2009 : 111–13

Ernyan dan Suad Husnan ,2002.Perbandingan Underpricing Penerbitan Saham Perdana Perusahaan Keuangan dan Non Keuangan di pasar Modal Indonesia.Jurnal Ekonomi dan bisnis Indonesia,vol.17, no 4 Fitriani, Dini. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang MempengaruhiUnderpricing

setelah IPO. skripsi ekonomi strata 1, universitas Diponegoro. Semarang.

Gerianta, Wirawan Yasa. 2008. Penyebab Underpricing Pada Penawaran Saham Perdana diBursa Efek Indonesia.Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol 3.No. 2.

Ghozali, Imam. 2001.Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, Imam dan Al Mansur, 2002. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpriced di Bursa Efek Jakarta.Jurnal Bisnis dan

Akuntansi, Vol. 4. No. 1, 74–87.

Ghozali, Imam. 2013.Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Grinblatt, M and Hwang, C.Y., 1989. Signaling and Pricing Sew Issues. Journal of Finance, no 44.

Jogiyanto Hartono Mustakini, Syaiful Ali. 2003. Pengaruh Pemilihan Metode Akuntansi terhadap Pemasukan IPO,Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia

Jogiyanto, H.M. 2000.Teori Portofolio dan Analisis Investasi. BPFE. Yogyakarta Kim Jeong Bon, Itzhak Krinsky and Jason Lee. 1993. Motives for Going Public

and Underpricing: New Findings from Korea.Journal of Business Financial and Accounting.January. p. 195-211.

Leland, Hayne E. dan David H. Pyle. 1977. Informational asymmetries, Financial Structure, and Financial Intermediation.The Journal of Finance.Vol. XXXII. May. pp. 371—387.

Martini, Dwi dan Chastina Yolana. 2005. Variabel-Variabel yang mempengaruhi Fenomena underpricing pada Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Jakarta Tahun 1994-2001.Simposium Nasional akuntansi VIII, Solo.


(6)

Pagano, M., F Panetta and L. Zingales 1998. Why Do Companies Go Public? An Empirical Analysis.Journal of Finance, Vol LIII No. 1 (February) pp 27-64

Rachmawati, Diyah, 2007. Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental Terhadap Tingkat Underpricing Pada Penawaran Umum Perdana di Bursa Efek Jakarta.Skripsi Ekonomi Strata-1, Universitas Negeri Semarang

Rosyati dan Arifin Sebeni. 2002. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing Saham pada Perusahaan Go Publik di Bursa Efek Jakarta (Tahun 1997–2000).Kumpulan Makalah Simposium Nasional Akuntansi V, 286–297.

Tambunan, Andi Porman. 2007.Menilai Harga Saham Wajar. Cetakan ke-7. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Trisnawati, R., 1998. Pengaruh Informasi Prospektus Terhadap Return Saham di Pasar Perdana.Tesis Program Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta Wirjolukito, Aruna. 2003. Faktor-Faktor Penentu Pemilihan Auditor dan

Implikasi Skala Auditor Beserta Prediktor Lain Terhadap Imbal Hasil Awal Pada Proses Penawaran Umum Perdana: Studi Empiris

Perusahaan Masuk Bursa di Bursa Efek Jakarta.“Disertasi S3”, Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. www.idx.co.id/id-id/beranda/perusahaantercatat/aktivitaspencatatan.aspx Finance.yahoo.com/q/hp?s=IPO+Historical+Prices