Anomali Tinggi Paras Laut 1. Distribusi Horizontal Anomali TPL
http: www.bom.gov.au , 2005
IODM
-2 -1.5
-1 -0.5
0.5 1
1.5 2
2.5
1992.0 1992.5
1993.0 1993.5
1994.0 1994.5
1995.0 1995.5
1996.0 1996.5
1997.0 1997.5
1998.0 1998.5
1999.0 1999.5
2000.0 2000.5
2001.0 2001.5
2002.0
IODM
Gambar 24. Dipole Mode Index DMI dari tahun 1993-2002
http:www.ldeo.columbia.edu , 2005
Pada Gambar 22 terlihat pola pergantian suhu rendah dan tinggi selama dalam satu tahun. Pada Gambar 22 a - c menunjukkan dengan jelas bahwa
pada periode Juli-Oktober 1994 dan 1997 pola suhu rendah mencapai nilai terendah di SMT1 hingga JAW1. Hal tersebut menunjukkan IODM positif
berpengaruh kuat pada wilayah tersebut. Proses yang terjadi pada IODM negatif adalah kebalikan dengan IODM positif Vinayachandran et al., 2001.
Kemungkinan pada saat IODM negatif menyebabkan pola SPL rendah tidak terlalu terlihat pada tahun 1996 dan 1998. Diketahui pada tahun 1998 terjadi La
Nina yang cukup kuat. Selama periode La Nina SPL lebih hangat daripada
normal, thermoklin lebih dalam dan melemahkan upwelling Susanto et al., 2001; Gordon dan Susanto, 2001. Kejadian La Nina yang lemah juga terjadi pada
periode 1996.
4.3. Anomali Tinggi Paras Laut 4.3.1. Distribusi Horizontal Anomali TPL
Dengan menggunakan data kombinasi satelit TOPEXPoseidon dan ERS-12 dari tahun 1993-2002, diperoleh distribusi horizontal anomali TPL bulanan rata-
rata yang ditampilkan pada Gambar 25. Pada bulan Desember anomali TPL di SMT1, SMT2, dan JAW1 bernilai positif dengan kisaran antara 4 sampai 8 cm,
namun lebih rendah dari JAW2, JAW3, dan SMB yang mencapai 6 hingga 13 cm, dimana anomali TPL tertinggi berada di JAW3. Anomali TPL semakin ke
selatan JAW1, JAW 2, JAW3, dan SMB semakin menurun menuju nilai negatif. Pada bulan Januari, Februari, dan Maret, anomali TPL di SMT1, SMT2, dan
JAW1 mengalami penurunan hingga mencapai nilai negatif antara 2 sampai – 4 cm , sedangkan di JAW2, JAW 3, dan SMB anomali TPL bernilai positif hingga
mencapai 12 LS.
Tingginya paras laut di perairan selatan Jawa pada bulan Desember, Januari dan Februari, diduga karena AKS berangsur-angsur bergerak ke arah selatan
pada bulan November dan terbentuk Arus Pantai Jawa APJ yang mengalir dari barat ke timur sepanjang Pantai Selatan Jawa. Mengalirnya APJ ini
mengakibatkan paras laut menaik di sisi kanan Perairan Selatan Jawa. APJ ini berkembang hingga bulan Juni dan melebar ke arah selatan sampai 10
o
LS Soeriaatmadja, 1957 dalam Purba et al., 1992. AnomaIi TPL positif di JAW2,
JAW3, dan SMB pada bulan April hingga Mei mengalami penurunan hingga mencapai 3 sampai 8 cm, dan anomali TPL positif ini melebar hingga ke barat
SMT1 dan SMT2 serta ke selatan JAW1, JAW2, JAW3, dan SMB. Pola distribusi pada bulan April dan Mei menunjukkan ketidakteraturan. Pada bulan Juni
anomali TPL di JAW3 dan SMB mengalami penurunan hingga mencapai 1 sampai 5 cm, sedangkan anoma li TPL di selatan wilayah tersebut lebih tinggi.
SMT1 SMT2
JAW1 JAW2
JAW3 SMB
SMT1 SMT2
JAW1 JAW2
JAW3 SMB
Gambar 25. Distribusi horizontal anomali TPL bulanan rata-rata dari tahun 1993-2002
Kondisi anomali TPL pada Musim Timur berlawanan dengan dengan kondisi anomali TPL pada Musim Barat. Pada bulan Juli, anomali TPL di JAW2, JAW3,
dan SMB mengalami penurunan hingga mencapai negatif antara -1 sampai -7 cm dengan pusat anomali TPL terendah di wilayah JAW3. Pa da bulan Agustus
SMT1 SMT2
JAW1 JAW2
JAW3 SMB
SMT1 SMT2
JAW1 JAW2
JAW3 SMB
SMT1 SMT2
JAW1 JAW2
JAW3 SMB
SMT1 SMT2
JAW1 JAW2
JAW3 SMB
SMT1 SMT2
JAW1 JAW2
JAW3 SMB
SMT1 SMT2
JAW1 JAW2
JAW3 SMB
SMT1 SMT2
JAW1 JAW2
JAW3 SMB
SMT1 SMT2
JAW1 JAW2
JAW3 SMB
SMT1 SMT2
JAW1 JAW2
JAW3 SMB
SMT1 SMT2
JAW1 JAW2
JAW3 SMB
hingga September anomali TPL di SMT1, SMT2, JAW1, JAW2, JAW3, dan SMB menurun hingga mencapai nilai negatif antara -1 sampai -10 cm di bulan Agustus
dan mencapai -4 hingga -16 cm di bulan September, dimana anomali TPL terendah melebar di sepanjang Pantai Selatan Jawa hingga Sumbawa JAW1
hingga SMB. Pada Musim Timur APJ sudah berangsur-angsur hilang sehingga AKS
menjadi dominan di wilayah ini dan bergerak ke arah barat. Ketika Angin Muson Tenggara bertiup kuat, arus besar ini melebar ke utara melebihi 10º LS dan
bergerak dari Sumbawa hingga sepanjang pantai selatan Jawa dengan arah dari timur ke barat. AKS diduga menyebabkan paras laut menjadi rendah di sisi
pantai perairan selatan Jawa. Saat bertiup kuat Angin Muson Tenggara, kemungkinan terjadi Transpor Ekman yang membawa serta air permukaan
keluar menjauhi Pantai Selatan Jawa, maka akan terjadi kekosongan yang berakibat naiknya air dari bawah menuju ke permukaan upwelling. Hal ini
terlihat dari rendahnya anomali TPL di wilayah JAW1 hingga SMB pada bulan Agustus dan September dengan anomali TPL terendah di perairan JAW3. Di
perairan selatan Jawa, Transpor Ekman yang mengarah ke selatan atau menjauhi pantai akan menyebabkan upwelling. Hal tersebut juga konsisten
dengan rendahnya SPL pada periode yang sama dimana pada bulan Agustus- September SPL terendah berada di wilayah JAW3.
Pada bulan Oktober anomali TPL sudah mulai meninggi dengan pusat anomali TPL rendah mulai menyempit hingga ke JAW2 dan JAW3. Anomali TPL
bernilai positif di seluruh wilayah pada bulan November, dimana pusat anomali TPL negatif sudah berangsur-angsur bergerak ke selatan JAW2, JAW3, dan
SMB.