53
c. Perbuatannya melawan hukum d. Orang yang melakukan harus bertanggungjawabkan
Pandangan para sarjana yang mengikuti aliran dualitas, menentukan bahwa : unsur kemampuan bertanggung jawab bagi sipelaku dan unsur kesalahan
tidak termasuk didalam unsur perbuatan pidana Lamintang, 1989: 341. Sebab kesalahan dan kemampuan pada orang yang melakukan perbuatan
pidana.
2.2.7.3 Rumusan Delik Pembunuhan
Kriteria yang dipergunakan untuk membedakan kedua jenis delik itu dipertimbangkan bahwa KUHP tidak memberi jawaban tentang hal ini. KUHP
hanya memasukkan dalam kategori pertama kejahatan dan dalam kategori pelanggaran. Tetapi ilmu pengetahuan mencari secara intensif ukuran untuk
membedakan kedua jenis delik itu Sudarto, 1985: 53. Terdapat dua pendapat dalam hal ini bahwa antara kedua jenis delik itu
ada perbedaan yang bersifat kualitatif. Dengan ukuran itu kemudian terdapat dua jenis delik, ialah : Rechtdelicten, dan Wetdelicten.
Disebut rechtdelicten ialah perbuatan yang bertentangan dengan keadilan, terlepas apakah perbuatan tersebut diancam dengan pidana dalam suatu
perundang-undangan atau tidak terdapat pidananya, jadi yang benar dirasakan oleh masyarakat sebagai bertentangan dengan keadilan, misalnya pembunuhan,
pencurian dan sebagainya. Delik-delik semacam ini disebut kejahatan.
54
Disebut wetdelicten, ialah perbuatan yang oleh umum baru disadari sebagai tindak pidana, karena Undang-undang menyebutnya delik, jadi karena
terdapat Undang-undang yang mengancamnya dengan pidana. Misalnya mengendarai kendaraan dimalam hari tanpa menggunakan lampu penerang.
Delik semacam itu disebut pelanggaran. Perbedaan secara kualitatif ini tidak dapat diterima, sebab ada kejahatan
yang baru disadari sebagai delik karena tercantum dalam perundang-undangan pidana, sehingga sebenarnya tidak segera dirasakan sebagai bertentangan dengan
rasa keadilan. Dan sebaliknya ada pelanggaran yang memang benar-benar dirasakan bertentangan dengan rasa keadilan. Oleh karena perbedaan secara
kualitatif itu tidak memuaskan, maka dicari ukuran lain. Ada yang mengatakan bahwa antara kedua jenis delik itu ada perbedaan
yang bersifat kuantitatif. Pendirian ini hanya meletakkan kriteria pada perbedaan yang dilihat dari segi ilmu kliminalistik, ialah kejahatan itu lebih berat
dibandingkan dengan pelanggaran. Dalam penelitiam ini tindakan krimilologi adalah tindak pidana
pembunuhan, diungkap dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang telah disesuaikan dengan undang-undang baru Pasal 338 yang merumuskan barang
siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun Hamzah, 2004: 166.
Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu delik, yang dilaklukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah
pelaksanaannya, atau untuk melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dalam hal tertangkap tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan
55
barang yang diperolehnya secara melawan hukum, diancam dengan penjara seumur hidup atau sela waktu tertentu paling lama dua puluh tahun.
Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu
merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan berencana,
dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu
tertentu paling lama dua puluh tahun.
56
BAB 3
METODE PENELITIAN
Pengertian dari penelitian adalah sebagai suatu usaha untuk
menemukan, mengembangkan serta menguji kebenarannya suatu
pengetahuan serta dilakukan dengan kebenarannya metode‐metode
tertentu Hadi, 1996: 10. Oleh karena itu berdasarkan pengertian diatas,
maka yang dimaksud dengan metodologi penelitian adalah cara‐cara
tertentu untuk mencari dan mencapai kebenaran ilmiah sebagai usaha untuk
menemukan, mengembangkan, serta dalam menguji kebenarannya dari
suatu kebenarannya. Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini
adalah :
3.1 Dasar Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Menurut Moleong 2010: 6 penelitian kualitatif adalah
penelitian yang dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian misal perilaku, persepsi, motivasi, tindakan.
Dalam penelitian ini menggunakan studi kasus, yang bertujuan untuk
mengetahui secara langsung fungsi dan peran pusat laboratorium forensik
dalam mengungkap sebab‐sebab kematian korban tindak pidana pembunuhan.