Identifikasi Hijauan Makanan Ternak dan Analisis Potensi Wilayah untuk Pengembangan Usaha Peternakan Domba di Pesisir Pantai Utara Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat

(1)

1

IDENTIFIKASI HIJAUAN MAKANAN TERNAK DAN ANALISIS

POTENSI WILAYAH UNTUK PENGEMBANGAN USAHA

PETERNAKAN DOMBA DI PESISIR PANTAI UTARA

KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON PROVINSI

JAWA BARAT

M. ARI KUSUMA NUGRAHA SKRIPSI

Email: arie_kusuma89@yahoo.co.id

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011


(2)

2 RINGKASAN

M. Ari Kusuma Nugraha. D24070212. 2011. Identifikasi Hijauan Makanan Ternak dan Analisis Potensi Wilayah untuk Pengembangan Usaha Peternakan Domba di Pesisir Pantai Utara Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat . Skripsi. Program Studi Nutrisi dan Pakan Ternak. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor

Pembimbing Utama : Ir. M. Agus Setiana, MS. Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Jajat Jachja F. A. MAgr.

Selain digunakan untuk areal hutan pantai dan pariwisata, kawasan pesisir pantai juga dapat kita manfaatkan untuk pembukaan lahan peternakan terutama peternakan domba. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi rumput lokal yang tumbuh di pesisir pantai utara Kecamatan Gebang serta menganalisis potensi wilayah pesisir pantai utara Kecamatan Gebang guna pengembangan usaha peternakan ruminansia khususnya ternak domba dengan menggunakan analisis SWOT dan anlisis Kapasitas Penambahan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) berdasarkan Nell dan Rollinson.

Hasil dari analisis komposisi botani berdasarkan metode “dry weight rank” menunjukkan bahwa hijauan lapang yang paling banyak terdapat pada zona-1 adalah Xerochloa cheribon (57,03%), komposisi botani hijauan lapang pada zona-2 didominasi oleh rumput Cynodon dactylon (41,83%), sedangkan pada zona-3, hijauan lapang yang paling mendominasi berdasarkan komposisi botani adalah Paspalum conjugatum (paitan) dengan persentasi komposisi botani sebesar 43,39%.

Hasil analisis KPPTR Nell dan Rollinson menunjukkan bahwa Kecamatan Gebang masih memiliki potensi penambahan ternak ruminansia sebanyak 862,87 satuan ternak atau dengan kata lain penambahan populasi ternak domba dewasa yang dapat dilakukan di Kecamatan Gebang adalah sebanyak 6235 ekor. Berdasarkan analisis SWOT, Kecamatan Gebang berada pada posisi agresif, sehingga strategi yang harus dilakukan dalam pengembangan ternak ruminansia adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.


(3)

3 ABSTRACT

Identification of Forage and Analysis of The Potential of North Beach Coastal Area for Sheep Husbandry Development at Gebang County, Cirebon Regency,

West Java

Nugraha, M. A. K., M. A. Setiana, Jajat Jachja F. A.

Coastal area not only useful to beach forest and tourism, but also useful to animal husbandry especially for sheep husbandry development. The purpose of this research was: (1) identify about kind of local forage, (2) estimate botanical compotition by “dry weight rank” method, (3) estimate the potential of North beach coastal area by Nell and Rollinson method, and (4) to provide information by SWOT analysis to plan the area in order to animal husbandry development and arrange the development policy of the Gebang county.

The result of analysis botanical composition by “dry weight rank” method showed that the first zone was dominated by Xerochloa cheribon (57.03%), second zone was dominated by Cynodon dactylon (41.83%), and the third zone was dominated by Paspalum conjugatum (43.39%).

The value of effective capacity of ruminant population (KPPTR) showed that Gebang county had 4192.64 ton/ year for forage potential, thus it still retained animal for 862.87 animal unit or 6235 sheep. According to SWOT analysis, Gebang county is being in agresif strategy there for the strategi and should be done in order to develop animal were support an agresif development policy.


(4)

4

IDENTIFIKASI HIJAUAN MAKANAN TERNAK DAN ANALISIS

POTENSI WILAYAH UNTUK PENGEMBANGAN USAHA

PETERNAKAN DOMBA DI PESISIR PANTAI UTARA

KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON PROVINSI

JAWA BARAT

M. Ari Kusuma Nugraha D24070212

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011


(5)

5 Judul : Identifikasi Hijauan Makanan Ternak dan Analisis Potensi Wilayah untuk Pengembangan Usaha Peternakan Domba di Pesisir Pantai Utara Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat

Nama : M. Ari Kusuma Nugraha NIM : D24070212

Menyetujui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

(Ir. M. Agus Setiana, M. S.) NIP: 19570824 198503 1 001

(Dr. Ir. Jajat Jachja F. A. Magr.) NIP: 19480902 197412 1 001

Mengetahui: Ketua Departemen

Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

(Dr. Ir. Idat Galih Permana, MSc.Agr.) NIP: 19670506 199103 1 001


(6)

6 RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cirebon, Jawa Barat pada tanggal 11 April 1990 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Abdul Rohim dengan ibu Dedeh.

Pendidikan dasar diselesaikan di Cirebon yaitu SDN 1 Babakan Gebang pada tahun 2001, selanjutnya diterima di SMP N 1 Babakan dan lulus pada tahun 2004. Kemudian penulis menyelesaikan pendidikan di SMA N 1 Babakan pada tahun 2007. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI.


(7)

7 KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi dengan judul ”Identifikasi Rumput Lokal dan Analisis Potensi Pengembangan Wilayah untuk Usaha Peternakan Domba di Pesisir Pantai Utara Kecamatan Gebang”. Skripsi ini disusun berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2011.

Skripsi ini memuat informasi tentang jenis hijauan makanan ternak terutama rumput lokal yang potensial yang ada di Kecamatan Gebang serta analisis potensi wilayah pesisir pantai utara Kecamatan Gebang guna pengembangan usaha peternakan ruminansia khususnya ternak domba.

Melalui skripsi ini penulis mengharapkan masukan-masukan yang bersifat membangun yang dapat menjadi pelajaran yang bermanfaat bagi penyusunan skripsi ini dimasa yang akan datang dengan mengembangkan konsep yang lebih lengkap. Demikian pengantar ini penulis sampaikan, mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, September 2011


(8)

8 DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ………...… ii

SUMMARY ………..………. iii

LEMBAR PERNYATAAN ………...… iv

LEMBAR PENGESAHAN ………... v

RIWAYAT HIDUP ………... vi

KATA PENGANTAR ………... vii

DAFTAR ISI ………... viii DAFTAR TABEL ………... x

DAFTAR GAMBAR ………... xi

DAFTAR LAMPIRAN ……….……….. xii

PENDAHULUAN ………... 1

Latar Belakang ………... 1

Perumusan Masalah ………... 1

Tujuan ………... 2

Manfaat ………...… 2

Hipotesis ………... 2

TINJAUAN PUSTAKA ………... 3

Kecamatan Gebang ………... 3

Lahan Pesisir ………... 3

Ekosistem Pesisir ………... 4

Hijauan Makanan Ternak ………... 5

Rumput Lapang ………... 6

Ternak Domba ………... 6

Pengembangan Usaha Peternakan ………... 7

MATERI DAN METODE ………... 9

Waktu dan Tempat Penelitian ………... 9

Materi ………... 9

Pelaksanaan Penelitian ………... 9

Jenis dan Sumber Data ………... 10

Identifikasi Rumput Lapang ………... 10

Metode Pengolahan dan Analisis Data ………... 11

Analisis Komposisi Botani Rumput Lapang ………... 11

Analisis Kapasitas Daya Tampung Nell & Rollinson………... 11

Analisis SWOT ………... 12

A. Pendekatan Kuantitatif Matrik SWOT ………... 13

B. Pendekatan Kualitatif Analisis SWOT ………... 14


(9)

9

Kondisi Umum Wilayah Penelitian ………... 16

Kondisi Umum Peternakan di Kecamatan Gebang ……… 16

Jenis Domba ……… 18

Sistem Pemeliharaan ……… 18

Penanganan Penyakit ……… 19

Perkandangan ……… 19

Pola Pemberian Hijauan ……… 20

Keanekaragaman Hijauan Rumput ……… 24

Komposisi Botani Hijauan Rumput ……… 26

Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) ……… 27

Analisis SWOT ……… 29

Analisis Faktor Internal ……… 29

Analisis Faktor Eksternal ……… 30

KESIMPULAN DAN SARAN ……… 33

Kesimpulan ……… 33

Saran ………...………. 33

UCAPAN TERIMA KASIH ……… 35

DAFTAR PUSTAKA ……… 36


(10)

10 DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Sumber Hijauan Pakan dan Nilai Konversi Kesetaraan ……… 12

2. Data Ternak Ruminansia di Kecamatan Gebang ……… 17

3. Jenis Hijauan Pakan dan Limbah Pertanian ……… 23

4. Rumput pada Zona-1 ……… 25

5. Rumput pada Zona-2 ……… 25

6. Rumput pada Zona-3 ……… 25

7. Komposisi Botani Hijauan Rumput Zona-1 ……… 26

8. Komposisi Botani Hijauan Rumput Zona-2 ……… 26

9. Komposisi Botani Hijauan Rumput Zona-3 ……… 26

10. Nilai Analisis KPPTR Nell dan Rollinsons di Kecamatan Gebang 27

11. Evaluasi Faktor Internal ……… 29


(11)

11 DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Peta Zona Pengamatan, Kecamatan Gebang ……… 9

2. Matrik Analisis Space ……… 13

3. Kotak Pendekatan Kualitatif Matrik SWOT ……… 14

4. Lahan Penggembalaan Ternak pada Zona-1 ……… 19

5. Kandang Domba di Kecamatan Gebang ……… 20

6. Tanaman Api-api (Avicennia marina) ……… 21

7. Peternak yang Sedang Memotong Rumput Untuk Pakan Ternak .... 22

8. Pola Persebaran Jenis Hijauan ……… 24

9. Grafik Pola Hubungan Jenis Hijauan Lapang (Rumput) ……… 26

10. Ternak Domba di Desa Gebang Mekar dan Playangan ……… 29


(12)

12 DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Peta Kecamatan Gebang ………... 39

2. Peta Persebaran Populasi Ternak Domba di Kecamatan Gebang 40 3. Metode KPPTR Nell dan Rollinson ……… 41

4. Analisis SWOT ……… 43

5. Analisis Komposisi Botani “dry weight rank” ……… 45

6. Identifikasi Hijauan Rumput ……… 51

7. Kuisioner Penyuluh Peternakan ……… 54


(13)

13 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Domba merupakan salah satu jenis ternak yang sangat potensial untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, mengingat daging domba dapat dengan mudah diterima oleh berbagai lapisan masyarakat dan agama khususnya di Indonesia. Kendala yang sering dihadapi dalam pengembangan peternakan domba adalah rendahnya produktifitas karena rendahnya ketersediaan hijauan pakan terutama rumput yang berkualitas.

Hijauan makanan ternak merupakan salah satu bahan makanan ternak yang sangat diperlukan dan besar manfaatnya bagi kehidupan dan kelangsungan populasi ternak. Hijauan makanan ternak (HMT) yang diberikan pada ternak dibagi menjadi dua macam, yaitu rumput-rumputan dan polong-polongan (legum).

Hijauan makanan ternak sebagai salah satu bahan makanan merupakan dasar utama untuk mendukung peternakan terutama bagi peternakan ruminansia baik besar maupun kecil, yang setiap harinya membutuhkan cukup banyak hijauan pakan ternak, karena lebih dari 60% dari seluruh pakan yang dikonsumsi ternak ruminansia adalah hijauan, baik dalam bentuk segar maupun dalam bentuk kering.

Perumusan Masalah

Sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan kesadaran gizi mengakibatkan peningkatan permintaan pangan asal hewani (ternak) dari waktu ke waktu cenderung semakin meningkat. Disisi lain, semakin berkembangnya pembangunan akibat pertambahan penduduk khususnya di Kecamatan Gebang mengakibatkan semakin berkurangnya lahan-lahan subur atau produktif sebagai penyedia hijauan pakan sehingga berdampak pula pada kesulitan peternak dalam hal penyediaan hijauan pakan yang berkualitas baik.

Haryanto (2004) mengatakan bahwa menurunnya daya dukung sumberdaya alam (pakan) untuk usaha ternak karena konversi lahan pertanian, serta perubahan pola budidaya menjadi salah satu penyebab menurunnya populasi ternak. Sementara itu sub-sektor peternakan diharapkan mampu memenuhi permintaan akan protein hewani yang semakin meningkat, ini berarti menuntut sub-sektor peternakan untuk


(14)

14 dapat memacu produksinya (baik kuantitas maupun kualitas). Sementara disisi lain, sub-sektor peternakan dihadapkan pada semakin menyempitnya lahan usaha akibat persaingan yang semakin meningkat baik antar sektor maupun antar sub-sektor dalam penggunaan lahan.

Selain digunakan untuk areal hutan pantai, pelabuhan, dan pariwisata, kawasan pesisir pantai juga dapat kita manfaatkan untuk pembukaan lahan peternakan dimana luasnya lahan yang belum termanfaatkan secara baik di areal pesisir pantai terutama daerah pantai utara Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon diharapkan dapat kita manfaatkan sebagai areal yang potensial untuk usaha peternakan domba.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi wilayah pesisir pantai utara Kecamatan Gebang guna pengembangan usaha peternakan ruminansia khususnya ternak domba, serta mengidentifikasi jenis hijauan makanan ternak terutama rumput lokal yang potensial.

Manfaat

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang potensi wilayah pesisir pantai utara Kabupaten Cirebon, khususnya di Kecamatan Gebang dalam hal pengembangan usaha ternak domba.

2. Menghasilkan data hijauan makanan ternak serta rumput lokal potensial yang dapat tumbuh di daerah pesisir pantai utara Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon.

Hipotesis

Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon memiliki potensi yang cukup baik untuk pengembangan usaha peternakan domba dimasa datang, hal ini didasari pada potensi yang dimiliki oleh Kecamatan Gebang yang selain sebagai daerah perikanan juga sebagai daerah pertanian.


(15)

15 TINJAUAN PUSTAKA

Kecamatan Gebang

Kecamatan Gebang merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Cirebon, secara topografi Kecamatan Gebang adalah daerah dataran rendah dengan rata-rata ketinggian 6 meter dari permukaan laut. Luas Kecamatan Gebang adalah seluas 31,68 km2

Berdasarkan letak geografisnya, wilayah Kecamatan Gebang dibatasi oleh: Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Kecamatan Pangenan, Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Laut Jawa, Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Kecamatan Pabedilan, dan Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Kecamatan Babakan.

yang terdiri dari 13 wilayah desa yaitu Desa Dompyong Kulon, Dompyong Wetan, Kalimekar, Kalimaro, Gagasari, Kalipasung, Gebang Kulon, Gebang, Gebang Udik, Gebang Ilir, Gebang Mekar, Pelayangan, dan Melakasari.

Lahan Pesisir

Kawasan Pesisir

berbagai keunikan dan fungsi yang dimanfaatkan bagi pengembangan kegiatan manusia. Secara ekologis wilayah pesisir merupakan suatu wilayah peralihan antara ekosistem daratan dan lautan dengan batas ke arah daratan mencakup daerah-daerah yang tidak tergenang maupun tergenang air. Daerah ke arah darat, mencakup wilayah yang masih dipengaruhi oleh prosesproses yang terjadi di laut seperti pasang-surut, percikan gelombang, angin laut dan intrusi garam, sedangkan batas ke arah laut meliputi wilayah yang dipengaruhi oleh proses-proses alamiah dan kegiatan manusia di daratan seperti aliran air tawar (river run off and surface run off), sedimentasi, pencemaran dan lainnya (Clark, 1996 dan Dahuri et al., 1996). Secara geografis mempunyai fungsi yang sangat strategis yaitu sebagai salah satu pusat kegiatan perikanan rakyat di pantai utara Pulau Jawa yang cukup ramai dan berada di perbatasan antara Propinsi Jawa Barat dengan Propinsi Jawa Tengah. Selain itu tentu saja memiliki potensi yang sangat baik dalam konteks pariwisata.

Selain digunakan untuk areal hutan pantai, pelabuhan, dan pariwisata, kawasan pesisir pantai juga dapat kita manfaatkan untuk pembukaan lahan


(16)

16 peternakan dimana luasnya areal pantai terutama daerah pantai utara pulau Jawa diharapkan dapat kita manfaatkan sebagai areal penghasil hijauan makanan ternak.

Daerah pantai atau pesisir pada umumnya memiliki salinitas yang tinggi pada tanahnya sehingga dapat mengakibatkan rumput dan tanaman sulit tumbuh dan berkembang bahkan mati karena salinitas yang tinggi pada tanah dapat meracuni tanaman dan merupakan stress lingkungan. Hal ini merupakan suatu tantangan yang harus dihadapi dalam usaha pengembangan lahan pesisir sehingga dapat kita manfaatkan sebagai lahan penghasil hijauan pakan yang berkualitas guna keberlanjutan pengembangan usaha peternakan khususnya di daerah pesisir.

Secara umum salinitas berhubungan dengan alkalinitas di area dimana evaporasi lebih besar daripada presipitasi, sehingga mengakibatkan akumulasi garam yang tidak tercuci dalam tanah dengan jumlah atau tipe yang dapat merugikan pertumbuhan tanaman. Kealkalinan terjadi bila dijumpai kejenuhan basa yang tinggi sehingga pH menjadi tinggi yang dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman akan terganggu.

Akibat yang dapat muncul pada rumput yang ditanam pada tanah salin mengakibatkan warna tajuk menguning, kerapatan dan jumlah individu menurun, peningkatan presentase kamatian, penurunan tinggi vertikal, bobot kering tajuk, dan bobot akar atau dengan kata lain dapat menghambat pertumbuhan rumput. Daerah pantai memiliki nilai salinitas tanah yang tinggi disebabkan karena ketersediaan air yang relatif rendah karena terikat oleh senyawa-senyawa garam dan ion Na+ serta Cl

-Salinisasi dapat juga terjadi secara setempat dan membentuk tanah salin tipe intrazonal seperti misalnya tanah yang direklamasi dari dasar laut dan tanah-tanah di daerah pantai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut.

yang bersifat racun pada tanaman (Alvianto, 2006).

Ekosistem Pesisir

Ekosistem laut merupakan suatu kompleks yang merupakan hasil perpaduan interaksi fisik, biogeokimia, dan hayati. Seperti ekosistem hutan, kawasan pesisir dan laut juga mempunyai manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan. Berbagai tumbuhan dalam hutan mangrove, misalnya dimanfaatkan sebagai bahan obat, makanan, bahan bangunan, dan industri. Manfaat sosial ekosistem pesisir dan laut diwujudkan dalam


(17)

17 penyediaan sumber penghidupan dan pekerjaan bagi penduduk di wilayah pesisir. Kawasan pesisir dan laut mempunya jasa lingkungan, diantaranya sebagai penyerap karbon (fungsi rumput laut) dan pelindung pantai dari erosi (fungsi hutan mangrove) (BAPPENAS, 2003).

Menurut Bengen dalam BAPPENAS (2003), ekosistem pantai terletak antara garis air surut terendah dengan air pasang tertinggi. Ekosistem ini berkisar dari daerah yang substratnya berbatu dan berkerikil (yang mendukung flora dan fauna dalam jumlah terbatas) hingga daerah berpasir aktif (dimana populasi bakteri, protozoa, metazoa ditemukan) serta daerah bersubstrat liat, dan lumpur (dimana ditemukan sejumlah besar binatang yang jarang muncul ke permukaan (infauna)). Ekosistem pantai terdiri atas pantai berbatu dan pantai berpasir.

Pantai berbatu merupakan suatu lingkungan pesisir dan laut yang subur. Kombinasi substrat keras untuk penempelan, frekuensi gelombang yang tinggi dan perairan yang jernih menyediakan habitat yang menguntungkan bagi biota laut. Pantai berpasir tidak menyediakan substrat yang tetap bagi organisme untuk melekat dan hidup, karena hempasan gelombang yang terus-menerus menggerakkan partikel substratnya.

Hijauan Makanan Ternak

Hijauan makanan ternak (hmt) merupakan salah satu bahan makanan ternak yang sangat diperlukan dan besar manfaatnya bagi kehidupan dan kelangsungan populasi ternak. Oleh karenanya, hijauan makanan ternak sebagai salah satu bahan makanan merupakan dasar utama untuk mendukung peternakan terutama bagi peternak yang setiap harinya membutuhkan cukup banyak hijauan pakan ternak.

Hijauan merupakan makanan utama bagi ternak ruminansia, baik dari segi banyaknya maupun mutunya, sebagai sumber zat-zat makanan yang dibutuhkan untuk seluruh proses hidupnya, terutama yang bisa dimanfaatkan langsung oleh ternak, misalnya untuk laju pertumbuhan yang cepat dan tercapainya bobot hidup tertentu dalam waktu singkat (Susetyo, 1980).

Menurut Aminudin (1997), pakan merupakan faktor dominan yang perlu diperhatikan dalam upaya meningkatkan produksi ternak. Kebutuhan untuk pakan


(18)

18 kurang lebih 80% dari kebutuhan setiap harinya bagi ternak ruminansia besar dan kecil. Sehingga dalam penyediaannya harus selalu kontinyu sepanjang tahun.

Mutu hijauan makanan ternak, pada setiap tempat, akan berbeda menurut daerah atau jenis tanahnya. Hal ini masing-masing dipengaruhi oleh subur tidaknya tanah, kaya tidaknya unsur hara yang terdapat didalamnya. Semakin tanah kaya akan unsur hara, semakin tanaman hijauan akan menjadi subur, bermutu, dan berproduksi tinggi. Produksi hijauan sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: (1) kemampuan bertahan untuk hidup dan berkembang biak secara vegetatif, (2) agresivitas, (3) kemampuan untuk tumbuh kembali setelah terjadi penginjakan ataupun setelah ada penggembalaan ternak, (4) penyebaran produksi musiman, (5) tahan kering dan dingin, (6) kesuburan tanah, dan (7) iklim (Mcllroy, 1997).

Rumput Lapang

Rumput lapang merupakan salah satu makanan pokok untuk ternak domba (Wiradarya, 1991). Rumput lapang adalah campuran dari beberapa jenis rumput lokal yang umumnya tumbuh secara alami dengan daya produksi dan kualitas nutrisi yang rendah, namun rumput lapang merupakan hijauan yang mudah didapat, murah, dan pengelolaannya mudah (Wiradarya, 1989). Rumput lapang banyak tumbuh disekitar sawah atau ladang, pegunungan, tepi jalan, dan semak-semak. Rumput ini tumbuh liar sehingga memiliki mutu yang kurang baik untuk pakan ternak (Aboenawan, 1991).

Ternak Domba

Domba merupakan salah satu jenis ternak yang sangat potensial untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, mengingat daging domba dapat dengan mudah diterima oleh berbagai lapisan masyarakat dan agama khususnya di Indonesia. Menurut Blakely dan Bade (1991), domba dapat diklasifikasikan sebagai kingdom Animalia, filum Chordata, kelas Mamalia, ordo Artiodactyla, family Bovidae, genus Ovis, dan spesies Ovis aries.

Domba asli Indonesia disebut dengan bangsa domba lokal. Ternak domba lokal memiliki beberapa keunggulan dan nilai ekonomis yang beragam diantaranya: 1) daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan (termasuk terhadap pakan yang sangat jelek), 2) menyukai hidup berkoloni sehingga memudahkan pengawasan,


(19)

19 3) memiliki kemampuan reproduksi yang relatif tinggi, 4) produk sampingan berupa kulit, bulu, tulang, dan kotoran ternak yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri (Abidin dan Sodiq, 2002).

Pengembangan Usaha Peternakan

Peternakan di Indonesia pada umumnya adalah peternakan rakyat yang mempunyai skala kepemilikan yang relatif sedikit, yang merupakan usaha sampingan dari sektor pertanian (Masngut, 2003).

Secara singkat dapat dikatakan bahwa ternak adalah hewan piara yang sebagian besar dari kehidupannya diatur dan diawasi oleh manusia dan dipelihara khusus untuk diambil manfaatnya baik berupa bahan-bahan dan jasa yang dihasilkan olehnya untuk kepentingan manusia.

Pada dasarnya manfaat yang dapat diambil manusia dari ternak bersumber dari adanya kesanggupan ternak untuk mengubah bahan-bahan kasar, seperti rerumputan dan hijauan lainnya, berbagai jerami, sisa-sisa hasil tanaman bahan makanan manusia yang tak berguna lagi bagi manusia misalnya, dedak, bungkil, dan sebagainya, menjadi bahan-bahan yang bernilai tinggi yang sangat dibutuhkan oleh manusia seperti daging, telur, susu, wol, kulit, serta tenaga dan pupuk yang juga dibutuhkan manusia untuk keperluan pertanian.

Dengan bertambah majunya ilmu pengetahuan dan bertambah majunya tingkat hidup masyarakat, makin besarlah kebutuhan bahan-bahan makanan yang bberasal dari ternak, sehingga semakin pentinglah arti peternakan, lebih-lebih di negara yang sedang berkembang seperti di negara Indonesia ini (Samad dan Soeraji, 1990).

Angka statistik maupun hasil penelitian menunjukkan bahwa produk-produk industri peternakan dan bisnis di sektor peternakan telah menyumbangkan angka pertumbuhan ekonomi pertanian yang sangat mencolok. Melihat peluang yang besar tersebut sektor peternakan perlu mendapatkan perhatian khusus, dalam hal ini pemerintah sebagai lembaga institusi yang mempunyai peran penting dalam rangka menentukan kebijakan-kebijakan di sektor pertanian dan sektor peternakan pada khususnya dengan memberikan kesempatan yang luas kepada usaha kecil, menengah, dan koprasi di bidang peternakan. Khususnya petani peternak dimana


(20)

20 mayoritas mereka mengandalkan tumpuan ekonominya pada sektor pertanian dan peternakan.

Kelembagaan peternakan mempunyai peran yang besar dalam rangka pembangunan peternakan. Lembaga ini berperan sebagai wadah yang mampu memberikan naungan kepada peternak terhadap gejolak yang timbul. Misalnya dengan adanya lembaga ini peternak mempunyai kekuatan pasar dimana posisi tawar akan tinggi sehingga peternak tidak mudah dikuasai atau dirugikan oleh pihak lain yang ingin mempermainkan harga. Selain itu peternak akan mempunyai jaringan pasar yang lebih luas.

Pemanfaatan teknologi dalam dunia peternakan belum banyak dirasakan oleh sebagian petani ternak, karena teknologi yang ada sekarang memerlukan biaya yang tinggi dan kurang cocok bila diterapkan pada petani ternak karena keterbatasan sarana dan prasarana serta sumber daya manusia yang kurang mendukung. Padahal teknologi dalam dunia peternakan sangat diperlukan dalam rangka peningkatan produksi dan peningkatan kualitas produk yang dihasilkan. Untuk itu peran serta semua pihak sangat diperlukan untuk mendukung terciptanya dan pemanfaatan teknologi tepat guna pada tingkat peternak (Masngut, 2003).


(21)

21 MATERI DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2011, bertempat di pesisir pantai utara Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat. Zona pengamatan dibagi menjadi 3 zona berdasarkan jarak dari pantai.

Gambar 1. Peta Zona Pengamatan, Kecamatan Gebang. Materi

Materi penelitian adalah hijauan makanan ternak serta rumput lokal yang tumbuh di Kecamatan Gebang dan alat-alat yang digunakan berupa kuadran berukuran 0.5m x 0.5m, pisau, kantong plastik, alat tulis, alkohol 70%, kertas buram, dan label.

Pelaksanaan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survey dengan melakukan wawancara dengan beberapa peternak domba terkait kondisi peternakan, serta meninjau langsung keberagaman hijauan makanan ternak terutama rumput lapang di Kecamatan Gebang yang dibagi menjadi tiga zona pengamatan berdasarkan jarak dari pantai yaitu: zona-1 (0-1 km dari pantai); zona-2 (1-2 km dari

Zona-1

Zona-3


(22)

Zona-22 pantai); dan zona-3 (2-3 km dari pantai). Lokasi pengambilan sampel pada tiap zona didasari pada banyaknya peternak yang mengambil dan memanfaatkan rumput lapang pada daerah pengambilan sampel tersebut.

Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer didapat dari semua responden melalui wawancara dengan beberapa peternak mengenai kondisi peternakan, teknik observasi yaitu pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung ke lapangan untuk mengetahui fenomena atau gejala yang ada pada objek-objek penelitian dan pengukuran langsung di lapangan.

Data sekunder diperoleh dari bahan tertulis atau pustaka yang dapat dipercaya dan berhubungan dengan penelitian berupa data-data pendukung yang diperoleh dari instansi terkait seperti Kantor Kecamatan Gebang dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Cirebon.

Identifikasi Rumput Lapang

Rumput lapang diidentifikasi dengan bantuan herbarium. Herbarium adalah tumbuhan yang telah dikeringkan dengan suatu proses tertentu. Selain itu herbarium dapat diartikan sebagai koleksi kering specimen tumbuhan yang digunakan dalam penelitian maupun sebagai museum tumbuhan. Pembuatan herbarium hijauan pakan khususnya rumput yang ada di Kecamatan Gebang bertujuan untuk memberikan contoh specimen tumbuhan dalam bentuk awetan kering dan untuk memudahkan proses identifikasi.

Metode yang digunakan dalam pembuatan herbarium rumput mengacu pada metode Stone (1983) yaitu eksplorasi koleksi tumbuhan dengan bunga dan buah (fertil) diproses untuk spesimen herbarium, baik koleksi kering, basah, maupun karpologi. Setiap rumput lokal yang ditemukan tumbuh di Kecamatan Gebang dibuat koleksi herbariumnya dengan cara mengambil 1 helai sampel tanaman rumput lengkap dengan akar dan bunga serta daunnya, lalu semprotkan alkohol 70 % pada seluruh bagian tanaman, direkatkan pada kertas, kemudian dipadatkan (press) hingga kering.


(23)

23 Rumput lapang yang telah dijadikan herbarium kemudian diidentifikasi dengan menggunakan metode studi literatur yaitu dengan melihat dan menyamakan antara herbarium dengan foto-foto atau gambar yang terdapat dalam buku-buku yang membahas khusus tentang rumput.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil survey lapangan dan profil kecamatan diolah secara deskriptif meliputi gambaran keadaan umum lokasi penelitian, serta karakteristik peternakan domba di lokasi penelitian. Metode pengolahan data yang digunakan adalah perhitungan komposisi botani metode “dry weight rank”, analisis Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) metode Nell dan Rollingson, serta analisis SWOT.

Analisis Komposisi Botani Rumput Lapang

Analisis komposisi botani yang dilakukan adalah analisisi metode “Dry Weight Rank” menurut Mannetje dan Haydock (1963). Metode ini digunakan untuk menaksir komposisi botani padang rumput atas dasar bahan kering tanpa melakukan pemotogan dan pemisahan spesies hijauan.

Dalam analisis ini digunakan Bingkai kuadran terbuat dari kawat berukuran 0,5m x 0,5m. Kuadran ditempatkan secara acak dilakukan sebanyak 25 kali. kemudian catat semua spesies yang ada dan lakukan estimasi perhitungan persentase (dalam angka) spesies yang menduduki peringkat pertama, kedua, dan ketiga dalam hal bahan kering. Pemilihan lokasi sampling dilakukan berdasarkan banyaknya peternak yang mengambil rumput dan memanfaatkannya untuk makanan ternak mereka di lokasi tersebut.

Analisis Kapasitas Daya Tampung Nell dan Rollinson

Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) merujuk pada metode Nell dan Rollinson (1974) yang merupakan metoda komparatif yang memebatasi diri hanya pada sumber-sumber hijauan pakan yang tercatat luas atau ukurannya dalam laporan statistik.


(24)

24 Potensi penyediaan hijauan dari sumber-sumber tersebut dikonversikan terhadap potensi padang rumput alami seperti ditampilkan pada Tabel.1, kemudian dilakukan perhitungan potensi penyediaan hijauan sebagai berikut.

Tabel.1 Sumber Hijauan Makanan Ternak dan Nilai Konversi Kesetaraan Sumber Hijauan Nilai konversi kesetaraan

(Sumber pembaku)

Keterangan Padang rumput

permanen/ Prp (sumber pembaku)

- Produksi: 15 ton BK/Ha/thn

Sawah bera (Sb) 10% luas Sb setara Prp

Galengan sawah (Gs) 100% luas Gs setara Prp Luas galengan: 3% luas sawah

Tegalan (Tg) 1% luas Tg setara Prp Pinggir jalan (Pj) Setiap 1 km panjang jalan

setara 0,5 Ha Prp 1. Analisis Daya Dukung (ST)

Rumus : Potensi hijauan pakan Konsumsi ternak/hari

x 365 hari

Keterangan:

1. Potensi hijauan pakan dalam bentuk BK dengan satuan kg/tahun 2. Konsumsi atau kebutuhan ternak dengan satuan kg BK/ ST/hari 3. 365 hari=1 tahun

2. Analisis KPPTR Efektif (ST) = Daya Dukung – POPRIIL

Keterangan: POPRIIL adalah populasi riil ternak ruminansia (ST) pada tahun tertentu.

Analisis SWOT

Analisis SWOT merupakan identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi pengambilan keputusan. Analisis ini meliputi analisis faktor internal dan analisis faktor eksternal yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi. Analisis faktor internal meliputi penilaian terhadap faktor kekuatan dan kelemahan. Sementara analisis faktor eksternal mencakup faktor peluang dan tantangan.


(25)

25 A. Pendekatan Kuantitatif Matriks SWOT

Data SWOT dapat dikembangkan secara kuantitaif melalui perhitungan Analisis SWOT agar diketahui secara pasti posisi organisasi yang sesungguhnya. Perhitungan yang dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:

1. Melakukan perhitungan skor (a) dan bobot (b) point faktor setta jumlah total perkalian skor dan bobot (c = a x b) pada setiap faktor S-W-O-T;

Menghitung skor (a) masing-masing point faktor dilakukan secara saling bebas (penilaian terhadap sebuah point faktor tidak boleh dipengaruhi atau mempengeruhi penilaian terhadap point faktor lainnya. Pilihan rentang besaran skor sangat menentukan akurasi penilaian namun yang lazim digunakan adalah dari 1 sampai 10, dengan asumsi nilai 1 berarti skor yang paling rendah dan 10 berarti skor yang paling tinggi.

Perhitungan bobot (b) masing-masing point faktor dilaksanakan secara saling ketergantungan. Artinya, penilaian terhadap satu point faktor adalah dengan membandingkan tingkat kepentingannya dengan point faktor lainnya. Sehingga formulasi perhitungannya adalah nilai yang telah didapat (rentang nilainya sama dengan banyaknya point faktor) dibagi dengan banyaknya jumlah point faktor).

2. Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d) dan faktor O dengan T (e); Perolehan angka (d = x) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu X, sementara perolehan angka (e = y) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu Y;

3. Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada kuadran matrik analisis space SWOT (pada Gambar 2).

Gambar 2. Matrik Analisis Space

I

II IV


(26)

26 Keterangan:

Kuadran I : Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang. Strategi yang diterapkan adalah strategi agresif yang berarti untuk terus melakukan ekspansi dapat dilakukan dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk mencapai peluang-peluang yang ada.

Kuadran II : Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi tantangan yang besar. Strategi yang dapat diterapkan adalah strategi diversifikasi yang berarti organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karenya, organisasi disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi taktisnya.

Kuadran III : Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat berpeluang. Strategi yang disarankan adalah strategi konserfatif yang artinya organisasi harus meminimalkan masalah internal (kelemahan) yang dimiliki untuk dapat meraih peluang yang ada.

Kuadran IV : Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi tantangan besar. Strategi yang disarankan adalah strategi devensif yang berarti untuk terus bertahan, organisasi harus meminimalkan masalah internal yang ada serta berusaha untuk menghindari ancaman-ancaman dari luar.

B. Pendekatan Kualitatif Analisis SWOT

Pendekatan kualitatif matriks SWOT ditampilkan delapan kotak seperti yang ditampilkan pada Gambar 3, yaitu dua kotak paling atas adalah kotak faktor eksternal (Peluang dan Tantangan) sedangkan dua kotak sebelah kiri adalah faktor internal (Kekuatan dan Kelamahan). Empat kotak lainnya merupakan kotak isu-isu strategis yang timbul sebagai hasil titik pertemua antara faktor-faktor internal dan eksternal.


(27)

27 \ Gambar 3. Kotak Pendekatan Kualitatif Matrik SWOT

Keterangan:

Sel A: Comparative Advantages

Sel ini merupakan pertemuan dua elemen kekuatan dan peluang sehingga memberikan kemungkinan bagi suatu organisasi untuk bisa berkembang lebih cepat. Sel B: Mobilization

Sel ini merupakan interaksi antara ancaman dan kekuatan. Di sini harus dilakukan upaya mobilisasi sumber daya yang merupakan kekuatan organisasi untuk memperlunak ancaman dari luar tersebut, bahkan kemudian merubah ancaman itu menjadi sebuah peluang.

Sel C: Divestment/Investment

Sel ini merupakan interaksi antara kelemahan organisasi dan peluang dari luar. Situasi seperti ini memberikan suatu pilihan pada situasi yang kabur. Peluang yang tersedia sangat meyakinkan namun tidak dapat dimanfaatkan karena kekuatan yang ada tidak cukup untuk menggarapnya. Pilihan keputusan yang diambil adalah (melepas peluang yang ada untuk dimanfaatkan organisasi lain) atau memaksakan menggarap peluang itu (investasi)

Sel D: Damage Control

Sel ini merupaka kondisi yang paling lemahdari semua sel karena merupakan pertemuan antara kelemahan organisasi dengan ancaman dari luar, dan karenanya keputusan yang salah akan membawa bencana yang besar bagi organisasi. Strategi yang harus diambil adalah Damage Control (mengendalikan kerugian) sehingga tidak menjadi lebih parah dari yang diperkirakan.


(28)

28 HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Wilayah Penelitian

Kecamatan Gebang merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Cirebon, secara topografi Kecamatan Gebang adalah daerah dataran rendah, dengan rata-rata ketinggian 6 meter dari permukaan laut. Suhu rata-rata Kecamatan Gebang adalah 30oC dengan suhu terendah mencapai 28o

Luas wilayah Kecamatan Gebang adalah seluas 31.68 km

C dan suhu tertinggi mencapai 32ºC. Kelembaban udara rata-rata pertahun sebesar 83.07% tertinggi pada bulan April dan Mei sebesar 86.1% dan terendah terjadi pada bulan Oktober sebesar 80.6%.

2

Berdasarkan data dari UPTD Pertanian Gebang, luas tanah sawah di Kecamatan Gebang adalah 2147.55 hektar, yang terdiri dari 1526.05 hektar adalah tanah sawah dengan pengairan irigasi dan sisanya 622.94 hektar adalah sawah tadah hujan (Badan Pusat Statistik Kabupaten Cirebon, 2009).

dengan jumlah penduduk sebanyak 63,341 jiwa dan terdiri dari tiga belas (13) wilayah desa yaitu Desa Dompyong kulon, Dompyong Wetan, Kalimekar, Kalimaro, Gagasari, kalipasung, Gebang Kulon, Gebang, Gebang Udik, Gebang Ilir, Gebang Mekar, Pelayangan, Melakasari (Badan Pusat Statistik Kabupaten Cirebon, 2009).

Kondisi Umum Peternakan di Kecamatan Gebang

Peternakan domba di Kecamatan Gebang dapat dikatakan sebagai peternakan tradisional, hal ini dikarenakan sistem manajemen pemeliharaan ternak yang mereka gunakan merupakan sistem lama yang turun-temurun diwariskan dari leluhur mereka. Disamping itu, tradisionalnya pengobatan penyakit pada ternak semakin memperkuat opini bahwa peternakan domba di Kecamatan Gebang merupakan peternakan tradisional.

Menurut penyuluh peternakan setempat, secara umum peternakan di Kecamatan Gebang didominasi oleh ternak itik dan ruminansia kecil yaitu domba. Ternak itik untuk sebagian peternak merupakan mata pencaharian utama sedangkan kepemilikan ternak domba sendiri merupakan usaha sampingan dari para petani sawah. Ternak domba yang dimiliki para petani-peternak tersebut dijadikan sebagai simpanan atau bank hidup. Berdasarkan data UPT PUSKESWAN (2011) mengenai populasi ternak di Kecamatan Gebang dapat dilihat pada Tabel 2, ternak domba


(29)

(30)

30 adalah ternak ruminansia yang mendominasi populasi ternak ruminansia di Kecamatan Gebang. Hal ini dikarenakan kultur budaya masyarakat Jawa Barat yang lebih senang memelihara domba dibandingkan kambing atau ternak ruminansia lainnya.

Jenis Domba

Jenis domba yang dipelihara oleh masyarakat di Kecamatan Gebang adalah domba ekor gemuk dan domba ekor tipis. Menurut Djajanegara dan Rangkuti dalam Herman (2005), domba ekor pendek-kurus memiliki ciri-ciri jantan bertanduk dan betina tidak bertanduk, sedangkan domba ekor gemuk memiliki ciri-ciri tidak bertanduk baik pada jantan maupun betina.

Sistem Pemeliharaan

Sistem pemeliharaan ternak domba di Kecamatan Gebang terdiri dari dua sistem pemeliharaan yaitu sistem pemeliharaan intensif dan semi-intensif. Sistem pemeliharaan semi-intensif banyak ditemukan pada zona-1 (0-1 km dari garis pantai). Pada sistem ini, peternak menggembalakan ternaknya pada siang hari mulai dari pukul 08.00 pagi dan akan mengandangkan ternaknya pada pukul 16.00 sore. Mereka memilih untuk melepaskan atau mengumbar ternaknya di pantai karena memang di pantai Kecamatan Gebang banyak terdapat hijauan rumput yang bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak dombanya.

Menurut Djajanegara et al. (1993), pada daerah beriklim tropis biasanya ternak domba dan kambing banyak dipelihara oleh peternak rakyat (petani-peternak) dengan manajemen pemeliharaan sistem semi-intensif. Para peternak menggembalakan atau mengumbar ternaknya pada siang hari dan mengandangkan ternaknya pada malam hari. Pengandangan ternak pada malam hari dilakukan dengan alasan keamanan dan agar ternaknya tidak hilang atau dicuri.

Sistem intensif banyak ditemukan pada zona pengamatan 2 dan 3 (zona-2: 2-3 Km dari garis pantai; zona-2-3: 2-3-4 Km dari garis pantai) dimana pada zona tersebut merupakan zona pertanian. Pada sistem pemeliharaan intensif, ternak dikandangkan sepanjang hari dengan alasan para petani-peternak sibuk di ladang sepanjang hari dan jika ternak diumbar dikhawatirkan akan merusak tanaman pertanian sekitar.


(31)

31

Gambar 4. Lahan Penggembalaan Ternak pada Zona-1

Sistem intensif banyak ditemukan pada zona pengamatan 2 dan 3 (zona-2: 2-3 Km dari garis pantai; zona-2-3: 2-3-4 Km dari garis pantai) dimana pada zona tersebut merupakan zona pertanian. Pada sistem pemeliharaan intensif, ternak dikandangkan sepanjang hari dengan alasan para petani-peternak sibuk di ladang sepanjang hari dan jika ternak diumbar dikhawatirkan akan merusak tanaman pertanian sekitar.

Penanganan Penyakit

Telah dibahas pada sub judul sebelumnya diatas bahwa Peternakan domba di Kecamatan Gebang merupakan peternakan tradisional, sehingga dalam penanganan atau pengobatan penyakit yang menyerang pada ternak dombapun dilakukan secara tradisional hal ini dikarenakan mahalnya harga obat sehingga sulit terjangkau oleh peternak.

Beberapa penyakit yang biasa muncul dan pengobatan tradisional yang dilakukan diantaranya adalah penyakit kudis (scabies) yang dapat diobati dengan menggunakan oli bekas, dan penyakit cacingan yang dapat diobati dengan memanfaatkan buah pinang sebagai obat cacing alami.

Perkandangan

Bentuk kandang untuk pemeliharaan ternak domba di Kecamatan Gebang adalah kandang panggung persegi panjang yang terbuat dari kayu, bambu, dan beton yang berkolong dengan jarak 1-1,5 meter agar memudahkan dalam pengumpulan kotoran dan pembersihan kandang. Atap terbuat dari genteng dan lantai kandang dibuat dari bilah-bilah bambu.


(32)

32

Gambar 5. Kandang Domba di Kecamatan Gebang

Menurut Djajanegara et al. (1993), selain untuk alasan keamanan, kandang juga digunakan untuk memudahkan manajemen pemeliharaan ternak seperti menghindari pengrusakan tanaman pertanian oleh ternak yang diumbar, memudahkan dalam pemberian pakan dan pengumpulan kotoran. Selain itu, di daerah beriklim tropis seperti Indonesia, kandang diperlukan untuk melindungi ternak dari hujan, panas atau terik matahari yang cukup tinggi, serta kelembaban (Dramaja, 1993).

Peternak di Kecamatan Gebang mengandangkan ternak domba yang mereka miliki dalam satu kandang (tidak dipisahkan berdasarkan status fisiologis) dan kualitas serta kuantitas pakan yang diberikan pun secara merata (tidak dibedakan). Hal tersebut jelas tidak akan menguntungkan karena status fisiologis ternak yang berbeda memiliki kebutuhan akan pakan yang berbeda pula baik dalam hal kualitas dan kuantitasnya, disamping itu tidak menutup kemungkinan pula adanya gangguan dari ternak jantan terhadap ternak lainnya baik berupa gangguan terhadap ternak betina yang sedang bunting maupun penyerangan dan perebutan makanan dari ternak yang lebih lemah.

Pola Pemberian Hijauan

Pada zona yang berbatasan langsung dengan pantai (zona-1) ternak lebih banyak dipelihara dengan sistem semi-intensif. Ternak digembalakan atau diumbar pada siang hari dan dikandangkan pada sore hari. Ternak dibebaskan untuk memilih hijauan rumput sendiri yang banyak terdapat di pesisir pantai.

Bapak Tono, salah satu pemilik peternak domba pada zona-1 memiliki kebiasaan yang unik dalam pemberian makanan hijauan untuk ternaknya. Pada siang


(33)

33 hari dari pukul 08.00 WIB sampai dengan sore hari pukul 16.00 WIB ia mengumbar tenaknya di pesisir pantai, sedangkan pada malam harinya ia memberikan ternak mereka tambahan makanan hijauan berupa daun api-api (Avicennia marina) yang banyak tumbuh di areal pantai kecamatan Gebang. Berdasarkan penuturan beliau, pemberian daun api-api tidak memberikan pengaruh yang negatif pada ternak dombanya.

Pada zona atau jarak yang tidak berbatasan langsung dengan pantai (zona-2 dan zona-3), pola pemeliharaan ternak yang banyak dipakai adalah pemeliharaan sistem intensif. Pola penyediaan hijauan pada zona ini adalah menggunakan pola cut and carry. Ternak diberi pakan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari.

Pakan yang diberikan pada ternak domba pada zona-2 dan zona-3 dengan sistem pemeliharaan intensif adalah berupa 100% rumput lapang yang banyak tumbuh disekitar pinggir jalan, pinggir sungai, sawah, dan perkebunan rakyat. Hijauan lapang dipotong dengan menggunakan arit atau sabit. Para peternak memasukan hasil pemotongan hijauan lapang kedalam karung-karung dan membawa hasil potongan rumput tersebut dengan menggunakan sepeda ontel dan becak.

Gambar 6. Tanaman Api-api (Avicennia marina)

Berdasarkan wawancara dengan beberapa peternak domba di Kecamatan Gebang (Tabel 3), terdapat tiga jenis hijauan rumput yang paling disukai yaitu tapak jalak (Dactyloctenium aegyptium), tuton (Echinocloa colonum), dan suket peronan (Eriochloa polystachya). Diketahui pula bahwa terdapat beberapa hijauan rumput dengan taraf disukai ternak domba diantaranya Brachiaria eruciformis (suket

reketek), Brachiaria subquadripara, Chloris barbata, dan Paspalum conjugatum


(34)

34

Gambar 7. Peternak yang Sedang Memotong Rumput untuk Pakan Ternak

Secara umum, hijauan makanan berupa legum disukai oleh ternak domba (dapat dilihat pada Tabel 3). Namun, pemberian hijauan berupa legume seperti lamtoro (Leucaena leucocephala), gamal (Glricidia sepium), dan turi (Sesbania grandiflora) jarang mereka lakukan karena ketersediaannya yang sangat sedikit atau terbatas di Kecamatan Gebang.

Terkadang ternak diberi hijauan tambahan berupa hijauan sisa pertanian pada saat pasca panen karena ketersediaannya yang melimpah pada saat tersebut namun para peternak mengaku enggan untuk memberikan ternak mereka hijauan sisa pertanian karena sering menimbulkan masalah kesehatan pencernaan pada ternakseperti pemberian daun bawang yang sering mengakibatkan mencret pada ternak domba mereka.

Peternak domba di Kecamatan Gebang sangat jarang sekali memberikan ternak domba mereka pakan tambahan berupa konsentrat maupun ampas tahu karena menurut para peternak, pemberian konsentrat dan ampas tahu untuk pakan ternak domba mereka dirasa hanya akan menambah biaya pemeliharaan saja karena memang ternak domba yang mereka miliki bukanlah merupakan usaha utama melainkan hanya usaha sampingan dari usaha pertanian dan sebagai simpanan atau bank hidup saja.

Peternak akan langsung menjual ternak domba yang mereka miliki disaat terdesak oleh kebutuhan ekonomi maupun pada saat mendekati hari besar keagamaan seperti pada saat tahun ajaran baru, mereka akan menjual ternak mereka untuk kebutuhan biaya sekolah anak mereka maupun pada saat Idul Fitri dan Idul Adha dimana permintaan akan ternak dari masyarakat meningkat.


(35)

35 Tabel 3. Jenis Hijauan Pakan dan Limbah Pertanian Serta Taraf Kesukaannya oleh

Ternak

Nama Lokal Nama latin Famili Kesukaan

- Cyperus babakan Steud. Cyperaceae -

Waling Cyperus elatus L. Cyperaceae -

Teki Cyperus rotundus L. Cyperaceae +

Teki Cyperus scariosas R. Br. Cyperaceae +

Teki Cyperus trinervis R. Br. Cyperaceae +

Nyiur-nyiuran Cyperus iria (L.) Rikl. Cyperaceae -

- Ficinea Sp. Cyperaceae -

- Fimbristylis acuminata Vahl Cyperaceae -

- Fimbristylis hookeriana Bacek Cyperaceae -

- Fimbristylis schoenoides (Retz.) Cyperaceae -

- Fimbristylis tomentosa Vahl Cyperaceae -

- Fimbristylis vahlii (Lamarck) Link. Cyperaceae -

- Mapania Sp. Cyperaceae -

- Agropyron repens (L.) Beauv. Gramineae -

Suket reketek Brachiaria eruciformis (J. E. Smith) Griseb. Gramineae ++ - Brachiaria subquadripara (Tan) Hitche. Gramineae ++

- Chloris barbata Swartz. Gramineae ++

- Crysopogon aciculatus (Retz.) Trin Gramineae + Grintingan Cynodon dactylon (L.) Pers. Gramineae + Tapak jalak Dactyloctenium aegyptium (L.) Gramineae +++

- Digitaria ciliaris (Retz.) Koel. Gramineae +

Jampang piit Digitaria nuda Schuamch. Gramineae +

Tuton Echinocloa colonum (L.) Link. Gramineae +++

Jajagoan Echinocloa stagnina (Retz.) Beauv. Gramineae + Godong ulo Eleucine indica (L.) Gaertn. Gramineae +

Bebekan Eragrotis tenella (L.) Beauv. Gramineae +

Suket peronan Eriochloa polystachya H. B. K. Gramineae +++

Meniran Panicum paludosum Roxb. Gramineae +

Lempuyangan Panicum repens L. Gramineae +

Paitan Paspalum conjugatum Berg. Gramineae ++

- Xerochloa cheribon (Steud.) Ohwi. Gramineae +

Lamtoro Leucaena leucocephala LAMK Leguminoceae ++

Gamal Gliricidia sepium (Jacq.) Steud. Leguminoceae ++

Turi Sesbania grandiflora L. PERS Leguminoceae ++

Kaliandra Calliandra calothyrsus Meissn. Leguminoceae +

Jerami padi Oryza sativa L. Gramineae +

Daun bawang Allium cepa L. Rank. Liliaceae -

Daun jagung Zea mays L. Gramineae -

Daun api-api Avicennia marina (Forsk.) Vierh. Acanthaceae ++ Sumber: Pengolahan data primer 2011

Keterangan tabel: - : tidak disukai + : agak disukai ++ : disukai +++ : sangat disukai


(36)

36 Keanekaragaman Hijauan Rumput

Pembagian zona untuk pengambilan sampel rumput pada penelitian ini dibagi menjadi tiga zona berdasarkan jarak dari pesisir pantai Kecamatan Gebang dan pemilihan titik (tempat) pengambilan sampel hijauan rumput berdasarkan pertimbangan banyaknya peternak yang mencari rumput pada tempat tersebut. Zona 1 adalah zona pada jarak sekitar 0-1 km dari pantai, zona 2 adalah zona pada jarak sekitar1-2 km dari pantai, dan zona 3 adalah zona pengambilan sampel pada jarak 2-3 km dari pantai. hasil identifikasi disajikan pada Tabel 4, 5, dan 6.

Pada Tabel 4, 5, dan 6 dapat kita lihat bahwa terdapat pola persebaran jenis hijauan rumput lapang yang unik. Pada tabel diketahui semakin jauh jarak dari pantai akan lebih banyak ditemui hijauan lapang dengan famili gramineae dan sebaliknya semakin mendekati pantai akan lebih banyak ditemui hijauan lapang dengan famili cyperaceae, sehingga dapat kita gambarkan dengan grafik dan gambar pola persebaran jenis hijauan rumput (Gambar 8 dan Gambar 9).

Sumber: Pengolahan data primer 2011

Gambar 8. Pola Persebaran Jenis Hijauan Berdasarkan Jarak dari Pantai dan Jumlah Famili Hijauan Rumput Yang Ditemukan

Sumber: Pengolahan data primer 2011

Gambar 9. Grafik Pola Hubungan Jenis Hijauan Lapang (Rumput) dan Jarak dari Pantai

Gramineae = 8 Cyperaceae = 9

Zona-2

Zona-1 Zona-3

laut

Cyperaceae = 2 Cyperaceae = 4


(37)

(38)

38

Gramineae adalah salah satu anggota

ciri tumbuhan Gramineae berbatang beruas-ruas, bunga tak bermahkota, serta daun berbentuk pita. Famili teki-tekian atau Cyperaceae adalah salah satu anggota

dan memiliki banyak kemiripan. Perbedaan antara Gramineae dan Cyperaceae secara sederhana dapat dilihat pada bentuk penampang melintang pada bagian batangnya. Gramineae memiliki penampang batang yang berbentuk lonjong atau bulat, sedangkan Cyperaceae memiliki penampang batang yang berbentuk segitiga.

Komposisi Botani Hijauan Rumput

Berdasarkan perhitungan komposisi botani “dry weight rank” didapatkan hasil komposisi hijauan lapang (rumput) yang tumbuh di Kecamatan Gebang tertera pada Tabel 7, 8, dan 9 sebagai berikut berdasarkan pembagian zona pengambilan sampel hijauannya.

Tabel 7. Komposisi Botani Hijauan Rumput Zona-1

No Hijauan lapang Komposisi botani (%)

1 Xerochloa cheribon 57,03

2 Fimbristylis acuminate 5,18

3 Eleocharis congesta 9,67

4 Chloris barbata 16,05

5 Ficinea Sp. 5,68

6 Eragrotis amabilis 6,38

Sumber: Pengolahan data primer 201

Tabel 8. Komposisi Botani Hijauan Rumput Zona-2

No Hijauan lapang Komposisi botani (%)

1 Eleucine indica 4,55

2 Paspalum conjugatum 33,68

3 Cynodon dactylon 41,83

4 Echinocloa colonum 0,37

5 Cyperus scariosas 15,18

6 Brachiaria eruciformis 4,40

Sumber: Pengolahan data primer 2011

Tabel 9. Komposisi Botani Hijauan Rumput Zona-3

No Hijauan lapang Komposisi botani (%)

1 Eleucine indica 15,44

2 Paspalum conjugatum 43,39

3 Cynodon dactylon 25,57

4 Echinocloa colonum 0,89


(39)

39 Sumber: Pengolahan data primer 2011

Hasil perhitungan komposisi botani metode “dry weight rank” dapat dilihat pada Tabel 7, bahwa hijauan lapang yang paling banyak terdapat pada zona-1 adalah Xerochloa cheribon dengan persentasi komposisi botani sebesar 57,03%. Pada Tabel 8, Dapat dilihat komposisi botani hijauan lapang pada zona-2 didominasi oleh rumput Cynodon dactylon (gerintingan atau bermuda) dengan persentasi komposisi botani sebesar 41,83%. sedangkan pada Tabel 9, diketahui hijauan lapang yang paling mendominasi pada zona-3 berdasarkan komposisi botani adalah Paspalum conjugatum (paitan) dengan persentasi komposisi botani sebesar 43,39%.

Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR)

Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) di Kecamatan Gebang dihitung berdasarkan metode Nell dan Rollinson (1974) dengan pendekatan potensi lahan untuk hijauan makanan ternak.

Penghitungan pendekatan potensi lahan untuk hijauan makanan ternak di Kecamatan Gebang dilakukan dengan menganalisis data sekunder profil kecamatan, dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Cirebon. Hasil perhitungan KPPTR di Kecamatan Gebang ditampilkan dalam Tabel 10.

Tabel 10. Nilai Analisis KPPTR Nell dan Rollinsons di Kecamatan Gebang Desa Jumlah Ternak asumsi prod hijauan Kebutuhan

Hijauan KPPTR efektif

ST ton BK/ha/tahun ton BK/ha/tahun ST

Dompyong

Kulon 89,58 393,90 172,67 +83,09

Dompyong

Wetan 35,28 205,92 90,27 +54,99

Kalimekar 85,68 170,07 74,55 -11,13

Kalimaro 26,20 197,10 86,40 +60,20

Gagasari 59,86 200,85 88,04 +28,18

Kalipasung 15,05 975,00 427,40 +412,35

Gebang

Kulon 141,05 339,30 148,73 +7,68

Gebang 31,40 284,70 124,80 +93,40

Gebang Ilir 52,56 299,72 131,38 +78,82

Gebang Udik 25,81 515,78 226,09 +200,28

Gebang

Mekar 15,05 175,01 76,72 +61,67

Playangan 195,49 324,00 142,03 -53,46


(40)

40

Kec. Gebang 965,02 4192,64 1837,87 +872,85

Sumber: Pengolahan data sekunder 2011

Keterangan: + : Populasi dapat ditambah, - : Populasi harus dikurangi

Berdasarkan data hasil perhitungan KPPTR pada Tabel 10, dapat kita simpulkan secara umum bahwa Kecamatan Gebang memiliki potensi yang cukup besar dalam hal penambahan populasi ternak ruminansia. Nilai KPPTR efektif yang positif untuk Kecamatan Gebang menunjukkan bahwa di Kecamatan tersebut masih dapat dilakukan penambahan populasi ternak ruminansia sebanyak 872,85 berdasarkan satuan ternak (ST) atau dengan kata lain penambahan populasi ternak domba dewasa yang dapat dilakukan di Kecamatan Gebang adalah sebanyak 6235 ekor.

Selain itu dapat kita simpulkan juga bahwa terdapat dua desa di kecamatan gebang yang paling besar memiliki potensi untuk penambahan populasi ternak ruminansia yaitu Desa Kalipasung dan Desa Gebang Udik. Hal ini dapat kita lihat dari nilai KPPTR efektif pada Tabel 10, kedua desa tersebut memiliki potensi penambahan populasi ternak berturut-turut sebanyak 412,35 ST atau 2945 ekor domba dewasa untuk desa Kalipasung dan 200,28 ST atau 1431 ekor domba dewasa untuk desa Gebang Udik.

Nilai KPPTR efektif yang menunjukkan angka negatif pada desa Kalimekar, Playangan, dan Melakasari menunjukkan bahwa pada ketiga desa tersebut sudah kelebihan ternak karena produksi hijauan yang dihasilkan lebih sedikit daripada jumlah hijauan yang dibutuhkan.

Gambar 10. Ternak Domba di Desa Gebang Mekar dan Playangan a) Domba di Desa gebang Mekar (KPPTR positif), b) Domba di Desa Playangan (KPPTR negatif)


(41)

41 Walaupun nilai KPPTR di ketiga desa tersebut menunjukkan angka yang negatif, namun peternak di ketiga desa masih dapat bertahan karena untuk pemenuhan kebutuhan rumput untuk makanan ternak mereka, mereka tidak hanya bergantung pada sumber hijauan makanan ternak yang ada di desa mereka. Mereka akan mencari rumput untuk makanan ternak mereka ke desa-desa lain bahkan ke kecamatan lain yang masih memiliki produksi hijauan makanan ternak terutama rumput lapang yang melimpah. Dapat dilihat pada Gambar 10, bahwa tidak terdapat perbedaan berdasarkan tampilan tubuh domba (skoring) antara desa yang memiliki nilai KPPTR efektif yang positif (Desa Gebang Mekar) dan desa yang memiliki nilai KPPTR efektif yang negatif (Desa Playangan).

Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah analisis identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi pengambilan keputusan. Analisis ini meliputi faktor internal kekuatan dan kelemahan serta faktor eksternal peluang dan ancaman yang dihadapi daerah yang bersangkutan.

Analisis Faktor Internal

Hasil analisis faktor internal pada Tabel 11. menunjukan nilai positif, ini berarti Kecamatan Gebang mempunyai kekuatan yang lebih menonjol dari pada kelemahan. Kekuatan terbesar terletak pada tersedianya sumber pakan hijauan dan merupakan daerah pertanian. Kelemahan berupa jumlah penduduknya yang padat, topografi dan klimatologi yang kurang sesuai untuk ternak ruminansia, peternakan tradisional, dan peternakan hanya dijadikan sebagai usaha sampingan.

Tabel 11. Evaluasi Faktor Internal (Pendekatan Kuantitatif)

Faktor internal bobot Skor Ranking

Kekuatan Adanya lembaga pendukung 0,80 2 1,60

Letak daerah strategis 0,80 3 2,40

Daerah pertanian 1,00 4 4,00

Tersedianya sumber pakan hijauan

0,90 4 3,60

Sub total 11,60

Kelemahan Penduduk padat 0,30 -3 -0,90

Topografi dan klimatologi tidak mendukung

0,90 -3 -2,70


(42)

42 Ternak sebagai usaha sampingan 0,90 -4 -3,60

Sub total -8,80

Total +2,80

Sumber: pengolahan data primer 2011 Analisis Faktor Eksternal

Hasil analisis faktor eksternal pada Tabel 12. menunjukan nilai positif, ini berarti Kecamatan Gebang mempunyai nilai peluang yang lebih besar dari pada nilai ancamannya. Peluang terbesar terletak pada permintaan pangan asal hewani yang tinggi dan mudahnya transportasi. Terdapat beberapa ancaman yang perlu diperhatikan di Kecamatan Gebang yaitu ekspansi sektor selain peternakan dalam penggunaan lahan, sedikitnya tenaga terdidik dibidang peternakan, daya tarik terhadap sektor diluar peternakan, dan mekanisasi pertanian.

Hasil identifikasi faktor internal dan eksternal yang telah dihitung menggunakan matrik perbandingan faktor internal dan eksternal kemudian disajikan dalam matrik analisis space. Berdasarkan analisis SWOT dapat dilihat pada gambar matrik analisis space (Gambar 9), diketahui bahwa Kecamatan Gebang didalam arah penentuan kebijakan pengembangan usaha peternakan harus menggunakan strategi agresif, yang berarti bahwa untuk meraih peluang yang ada dapat dilakukan dengan memanfatkan kekuatan-kekuatan yang sudah dimiliki.

Tabel 12. Evaluasi Faktor Eksternal (Pendekatan Kuantitatif)

Faktor eksternal Bobot Skor Ranking

Peluang tersedianya sumber modal 0,10 2 0,20 permintaan pangan asal hewani

tinggi

0,85 4 3,40

transportasi mudah 0,80 3 2,40

masih tersedia sumberdaya untuk pengembangan

0,70 3 2,10

Sub total 8,10

Ancaman ekspansi sektor selain peternakan dalam penggunaan lahan

0,70 -3 -2,10

sedikitnya tenaga terdidik dibidang peternakan

0,70 -2 -1,40

daya tarik terhadap sektor lain diluar peternakan

0,80 -2 -1,60


(43)

43

Sub total -6,30

Total +1,80

Sumber: pengolahan data primer 2011

Sumber: pengolahan data primer 2011

Gambar 11. Matrik Analisis Space Kecamatan Gebang Berdasarkan Hasil Analisis SWOT

Adapun strategi agresif yang dapat diterapkan di Kecamatan Gebang berdasarkan pendekatan kualitatif matrik SWOT (lampiran 3), adalah sebagai berikut:

1. Pengoptimalan daerah yang strategis dengan membuat kerjasama dengan pihak-pihak yang bersangkutan untuk memajukan sektor peternakan di Kecamatan Gebang dengan cara:

a. Letak daerah yang strategis harus dioptimalkan dengan membuat kerjasama dengan pihak luar baik pihak pemerintah, akademis, maupun swasta, untuk membuat suatu peternakan besar di lokasi yang strategis tersebut dengan memanfaatkan sumberdaya lahan dan sumberdaya tenaga kerja yang ada. b. Meningkatkan populasi ternak domba sebagai cara untuk meningkatkan

populasi ternak ruminansia dengan tidak hanya bergantung pada ketersediaan hijauan rumput lapang saja tetapi juga penggunaan hasil sisa pertanian yang dapat kita manfaatkan secara optimal untuk makanan ternak domba maupun ternak ruminansia lainnya.

2,80 1,80


(44)

44 c. Pemanfaatan lahan yang kurang produktif untuk dapat dijadikan sebagai

lahan budidaya penghasil hijauan makanan ternak.

d. Pemanfaatan teknologi peternakan khususnya teknologi pakan untuk meningkatkan produktifitas.

2. Mengadakan pelatihan bagi masyarakat di Kecamatan Gebang khususnya para pemuda yang tidak berkerja untuk dapat berkerja sebagai peternak sehingga akan mengoptimalkan sumberdaya manusia yang ada.

a. Merubah cara pandangan masyarakat bahwa beternak bukan hanya merupakan usaha sampingan tetapi juga dapat dijadikan sebagai usaha utama yang memiliki prospek bisnis yang baik.

b. Tenaga kerja yang mendukung harus diberi pelatihan mengenai cara beternak yang baik.


(45)

45 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Terdapat perbedaan jumlah spesies hijauan pakan rumput di setiap zona di Kecamatan Gebang, dengan total keseluruhan spesies hijauan rumput yang tumbuh di Kecamatan Gebang mencapai 31 spesies yang terdiri dari famili Gramineae dan Cyperaceae.

Jenis domba yang dipelihara oleh masyarakat di Kecamatan Gebang adalah domba ekor gemuk dan domba ekor tipis (kurus). Berdasarkan analisis KPPTR Nell & Rollinsons dan analisis SWOT, Kecamatan Gebang memiliki potensi yang cukup baik untuk pengembangan usaha peternakan ruminansia terutama domba dilihat dari hasil analisis KPPTR yang menunjukan nilai positif 872,85 yang artinya di Kecamatan tersebut masih dapat dilakukan penambahan populasi ternak ruminansia sebanyak 872,85 ST atau dengan kata lain penambahan populasi ternak domba dewasa yang dapat dilakukan di Kecamatan Gebang adalah sebanyak 6235 ekor. Adapun strategi pengembangan yang dapat dilakukan berdasarkan analisis SWOT adalah strategi agresif yakni pengoptimalan daerah yang strategis dengan menjalin kerjasama dengan berbagai pihak serta mengadakan pelatihan bagi masyarakat terutama pemuda yang belum memiliki pekerjaan untuk dapat berkerja sebagai peternak sehingga akan mengoptimalkan sumberdaya yang ada dan dapat memajukan sektor peternakan di Kecamatan Gebang.

Saran

Perlu diadakan penelitian mengenai pola peternakan ruminansia khususnya ternak domba yang sesuai untuk dikembangkan di Kecamatan Gebang. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai kualitas jenis hijauan pakan rumput yang paling banyak tumbuh (mendominasi) dan dimanfaatkan untuk pakan ternak domba di Kecamatan Gebang. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh


(46)

46 pemberian daun api-api sebagai hijauan makanan ternak terhadap performance domba. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei dimana diketahui pada bulan tersebut merupakan musim penghujan dilihat dari intensitas hujannya yang tinggi sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai keanekaragaman hijauan makanan ternak di Kecamatan Gebang pada musim kering atau musim kemarau.


(47)

47 UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan berkah, rahmat, dan karunia Allah SWT sehingga atas ridho-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Ir. M. Agus Setiana, MS sebagai pembimbing utama dan Dr. Ir. Jajat Jachja F. A. MAgr sebagai pembimbing anggota sekaligus sebagai dosen pembimbing akademik yang dengan sabar telah membimbing dan memberi pengarahan selama berkuliah di Fakultas Peternakan IPB sehingga dapat menyelesaikan skripsi. Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen penguji sidang Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr dan Ir. Afton Attabany M.Si, Ir. Widya Hermana M.Si sebagai panitia sidang.

Ucapan terimakasih sedalam-dalamnya Penulis sampaikan kepada Ayahanda Abdul Rohim dan Ibunda Dedeh, Adik tercinta Winda K. A dan M. Rizki K. N. Serta Kekasih tercinta Sridiana atas dukungan dan doa yang diberikan kepada Penulis.

Bogor, September 2011

Penulis


(48)

48 DAFTAR PUSTAKA

Abidin, J. Dan A. Sodiq. 2002. Penggemukan Domba. Agromedia Pustaka. Jakarta. Aboenawan L. 1991. Pertambahan berat badan, konsumsi ransum, dan total

digestible nutrient (TDN) pellet isi rumen disbanding pellet rumput pada domba jantan. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Alvianto, A. 2006. Ketahanan rumput golf (Cynodon dactylon var. Tiftdwarft 419) pada kondisi salinitas yang berbeda dengan penambahan asam humat. Skripsi. Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Aminudin. 1997. Beberapa Jenis dan Metode Pengawetan Hijauan Pakan Ternak Tropika. Fakultas Peternakan. Universitas Soedirman. Purwokerto.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Cirebon. 2009. Kecamatan Gebang dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Cirebon. Cirebon.

BAPPENAS. 2003. Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Indonesia 2003-2020 (IBSAP). Jakarta. Indonesia.

Blakely, J. & D. H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan. Terjemahan: B. Srigondono, Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Clark, J.R. 1996. Coastal Zone Management Hand Book. Lewis Publisher, New York.

Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting & M.J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pramadya Paramita, Jakarta.

Djajanegara, A., M. Wodzicka-Tomaszewka., S. Gardiner., I. M. Mastika and T. R. Wiradarya. 1993. Small Ruminant production in the Humid Tropics. Sebelas Maret University Press. Solo.

Dramaja, Sgn Djiwa. 1993. Pengantar peternakan di daerah tropis. Terjemahan: Wiliamson, G and W. J. A. Payne. 1978. An Introduction To Animal Husbandry In The Tropic. Longman Group Limited, London.


(49)

49 Haryanto, B. 2004. Sistem integrasi padi ternak dan ternak sapi (SIPIT) dalam

program P3T. Makalah disampaikan pada Seminar Pekan Padi Nasional di Balai Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi, 15-19 Juli 2004.

Herman, R. 2005. Produksi karkas dan non karkas domba priangan dan ekor gemuk pada bobot potong 17,5 dan 25,0 kg. Media Peternakan. (28): 8-12

Masngut, I. S. H. 2003. Strategi usaha pengembangan peternakan yang berkesinambungan. Proceeding. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2003. Bogor, 29-30 September 2003. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor.

Mannetje, L. & K.P. Haydock. 1963. The dry weight rank method for the botanical analysis of pasture. J. British Grassland Society, Vol. 18 No.4.

Mcllroy. 1977. Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika. Terjemahan. Pradnya Bramita. Jakarta.

Nell. A. J. & D. H. L. Rollinson. 1974. The Requirement and Availability of Livestock Feed in Indonesia, Jakarta.

Samad, S. M. & Soeradji. 1990. Peternakan Umum. 10th edition. Yasaguna. Jakarta. Soerdjani, M., A. J. G. H. Kostermans & G. Tjitrosoepomo. 1987. Weed of rice in

Indonesia. Balai Bustaka. Jakarta.

Stone, BC. 1983. A guide to collecting Pandanaceae ( Pandanus, Freycinetia, Sararanga). Ann. Missouri Bot. Gard. 70 : 137-14.

Susetyo, S. 1980. Tata Laksana Padang Penggembalaan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

UPT PUSKESWAN Ciledug. 2010. Data Populasi Ternak Kabupaten Cirebon Tahun 2010. UPT PUSKESWAN Ciledug. Kabupaten Cirebon. Cirebon

Wiradarya, T. R. 1991. Usaha meningkatkan produksi daging ternak domba dan kambing melalui peningkatan kadar protein ransumnya. J. Ilmu Pertanian Indonesia 1(1): 37-44.


(50)

50 LAMPIRAN


(51)

51 Lampiran 1. Peta kecamatan gebang


(52)

52 Lampiran 2. Peta persebaran populasi ternak domba di Kecamatan Gebang


(53)

(54)

54 Lampiran 3. Konversi hijauan


(55)

55 Analisis Nell dan Rollinson

Desa Jumlah Ternak Asumsi Prod. Hijauan KPPTR (M) KPPTR Efektif KPPTR Efektif ST ton

BK/ha/tahun ST ST

Ekor

dompyong kulon 89.58 393.90 172.67 83.09 593.50

dompyong wetan 35.28 205.92 90.27 54.99 392.79

kalimekar 85.68 170.07 74.55 -11.13 -79.50

kalimaro 26.20 197.10 86.40 60.20 430.00

gagasari 59.86 200.85 88.04 28.18 201.29

kalipasung 15.05 975.00 427.40 412.35 2945.36

gebang kulon 141.05 339.30 148.73 7.68 54.86

gebang 31.40 284.70 124.80 93.40 667.14

gebang ilir 52.56 299.72 131.38 78.82 563.00

gebang udik 25.81 515.78 226.09 200.28 1430.57

gebang mekar 15.05 175.01 76.72 61.67 440.50

playangan 195.49 324.00 142.03 -53.46 -381.86

melakasari 191.91 111.30 48.79 -143.12 -1022.29

Kec. Gebang 965.02 4192.64 1837.87 872.85 6234.64

Cara perhitungan:

(Contoh untuk desa Dompyong Kulon) Produksi hijauan 393,90 ton BK/ha/tahun

KPPTR (M) = (393,90*1000)kg/(6,25*365) = 172,67 ST

KPPTR Efektif = KPPTR (M) – Populasi riil = 172,67 – 89,58

= 83,09 ST Konversi (Ekor) = 83,09 / 0,14


(56)

56 Lampiran 4. Analisis SWOT

Analisis SWOT Evaluasi faktor internal

Faktor internal bobot Skor ranking

Kekuatan Adanya lembaga pendukung 0.80 2 1.60

Letak daerah strategis 0.80 3 2.40

Daerah pertanian 1.00 4 4.00

Tersedianya sumber pakan hijauan

0.90 4 3.60

Sub total 11.60

Kelemahan Penduduk padat 0.30 -3 -0.90

Topografi dan klimatologi tidak mendukung

0.90 -3 -2.70 Peternakan tradisional 0.80 -2 -1.60 Ternak sebagai usaha sampingan 0.90 -4 -3.60

Sub total -8.80

Total +2.80

Evaluasi faktor eksternal

Faktor eksternal Bobot Skor ranking

Peluang tersedianya sumber modal 0.10 2 0.20

permintaan pangan asal hewani tinggi

0.85 4 3.40

transportasi mudah 0.80 3 2.40

masih tersedia sumberdaya untuk pengembangan

0.70 3 2.10

Sub total 8.10

Ancaman ekspansi sektor selain peternakan dalam penggunaan lahan

0.70 -3 -2.10 sedikitnya tenaga terdidik

dibidang peternakan

0.70 -2 -1.40 daya tarik terhadap sektor lain

diluar peternakan

0.80 -2 -1.60

mekanisasi pertanian 0.40 -3 -1.20

Sub total -6.30

Total +1.80

Kekuatan - Kelemahan = 11,60 – 8,80 = +2,80 Peluang - Ancaman = 8.10 – 6.30

= +1.80


(57)

57 Lampiran 5. Analisis Komposisi Botani “dry weight rank”

Komposisi botani zona-1

Ranking

Plot 1 2 3

1 A - -

2 A - -

3 A - -

4 A B -

5 A - -

6 C A -

7 B A -

8 A B -

9 E A -

10 E A -

11 E A -

12 A E -

13 C A -

14 A E -

15 E A -

16 A - -

17 A - E

18 C E A

19 A C H

20 H A -

21 A H -

22 A I -

23 I A -

24 A I C

25 E A -

Keterangan:

A : Cyperus cephalotes B : Fimbristylis acuminata C : Eleocharis congesta E : Chloris barbata F : Avicenia marina H : Ficinea Sp.


(58)

58 Perhitungan komposisi botani zona-1

1 2 3 skor k.botani (%)

A 14 11 1 140,07 55,85

B 1 1 0 10,45 4,17

C 3 1 1 27,53 10,98

E 5 3 1 48,43 19,31

H 1 1 1 11,45 4,57

I 1 2 0 12,86 5,13

25 19 4 250,79 100

Contoh perhitungan Komposisi botani untuk “A” (Cyperus cephalotes)

Skor “A” = (n”A”1 * koef.1) + (n”A”2 * koef.2) + (n”A”3 * koef.3) = (14 * 8,04) + (11 * 2,41) + (1 * 1,00)

= 140,07

K. Botani “A” (%) = (Skor “A” / jumlah Skor) * 100 % = (140,07 / 250,79) * 100 %

= 55,85 % Keterangan

Koef.1 = Koefisien pada rangking 1 (8,04) Koef.2 = Koefisien pada rangking 2 (2,41) Koef.3 = Koefisien pada rangking 3 (1,00)


(59)

59 Komposisi botani zona-2

Ranking

Plot 1 2 3

1 C A B

2 B C -

3 A B -

4 B C D

5 C F H

6 C B -

7 C B F

8 B C F

9 F C B

10 B C -

11 B C H

12 B C H

13 H F C

14 B B C

15 B C H

16 C F -

17 F - -

18 F C -

19 C F -

20 C B A

21 C B F

22 C F -

23 B C -

24 C F B

25 C B A

Keterangan:

A : Eleusine indica B : Paspalum conjugatum C : Cynodon dactylon D : Echinocloa colonum F : Cyperus scariosas H : Brachiaria eruciformis


(60)

60 Perhitungan komposisi botani zona-2

1 2 3 skor k.botani (%)

A 1 1 2 12.45 4.55

B 9 7 3 92.23 33.68

C 11 10 2 114.54 41.83

D 0 0 1 1.00 0.37

F 3 6 3 41.58 15.18

H 1 0 4 12.04 4.40

25 24 15 273.84 100

Contoh perhitungan Komposisi botani untuk “A” (Eleusine indica)

Skor “A” = (n”A”1 * koef.1) + (n”A”2 * koef.2) + (n”A”3 * koef.3) = (1 * 8,04) + (1 * 2,41) + (2 * 1,00)

= 12,45

K. Botani “A” (%) = (Skor “A” / jumlah Skor) * 100 % = (12,45 / 273,84) * 100 %


(61)

61 Komposisi botani zona-3

Ranking

Plot 1 2 3

1 A B C

2 B D -

3 B C -

4 B C -

5 C B F

6 B C A

7 B E A

8 C B G

9 B - -

10 B C -

11 C B -

12 C B F

13 B B -

14 A C -

15 C F A

16 F B -

17 F B A

18 F A -

19 A C B

20 C A -

21 B E -

22 B C E

23 A C F

24 F B E

25 B F A

Keterangan

A : Eleucine indica B : Paspalum conjugatum C : Cynodon dactylon D : Echinocloa colonum F : Cyperus trinervis


(62)

62 Perhitungan komposisi botani zona-3

1 2 3 skor k.botani (%)

A 4 2 5 41.98 15.44

B 11 11 3 117.95 43.39

C 6 8 2 69.52 25.57

D 0 1 0 2.41 0.89

F 4 2 3 39.98 14.71

25 24 13 271.84 100.00

Contoh perhitungan Komposisi botani untuk “A” (Eleusine indica)

Skor “A” = (n”A”1 * koef.1) + (n”A”2 * koef.2) + (n”A”3 * koef.3) = (4 * 8,04) + (2 * 2,41) + (5 * 1,00)

= 41,98

K. Botani “A” (%) = (Skor “A” / jumlah Skor) * 100 % = (41,98 / 271,84) * 100 %


(63)

63 Lampiran 6.

Identifikasi Hijauan Rumput

Rumput pada zona-1

No Nama Latin Jenis/ suku Nama lokal

1 Fimbristylis schoenoides (Retz.) Vahl. Cyperaceae -

2 Cyperus babakan Steud. Cyperaceae -

3 Ficinea Sp. Cyperaceae -

4 Cyperus scariosas Cyperaceae -

5 Fimbristylis vahlii Cyperaceae -

6 Cyperus cephalotes Vahl . Cyperaceae -

7 Mapania Sp. Cyperaceae -

8 Fimbristylis hokeriana Bacek. Cyperaceae -

9 Fimbristylis acuminata Vahl. Cyperaceae -

10 Cyperus rotundus L Cyperaceae Teki

11 Eleocharis congesta Gramineae -

12 Eragrotis tenella (L.) Beauv. Gramineae pekingan

13 Chloris barbata Gramineae -

14 Eleusine indica (L.) Gaertn. Gramineae Godong ulo 15 Cynodon dactylon (L.) Pers. Gramineae Grintingan 16 Dactyloctenium aegyptium (L.) Ritch. Gramineae Tapak jalak

17 Panicum paludosum Roxb. Gramineae Meniran


(64)

64 Rumput pada zona-2

No Nama Latin Jenis/ suku Nama Lokal

1 Fimbristylis tomentosa Vahl. Cyperaceae -

2 Cyperus vica Cyperaceae nyiur-nyiuran

3 Cyperus scariosas Cyperaceae Teki

4 Fimbristylis vahlii Cyperaceae -

5 Agropyron repens Gramineae -

6 Echinocloa colonum (L.) Link. Gramineae Tuton 7 Cynodon dactylon (L.) Pers. Gramineae Grintingan

8 Brachiaria subquadripara Gramineae -

9 Brachiaria eruciformis (J. E. Smith) Griseb.

Gramineae suket reketek

10 Eleusine indica (L.) Gaertn. Gramineae godong ulo

11 Paspalum conjugatum Berg. Gramineae Paitan

12 Dactyloctenium aegyptium (L.) Ritch. Gramineae tapak jalak

13 Panicum repens L. Gramineae Lempuyangan

14 Chloris barbata Gramineae -

15 Digitaria nuda Schumach. Gramineae jampang piit,

16 Digitaria ciliaris (Retz.) Koel. Gramineae - 17 Eriochloa polystachya H. B. K. Gramineae suket peronan Sumber: Data primer yang diolah dari Sumber Literatur Soerdjani (1987)


(65)

65 Rumput pada zona-3

No Nama Latin Jenis/ suku Nama Lokal

1 Cyperus trinervis Cyperaceae Teki

2 Cyperus elatus L. Cyperaceae Waling

3 Echinocloa stagnina (Retz.) Beauv. Gramineae Jajagoan

4 Paspalum conjugatum Berg. Gramineae Paitan

5 Eragrotis tenella (L.) Beauv. Gramineae Bebekan 6 Dactyloctenium aegyptium (L.) Ritch. Gramineae tapak jalak 7 Eleusine indica (L.) Gaertn. Gramineae godong ulo

8 Brachiaria subquadripara Gramineae -

9 Brachiaria eruciformis (J. E. Smith) Griseb.

Gramineae suket reketek

10 Crysopogon aciculatus Gramineae -

11 Cynodon dactylon (L.) Pers. Gramineae Grintingan

12 Panicum repens L. Gramineae Lempuyangan

13 Echinocloa colonum (L.) Link Gramineae Tuton 14 Eriochloa polystachya H. B. K. Gramineae suket peronan Sumber: Data primer yang diolah dari Sumber Literatur Soerdjani (1987)


(66)

66

Lampiran 7.

Kuisioner Penyuluh Peternakan

Hari/Tanggal : ……

Identifikasi Rumput Lokal dan Analisis Potensi Wilayah untuk

Pengembangan Usaha Peternakan Domba di Pesisir Pantai Utara

Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat

Enumerator : M. Ari Kusuma Nugraha (D24070212) Responden : …………

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

Fakultas Peternakan

Institut Pertanian Bogor

2010


(67)

67 PERTANYAAN I

Identitas Responden

Nama : ………

Umur : ………tahun

Alamat : ………

Pendidikan terakhir : ………

Pekerjaan utama : ………

PERTANYAAN II:

1. Bagaimanakah kondisi peternakan secara umum di pesisir Pantai Utara Kecamatan Gebang ?

……….. ……….. ……….. ………..

2. Apa saja permasalahan pembangunan peternakan yang dihadapi di Kecamatan Gebang ?

……….. ……….. ……….. ………..

3. Selain melakukan penyuluhan, apa saja peran dan kontribusi Badan Penyuluh dalam hal pengembangan usaha peternakan yang sudah dilakukan di pesisir Pantai Utara Kecamatan Gebang?

……….. ……….. ……….. ………..


(68)

68

Faktor Eksternal & Internal Ya Tidak Bobot Skor

Transportasi mudah

Mekanisasi pertanian

Tersedianya sumber modal (pinjaman modal usaha)

Letak daerah strategis

Daerah pertanian

Besarnya sumberdaya manusia yang ada

Penduduk padat

Banyak tenaga terdidik dibidang peternakan

Permintaan pangan asal hewani tinggi

Ekspansi sektor selain peternakan dalam penggunaan lahan

Adanya lembaga pendukung

Topografi dan klimatologi sesuai untuk peternakan ruminansia

Populasi ternak tinggi

Tersedia sumber pakan (hijauan)

Masih tersedia sumberdaya untuk pengembangan

Daya tarik terhadap sektor lain diluar peternakan


(69)

69

(Ari, 2011)

(Ari, 2011)

Eragrotis tenella (L.) Beauv. Cyperus rotundus L.

Fimbristylis vahlii (Lamarck) Link. Chloris barbata Swartz.

(Ari, 2011) (Ari, 2011)


(70)

70

(Ari, 2011) (Ari, 2011)

(Ari, 2011) (Ari, 2011)

Fimbristylis hookeriana Bacek. Cyperus iria


(71)

71

(Ari, 2011)

(Ari, 2011)

Brachiaria subquadripara (Tan.) Hichc. Cyperus scariosas R. Br.

(Ari, 2011) (Ari, 2011)


(72)

72

(Ari, 2011)

Digitaria nuda Schuamch. Cynodon dactylon (L.) Pers.

Crysopogon aciculatus (Retz.) Trin. Agropyron repens (L.) Beauv.

(Ari, 2011)

(Ari, 2011) (Ari, 2011)


(1)

67 PERTANYAAN I

Identitas Responden

Nama : ………

Umur : ………tahun

Alamat : ……… Pendidikan terakhir : ……… Pekerjaan utama : ………

PERTANYAAN II:

1. Bagaimanakah kondisi peternakan secara umum di pesisir Pantai Utara Kecamatan Gebang ?

……….. ……….. ……….. ………..

2. Apa saja permasalahan pembangunan peternakan yang dihadapi di Kecamatan Gebang ?

……….. ……….. ……….. ………..

3. Selain melakukan penyuluhan, apa saja peran dan kontribusi Badan Penyuluh dalam hal pengembangan usaha peternakan yang sudah dilakukan di pesisir Pantai Utara Kecamatan Gebang?

……….. ……….. ……….. ………..


(2)

68

Faktor Eksternal & Internal Ya Tidak Bobot Skor

Transportasi mudah

Mekanisasi pertanian

Tersedianya sumber modal (pinjaman modal usaha)

Letak daerah strategis

Daerah pertanian

Besarnya sumberdaya manusia yang ada

Penduduk padat

Banyak tenaga terdidik dibidang peternakan

Permintaan pangan asal hewani tinggi

Ekspansi sektor selain peternakan dalam penggunaan lahan

Adanya lembaga pendukung

Topografi dan klimatologi sesuai untuk peternakan ruminansia

Populasi ternak tinggi

Tersedia sumber pakan (hijauan)

Masih tersedia sumberdaya untuk pengembangan

Daya tarik terhadap sektor lain diluar peternakan


(3)

69

(Ari, 2011)

(Ari, 2011)

Eragrotis tenella (L.) Beauv. Cyperus rotundus L.

Fimbristylis vahlii (Lamarck) Link. Chloris barbata Swartz.

(Ari, 2011) (Ari, 2011)


(4)

70

(Ari, 2011) (Ari, 2011)

(Ari, 2011) (Ari, 2011)

Fimbristylis hookeriana Bacek. Cyperus iria


(5)

71

(Ari, 2011)

(Ari, 2011)

Brachiaria subquadripara (Tan.) Hichc. Cyperus scariosas R. Br.

(Ari, 2011) (Ari, 2011)


(6)

72

(Ari, 2011)

Digitaria nuda Schuamch. Cynodon dactylon (L.) Pers.

Crysopogon aciculatus (Retz.) Trin. Agropyron repens (L.) Beauv.

(Ari, 2011)

(Ari, 2011) (Ari, 2011)