Latar belakang HUKUM INTERNASIONAL DAN NASIONAL

Judul: “IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN PENYU DI KOTA PADANG BERDASARKAN HUKUM INTERNASIONAL DAN NASIONAL”

A. Latar belakang

Berkembangnya kesadaran akan pentingnya keberlangsungan lingkungan hidup yang baik dan memadai untuk kehidupan yang layak bagi manusia, satwa bahkan tumbuhan. masyarakat internasional harus peduli dengan lingkungan disekitarnya, mulai dari kebersihan tempat tinggal, tata ruang tempat tinggal, tata ruang perkantoran sampai perlindungan habitat satwa tertentu yang sangat dijaga ketat demi melindungi habitat asli, satwa, dan tumbuhan tersebut. Regulasi-regulasi telah diciptakan oleh negara-negara yang merasa memiliki kepentingan dan kesadaran akan pentingnya perlindungan lingkungan hidup bagi kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan. Kepedulian terhadap lingkungan secara internasional oleh masyarakat telah muncul sejak tahun 1900, dimana Hukum lingkungan internasional mulai berkembang sejak tahun 1972, yaitu adanya deklarasi Stockholm yang menjadi pilar hukum lingkungan internasional dan pada saat itu hukum lingkungan dari bersifat use-oriented menjadi environment oriented. Hukum lingkungan yang yang bersifat use-oriented adalah produk hukum yang membebaskan hak pada masyarakat internasional untuk mengeksploitasi lingkungan dan sumber daya alam tanpa membebani kewajiban untuk melindungi dan melestarikannya. Sedangkan environment orientation adalah produk hukum yang tidak hanyak memberikan hak kepada manusia untuk memakai lingkungan tetapi juga membebani manusia untuk menjaga, melindungi dan melesarikannya. 1 Sehingga kini masyarakat internasional harus dapat menjaga, melindungi dan melestarikan lingkungannya untuk kehidupan yang layak dimasa akan datang. Lingkungan hidup bukan hanya untuk generasi sekarang saja tetapi untuk generasi yang akan datang, supaya kehidupan di bumi tetap berjalan tanpa adanya kekurangan sumber daya alam yang menjadi sumber utama untuk kehidupan itu sendiri baik itu untuk manusia, binatang dan tumbuhan. Setiap penggunaan sumber daya alam yang dikelola haruslah memerhatikan dan menggunakan konsep environment oriented, walaupun digunakan dan akan habis nantinya tetapi kita masih dapat menyimpan cadangannya ataupun mengadakannya kembali dengan pengembangbiakkannya untuk genrasi akan mendatang sehingga kehidupan yang akan datang masih terjaga keberlangsungannya. Dalam mengekspolitasi setiap sumberdaya alam memang akan mengakibatkan kerusakan bagi habitat dan satwa tersebut tetapi hal tersebut harus dapat diminimalisirkan. Tetapi, walaupun pentingnya lingkungan hidup bagi masyarakat internasional masih tetap saja banyak oknum merusak lingkungan hidup tanpa memikirkan kelangsungan kehidupan yang ada di habitat tersebut. Sehingga 1 Sukanda, Husin, Hukum Lingkungan Internasional 2009 hlm. 3 hewan ataupun tumbuhan yang berada di habitatnya terganggu bahkan mati karena ulah oknum yang tidak bertanggungjawab. Seperti pengekspoitasian terhadap penyu di Indonesia, penyu di Indonesia digunakan untuk bahan obat, kosmetik dan cangkangnya digunakan untuk pajangan aksesoris selain itu laut yang kotor, pembangunan di pesisir yang mengakibatkan kepunahan untuk penyu. Penyu adalah kura- kura laut yang ditemukan di semua samudra di dunia. Menurut data para ilmuwan , penyu sudah ada sejak akhir zaman Jura 145 - 208 juta tahun yang lalu atau seusia dengan dinosaurus . Pada masa itu Archelon , yang berukuran panjang badan enam meter, dan Cimochelys telah berenang di laut purba seperti penyu masa kini. Penyu memiliki sepasang tungkai depan yang berupa kaki pendayung yang memberinya ketangkasan berenang di dalam air. Walaupun seumur hidupnya berkelana di dalam air, sesekali hewan kelompok vertebrata , kelas reptilia itu tetap harus sesekali naik ke permukaan air untuk mengambil napas. Itu karena penyu bernapas dengan paru-paru . Penyu pada umumnya ber migrasi dengan jarak yang cukup jauh dengan waktu yang tidak terlalu lama. Jarak 3.000 kilometer dapat ditempuh 58 - 73 hari. 2 Di Indonesia sendiri penyu dapat ditemukan di sekitar perairan Sumatra, bali, jawa, Kalimantan, Sulawesi dan sebagian perairan Indonesia bagian timur. 2 https:id.wikipedia.orgwikiPenyu Indonesia adalah rumah bagi enam dari tujuh spesies penyu di dunia, karena memberikan tempat yang penting untuk bersarang dan mencari makan, disamping merupakan rute perpindahan yang penting di persimpangan Samudera Pasifik dan Hindia. Namun, populasi enam spesies penyu laut tercantum sebagai yang rentan, terancam, atau sangat terancam menurut IUCN Red List of Threatened Species [Daftar Merah Spesies Yang Terancam Menurut IUCN]. 3 Ancaman utama yang dihadapi oleh penyu laut mencakup hancurnya habitat dan tempat bersarang, penangkapan, perdagangan ilegal dan eksploitasi yang membahayakan lingkungan. Indonesia telah menandatangani Biodiversity Convention dengan meratifikasinya melalui Undang-undang No. 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa mengenai Keanekaragaman hayati. Indonesia termasuk negara yang telah menandatangani CITES Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora Konvensi Internasional yang Mengatur Perdagangan Satwa dan Tumbuhan Liar Terancam Punah. Indonesia telah meratifikasinya melalui Keputusan Presiden Keppres No. 43 Tahun 1978 tentang CITES. Menurut CITES, seluruh penyu termasuk Appendiks I CITES, yang berarti, satwa tersebut dilindungi dan tidak boleh dimanfaatkan karena kondisinya terancam punah. 3 www.wwf.or.idprogramspesiesseaturtle Secara regional, pada tanggal 12 September 1997 bertempat di Thailand, Pemerintah Indonesia bersama-sama negara ASEAN lainnya telah menandatangani kesepakatan bersama mengenai Konservasi dan Perlindungan Penyu. Serta tahun 2001 menandatangani nota kesepahaman di bawah Konvensi Konservasi Species Migratori Satwa Liar, perjanjian tersebut kemudian dikenal dengan Nota Kesepahaman Penyu Laut Kawasan Samudra Hindia dan Asia Tenggara 4 Adanya regulasi-regulasi yang telah diciptakan oleh negara-negara yang sadar kepentingan akan satwa-satwa terlindungi khususnya penyu masyarakat internasional seharusnya sadar akan pentingnya kehidupan penyu dengan cara menjaga dan melestarikan habitat penyu. Akan tetapi hal tersebut sangat bertentangan dengan kasus yang ada di sepanjang pantai wisata Padang. Disana mulai dari sore hingga malam banyak yang menjajakan jualan telur penyu dengan berbagai macam kisaran harga perbutirnya. Biasanya telur penyu diperdagangkan untuk obat “Tidak kurang 22.000 butir telur penyu bisa diperjual belikan hanya dalam waktu 11 pekan. Seperti warung-warung di 4 www.kabarindonesia.comberitaprint.php?id=20061124190217 kawasan wisata Pantai Padang, menjadi lokasi perdagangan yang aman dari jamahan hukum. Sekalipun penyu termasuk hewan terancam yang dilindungi berdasarkan Convention and International Trade In Endangered Species of Wild Fauna and Flora CITES appendix I , perdagangannya terus dilakukan terang-terangan, bahkan masuk dalam salah satu program unggulan pariwisata” 5 Padahal dalam pengaturan dalam negeri penyu telah diundangkan dengan undang-undang. Penyu di Indonesia dilindungi Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya j.o Peraturan Pemerintah PP Nomor 7 tahun 1999 tentang Pangawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa yakni “Bahwa penyu berikut bagian-bagiannya termasuk telurnya merupakan satwa yang dilindungi oleh negara”. 6 Peluang pemanfaatannya melalui penangkaran yang diatur dalam PP No. 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar. 7 Khusus untuk Penyu Hijau Chelonia mydas dan Penyu Sisik Eretmochelys imbricata bila mengalami populasi berlebihan, itupun bila terdapat diluar 5 http:sains.kompas.comread2011051908543865Telur.Terlarang.di.Kota.Padang 6 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya j.o Peraturan Pemerintah PP Nomor 7 tahun 1999 tentang Pangawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa 7 Peluang pemanfaatannya melalui penangkaran yang diatur dalam PP No. 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar. kawasan konservasi, telurnya dapat dimanfaatkan sesuai SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan Menhutbun No. 751Kpts-II1999 tentang Tata Cara Permohonan, Pemberian dan Pencabutan Izin Usaha Berburu Telur Penyu Hijau Chelonia mydas dan Penyu Sisik Eretmochelys imbricata. 8 Mengenai perburuan telur penyu tersebut diatur pula dalam Peraturan Pemerintah PP No. 13 tahun 1994 tentang Perburuan Satwa Buru. 9 . Dalam pasal 7 ayat 5 yang berbunyi, “Menteri menetapkan jenis ikan dan kawasan perairan yang masing-masing dilindungi, termasuk taman nasional laut, untuk kepentingan ilmu pengetahuan, kebudayaan, pariwisata, danatau kelestarian sumber daya ikan danatau lingkungannya.” Dalam penjelasan pasal 7 ayat 5, berbunyi, “Yang dimaksud dengan “jenis ikan” adalah : a. pisces ikan bersirip; b. crustacea udang, rajungan, kepiting dan sebangsanya; c. mollusca kerang hita, tiram, cumi-cumi, gurita, siput dan sebangsanya; d. coelentrerata ubur-ubur dan sebangsanya; echinodermata tripang, bulu babi dan sebangsanya; f. amphibia kodok dan sebangsanya; g. reptilia buaya, penyu, kura-kura, biawak, ular air dan sebangsanya; h. mammalia paus, lumba-lumba, pesut, duyung dan sebangsanya; i. Algae rumput laut dan tumbuh-tumbuhan lain yang hidupnya di dalam air dan j. 8 SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan Menhutbun No. 751Kpts-II1999 tentang Tata Cara Permohonan, Pemberian dan Pencabutan Izin Usaha Berburu Telur Penyu Hijau Chelonia mydas dan Penyu Sisik Eretmochelys imbricata 9 Peraturan Pemerintah PP No. 13 tahun 1994 biota perairan lainnya yang ada kaitannya dengan jenis-jenis tersebut di atas. Semuanya termasuk bagian-bagiannya dan ikan yang dilindungi”. 10 Dengan kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa kota padang telah melanggar ketentuan peraturan nasional maupun internasional yang berlaku seperti telah dijelaskan diatas oleh karena itu maka penulis tertarik untuk mengangkat judul “ IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN PENYU DI KOTA PADANG BERDASARKAN HUKUM INTERNASIONAL DAN NASIONAL”

B. Rumusan Masalah