Konservasi Sumberdaya Alam Dalam Penataan Ruang

(1)

Karya Tulis

KONSERVASI SUMBERDAYA ALAM

DALAM PENATAAN RUANG

Oleh :

ANITA ZAITUNAH NIP 132 259 574

DEPARTEMEN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2009


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan artikel berjudul “Konservasi Sumberdaya Alam Dalam Penataan Ruang”

Artikel ini menjelaskan tentang pentingnya mempertimbangkan konservasi sunberdaya alam khususnya hutan dalam setiap kegiatan perencanaan pemanfaatan ruan.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam tulisan ini. Kritik dan saran sangat penulis harapkan bagi perbaikan di masa yang akan datang. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2009


(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR GAMBAR iii

A. Latar Belakang 1

B. Penataan Ruang 2

C. Konservasi Sumberdaya Alam 4

D. Penataan ruang sebagai upaya konservasi sumberdaya alam 5

E. Penutup 6


(4)

DAFTAR GAMBAR

No Text Hal

Gambar 1. Fungsi asal dan fungsi baru sumberdaya alam mengalami penataan ruang

2


(5)

A. Pendahuluan

Terjadinya perubahan lingkungan dan penggunaan lahan dicirikan dengan adanya dinamika perubahan (exchange) dan kompleksitas (complexity). Perubahan yang terjadi secara terus-menerus dengan frekuensi dan intensitas yang berbeda-beda , kompleks dan rumit antara komponen abiotik, biotik dan kultural yang semuanya masih memberikan kontribusi ketidakpastian dalam kondisi mendatang. Secara umum persoalan lingkungan hidup merupakan permasalahan yang penting dalam rangka pengembangan dan pembangunan wilayah di Indonesia. Kerusakan dan degradasi lahan serta tidak optimalnya pemanfaatan sumberdaya alam semakin menambah kompleksitasnya permasalahan pengelolaan sumber daya alam.

Degradasi sumberdaya alam yang disebabkan oleh berbagai macam perlakuan baik legal maupun illegal mengakibatkan terganggunya keseimbangan suatu ekosistem yang pada gilirannya akan mengakibatkan berkurangnya fungsi ekosistem, seperti fungsi lindung, fungsi hidroorologis (mengatur tata air) dan sebagai ruang semua makhluk hidup di dalam suatu wilayah. Dalam satu kawasan tidak seluruh wilayahnya memiliki karakteristik, cirri dan tingkat kerentanan lingkungan yang sama., sehingga dalam satu wilayah manajemen perlu dilakukan pembuatan batasan terhadap sesuatu yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan dilakukan di suatu wilayah pengelolaan. Penurunan kualitas lingkungan dapat diatasi dengan menganggap suatu wilayah dalam penataan ruang sebagai sebuah ekosistem. Sebagai ekosistem, wilayah harus dikelola dalam batas-batas keberfungsiannya. Pendekatan ekosistem dalam penataan ruang harus melibatkan semua sektor masyarakat dan berbagai bidang ilmu pengetahuan yang relevan

B. Penataan ruang

Penataan ruang dipandang sebagai upaya untuk memanfaatkan sumberdaya alam sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat. Namun demikian, penataan ruang juga harus dapat menjamin kelestarian (sustainability) sumberdaya alam dapat berfungsi dan bermanfaat terus menerus (Gambar 1) yaitu fungsi sumberdaya alam (tanah, air


(6)

dan isinya) awal harus tetap dapat berfungsi setelah mengalami penataan ruang. Karena sifat penataan ruang yang irreversible maka perencanaan penataan ruang harus mempertimbang kebutuhan, kemampuan dan kapasitas dalam melaksanakan dan mengendalikan pelaksanaan tata ruang yang disusun.

Gambar 1. Fungsi asal dan fungsi baru sumberdaya alam mengalami penataan ruang

Dalam membuat dan menyusun tata ruang kawasan seharusnya melibatkan masyarakat secara aktif dalam proses perencanaannya. Dengan demikian masyarakat akan ikut bertanggung jawab melaksanakan dan menjaga tata ruang yang telah disusunnya. Di samping itu masyarakat dapat memberikan alternatif-alternatif desain tata ruang sehingga mereka pun masih dapat mencari penghasilan dan meningkatkan kesejahteraanya dengan tidak mengganggu bentuk tata ruang yang dibangun. Rusli 1998 menyatakan bahwa permasalahan tata ruang dapat dikurangi dengan partisipasi masyarakat dalam penataan ruang, dengan meningkatkan efektivitas komunikasi, peningkatan peran tokoh masyarakat dan pertukaran informasi secara kontinu. Pelibatan dapat dilakukan pada tahap penentuan tipe penggunaan lahan dan tahap alokasi penggunaan lahan. Oleh karenanya prinsip yang harus dipedomani dalam penataan ruang adalah :


(7)

モ Mekanisme penyusunannya dilakukan secara partisipatif (melibatkan semua pihak yang terkena dampak penataan ruang). Didukung oleh komitmen publik (para pihak)

モ Ada kesesuaian antara program rekomendasi dengan alokasi anggaran モ Melibatkan seluruh stake holder dalam proses penyusunannya

モ Disosialisasikan kepada semua pihak

モ Menungkinkan untuk dilakukan asesmen/evaluasi tahunan

Bonheur 2002 juga menyatakan bahwa keberhasilan pada tingkat lokal dalam pelibatan masyarakat, dalam penelitian dan pengelolaan kawasan secara bijaksana khususnya di kawasan-kawasan perlindungan. Selain itu juga tergantung pada kemampuan bekerjasama dengan stake holder sebagai faktor kunci, utamanya sektor perikanan dan pertanian serta pemilihan metode manajemen pengaturan. Termasuk faktor kunci kelestarian yang lain adalah sosial, budaya, ekonomi dan pertimbangan lingkungan.

Agar tata ruang yang disusun dapat dijalankan dan memberikan dampak peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan wilayah maka harus dibuat juga :

1. Actions plan yaitu rencana tindakan pelaksanaan tata ruang yang akan dilakukan guna mencapai tujuan penataan ruang yang meliputi daftar program dan kegiatan, tata waktu, prioritas aktivitas, sumberdaya dan anggaran yang diperlukan

2. Monitoring and review yaitu metode untuk mengawasi, waktu pengawasan, dan

teknis pelaksanaan pengawasan (termasuk indikatoryang didefinisikan untuk menilai kinerja pelaksanaan tata ruang)

C. Konservasi sumberdaya alam

Konservasi sumberdaya alam merupakan upaya untuk memanfaatkan sumberdaya alam dengan tetap menjaga agar manfaat yang melekat pada sumberdaya alam yang


(8)

bersangkutan tetap dapat diambil terus menerus. Penaatan ruang secara teknis dan konseptual merupakan salah satu sarana untuk melakukan konservasi sumberdaya daya alam khususnya konservasi tanah dan air (Wasis, 2002)

Karakteristik wilayah yang berbeda menentukan pola dan struktur penataan ruang. Dalam hubungannya dengan karakteristik wilayah maka penataan ruang wilayah-wilayah yang dengan karakteristik unik dan berperanan sangat penting bagi konservasi sumberdaya alam memerlukan penataan ruang tersendiri yang berbeda dengan tata ruang yang pada umumnya merupakan kebijakan dalam suatu wilayah administrasi. Sehingga dalam perkembangannya wilayah dengan karakteristik unik seperti pesisir, pulau-pulau kecil dan kawasan-kawasan penyangga ekosistem penting memerlukan penataan ruang tersendiri.

Ruang merupakan wadah yang meliputi ruang daratan (tanah dan lahan), ruang lautan dan ruang udara sebagai kesatuan wilayah tempat makhluk hidup melangsungkan kehidupannya, sehingga tata ruang tidak dapat dipisahkan dari penatagunaan tanah (Hardjowigeno et al, 2001).

Sebagai sumberdaya alam tidak terbaharui, lahan harus dilestarikan fungsi dan manfaatnya. Tata ruang merupakan salah satu usaha dan upaya dalam melaksanakan konservasi tanah dan air dari segi kebijaksanaan.

D. Penataan ruang sebagai upaya konservasi sumberdaya alam

Tata ruang dapat menjadi salah satu upaya konservasi sumberdaya alam, karena tata ruang berusaha mengendalikan pemanfaatan sumberdaya alam secara berkesinambungan. Sebelum dikenal penataan ruang, sebenarnya sudah ada tata ruang yang berjalan sesuai dengan adat dan kebiasaan suatu masyarakat, dimana sebagai pengatur dan pengendalinya adalah tradisi yang memandang bahwa alam adalah sebagai tempat hidup, sumber hidup dan sarana bergantung. Karena keberadaannya yang sangat penting maka secara tidak langsung tata ruang terbentuk dengan sendirinya sebagai upaya konservasi sumberdaya alam.


(9)

Penataan ruang bukan proses yang statis, tetapi merupakan suatu rangkaian proses yang berlangsung dinamis dan berdimensi waktu sebagai wujud dari hasil pembelajaran (learning process) yang terus-menerus (Rustiadi et al. 2005). Pelaksanaan tata ruang harus melalui pengawasan yang baik dan harus dikendalikan agar tidak menyimpang dari yang direncanakan. Pada umumnya penyimpangan terjadi karena tekanan terhadap sumberdaya alam sangat tinggi karena adanya pertambahan populasi manusia. Oleh karenanya untuk menjamin kelestarian sumberdaya alam, maka secara berkala rencana tata ruang yang disusun dapat ditinjau (review), sehingga dapat disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi (Gambar 2).

Gambar 2. Penataan ruang merupakan proses yang dinamis

E. Penutup

Penataan ruang mendukung upaya konservasi sumberdaya alam melalui zonasi fisik penggunaan lahan berupa pengalokasian ruang bagi kawasan lindung. Perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian penerapan tata ruang harus melibatkan semua elemen yang terkait dengan tata ruang sehingga rencana tata ruang dapat dijalankan dengan


(10)

benar dan konsisten. Penyelenggaraan tata ruang yang sesuai dengan rencana akan mendukung upaya konservasi sumberdaya alam, sehingga fungsi dan manfaatnya dapat lestari dan berkesinambungan.


(11)

Daftar Pustaka

Bonheur, N. 2002. Tonle Sap Biosphere Reserve, Cambodia: management and zonation challenges. Journal Parks Vol 12 No 2 Local Communities And Protected Areas

Hardjowigeno, S. Dan Widiatmaka. 2001. Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tata Guna Tanah. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian – IPB. Bogor

Rusli, S.N. 1998. Penataan Ruang Wilayah dengan Peran Serta Masyarakat, Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Disertasi pada Program Pasca Sarjana IPB. Bogor

Rustiadi, E., Saefulhakim, S. dan Panuju, D.R. 2005. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Fakultas Pertanian – IPB.

Wasis, B. 2002. Manajemen Lahan. Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan Program Pascasarjana IPB.


(1)

dan isinya) awal harus tetap dapat berfungsi setelah mengalami penataan ruang. Karena sifat penataan ruang yang irreversible maka perencanaan penataan ruang harus mempertimbang kebutuhan, kemampuan dan kapasitas dalam melaksanakan dan mengendalikan pelaksanaan tata ruang yang disusun.

Gambar 1. Fungsi asal dan fungsi baru sumberdaya alam mengalami penataan ruang

Dalam membuat dan menyusun tata ruang kawasan seharusnya melibatkan masyarakat secara aktif dalam proses perencanaannya. Dengan demikian masyarakat akan ikut bertanggung jawab melaksanakan dan menjaga tata ruang yang telah disusunnya. Di samping itu masyarakat dapat memberikan alternatif-alternatif desain tata ruang sehingga mereka pun masih dapat mencari penghasilan dan meningkatkan kesejahteraanya dengan tidak mengganggu bentuk tata ruang yang dibangun. Rusli 1998 menyatakan bahwa permasalahan tata ruang dapat dikurangi dengan partisipasi masyarakat dalam penataan ruang, dengan meningkatkan efektivitas komunikasi, peningkatan peran tokoh masyarakat dan pertukaran informasi secara kontinu. Pelibatan dapat dilakukan pada tahap penentuan tipe penggunaan lahan dan tahap alokasi penggunaan lahan. Oleh karenanya prinsip yang harus dipedomani dalam penataan ruang adalah :


(2)

モ Mekanisme penyusunannya dilakukan secara partisipatif (melibatkan semua pihak yang terkena dampak penataan ruang). Didukung oleh komitmen publik (para pihak)

モ Ada kesesuaian antara program rekomendasi dengan alokasi anggaran モ Melibatkan seluruh stake holder dalam proses penyusunannya

モ Disosialisasikan kepada semua pihak

モ Menungkinkan untuk dilakukan asesmen/evaluasi tahunan

Bonheur 2002 juga menyatakan bahwa keberhasilan pada tingkat lokal dalam pelibatan masyarakat, dalam penelitian dan pengelolaan kawasan secara bijaksana khususnya di kawasan-kawasan perlindungan. Selain itu juga tergantung pada kemampuan bekerjasama dengan stake holder sebagai faktor kunci, utamanya sektor perikanan dan pertanian serta pemilihan metode manajemen pengaturan. Termasuk faktor kunci kelestarian yang lain adalah sosial, budaya, ekonomi dan pertimbangan lingkungan.

Agar tata ruang yang disusun dapat dijalankan dan memberikan dampak peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan wilayah maka harus dibuat juga :

1. Actions plan yaitu rencana tindakan pelaksanaan tata ruang yang akan dilakukan guna mencapai tujuan penataan ruang yang meliputi daftar program dan kegiatan, tata waktu, prioritas aktivitas, sumberdaya dan anggaran yang diperlukan

2. Monitoring and review yaitu metode untuk mengawasi, waktu pengawasan, dan teknis pelaksanaan pengawasan (termasuk indikatoryang didefinisikan untuk menilai kinerja pelaksanaan tata ruang)

C. Konservasi sumberdaya alam


(3)

bersangkutan tetap dapat diambil terus menerus. Penaatan ruang secara teknis dan konseptual merupakan salah satu sarana untuk melakukan konservasi sumberdaya daya alam khususnya konservasi tanah dan air (Wasis, 2002)

Karakteristik wilayah yang berbeda menentukan pola dan struktur penataan ruang. Dalam hubungannya dengan karakteristik wilayah maka penataan ruang wilayah-wilayah yang dengan karakteristik unik dan berperanan sangat penting bagi konservasi sumberdaya alam memerlukan penataan ruang tersendiri yang berbeda dengan tata ruang yang pada umumnya merupakan kebijakan dalam suatu wilayah administrasi. Sehingga dalam perkembangannya wilayah dengan karakteristik unik seperti pesisir, pulau-pulau kecil dan kawasan-kawasan penyangga ekosistem penting memerlukan penataan ruang tersendiri.

Ruang merupakan wadah yang meliputi ruang daratan (tanah dan lahan), ruang lautan dan ruang udara sebagai kesatuan wilayah tempat makhluk hidup melangsungkan kehidupannya, sehingga tata ruang tidak dapat dipisahkan dari penatagunaan tanah (Hardjowigeno et al, 2001).

Sebagai sumberdaya alam tidak terbaharui, lahan harus dilestarikan fungsi dan manfaatnya. Tata ruang merupakan salah satu usaha dan upaya dalam melaksanakan konservasi tanah dan air dari segi kebijaksanaan.

D. Penataan ruang sebagai upaya konservasi sumberdaya alam

Tata ruang dapat menjadi salah satu upaya konservasi sumberdaya alam, karena tata ruang berusaha mengendalikan pemanfaatan sumberdaya alam secara berkesinambungan. Sebelum dikenal penataan ruang, sebenarnya sudah ada tata ruang yang berjalan sesuai dengan adat dan kebiasaan suatu masyarakat, dimana sebagai pengatur dan pengendalinya adalah tradisi yang memandang bahwa alam adalah sebagai tempat hidup, sumber hidup dan sarana bergantung. Karena keberadaannya yang sangat penting maka secara tidak langsung tata ruang terbentuk dengan sendirinya sebagai upaya konservasi sumberdaya alam.


(4)

Penataan ruang bukan proses yang statis, tetapi merupakan suatu rangkaian proses yang berlangsung dinamis dan berdimensi waktu sebagai wujud dari hasil pembelajaran (learning process) yang terus-menerus (Rustiadi et al. 2005). Pelaksanaan tata ruang harus melalui pengawasan yang baik dan harus dikendalikan agar tidak menyimpang dari yang direncanakan. Pada umumnya penyimpangan terjadi karena tekanan terhadap sumberdaya alam sangat tinggi karena adanya pertambahan populasi manusia. Oleh karenanya untuk menjamin kelestarian sumberdaya alam, maka secara berkala rencana tata ruang yang disusun dapat ditinjau (review), sehingga dapat disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi (Gambar 2).

Gambar 2. Penataan ruang merupakan proses yang dinamis

E. Penutup

Penataan ruang mendukung upaya konservasi sumberdaya alam melalui zonasi fisik penggunaan lahan berupa pengalokasian ruang bagi kawasan lindung. Perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian penerapan tata ruang harus melibatkan semua elemen yang terkait dengan tata ruang sehingga rencana tata ruang dapat dijalankan dengan


(5)

benar dan konsisten. Penyelenggaraan tata ruang yang sesuai dengan rencana akan mendukung upaya konservasi sumberdaya alam, sehingga fungsi dan manfaatnya dapat lestari dan berkesinambungan.


(6)

Daftar Pustaka

Bonheur, N. 2002. Tonle Sap Biosphere Reserve, Cambodia: management and zonation challenges. Journal Parks Vol 12 No 2 Local Communities And Protected Areas

Hardjowigeno, S. Dan Widiatmaka. 2001. Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tata Guna Tanah. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian – IPB. Bogor

Rusli, S.N. 1998. Penataan Ruang Wilayah dengan Peran Serta Masyarakat, Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Disertasi pada Program Pasca Sarjana IPB. Bogor

Rustiadi, E., Saefulhakim, S. dan Panuju, D.R. 2005. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Fakultas Pertanian – IPB.

Wasis, B. 2002. Manajemen Lahan. Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan Program Pascasarjana IPB.