RANCANG BANGUN ALAT PENUKAR KALOR

BAB 5 RANCANG BANGUN ALAT PENUKAR KALOR

Pendahuluan Pada percobaan dan simulasi matematik yang telah dilakukan pada Bab 4, diketahui kondisi ruang pengering tanpa adanya sistem pemanas tambahan selain energi surya tidak dapat memenuhi suhu pengeringan yang sesuai dengan kebutuhan pengeringan kacang mete. Untuk itu sistem pemanas tambahan perlu dirancang untuk memenuhi target suhu pengeringan. Untuk menghindari kontak panas secara langsung dari hasil pembakaran bahan bakar pada produk, maka diperlukan alat penukar panas. Sebuah alat penukar kalor yang baik harus dapat menjamin terjadinya transfer energi panas dari suatu fluida ke fluida lain, yang menghasilkan laju perpindahan kalor yang setinggi mungkin dengan harga konstruksi yang rendah. Oleh karena itu dalam proses rancang bangun alat penukar kalor dan tungku pembakaran perlu memperhatikan ketiga mekanisme perpindahan panas yang mungkin terjadi, yakni konduksi, radiasi dan konveksi. Ketiganya menjadi dasar pertimbangan dalam pemilihan material yang akan digunakan. Analisis perpindahan panas perlu dilakukan sebelum membuat suatu alat penukar kalor dimana proses perpindahan panas, dimensi maupun jumlah laluan pada alat penukar kalor merupakan hal yang paling dominan. Demikian pula pemeliharaan alat penukar kalor perlu diperhatikan karena dengan melakukan pemeliharaan secara rutin maka kelangsungan perpindahan panas tetap baik dan kerusakan total dapat terhindarkan Djunaidi 2007. Untuk lebih memahami tentang perubahan energi panas pada material, dimensi, dan jumlah laluan pada suatu alat penukar kalor maka perlu dilakukan suatu penelitian di laboratorium sebab alat penukar kalor yang akan digunakan pada pengering surya GHE tipe kabinet ini merupakan alat yang sangat menentukan dalam memenuhi kebutuhan energi panas dalam ruang pengering selama proses pengeringan berlangsung. Analisis efektifitas dilakukan dalam proses perancangan alat penukar kalor, karena lebih sesuai bila suhu-suhu fluida keluar tidak diketahui secara pasti. Selanjutnya bahan bakar padat yang digunakan pada pengeringan ini adalah batubara. Tungku pembakaran diletakkan tepat di bawah alat penukar kalor. Untuk mendapatkan ukuran alat penukar kalor dan tungku yang digunakan, maka dibutuhkan suatu analisis perpindahan panas dan metode dalam mempertahankan mengatur besarnya temperatur serta kajian khusus tentang bentuk tungku pembakaran dan posisi bahan bakar sesuai dengan bentuk alat penukar kalor yang digunakan. Hal ini perlu dilakukan agar besarnya energi panas, dan sifat-sifat udara akibat pembakaran bahan bakar dapat ditentukan sesuai dengan yang diharapkan untuk pengeringan dalam ruang pengering surya GHE tipe kabinet. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian pada bab ini, adalah : 1. Melakukan perancangan dan menganalisis efektivitas alat penukar kalor plat datar, baik efektivitas hasil analisis maupun efektivitas hasil percobaan. 2. Melakukan analisis temperatur serta besarnya energi panas yang keluar dari alat penukar kalor. 3. Melakukan pembuatan alat penukar kalor serta tungku pembakaran sesuai dengan besarnya temperatur dan energi panas yang harus disuplai kedalam ruang pengering. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian pada bab ini, adalah: Rancang bangun alat penukar kalor dan tungku pembakaran yang mampu meningkatkan dan mempertahankan tempearatur udara dalam ruang pengering sebesar 60 o C. Pendekatan Teori Alat Penukar Kalor Aliran Silang Penerapan prinsip-prinsip perpindahan panas untuk merancang alat penukar kalor guna mencapai sesuatu tujuan teknik sangatlah penting. Setiap penerapan tertentu akan menentukan kaidah yang harus dipatuhi untuk mendapatkan rancangan yang terbaik yang sesuai dengan pertimbangan ekonomi, ukuran, dan sebagainya. Alat penukar kalor aliran silang banyak dipakai dalam pemanasan dan pendinginan udara atau gas, dimana gas dialirkan menyilang berkas tabung, sedang fluida lain digunakan didalam tabung untuk memanaskan atau mendinginkan Koestoer 2002. Pada alat penukar kalor ini, fluida yang mengalir melintas tabung disebut arus campur mixed stream, sedang fluida didalam tabung di sebut arus tak campur unmixed. Gas tersebut dikatakan bercampur karena dapat bergerak dengan bebas di dalam alat tersebut sambil menukar kalor, sedangkan fluida yang satu lagi terkurung didalam tabung-tabung saluran penukar-kalor tersebut dan tidak dapat bercampur selama proses per- pindahan panas. Bila kedua fluida yang mengalir sepanjang permukaan perpindahan panas bergerak dalam arah saling tegak lurus, maka penukar kalornya bertipe aliran lintang crossflow. Ada tiga kemungkinan susunan penukar kalor tipe ini, yakni: pertama, masing-masing fluida tak bercampur unmixed waktu melintas melalui penukar kalor, dan oleh karena itu suhu fluida yang meninggalkan penampang pemanas tidak seragam, pada satu sisi lebih panas daripada sisi lainnya sebagaimana Gambar 22. Gambar 22 Penukar panas aliran lintang dengan kedua tak ber campur Kedua, salah satu fluidanya tak bercampur sedangkan fluida yang lainnya bercampur sempurna sewaktu mengalir melalui alat penukar kalor. Suhu aliran yang bercampur akan seragam pada setiap penampang dan hanya berbeda dalam arah aliran. Udara yang mengalir di luar berkas pipa bercampur sedangkan gas panas di dalam pipa-pipa terbatasi dan karenanya tak bercampur, sebagaimana Gambar 23. Gambar 23 Penukar panas aliran lintang yang melukiskan aliran lintang dengan satu fluidanya ber campur dan fluida lainnya tak ber campur Dalam industri proses dan Industri tenaga ataupun dalam kegiatan lain, banyak alat penukar kalor dibeli langsung sebagai barang jadi yang telah tersedia, dan pemilihannya dilakukan atas dasar harga dan spesifikasi yang diberikan oleh para pembuatnya. Bilamana alat penukar kalor merupakan bagian dari suatu unit peralatan yang akan dibuat maka alat penukar kalornya dapat dirancang khusus dengan memperhatikan analisis perpindahan panas, analisis biaya dan analisis ukuran fisik dari peralatan tersebut. Bahan Bakar dan Tungku Pembakaran Secara garis besar bahan bakar dapat digolongkan menjadi: bahan bakar padat, bahan bakar cair, bahan bakar gas, dan bahan bakar nuklir. Dalam perancangan alat penukar kalor plat datar ini akan digunakan bahan bakar batu bara karena cadangan batu bara cukup banyak, harganya murah dan mudah diperoleh serta komoditi kacang mete yang berada dalam ruang pengering tidak akan terkontaminasi oleh gas hasil pembakaran bahan bakar batubara. Namun demikian pemanfaatan bahan bakar batubara memiliki kelemahan sehingga memungkinkan masyarakat petani lebih senang menggunakan sinar matahari langsung dalam pengeringan komoditi pertanian dari pada menggunakan bahan bakar batubara yang relatif masih baru. Kelemahan tersebut disebabkan pembakaran awal bahan bakar batubara membutuhkan waktu yang relatif lebih lama untuk menyalakan api dan batubara juga lebih sukar untuk mengontrol suhu pembakarannya. Adapun nilai kalor rata-rata untuk jenis bahan bakar padat batubara yang bisa digunakan sebagai sumber energi panas tambahan pada sistim pengering adalah sebesar 32 450 kJkg Djokosetyarojo 1993. Selanjutnya temperatur yang tinggi dari nyala api ataupun gas panas hasil pembakaran bahan bakar manyebabkan tungku pembakaran cepat rusak. Oleh sebab itu sebaiknya bata tahan api ataupun material logam digunakan sebagai bahan tungku pembakaran. Perpindahan Panas Pada Alat Penukar Kalor Pendekatan LMTD Log mean temperature difference pada analisis perpindahan panas alat penukar kalor berguna bila suhu masuk dan suhu keluar diketahui atau dapat ditentukan dengan mudah sehingga LMTD dapat dengan mudah dihitung, dan aliran panas pada permukaan serta koefisien perpindahan panas menyeluruh dapat ditentukan. Bila suhu masuk atau suhu keluar belum diketahui maka analisis akan melibatkan prosedur iterasi karena LMTD itu suatu fungsi logaritme. Dalam hal demikian, analisis akan lebih mudah dilaksanakan dengan menggunakan metode yang berdasarkan atas efektivitas dari alat penukar kalor dalam memindahkan sejumlah panas tertentu, dimana besarnya nilai efektivitas alat penukar kalor heat exchanger effectiveness dideflnisikan sebagai perbandingan perpindahan panas nyata terhadap perpindahan panas maksimum yang mungkin atau sebagaimana persamaan berikut Holman 1989: mungkin yang maksimum kalor n perpindaha nyata kalor n perpindaha s efektivita    33 Perpindahan panas maksimum didapat bila salah satu fluida mengalami perubahan suhu yang maksimum dan fluida yang mungkin mengalami beda suhu maksimum adalah fluida yang mempunyai kapasitas panas terkecil. Efektifitas dari alat penukar kalor dipengaruhi oleh berbagai macam faktor diantaranya fluida kerja yang menjadi fluida kerja pendingin Jenis alat penukar kalor yang digunakan pada penelitian ini adalah alat penukar kalor jenis plat datar, dimana masing-masing fluida kerja tak bercampur unmixed melintas melalui alat penukar kalor, sebagaimana Gambar 24. Cerobong Tc Lp Lb Ld cm Gambar 24 Alat penukar kalor plat datar Laju perpindahan panasnya secara umum bergantung kepada sifat-sifat fluida kerja, dimensi serta tingkat keadaan aliran fluida yang melewati permukaan alat penukar kalor tersebut. Laju perpindahan panas dari sebuah alat penukar kalor plat datar yang terletak tegak lurus terhadap suatu aliran udara dapat dievaluasi melalui Gambar 25 dan Persamaan 34. Tp out 3 ALAT PENUKAR KALOR 2 Td in PLAT DATAR Td out, q APK Tp in Gambar 25 Temperatur sebelum dan setelah alat penukar kalor Berdasarkan Gambar 25 maka diterapkan kembali persamaan 25 dan persamaan 26, sehingga diperoleh besarnya selisih temperatur udara sebelum dan sesudah alat penukar kalor, yakni: cp m h V A A I T T UA h V A Td Td Td l l l l l rg v v v v in out } { .             34 Jadi besarnya temperatur yang keluar dari alat penukar kalor, Td out adalah: cp m h V A A I T T A U h V A Td Td l l l l l rg v v v v in out           35 atau: in d d l l l out Td cp m T cp m qn qd qv Td      . Contoh perhitungan pada Persamaan alat penukar kalor ini dijelaskan pada Lampiran 8. Bagian-bagian alat penukar kalor plat datar terdiri dari plat aluminium yang di susun secara selang seling antara plat untuk aliran udara dari lingkungan, dengan plat untuk aliran gas dari hasil pembakaran, dimana plat untuk aliran udara dari lingkungan dipasang secara horisontal, sedangkan plat untuk aliran gas pembakaran dipasang secara vertikal. Gas hasil pembakaran bahan bakar batubara mengalir dengan kecepatan Vp mdet dan temperatur, Tp in o C dan tekanannya 1 atm. Dengan adanya perbedaan temperatur antara gas hasil pembakaran batubara dengan udara lingkungan yang sedang mengalir kedalam alat penukar kalor mengakibatkan terjadinya perpindahan panas pada alat penukar kalor plat datar tersebut. Untuk melakukan analisis perpindahan panas pada alat penukar kalor plat datar seperti halnya persoalan teknik lainnya maka beberapa asumsi diperlukan sebagai pendekatan sebagaimana beberapa hal berikut: 1. Plat aluminium pada alat penukar kalor tersebut dapat dianggap sebagai sebuah selinder yang diisolasi oleh aliran gas, dengan mekanisme konveksi paksa sebagai suatu proses dominan. 2. Tingkat turbulensi pada aliran utama dianggap kecil sehingga tidak mempengaruhi laju perpindahan panas. Dengan adanya asumsi diatas maka laju perpindahan panas dan temperatur udara yang akan masuk kedalam ruang pengering dapat dihitung besarnya Kreith 1998. Luas permukaan panas seluruh laluan, adalah: A tot = [Ld Lp + Ld Lp] np 36 Temperatur kedua fluida bervariasi sepanjang saluran dan bila temperatur keluar dari kedua fluida tidak diketahui maka harus di taksir besarnya temperatur rata-rata fluida dingin William 1989, yakni: 2 out in ud Td Td T   37 maupun besarnya temperatur rata-rata fluida panas, yakni: 2 out in up Tp Tp T   38 Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui besarnya masa jenis, konduktivitas thermal, kalor spesifik, viskositas dinamik dan bilangan prandtl dari masing- masing fluida yang sedang mengalir melalui alat penukar kalor. Bilangan Reynold Re untuk masing-masing fluida simonson 1975 adalah:     K PL Ap mp D Ap mp p K PL Ad md DHd Ad md d tot tot Hp tot tot tot tot tot tot 4 Re 4 Re     39 Koefisien perpindahan panas konveksi rata-rata dari kedua fluida, adalah: Untuk udara dingin,                       7 , 33 , 8 , 1 Pr Re 023 . Ld D D kd hd Hd Hd 40 Untuk udara panas,                         7 , 33 , 8 , 1 Pr Re 023 . Lp D D kp hp Hp Hp 41 Koefisien perpindahan panas keseluruhan dari APK, adalah : tot A hp Atot hd UA 1 . 1 1   cp mp UA C UA NTU   min 42 Perbandingan kapasitas panas perjam, adalah: cd md cp mp Cdingin Cpanas  Bentuk aliran yang digunakan pada alat penukar kalor plat datar ini adalah aliran silang dimana kedua fluidanya tak campur, fluida yang satu merupakan aliran udara yang diperoleh langsung dari lingkungan, sedangkan fluida yang lain merupakan aliran gas dari pembakaran bahan bakar batubara yang berada dalam tungku pembakaran .Besarnya temperatur yang keluar alat penukar kalor Td out dapat pula ditulis sebagaimana Persamaan 43 Kreith 1988. . max T Cd Cp Td Td in out     43 Sesuai dengan Persamaan 33 dan Persamaan 41 maka diperoleh besarnya keseimbangan energi adalah: d d l l l l rg v v v v in in cp m T cp m A I T T UA h V A Td T Cd Cp Td . . . max             atau: d d l l l l rg v v v v cp m T cp m A I T T UA h V A T Cd Cp . . . max           Efektifitas alat penukar kalor secara analsis Єa adalah: . max . . . max . . T cp m T cp m A I T T UA h V A cp m T Cd Cp T cp m A I T T UA h V A p p l l l l rg v v v v d d l l l l rg v v v v a                    44 Efektifitas alat penukar kalor secara pengujian Єp adalah: 45 . max . max T cp m Td cp m cp m T cp m cp m Td cp m p p d d d d d d p p d d p        Contoh perhitungan pada persamaan efektifitas ini diperlihatkan pada Lampiran 9 dan Lampiran 10. Setelah analisis perpindahan panas pada alat penukar kalor plat datar dan tungku pembakaran dilakukan maka selanjutnya faktor-faktor lain yang harus dipertimbangkan adalah: mudah atau sulitnya pembersihan, besarnya ruang yang diperlukan, dan kekuatan material dalam menahan panas Tunggul 1992. Metode Penelitian Waktu dan Tempat Percobaan Tempat pembuatan alat penukar kalor serta tungku bahan bakar dan tempat percobaan alat pengering surya GHE tipe kabinet ini dilaksanakan tahun 2005 dan tahun 2009 di Laboratorium FTI, Univ. Jayabaya dan di Laboratorium FATETA, IPB, Bogor. Alat Ukur dan Bahan Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah: timbangan, stop watchalat ukur waktu, alat tulis dan korek api, bahan bakar batubara, penyulut bahan bakar batubara serta menggunakan alat penukar kalor plat datar dan tungku yang terbuat dari bahan aluminium. Bentuk tungku pembakaran bahan bakar batubara disesuaikan dengan bentuk alat penukar kalor plat datar yang digunakan, sedangkan dimensi tungku pembakaran disesuaikan dengan jumlah bahan bakar yang akan digunakan, sebagaimana Gambar 26. Gambar 26 Alat penukar kalor dan tungku pembakaran Percobaan Sebelum dilakukan suatu percobaan, terlebih dahulu diadakan analisis perpindahan panas dan seleksi material dari alat penukar kalor yang akan digunakan dalam percobaan. Analisis energi panas didasarkan pada besarnya temperatur maupun jumlah energi panas yang akan dihasilkan alat penukar kalor guna memenuhi kebutuhan ruang pengering, sedangkan seleksi material didasarkan pada penggunaan material yang berbentuk plat dengan ketebalan 1 mm, ketersediaan material dipasaran dan nilai konduktifitas thermal dari material tersebut. Setelah hasil analisis perpindahan panas diketahui dan seleksi material yang dibutuhkan tersedia maka dilakukan pembuatan alat untuk percobaan pengering. Hasil dan Pembahasan Energi Panas dan Dimensi Alat Penukar Kalor Setelah dilakukan perancangan dan analisis perpindahan panas dan pembuatan alat penukar kalor serta tungku pembakaran yang mampu menyuplai panas kedalam ruang pengering hingga temperatur ruang pengering mencapai 60 o C maka diperoleh bahwa jenis alat penukar kalor yang digunakan adalah alat penukar kalor plat datar dengan aliran silang antara satu fluida dengan fluida lain dan kedua fluidanya tak bercampur. Alat penukar kalor ini memiliki panjang 40 cm, lebar 60 cm, tinggi 30 cm serta material aluminium dengan ketebalan plat masing-masing sebesar 1 mm. Plat aluminium ini mampu memindahkan panas dengan baik dan perawatannya mudah serta tahan lama dalam penggunaannya. Plat aluminum banyak diperjual belikan dipertokoan dalam bentuk lembaran dan dapat di pesan sesuai dengan ketebalan plat yang diharapkan. Ketersediaan plat aluminium dengan berbagai macam ketebalan plat merupakan salah satu kelebihan penggunaan alat penukar kalor plat datar dimana alat penukar kalor ini bisa dibuat sesuai dengan dimensi maupun jumlah laluan yang sesuai dengan kebutuhan. Jumlah laluan alat penukar kalor yang mengalirkan gas panas dari tungku pembakaran ke cerobong adalan 11 laluan sedangkan jumlah laluan yang akan mengalirkan udara dari lingkungan kedalam ruang pengering adalah 12 laluan. Besarnya temperatur yang keluar alat penukar kalor menuju ruang pengering pada saat temperatur lingkungan Tl = 28 o C adalah T APK = 83.3 o C. Laju perpindahan panas pada alat penukar kalor tidak memperhitungkan adanya radiasi matahari maka yang dibutuhkan sebesar q APK = 23,3 kJdet dan besarnya efektivitas analisis maupun efektivitas percobaan adalah  a = 38.6 dan  p = 34.5 . Dari persamaan tentang besarnya efektifitas pada penelitian ini terlihat bahwa pengaturan kecepatan aliran fluida, dalam hal ini memperbesar atau memperkecil kecepatan aliran fluida tersebut dapat mencapai efektifitas yang lebih tinggi. Hasil dari persamaan ini sejalan dengan hasil yang ditunjukkan oleh Napitupulu 2005 bahwa efektifitas akan naik hingga maksimum sejalan dengan penambahan laju perpindahan panas maksimum dan disisi lain temperatur udara panas keluar dari alat penukar kalor akan turun. Simpulan Hasil penelitian pada bab ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Besarnya efektivitas analisis maupun efetivitas percobaan adalah  a = 38.6 dan  p = 34.5 . 2. Material alat penukar kalor aluminium dengan jumlah laluan gas panas dari tungku pembakaran sebanyak 11 laluan dan udara dari lingkungan adalah 12 laluan. Panjang P = 40 cm, lebar L = 60 cm dan tinggi T = 30 cm. 3. Temperatur udara dalam ruang pengering diharapkan sebesar, Trg = 60 o C maka besarnya temperatur yang keluar alat penukar kalor menuju ruang pengering pada saat temperautr lingkungan Tl = 28 o C adalah T d out = 83.3 o C, sedangkan laju perpindahan panas pada alat penukar kalor tersebut sebesar q APK = 23.3 kJdet.

BAB 6 PERCOBAAN PENGERINGAN SERTA SIMULASI DENGAN