Timbangan 11. Anemometer Stop watch alat ukur waktu Percobaan

1. Satu set komputer yang dilengkapi dengan program computational fluid dynamics 2. Satu buah ruang pengering 3. Satu buah Alat Penukar Kalor Plat Datar 4. Satu buah tungku pembakaran 5. 20 kg batubara 6. Satu buah penyulut bahan bakar 7. Alat tulis dan korek api 8. Alat ukur temperatur 9. 30 kg kacang mete yang akan dikeringkan

10. Timbangan 11. Anemometer

12. Stop watch alat ukur waktu Percobaan

Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan semua komponen alat pengering yang berhubungan dengan pengeringan termasuk hasil simulasi aliran udara dalam ruang pengering dengan menggunakan Model Matematika. Percobaan pengeringan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh sistem penggetaran terhadap pengeringan kacang mete besarnya temperatur udara dalam ruang pengering, kecepatan aliran udara dan kadar air kacang mete. Percobaan dilakukan pada kacang mete yang diletakkan pada 4 posisi yang berbeda, yaitu: 1. Kacang mete gelondongan yang berada di atas rak yang dipengaruhi oleh getaran use vibration UV. 2. Kacang mete gelondongan yang tidak berada di atas rak sehingga tidak dipengaruhi oleh getaran non vibration NV. 3. Kacang mete yang hanya memiliki kulit ari yang berada di atas rak yang dipengaruhi oleh getaran use vibration UV. 4. Kacang mete yang hanya memiliki kulit ari yang tidak berada di atas rak sehingga tidak dipengaruhi oleh getaran non vibration NV. Percobaan untuk 4 posisi ini dilakukan pada waktu yang bersamaan untuk mendapatkan perbandingan dengan parameter pengeringan yang sama, sebagaimana Gambar 27. Gambar 27 Percobaan pengeringan Pertama-tama mempersiapkan dan memasang alat-alat ukur dan bahan- bahan yang digunakan. Kemudian bahan bakar batubara diletakkan di atas ruang bakar tungku pembakaran. Dengan menggunakan penyulut, bahan bakar batubara dinyalakan dengan korek api, dan setelah beberapa saat, sampai asapnya hilang, tungku pembakaran tersebut diarahkan posisinya sehingga letaknya tepat di bawah alat penukar kalor plat datar. Motor listrik dan sumber getaran dipastikan telah terpasang dengan baik, demikian pula alat ukur temperatur dan radiasi matahari. Dua buah rak berisi kacang mete digantung dan diletakkan di tengah-tengah ruang pengering agar tidak dipengaruhi oleh getaran. Motor listrik dioperasikan sehingga getaran terjadi pada rak pengering. Proses pengeringan dilakukan mulai jam 07.30 hingga jam 17.30 atau selama 10 jam. Blower dioperasikan secara terus menerus, karena dengan menggerakkan blower bertenaga listrik maka aliran udara akan mengalir melewati alat penukar kalor menuju ruang pengering selama pengeringan komoditi kacang mete berlangsung. Bahan bakar batubara dinyalakan secara terus menerus selama proses pengeringan berlangsung, sedangkan motor listrik dioperasikan selama satu jam pertama lalu satu jam berikutnya tidak dioperasikan, demikian seterusnya hingga jam 17.30. Selama percobaan berlangsung maka jumlah bahan bakar batubara dalam tungku pembakaran harus diatur, sehingga besarnya energi panas maupun sifat-sifat udara sebagaimana yang diharapkan dapat tercapai demikian pula besarnya temperatur udara dalam ruang pengering, temperatur permukaan kacang mete, temperatur lingkungan, temperatur plat, kecepatan aliran udara, dan lama pengeringan perlu di catat. Demikian seterusnya selama proses pengeringan berlangsung. Sedangkan simulasi computational fluid dynamics didasarkan pada hasil percobaan pengeringan. Parameter Pengukuran Parameter-parameter yang diukur dalam percobaan pengering serta simulasi aliran udara dalam ruang pengering, adalah sebagai berikut: 1. Temperatur udara sebelum ruang pengering yaitu meliputi temperatur udara panas masuk yang keluar alat penukar kalor dan temperatur udara dingin masuk dan keluar alat penukar kalor. 2. Distribusi temperatur pada alat pengering yaitu meliputi temperatur ruang pengering, temperatur permukaan material, temperatur permukaan kacang mete, dan temperatur lingkungan. 3. Radiasi surya. 4. Kecepatan aliran udara. Hasil dan Pembahasan Pengeringan dengan Menggunakan Energi Surya dan Bahan Bakar Batubara Setelah dilakukan percobaan maka diperoleh bahwa hanya jam 10.15, 11.45 dan 13.15 yang menunjukkan temperatur udara dalam ruang pengering tepat 60 o C, sedangkan waktu yang lain menunjukkan bahwa temperatur udara dalam ruang pengering selama percobaan berlangsung bervariasi dan hal ini disebabkan temperatur udara lingkungan maupun temperatur gas panas yang berasal dari hasil pembakaran bahan bakar selalu berubah. Bahan bakar yang digunakan adalah bahan bakar padat batubara yang diletakkan di dalam tungku di mana posisi bahan bakar padat batubara dapat dinaikkan dan diturunkan sehingga gas panas hasil pembakaran batubara dapat melewati laluan pada alat penukar kalor selama proses pengeringan berlangsung. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan manual yang diletakkan disebelah kiri dan sebelah kanan tungku. Tungku pembakaran bahan bakar batubara ini diletakkan tepat di bawah alat penukar kalor dan memiliki bentuk serta dimensi yang disesuaikan dengan alat penukar kalor yakni panjang 40 cm dan lebar 60 cm. percobaan pengeringan komoditi kacang mete adalah sebagaimana Gambar 28 sampai Gambar 30. 10 20 30 40 50 60 70 80 90 7, 30 8, 15 9, 00 9, 45 10 ,3 11 ,1 5 12 ,0 12 ,4 5 13 ,3 14 ,1 5 15 ,0 15 ,4 5 16 ,3 17 ,1 5 Waktu selama pengeringan Jam T e m pe ra tur s el am a pe ng e ri nga n o C T2, Td out oC T7, Trg oC T6, Tl oC Gambar 28 Perubahan temperatur lingkungan T6, Tl o C, Temperatur ruang pengering T7, Trg o C, dan temperatur udara yang keluar alat penukar kalor T2, Td out o C selama proses pengeringan berlangsung dari jam 07.30 sampai 17.30 Gambar 28 menunjukkan perbandingan temperatur lingkungan T6,Tl Temperatur ruang pengering T7, Trg dan temperatur udara yang keluar alat penukar kalor T2,Tdout selama proses pengeringan berlangsung atau selama 10 jam. Temperatur lingkungan T6,Tl terkecil terjadi pada jam 08.00 yakni sebesar 28 o C sedangkan temperatur lingkungan terbesar terjadi pada jam 14.15 yakni sebesar 37 o C. Temperatur udara dalam ruang pengering sulit dikonstankan karena perubahan kondisi cuaca maupun perubahan temperatur bahan bakar yang relatif cepat namun demikian mengatur posisi bahan bakar bisa menyebabkan kondisi dalam ruang pengering mendekati 60 o C. Selanjutnya temperatur udara dalam ruang pengering yang tepat 60 o C terjadi pada jam 10.15, 11.45, 13.15 dimana temperatur udara yang keluar alat penukar kalor pada jam tersebut adalah 69.8 o C, 77 o C dan 68.8 o C. Tabel pengambilan data pada percobaan ini ditunjukkan pada Lampiran 3. Penurunan kadar air sampai batas tertentu dapat mencegah kerusakan dan merapuhkan kulit ari komoditi kacang mete sehingga mempermudah dalam pengupasannya. Percobaan pengeringan guna memperoleh hasil penurunan kadar air komoditi kacang mete, dilakukan setelah gerakan kacang mete yang paling optimal diperoleh melalui percobaan getaran. Kacang mete yang digunakan pada percobaan ini, baik kacang mete yang masih gelondongan maupun yang hanya memiliki kulit ari adalah diperoleh dari Kabupaten Buton, Propinsi Sulawesi Tenggara. Selama proses pengeringan berlangsung, komoditi kacang mete gelondongan maupun kacang mete yang hanya memiliki kulit ari diperlakukan sama dalam ruang pengering kondisi getaran, temperatur dan energi panas yang sama pula. Penentuan penurunan kadar air pada setiap waktu tidak diambil pada biji kacang mete yang sama agar bisa dipastikan bahwa setiap biji kacang mete yang sedang dikeringkan mengalami penurunan kadar air. Sampel kadar air biji mete diambil setiap jam sekali. Hasil percobaan yang menggunakan sebuah beban eksentrik 480 gram sebagai penggetar rak dimana sebagian komoditi kacang mete yang hanya memiliki kulit ari berada pada tempat yang digantung dalam ruang pengering sehingga komoditi tersebut tidak memperoleh getaran NV selama proses pengeringan berlangsung. Sedangkan yang sebagian lagi diletakkan di atas rak pengering yang menggunakan getaran UV sehingga komoditi kacang mete tersebut memperoleh getaran selama proses pengeringan berlangsung. Pada percobaan yang dilakukan selama pengeringan diperlihatkan besarnya penurunan kadar air komodoti kacang mete yang masih memiliki kulit ari setiap jam. Hasilnya menunjukkan bahwa kadar air komoditi kacang mete yang memperoleh getaran selalu lebih rendah dibanding kadar air komodoti kacang mete yang tidak memperoleh getaran. Percobaan ini dilakukan pada temperatur ruangan rata-rata Trg = 59.6 o C dan diperlihatkan bahwa penurunan kadar air kacang mete yang hanya memiliki kulit ari dengan pengeringan tanpa getaran NV dari 10.9 menjadi 4.2 dalam waktu 10 jam, dengan laju pengeringan sebesar 0.78 jam. Sedangkan hasil percobaan pada temperatur ruangan rata-rata yang sama yakni Trg = 59.6 o C diperlihatkan bahwa pengeringan dengan menggunakan getaran UV memiliki laju pengeringan sebesar 0.86 jam dengan kadar air bisa mencapai 5 dalam waktu 7 jam atau 3.5 dalam waktu 10 jam, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 29. 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 K ad ar A ir Waktu Pengeringan Jam ke- NV UV Gambar 29 Penurunan kadar air kacang mete yang hanya memiliki kulit ari tanpa menggunakan getaran, NV dan menggunakan getaran, UV selama pengeringan Selanjutnya pada waktu yang sama dilakukan juga percobaan guna mengetahui penurunan kadar air pada kacang mete gelondongan atau kacang mete yang masih mempunyai kulit luar. Gambar 30 berikut memperlihatkan tentang penurunan kadar air kacang mete gelondongan setiap satu jam hingga dua jam. Pada percobaan ini diusahakan agar perlakuan maupun cara penempatan komoditi kacang mete gelondongan dalam ruang pengering selalu sama dengan kacang mete yang hanya memiliki kulit ari Oleh sebab itu sebagian komoditi kacang mete gelondongan digantung dalam ruang pengering sehingga komoditi kacang mete tersebut tidak memperoleh getaran NV selama proses pengeringan berlangsung. Sedangkan yang sebagian lagi diletakkan di atas rak pengering sehingga komoditi kacang mete tersebut memperoleh getaran UV selama proses pengeringan berlangsung. Percobaan yang dilakukan mulai 07.30 hingga 17.30 ini diperoleh bahwa penurunan kadar air komoditi kacang mete gelondongan yang berada di atas rak pengering relatif lebih besar dibanding penurunan kadar air komoditi kacang mete gelondongan yang digantung. Percobaan ini dilakukan pada pada temperatur ruangan rata-rata Trg = 59.6 o C dan diperoleh bahwa penurunan kadar air kacang mete gelondongan dengan pengeringan tanpa getaran NV adalah dari 18.2 menjadi 9.9 , sedangkan hasil percobaan pada temperatur ruangan rata- rata yang sama yakni Trg = 59.6 o C dan waktu yang sama 10 jam diperoleh bahwa pengeringan dengan menggunakan getaran UV bisa mencapai kadar air 8.6 . Selengkapnya, penurunan kadar air maupun laju pengeringan ditunjukkan pada Lampiran 5. 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 2 4 6 8 10 12 Waktu Pengeringan Jam ke- K a d a r A ir NV UV Gambar 30 Penurunan kadar air kacang mete gelondongan tanpa menggunakan getaran NV dan menggunakan getaran UV selama pengeringan Percobaan getaran ini memperlihatkan betapa pentingnya pengaruh getaran pada rak pengering. Saat terkena getaran, kacang mete dapat terlompat dari tempatnya, sehingga seluruh permukaan kacang mete terkena udara panas, sehingga kadar air akhir komoditi kacang mete seragam di setiap bagian rak. Keuntungan lain adalah, bahwa pintu ruang pengering tidak perlu dibuka selama proses pengeringan berlangsung, demikian juga penambahan waktu dan tenaga guna mengaduk komoditi kacang mete diluar ruang pengering dapat dihindari. Pemodelan Aliran Udara Panas dalam Ruang Pengering Pemodelan aliran udara panas di dalam ruang pengering disesuaikan dengan bentuk dimensional pengering, bukan berdasarkan material pengering, Pola mesh yang digunakan untuk diskritisasi model adalah bentuk tetragonal T-grid dan heksagonal. Pola mesh heksagonal merupakan pola mesh yang paling baik, karena mempunyai jumlah nodal per elemen yang lebih sedikit dibandingkan dengan pola tetragonal serta dapat mengurangi terjadinya kesalahan pembulatan round-off error pada proses perhitungan secara numerik. Gambar 31 Model Dimensional dan Meshing Pengering. Meshing yang dibentuk dari permodelan ini berjumlah 29 580 nodal. Jumlah nodal ini dapat memprediksi waktu yang dibutuhkan dalam proses iterasi, selain itu waktu yang dibutuhkan tergantung dari perangkat komputer. Simulasi Aliran Dalam Ruang Pengering Software yang digunakan adalah FLUENT 6.3.26. Perangkat lunak ini menggunakan dasar penyelesaian secara numerik dengan metoda volume hingga. Pada metode volume hingga, domain aliran dibagi menjadi domain kecil-kecil yang merupakan volume atur dimana persamaan-persamaan yang mengatur diselesaikan. Aliran udara yang digunakan untuk mengeringkan kacang mete dalam ruang pengering merupakan udara lingkungan yang telah dipanaskan oleh alat penukar kalor plat datar. Udara yang telah melewati alat penukar kalor tersebut masuk ke dalam ruang pengering melalui dinding ruang pengering bagian bawah sebagai sisi inlet dengan temperatur yang bervariasi antara 59.1 o C hingga 82.6 o C, selanjutnya udara akan keluar ke lingkungan melalui dua buah outlet yang diletakkan pada dinding atas alat percobaan. Simulasi pengering ini dilakukan dengan 3 kondisi berbeda. Kondisi aliran sisi inlet untuk kecepatan udara, V = 2.9 mdet dan massa jenis udara ρ = 1.2 kgm 3 . Bila Lebar sisi inlet = Lebar alat penukar kalor = 0.6 mm dan Tinggi sisi inlet = 0.2 m maka Luas sisi inlet, A = 0.12 m 2 menghasilkan mass flow rate pada sisi inlet sebesar, m = 0.42 kgdet lalu kemudian divariasikan temperatur udara masuk dan besar energi radiasi dari matahari. Untuk temperatur udara divariasikan 69.8°C, 68.8°C, dan 82.6°C. Untuk besar beban radiasi sebesar 600Wm 2 , 671.4Wm 2 , 742.9Wm 2 . Diagram alir prosedur simulasi ditunjukkan pada Lampiran 14 Ruang Model Space Pengering yang akan disimulasikan adalah model 3D, maka dipilih ruang model 3D. Formulasi Kecepatan Formulasi kecepatan yang terdapat pada FLUENT adalah absolut dan relatif. Formulasi kecepatan absolut lebih sesuai dipakai pada aliran dimana sebagian besar domain perhitungan tidak berputar misalnya sebuah fan pada ruangan. Formulasi kecepatan relatif lebih sesuai untuk kasus dimana sebagian besar fluida pada domain perhitungan tidak berputar. Tetapi kedua formulasi tersebut dapat digunakan pada semua kasus. Waktu Simulasi pengering ini menggunakan perhitungan steady karena menggunakan teknik moving reference frame yang di desain untuk kasus tunak steady. Energi Fitur ini diaktifkan apabila membutuhkan persamaan energi. Ketika fitur ini diaktifkan maka persamaan perpindahaan panas akan aktif dan semua yang berhubungan dengan temperatur dapat digunakan. Material dan Sifat-sifat Fluida Sifat fluida yang digunakan dalam simulasi adalah sifat fluida untuk udara yang telah disediakan oleh program FLUENT. Data tersebut tersedia dalam database properti material. Sifat fluida pada database tersebut harus disesuaikan terlebih dahulu dengan sifat fluida yang digunakan dalam simulasi. Massa jenis dan viskositas menggunakan nilai yang konstan, karena pada simulasi ini perubahan temperatur yang terjadi dapat diabaikan, selain itu udara merupakan fluida kompressibel. Kondisi Operasi Data yang dimasukkan pada kondisi operasi adalah tekanan udara lingkungan, arah dan besar percepatan gravitasi. Untuk kasus tersebut input data pada kondisi operasi adalah tekanan sebesar 101 325 Pa, sedangkan percepatan gravitasi sebesar 9.81 mdet 2 Kondisi Batas Secara garis besar pemodelan ini terdiri dari beberapa kondisi batas, yaitu: a. Mass Flow Inlet Lokasi kondisi batas ini berada pada sisi inlet. Laju aliran massa udara masuk pada sisi inlet ruang pengering yang digunakan adalah sebesar 0.42 kgdet. b. Outflow Pada kondisi outflow tidak memberikan batasan apapun sehingga kondisi keluar dari pengering akan dihitung secara otomatis oleh fluent. c. Wall Pada pemodelan ini, yang termasuk dalam kondisi batas wall adalah semua bidang, akan tetapi bidang pada transparan diberikan beban radiasi. d. Tipe aliran Pemodelan aliran adalah laminar yang didasarkan pada nilai bilangan Reynold sebesar 0.15 x 215.68 x 10 -6 = 1.91326 x 10 5 atau bilangan Reynold ini kurang dari 5 x 10 5 . Simulasi aliran dalam ruang pengering yang telah dilakukan meliputi pola aliran pathline, kontur kecepatan, vektor kecepatan, kontur tekanan, dan distribusi temperatur udara. Untuk mengetahui kontur kecepatan, tekanan, dan vektor kecepatan secara jelas, maka harus dibuat bidang potong iso-surface pada daerah yang diinginkan. Gambar 32 hingga 37 berikut ini adalah hasil simulasi guna mengetahui pathline, distribusi kecepatan maupun distribusi tekanan dalam ruang pengering dengan debit 0.35 m 3 det. Gambar 32 Vektor kecepatan aliran pada bagian input Gambar 33 Vektor kecepatan aliran udara pada bagian input hingga bagian tengah Gambar 34 Vektor kecepatan aliran pada bagian tengah Gambar 35 Vektor kecepatan aliran pada bagian Atas Gambar 36 Vektor kecepatan pada iso surface bidang tengah Gambar 37 Distribusi tekanan statis pada iso surface bidang tengah Simulasi yang telah dilakukan menjelaskan bahwa udara memiliki kecepatan pada sisi masuk inlet disesuaikan dengan yang diperoleh pada percobaan yakni V = 2.9 mdet, dimana kecepatan aliran udara ini akibat adanya blower yang memiliki daya 66 W. Pada simulasi sebagaimana Gambar 32 hingga Gambar 37 menjelaskan tentang distribusi tekanan dan distribusi kecepatan. Pada Gambar tesebut diperoleh bahwa kecepatan aliran udara yang relatif tinggi terjadi pada sisi outlet atau ventilasi yakni sebesar V = 17.3 mdet. Sedangkan kecepatan aliran udara yang relatif rendah terjadi di bawah rak pengering atau setelah udara melewati sisi inlet yakni sebesar, V = 0.00355 mdet. Kecepatan aliran udara pada sisi rak pengering sebesar V = 1.5 mdet hingga 3.25 mdet. Sedangkan di atas komoditi kacang mete yang berada di atas rak pengering diperoleh kecepatan aliran udara kurang lebih sebesar, V = 1 mdet. Perbedaan kecepatan aliran udara ini disebabkan oleh luas maupun hambatan yang akan dilalui oleh aliran udara tersebut. Namun demikian kecepatan udara pengering pada bagian rak relatif sama, dan dari kenyataan yang diperoleh bahwa kecepatan aliran udara yang digunakan selama percobaan tidak menyebabkan permukaan kacang mete cacat atau rusak. Simulasi selanjutnya dilakukan untuk mengetahui pola distribusi temperatur udara dalam ruang pengering. Simulasi ini menggunakan tiga kondisi udara yang disesuaikan dengan data-data yang diperoleh dari hasil percobaan sebagaimana Gambar 38 hingga Gambar 43. Kondisi 1 merupakan kondisi udara dengan temperatur 69.8°C dan radiasi 600Wm 2 . Gambar 38 Distribusi temperatur pada kondisi 1dengan arah tiga dimensi Gambar 39 Dsitribusi temperatur pada kondisi 1 dengan arah dua dimensi Gambar 38 dan Gambar 39 menjelaskan bahwa temperatur udara masuk ke ruang pengering melalui sisi inlet disesuaikan dengan data percobaan sebesar 69.8 o C dan radiasi sebesar 600 Wm 2 . Hasil percobaan pengeringan pada kondisi ini menghasilkan temperatur udara dalam ruang pengering 60 o C. Sedangkan hasil simulasi menunjukkan bahwa temperatur udara dalam ruang pengering berkisar antara 70 o C hingga 72,2 o C, dimana temperatur udara paling besar terdapat pada bagian atas ruang pengering atau dekat sisi outlet sebesar 79.3 o C. Kondisi 2 merupakan kondisi udara dengan temperatur 68.8°C dan radiasi 671.4 Wm 2 . Gambar 40 Distribusi kecepatan pada kondisi 2 dengan arah tiga dimensi Gambar 41 Dsitribusi temperatur pada kondisi 2 dengan arah dua dimensi Gambar 40 dan Gambar 41 menggunakan input temperatur udara masuk ke ruang pengering melalui sisi inlet yang disesuaikan dengan data percobaan sebesar 68.8 o C dan radiasi sebesar 671.4 Wm 2 . Hasil percobaan pada kondisi ini menghasilkan temperatur udara dalam ruang pengering 60 o C. Tetapi hasil simulasi menunjukkan bahwa temperatur udara dalam ruang pengering berkisar antara 68.9 o C hingga 70.6 o C, dan temperatur udara paling besar terdapat pada bagian atas ruang pengering atau dekat sisi out yakni sebesar 77.6 o C. Kondisi 3 merupakan kondisi udara dengan temperatur 82.6°C dan radiasi 742.9Wm 2 Gambar 42 Distribusi temperatur pada kondisi 3 dengan arah tiga dimensi Gambar 43 Dsitribusi temperatur pada kondisi 3 dengan arah dua dimensi Gambar 42 dan Gambar 43 menggunakan input temperatur udara masuk ke ruang pengering melalui sisi inlet yang disesuaikan dengan data percobaan sebesar 82.6 o C dan radiasi sebesar 742.9 Wm 2 . Kondisi ini dipilih karena temperatur 82.6 o C tersebut mendekati temperatur udara keluar dari alat penukar kalor saat dilakukan analisis untuk rancang bangun alat penukar kalor yakni sebesar 83.3 o C agar diperoleh temperatur udara dalam ruang pengering mencapai 60 o C. Namun dari hasil simulasi diperoleh bahwa untuk temperatur udara yang akan melewati sisi inlet sebesar 82.6 o C menghasilkan temperatur udara dalam ruang pengering berkisar antara 82.6 o C hingga 84.5 o C, dan temperatur udara paling besar terdapat pada bagian atas ruang pengering atau dekat sisi out yakni sebesar 90.4 o C. Secara umum hasil simulasi ketiga kondisi menunjukkan pola distribusi suhu yang seragam pada seluruh bagian rak. Namun demikian, terdapat perbedaan hasil nilai besaran suhu antara hasil simulasi dan percobaan. Perbedaan ini diduga akibat pengaruh radiasi pada dinding ruang pengering dalam model simulasi terlalu besar, sehingga mengakibatkan peningkatan suhu yang besar pula ke dalam ruang pengering, disamping itu pula, pengaruh kehilangan panas pada dinding tidak dimodelkan dalam simulasi ini. Udara panas di pengering selalu berada di bawah kubah atap. Peningkatan temperatur ini disebabkan oleh panas radiasi yang terjadi di atap, selain itu sifat udara semakin tinggi temperaturnya maka udara memiliki massa jenis semakin rendah sehingga kecenderungannya udara panas selalu ada di atas. SIMPULAN 1. Penurunan kadar air komoditi kacang mete yang memperoleh getaran cenderung lebih baik dari pada komoditi kacang mete yang tidak memperoleh getaran. 2. Penurunan kadar air kacang mete yang hanya mempunyai kulit ari dari 10.9 dengan tanpa menggunakan getaran NV saat pengeringan selama 10 jam bisa mencapai 4.2, dengan laju pengeringan sebesar 0.78 jam. Sedangkan pengeringan dengan menggunakan getaran UV bisa mencapai kadar air 5 dalam waktu 7 jam atau 3.5 dalam waktu 10 jam, dengan laju pengeringan sebesar 0.86 jam. Demikian pula penurunan kadar air kacang mete gelondongan tanpa menggunakan getaran NV saat pengeringan selama 10 jam dari kadar air awal 18.2 bisa mencapai 9.9 , sedangkan dengan menggunakan getaran UV bisa mencapai kadar air akhir 8.6 dalam 10 jam pengeringan. 3. Profil aliran yang terjadi dari ke tiga kondisi input dan radiasi yang berbeda menghasilkan pola aliran kecepatan yang seragam, hal ini disebabkan karena kesamaan kecepatan pada inlet dan dimensi pengering yang sama, sedangkan temperatur udara panas dalam ruang pengering relatif terdistribusi dengan baik.

BAB 7 PEMBAHASAN UMUM