Parameter Pengamatan 1. Pengamatan Morfologi Lambung
sehingga membentuk blok parafin. Kemudian dilakukan penempelan blok- blok parafin pada holder yang terbuat dari kayu yang berbentuk persegi.
g. Cutting Pemotongan Blok-blok parafin yang telah ditempel pada holder dipotong dengan
menggunakan mikrotom sehingga membentuk pita-pita parafin dengan ukuran ketebalan 6 µm.
h. Attaching Penempelan Attaching dilakukan dengan menempelkan pita parafin yang telah
dipotong dengan mikrotom pada object glass, yang sebelumnya pita parafin dicelupkan pada air dingin dan air hangat.
i. Pewarnaan Pewarnaan sediaan dan lambung dengan Hematoxylin Eosin adalah
sebagai berikut: - Deparafinasi, dilakukan dengan cara mencelupkan objek pada xylol
sampai parafin habis kira-kira selama ± 15 menit sebanyak 2-3 kali. - Dealkoholisasi, dilakukan secara bertingkat dimulai dari konsentrasi
alkohol absolut, 96, 80, 70, 50, 30 dan akuades. - Pewarnaan, dilakukan dengan cara object glass dimasukkan ke dalam
larutan pewarna Hematoxylin selama 3-5 menit, dibilas dengan dengan air mengalir. Selanjutnya dicelupkan dalam alkohol 30, 50, 70, lalu
dicelupkan dalam larutan pewarna Eosin 0,5 selama 1-3 menit, kemudian dicelupkan berturut-turut ke dalam alkohol 70, 80, 96,
alkohol absolut dan ke dalam xylol.
j. Mounting Mounting dilakukan dengan menutup preparat dengan canada balsam.
Diusahakan supaya tidak terdapat gelembung udara. Diberi label dan diamati di bawah mikroskop.
3.5. Parameter Pengamatan 3.5.1. Pengamatan Morfologi Lambung
Pengamatan morfologi lambung dengan mengamati warna lambung merah muda kecoklatan, permukaan berlekuk halus dan konsistensi lunak.
Universitas Sumatera Utara
3.5.2. Pengamatan Histopatologis Lambung Lambung pada tikus yang telah diambil, dicuci dengan larutan NaCl 0,9 untuk
dibuat sediaan histopatologis dengan pewarnan Hematoxylin Eosin. Menurut Djam’an 2008, pemeriksaan sediaan histopatologis lambung dilakukan 5 lapang
pandang mikroskop pada pembesaran 100x dan 400x. Perubahan histopatologis sel lambung yang diamati berupa adanya erosiulkus dan derajat gastritis
penyebaran sel radang. a. Ulkus sel lambung adalah hilangnya sel epitel yang mencapai atau menembus
muskularis mukosa, dengan diameter kedalaman 5 mm. b. Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung, secara
histopatologis dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut.
Tingkat keparahan erosiulkus lambung terbagi kedalam 5 tingkatan, yaitu: erosi hanya pada epitel permukaan, erosi mencapai kedalaman 13 kelenjar
lambung bagian atas, erosi mencapai kedalaman 13 kelenjar lambung bagian tengah, erosi mencapai kedalaman 13 kelenjar lambung bagian bawah, dan erosi
mencapai kedalaman lamina muskularis mukosa. Sedangkan derajat gastritis penyebaran sel radang terbagi dalam 3 tingkatan, yaitu: normal jumlah sel
radang 0-20; ringan jumlah sel radang 21-100; dan berat jumlah sel radang lebih dari 101.
Tabel 3.5.2.1. Tingkat Keparahan ErosiUlkus Lambung dengan Modifikasi Tingkat erosiulkus
Nilai Normal
1 Erosi hanya pada epitel permukaan
2 Erosi mencapai kedalaman 13 kelenjar lambung bagian atas
3 Erosi mencapai kedalaman 13 kelenjar lambung bagian tengah 4
Erosi mencapai kedalaman 13 kelenjar lambung bagian bawah 5 Erosi mencapai kedalaman lamina muskularis mukosa
6
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.5.2. Skor Tingkat Keparahan ErosiUlkus berdasarkan Kriteria Wattimena 1982 dalam Nie dkk. 2012 pada Histologi
Lambung Junqueira et al., 2003. Keterangan: 1-5. Lapisan mukosa 6. Muskularis mukosa
Tabel 3.5.2.2. Derajat Gastritis penyebaran sel radang dengan Modifikasi Jumlah sel radang
Nilai 0-20
Ringan 21-100
Sedang 101
Berat Hadi, 1999.