BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Nyeri merupakan gejala yang paling sering dialami setiap orang sebagai petanda adanya suatu gangguan di dalam tubuh. Untuk itu, diperlukan satu pendekatan dari
aspek farmakologis untuk mengobatinya. Obat anti nyeri analgesik merupakan suatu obat yang paling sering digunakan dan banyak dijual secara bebas di seluruh dunia.
Obat ini dapat diperoleh secara langsung tanpa menggunakan resep dokter. Berdasarkan suatu survei di Amerika, lebih dari 80 orang dewasa negara tersebut
menggunakan sekurang-kurangnya satu jenis obat analgesik yang dijual bebas setiap minggu dan sebanyak 25 menggunakan sekurang- kurangnya lima jenis obat
Fendrick et al., 2008. Terdapat pelbagai jenis baik golongan opioid maupun non-opioid, jumlah
dosis dan prosedur terapeutik obat analgesik yang tersedia pada masa kini. Menurut American Medical Association AMA, 1998, jenis-jenis obat analgesik yang bisa
diperoleh di pasaran terdiri dari antipiretik dan antiinflamasi dan dapat dibahagikan kepada 5 jenis yaitu asetaminofen aminofenol, aspirin asam salisilat, ibuprofen,
ketoprofen dan naproksen natrium. Ibuprofen, ketoprofen dan naproksen natrium merupakan obat antiinfalamasi non-steroidal yang berasal dari derivat asam
propionik. Semua obat-obat ini mempunyai dosis dan bentuk sediaan yang berbeda seperti dalam bentuk cairan, tablet dan lain-lain yang bisa didapati mengikut
kemampuan ekonomis masing-masing penderita. Dalam hal ini, pengetahuan yang lengkap tentang obat anti nyeri yang dijual
bebas merupakan kunci utama untuk menentukan produk dan penggunaan obat mana yang sesuai untuk mendapatkan efek maksimum dan resiko seminimal mungkin. Jadi,
penting untuk kita ketahui tentang cara penggunaan obat-obat analgesik yang dijual secara bebas ini dengan benar karena ia bisa menimbulkan berbagai efek samping dan
interaksi yang serius jika digunakan secara berlama-lama. Efek- efek samping dari
Universitas Sumatera Utara
obat-obat ini dapat berupa reaksi sensitivitas contohnya urtikaria, ruam, toksisitas ginjal dan hati, ulkus gastrointestinal dan sebagainya AMA, 1998.
Namun begitu, masih banyak di kalangan masyarakat kita yang belum menguasai cara-cara penggunaan yang benar tentang obat ini. Suatu kajian di
Amerika menunjukkan kira-kira lebih dari 60 penderita tidak mengetahui zat aktif dalam merek obat anti nyeri yang mereka gunakan dan kira-kira 40 penderita
percaya bahwa obat anti nyeri yang dijual bebas tidak akan mendatangkan sebarang kesan yang membahayakan terhadap diri mereka Roumie, dan Griffin, 2004. Food
and Drug Administration FDA juga telah melaporkan sebanyak 13 dari seluruh kejadian efek samping obat terjadi sebagai akibat daripada pemakaian analgetika
American Medical Association Division of Drugs, 1985. Tambahan lagi, hasil penelitian Lelo et al. 1995 tentang penggunaan obat
anti nyeri di Medan menunjukkan bahwa 5,37 dari masyarakatnya menggunakan obat bebas bukan analgetika. Selain itu, obat bebas yang disangka berkhasiat
analgetika, sebenarnya diindikasikan untuk maksud lain misalnya; antimikroba Amoxsan dan Lincocin, antasida Promag dan Waisan, obat batuk Ikadryl dan
Konidin dan lain-lain. Penggunaan obat bebas yang tidak berkhasiat analgetika jelas tidak akan
mengurangi keluhan rasa sakit yang diderita disamping penderita mengeluarkan dana secara sia-sia Lelo et al., 1995. Berdasarkan fakta di atas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian untuk mengetahui gambaran pengetahuan masyarakat di Ayer Keroh, Melaka tentang penggunaan obat anti nyeri yang dijual bebas tahun 2010.
1.2.1. Rumusan Masalah
Mengikut latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pengetahuan masyarakat di Ayer Keroh, Melaka tentang penggunaan
obat anti nyeri yang dijual bebas.
Universitas Sumatera Utara
1.3. Tujuan Penelitian