B. Pacaran B.1 Pengertian Pacaran

24 e. Kesadaran politik : membaca kecenderungan politik dan sosial dalam lingkungan. 5. Ketrampilan sosial Ketrampilan sosial merupakan seni dalam membina hubungan dengan orang lain yang mendukung keberhasilan dalam pergaulan. Tanpa memiliki ketrampilan seseorang akan mengalami kesulitan dalam pergaulan sosial. Aspek ketrampilan sosial terdiri dari 5 kecakapan yaitu : a. Pengaruh : menerapkan taktik persuasi secara efektif b. Komunikasi : mengirimkan pesan secara jelas dan meyakinkan. c. Kepemimpinan : mampu menjadi pemimpin yang baik dari orang lain d. Katalisator Perubahan : mengawali, mendorong, atau mengelola perubahan e. Manajemen konflik : mampu mengatasi menyelesaikan konflik yang ada. Berdasarkan hal di atas, dapat dismpulkan emotional intelligence dapat dibagi kedalam lima aspek yaitu : 1 kesadaran diri, 2 pengaturan diri, 3 motivasi, 4 empati, dan 5 ketrampilan sosial. II. B. Pacaran II.B.1 Pengertian Pacaran Pacaran dating berarti seseorang laki-laki dan seorang perempuan pergi keluar bersama-sama untuk melakukan berbagai aktivitas yang sudah direncanakan sebelumnya. Universitas Sumatera Utara 25 Menurut Guerney dan Arthur Dacey Kenney, 1997, pacaran adalah aktifitas sosial yang membolehkan dua orang yang berbeda jeniskelaminnya untuk terikat dalam interaksi sosial dengan pasangan yang tidak ada hubungan keluarga. Salah satu karakteristik dari pacaran yaitu adanya kedekatan atau keintiman secara fisik atau physical intimacy. Keintiman intimacy tersebut meliputi berbagai tingkah laku tertentu, seperti berpegangan tangan, berciuman, dan berbagai interaksi prilaku seksual lainnya Baron Byrne, 1997. Sedangkan menurut Duvall Miller 1985 keintiman dalam berpacaran tersebut antara lain meliputi berpegangan tangan, ciuman, petting dan intercourse. Berdasarkan hal yang diatas dapat disimpulkan pacaran adalah kegiatan yang dilakukan dua orang yang berbeda jenis kelamin yang tidak menikah dan tidak ada hubungan keluarga, yang meliputi sejumlah prilaku yaitu berpegangan tangan, berciuman, petting dan intercourse. Menurut Baron Byrne 1997 ketertarikan itu dimulai ketika seseorang mulai berinteraksi dengan orang lain dan biasanya interaksi tersebut dapat terjadi dimana saja dan tanpa disengaja. Langkah pertama yang dapat membuat seseoramg tertarik dengan orang lain, yaitu kedekatan fisik physical proximity. Faktor yang sangat penting yang dapat mempengaruhi adalah seseorang menyukai atau tidak orang yang dijumpainya yaitu keadaannya pada saat itu affective state. Seseorang akan senang dengan orang yang dijumpainya ketika perasaan emosinya positif dan begitu juga sebaliknya. Walaupun interaksi sudah terjadi berulang kali dan perasaan emosinya positif, tetapi rasa tertarik akan timbul jika kedua individu yang berkaitan tidak termotivasi untuk membentuk suatu hubungan. Universitas Sumatera Utara 26 Imran 2000 dalam modul perkembangan seksualitas remaja mengatakan ada lima tahap berpacaran yaitu : a. Tahap ketertarikan Sumber ketertarikan terhadap lawan jenis sangat bervariasi, antara lain penampilan fisik, kemampuan, karakter atau sifat, dan lain-lain. Pada tahap ini biasanya masing-masing individu mengirim sinyal-sinyal, baik verbal maupun non verbal untuk menunjukkan rasa ketertarikannya. b. Tahap ketidakpastian. Pada tahap kedua, terjadi peralihan dari rasa tertarik kearah tidak pasti, tepat, atau tidaknya pasangan. Tantangan tahap ini adalah menerima ketidakpastian ini sebagai sesuatu yang wajar dan jangan goyah. Jika seseorang yang memiliki hubungan yang istimewa ddengan lawan jenis adalah normal. Jika mendadak ragu apakah akan melanjutkan hubungan tersebut atau tidak. Tanpa melalui tahap ini, maka seseorang akan dapat mudah berpindah dari satu pria ke pria lain atau dari suatu wanita kewanita lain c. Tahap komitmen dan ketertarikan. Pada tahap ketiga ini seseorang ingin berkencan dengan lawan jenisnya secara eksklusif. Setiap orang ingin mendapatkan kesempatan memberi dan menerima cinta dalam suatu hubungan yang khusus tanpa harus bersaing dengan orang lain. Pada tahap ini, setiap orang berusaha untuk menciptakan hubungan yang romantis dan saling cinta dengan pasangannya. Universitas Sumatera Utara 27 d. Tahap keintiman. Pada tahap ini mulai merasakan adanya keintiman. Tahap ini merupakan kesempatan untuk lebih mengungkapkan diri dengan pasangan. e. Tahap pertunangan Dengan adanya kepastian akan menikah, maka seseorang akan mengikatkan diri dengan pasangannya. Pada saat inilah mulai banyak mengumpulkan pengalaman tentang saling berbagi, memecahkan ketidaksepakatan dan kekecewaan sebelum menghadapi tantangan yang lebih besar dalam perkawinan dan hidup berkeluarga. II.B.2 Perilaku Dalam Berpacaran Menurut Imran 2000 dalam modul perkembangan seksualitas remaja mengatakan bahwa ada beberapa bentuk perilaku dalam berpacaran : a. Berbincang-bincang Umumnya dengan berbincang-bincang, seseorang dapat semakin mengenal lebih dekat pasangannya dan dapat berbagi perasaan baik saat senang maupun saat sedang menghadapi masalah tertentu sehingga masalah tersebut menjadi lebih ringan dan dapat diselesaikan. b. Berciuman Perilaku berciuman dapat dibagi menjadi 2, yaitu : 1. Cium Kening Yaitu aktivitas yang dilakukan pasangan berupa sentuhan pipi dengan pipi atau pipi dengan bibir. Hal ini dapat menimbulkan perasaan sayang jika diberikan Universitas Sumatera Utara 28 pada momen tertentu dan bersifat sekilas, ettapi juga dapat menimbulkan keinginan untuk melanjutkan ke perilakulainnya. 2. Cium Basah Aktivitas yang dilakukan pasangan berupa sentuhan bibir dengan bibir.Dapat menimbulkan sensasi seksual yang kuat yang membangkitkan dorongan seksual hingga tak terkendali. c. Meraba Yaitu kegiatan meraba bagian-bagian sensitive untuk menimbulkan rangsangan seksual, seperti payudara, leher, paha atas, vagina, penis, pantat, dan lain-lain. Hal ini sapat membuat pasangan terangsang secara seksual, sehingga melemahkan control diri yang akibatnya bisa melakukan aktivitas seksual lainnya dalam berpacaran. d. Berpelukan Aktivitas yang dilakukan pasangan, dan hal ini dapat menimbulkan perasaan aman, nyaman, dan tenang, juga dapat menimbulkan rangsangan seksual. e. Masturbasi Yaitu perilaku merangsang organ kelamin untuk mendapatkan kepuasan seksual. f. Oral sex Aktivitas yang dilakukan pasangan berupa memasukkan alat kelamin ke dalam mulut pasangan yang berbeda jenis kelamin. Universitas Sumatera Utara 29 g. Petting Petting adalah kontak fisik dengan menempalkan alat kelamin pria dan wanita sebagai upaya untuk membangkitkan dorongan seksual tanpa melakukan intercourse. h. Intercourse Aktivitas seksual dengan memasukkan alat kelamin pria kedalam alat kelamin wanita. II.C. Remaja Hurlock 1999 menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, dimulai saat anak secara seksual matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum. Santrock 1998 remaja adalah suatu periode perkembangan dari transisi antara anak-anak dan dewasa, yang diikuti oleh perubahan biologis, kognitif, dan sosioemosional. Sementara itu, Monks 1999 remaja adalah individu yang berusia antara 12 – 21 tahun yang sudah mengalami peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, dengan pembagian 12 – 15 tahun adalah masa remaja awal, 15 – 18 tahun adalah masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun adalah masa remaja akhir. II.C.1. Tugas-tugas Perkembangan Pada Masa Remaja Havighurst dalam Hurlock, 1999 menyatakan tugas-tugas perkembangan pada masa remaja. Tugas-tugas perkembangan tersebut adalah : Universitas Sumatera Utara 30 1. Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita. 2. Mencapai peran sosial pria dan wanita. 3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif. 4. Mengharapkan dan mencapai prilaku sosial yang bertanggung jawab. 5. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya. 6. Mempersiapkan karir ekonomi. 7. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga. 8. Memperoleh perangkat nilai dan sistim etis sebagai pegangan untuk berprilaku – mengembangkan ideologi. Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi penguasaan tugas-tugas perkembangan. Faktor-faktor yang menghalanginya adalah: a. Tingkat perkembangan yang mundur b. Tidak ada kesempatan untuk mempelajari tugas-tugas perkembangan atau tidak ada bimbingan untuk dapat menguasainya. c. Tidak ada motivasi. d. Kesehatan yang buruk. e. Cacat tubuh f. Tingkat kecerdasan yang rendah. Faktor-faktor yang membantunya adalah a. Tingkat perkembangan yang normal atau diakselerasikan. Universitas Sumatera Utara 31 b. Kesempatan-kesempatan untuk mempelajari tugas-tugas dalam perkembangan dan bimbingan untuk menguasainya. c. Motivasi. d. Kesehatan yang baik dan tidak ada cacat tubuh. e. Kreatifitas. II.C.2. Ciri-ciri Masa Remaja Menurut Hurlock 1999 remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelumnya dan sesudahnya. Ciri-ciri tersebut adalah: a. Masa remaja sebagai periode yang penting Semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting namun kadar kepentingannya berbeda-beda. Ada beberapa periode yang lebih penting daripada periode lainnya, karena akibatnya yang langsung terhadap sikap dan prilaku, dan ada lagi yang penting karena akibat-akibat jangka panjangnya. Pada periode remaja, baik akibat langsung maupun akibat jangka panjang adalah tetap penting. Ada periode yang penting akibat perubahan fisik dan ada lagi karena akibat psikologis. Pada periode remaja kedua-duanya sama penting. b. Masa remaja sebagai periode peralihan. Pada masa ini, remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa. Kalau remaja berprilaku sebagai anak-anak, ia akan diajari untuk “bertindak sesuai umurnya”, kalau remaja berusaha berprilaku seperti Universitas Sumatera Utara 32 orang dewasa, ia sering kali dituduh “terlalu besar untuk celananya” dan dimarahi karena mencoba bertindak seperti orang dewasa. c. Masa remaja sebagai periode perubahan. Tingkat perubahan dalam sikap dan prilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja, ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan prilaku dan sikap juga berlangsung cepat. Kalau perubahan fisik menurun, maka perubahan prilaku dan sikap juga menurun. d. Masa remaja sebagai mencari identitas. Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan menjadi sama dengan teman-teman dalam segala hal, seperti sebelumnya. e. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan kecemasan Anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapih, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan berprilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja. f. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik. Remaja cenderung memandang kehidupan mereka melalui kaca berwarna merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebihn dalam hal cita-cita. Universitas Sumatera Utara 33 g. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa. Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. II.D. Gambaran Kecerdasan Emosional Pada Remaja Yang Berpacaran Menurut Santrock 1998 pacaran bagi remaja merupakan salah satu bentuk perkembangan aspek sosial yang penting. Pacaran pada masa remaja dapat membantu proses pembentukan hubungan yang romantis dan pernikahan dimasa dewasa. Lebih lanjut Hidayati Mashum 2002 pacaran adalah sebuah proses saling mengenal, memahami dan menghargai perbedaan diantara dua individu. Pacaran bagi remaja bertujuan untuk menemukan dan mengetahui lebih jauh mengenai seseorang yang berbeda jenis kelaminnya yang disukainya. Intinya adalah menemukan pasangan Duvall Miller, 1985. Turner dan Helms, dalam bukunya Life Span Development mengemukakan keuntungan pacaran buat remaja yakni remaja dapat mengasah kemampuan bersosialisasi, menyadari jujur pada pasangan itu penting. Hubungan kasih sayang juga semakin terjaga saat kita saling memberi saran dan bukan menyalahkan. Kemampuan bernegosiasi untuk menyelesaikan konflik sama pacar pun bermanfaat buat melanggengkan hubungan. Lebih jauh lagi, melalui pacaran remaja dapat belajar menolerir perbedaan. Semua ilmu yang berhasil dipetik dari masa pacaran itu sangat berguna. Terutama buat bekal memasuki dunia pernikahan Witri, 2003. Universitas Sumatera Utara 34 Pacaran ternyata bukan cara yang tepat untuk mengenali calon pendamping hidup. Maksudnya bahwa pacaran ternyata lebih banyak menimbulkan aspek negatif daripada positif dalam mencapai proses pengenalan. Proses ini cenderung hanya untuk kesenangan semata dan adapula yang menjalaninya hanya untuk ikut-ikutan dan tidak dengan tujuan pernikahan Adhim, 2003. Pendapat ini didukung oleh Turner dan Helms dalam Witri , 2003 yang menyatakan sisi negatif yang muncul dari berpacaran adalah 1 ingin buat gaya. Fenomena ini sering terjadi di kalangan cowok yang merasa bangga bila pamer ke teman-teman tentang puluhan cewek yang berhasil ditaklukkan. Bahkan, ada suatu geng yang anggotanya saling bersaing buat membuktikan siapa yang paling sukses menebar pesona, 2 kecenderungan playful saat pacaran. Remaja belum mau berkomitmen serius dan menganggap pacaran cuma untuk main-main belaka. Hal ini dapat berakibat salah satu pasangan yang serius dengan pasangannya jengkel karena ditinggalkan oleh pasangan yang belum mau berkomitmen serius dan menganggap pacaran cuma untuk main-main belaka. 3 alasan klasik yang sering dipakai untuk mengakhiri hubungan: tidak cocok sama pasangan., jalur memutuskan hubungan memang yang paling gampang diambil. Cara ini justru mengesankan remaja tersebut adalah sosok egois yang malas mencari solusi. 4 keterbatasan waktu bergaul dengan teman-teman kita., terutama teman yang berasal dari lawan jenis karena pacar suka keberatan kalau pasangannya terlalu dekat sama lawan jenis lain sehingga menelantarkan teman-temannya, 5 terjerumus seks bebas. Kemungkinan terjerumus juga makin besar karena kita Universitas Sumatera Utara 35 dipengaruhi gejolak hormon seksual. Keberadaan pacar dijadikan kesempatan untuk eksplorasi seksual. Tanpa disadari, keintiman fisik dengan pacar semakin meningkat dan meningkat, sementara kita belum siap menghadapi konsekuensinya., seperti hamil di luar nikah atau ketularan penyakit kelamin. Menurut Hidayati Masyum 2005 kecerdasan emosional penting dan perlu untuk pacaran. Individu yang berkembang kecerdasan emosionalnya dengan baik terampil dalam mengelola emosinya, seperti mampu mengidentifikasikan serta mendefenisikan perasaan yang muncul, mampu mengungkapkan perasaan, mampu menilai intensitas kadar perasaan, mampu mengelola perasaan, mampu mengendalikan diri sendiri, mampu mengurangi stress, mampu mengetahui antara perasaan dan tindakan dan terampil dalam berperilaku, seperti : perilaku verbal mampu mengajukan permintaan-permintaan dengan jelas, menanggapi kesulitan dengan efektif, mampu bersikap asertif untuk menolak pengaruh-pengaruh negative, mampu mendengarkan orang lain dan perilaku non verbal eksperi wajah, sikap tubuh, dan pandangan mata. Hal ini didukung oleh Goleman 2003 remaja yang kecerdasan emosionalnya berkembang dengan baik akan merasakan bahwa tekanan baru para teman sebaya, meningkatnya tuntutan akademis, godaan merokok, menggunakan obat-obat terlarang, dan seks bebas tidak lagi merisaukan mereka dibandingkan dengan teman sebaya yang kecerdasan emosionalnya tidak berkembang dengan baik Mereka yang sudah menguasai kecerdasan emosional yang sekurang- kurangnya utuk jangka pendek, memberi vaksinasi bagi mereka utuk melawan guncangan dan tekanan yang akan mereka hadapi. Intinya, untuk mengembangkan Universitas Sumatera Utara 36 kecerdasan emosional harus dimulai sejak dini yang disesuaikan dengan usia dan dilangsungkan sepanjang tahun ajaran serta dikaitan dengan sekolah, rumah, dan masyarakat. Universitas Sumatera Utara 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN