Dampak Kebijakan Politik dan Ekonomi Masa Orde Baru

140 Kelas XII SMAMA pemerintahan dan mengelola anggaran daerahnya sendiri. Otoritarianisme merambah segenap aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara termasuk kehidupan politik. Pemerintah Orde Baru dinilai gagal memberikan pelajaran berdemokrasi yang baik, Golkar dianggap menjadi alat politik untuk mencapai stabilitas yang diinginkan, sementara dua partai lainnya hanya sebagai alat pendamping agar tercipta citra sebagai negara demokrasi. Sistem perwakilan bersifat semu bahkan hanya dijadikan topeng untuk melanggengkan sebuah kekuasaan secara sepihak. Demokratisasi yang terbentuk didasarkan pada KKN Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, sehingga banyak wakil rakyat yang duduk di MPR DPR yang tidak mengenal rakyat dan daerah yang diwakilinya. Meskipun pembangunan ekonomi Orde Baru menunjukan perkembangan yang menggembirakan, namun dampak negatifnya juga cukup banyak. Dampak negatif ini disebabkan kebijakan Orde Baru yang terlalu memfokuskan mengejar pada pertumbuhan ekonomi, yang berdampak buruk bagi terbentuknya mentalitas dan budaya korupsi para pejabat di Indonesia. Distribusi hasil pembangunan dan pemanfaatan dana untuk pembangunan tidak dibarengi kontrol yang efektif dari pemerintah terhadap aliran dana tersebut sangat rawan untuk disalahgunakan. Pertumbuhan ekonomi tidak dibarengi dengan terbukanya akses dan distribusi yang merata sumber-sumber ekonomi kepada masyarakat. Hal ini berdampak pada munculnya kesenjangan sosial dalam masyarakat Indonesia, kesenjangan kota dan desa, kesenjangan kaya dan miskin, serta kesenjangan sektor industri dan sektor pertanian. Selain masalah–masalah diatas, tidak sedikit pengamat hak asasi manusia HAM dalam dan luar negeri yang menilai bahwa pemerintahan Orde Baru telah melakukan tindakan antidemokrasi dan diindikasikan telah melanggar HAM. Amnesty International misalnya dalam laporannya pada 10 Juli 1991 menyebut Indonesia dan beberapa negara Timur Tengah, Asia Pasiik, Amerika Latin, dan Eropa Timur, sebagai pelanggar HAM. Human Development Report 1991 yang disusun oleh United Nations Development Program UNDP juga menempatkan Indonesia kepada urutan ke 77 dari 88 pelanggar HAM Anhar Gonggong ed, 2005:190. Sekalipun Indonesia menolak laporan kedua lembaga internasional tadi dengan alasan tidak “fair”dan kriterianya tidak jelas, akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa di dalam negeri sendiri pemerintah Orde Baru dinilai telah melakukan beberapa tindakan yang berindikasi pelanggaran HAM. Dalam kurun waktu 1969-1983 misalnya, dapat disebut peristiwa Pulau Buru Tempat penjara bagi orang-orang yang diindikasikan terlibat PKI 1969-1979, peristiwa Sejarah Indonesia 141 Malari Januari 1974 yang berujung pada depolitisasi kampus. Kemudian pencekalan terhadap Petisi 50 5 Mei 1980. Pada kurun waktu berikutnya, 1983-1988, terdapat dua peristiwa, yaitu peristiwa Penembak Misterius – Petrus Juli 1983, Peristiwa Tanjung Priok September 1984. Pada kurun 1988-1993, terdapat peristiwa Warsidi Februari 1989, Daerah Operasi Militer DOM Aceh 1989-1998, Santa Cruz November 1991, Marsinah Mei 1993, Haur Koneng Juli 1993, dan Peristiwa Nipah September 1993. Sedangkan dalam kurun 1993-1998 antara lain terjadi peristiwa Jenggawah Januari 1996, Padang Bulan Februari 1996, Freeport Maret 1996, Abepura Maret 1996, Kerusuhan Situbondo Oktober 1996, Dukun Santet Banyuwangi 1998, Tragedi Trisakti 12 Mei 1998. Dengan situasi politik dan ekonomi seperti diatas, keberhasilan pembangunan nasional yang menjadi kebanggaan Orde Baru yang berhasil meningkatkan GNP Indonesia ke tingkat US 600 di awal tahun 1980-an, kemudian meningkat lagi sampai US 1300 perkapita diawal dekade 1990-an, serta menobatkan Presiden Soeharto sebagai “ Bapak Pembangunan” menjadi seolah tidak bermakna. Sebab meskipun pertumbuhan ekonomi meningkat tetapi secara fundamental pembangunan tidak merata tampak dengan adanya kemiskinan di sejumlah wilayah yang justru menjadi penyumbang terbesar devisa negara seperti di Riau, Kalimantan Timur dan Irian BaratPapua. Faktor inilah yang selanjutnya menjadi salah satu penyebab terpuruknya perekenomian Indonesia menjelang akhir tahun 1997. TUGAS Carilah informasi dari berbagai sumber mengenai dampak positif di berbagai bidang dari kebijakan politik ekonomi pemerintahan Orde Baru yang hingga masa sekarang masih dinikmati oleh masyarakat Indonesia. Cari pula berbagai kasus penyimpangan dari kebijakan politik ekonomi pemerintahan Orde Baru yang hingga kini belum juga ada penyelesaian. Tuangkan informasi yang kalian dapatkan dalam bentuk essay. Informasi yang didapat dituangkan dalam bentuk paper, dengan format penulisan : - BAB I Pendahuluan - BAB II Isi - BAB III Penutup 142 Kelas XII SMAMA KESIMPULAN 1. Pembangunan menjadi prioritas kebijakan pemerintah Orde Baru. Program berupa Rencana Pembangunan Lima Tahun menunjukkan adanya pelaksanaan tahap demi tahap pembangunan yang dilakukan dengan prioritas pembangunan tertentu. 2. Agenda pembangunan ini diformulasikan oleh pemerintaah Orde Baru dalam bentuk Trilogi Pembangunan. 3. Sistem kepartaian disederhanakan oleh pemerintah Orde Baru sejak awal tahun 1970-an ke dalam tiga partai. 4. Krisis ekonomi dan tuntutan demokratisasi menjadi alasan gerakan mahasiswa yang akhirnya menjadikan orde ini diganti dengan Orde Reformasi. • Kesimpulan • Saran - Daftar Rujukan Paper diketik dengan menggunakan huruf Arial 12, spasi 1,5, print-a=out kertas A4, maksimal 10 lembar Paper dikumpulkan pada pertemuan di dua minggu berikutnya LATIH UJI KOMPETENSI 1. Jelaskan tentang fusi partai yang terjadi pada tahun 1973 2. Jelaskan tentang konsep Trilogi Pembangunan dan makna yang terkandung di dalamnya 3. Jelaskan perbedaan antara pemilu yang dilakukan pada masa Orde Baru dengan masa kini 4. Jelaskan, alasan diadakannya referendum di Timor-Timur Sejarah Indonesia 143

BAB V Sistem dan Struktur Politik-

Ekonomi Indonesia Masa Reformasi 1998-sekarang Sumber: arahjuang.com Gambar 5.1 144 Kelas XII SMAMA Reformasi merupakan suatu gerakan yang menghendaki adanya perubahan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara kearah yang lebih baik secara konstitusional. Lahirnya reformasi oleh karena pemerintah Orde Baru yang sebelumnya berjalan secara otoriter dan sentralistik yang tidak memberikan ruang demokrasi dan kebebasan rakyat berpartisipasi penuh dalam proses pembangunan. Gerakan Reformasi diawali ketika Presiden Soeharto meletakan jabatannya sebagai presiden pada 21 Mei 1998. Mengapa? Padahal ia merupakan penguasa Orde Baru yang dapat bertahan 32 tahun lamanya. Proses kejatuhan Orde Baru telah tampak ketika Indonesia mengalami dampak langsung dari krisis ekonomi yang melanda negara-negara di Asia. Ketika krisis ini melanda Indonesia, nilai rupiah jatuh secara drastis, dampaknya terus menggerus di segala bidang kehidupan, mulai dari bidang ekonomi, politik dan sosial. Tidak sampai menempuh waktu yang lama, sejak pertengahan tahun 1997, ketika krisis moneter melanda dunia, bulan Mei 1998, Orde Baru akhirnya runtuh. Krisis moneter membuka jalan bagi kita menuju terwujudnya kehidupan berdemokrasi yang sehat, yang selama ini terkukung oleh sistem kekuasaan Orde Baru yang serba menguasai semua sisi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Proses menuju reformasi telah dimulai ketika wacana penentangan politik secara terbuka kepada Orde Baru mulai muncul. Penentangan ini terus digulirkan oleh mahasiswa, cendikiawan dan masyarakat, mereka menuntut pelaksanaan proses demokratisasi yang sehat dan terbebas dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme KKN yang mucul dampak tidak diimbanginya pembangunan isik dengan pembangunan mental character building terhadap para pelaksana pemerintahan birokrat, aparat keamanan maupun pelaku ekonomi pengusahakonglomerat. Mereka juga menuntut terwujudnya rule of law, good governnance serta berjalannya pemerintahan yang bersih. Oleh karena itu, bagi mereka reformasi merupakan sebuah era dan suasana yang senanatiasa terus diperjuangkan dan dipelihara. Jadi bukan hanya sebuah momentum, namun sebuah proses yang harus senantiasa dipupuk.