4
IDENTIFIKASI HIJAUAN MAKANAN TERNAK DAN ANALISIS POTENSI WILAYAH UNTUK PENGEMBANGAN USAHA
PETERNAKAN DOMBA DI PESISIR PANTAI UTARA KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON PROVINSI
JAWA BARAT
M. Ari Kusuma Nugraha D24070212
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan
pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
5 Judul
: Identifikasi Hijauan Makanan Ternak dan Analisis Potensi Wilayah untuk Pengembangan Usaha Peternakan Domba di Pesisir Pantai Utara
Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat Nama : M. Ari Kusuma Nugraha
NIM : D24070212
Menyetujui,
Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,
Ir. M. Agus Setiana, M. S. NIP: 19570824 198503 1 001
Dr. Ir. Jajat Jachja F. A. Magr. NIP: 19480902 197412 1 001
Mengetahui: Ketua Departemen
Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
Dr. Ir. Idat Galih Permana, MSc.Agr. NIP: 19670506 199103 1 001
Tanggal ujian : 23 Agustus 2011 Tanggal Lulus :
6
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cirebon, Jawa Barat pada tanggal 11 April 1990 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Abdul Rohim dengan ibu
Dedeh. Pendidikan dasar diselesaikan di Cirebon yaitu SDN 1 Babakan Gebang pada
tahun 2001, selanjutnya diterima di SMP N 1 Babakan dan lulus pada tahun 2004. Kemudian penulis menyelesaikan pendidikan di SMA N 1 Babakan pada tahun 2007.
Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor IPB melalui jalur USMI.
7
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya kepada
penulis untuk menyelesaikan skripsi dengan judul ”Identifikasi Rumput Lokal dan Analisis Potensi Pengembangan Wilayah untuk Usaha Peternakan Domba
di Pesisir Pantai Utara Kecamatan Gebang”
. Skripsi ini disusun berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2011.
Skripsi ini memuat informasi tentang jenis hijauan makanan ternak terutama
rumput lokal yang potensial yang ada di Kecamatan Gebang serta analisis potensi
wilayah pesisir pantai utara Kecamatan Gebang guna pengembangan usaha peternakan ruminansia khususnya ternak domba.
Melalui skripsi ini penulis mengharapkan masukan-masukan yang bersifat membangun yang dapat menjadi pelajaran yang bermanfaat bagi penyusunan skripsi
ini dimasa yang akan datang dengan mengembangkan konsep yang lebih lengkap. Demikian pengantar ini penulis sampaikan, mudah-mudahan skripsi ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Bogor, September 2011
Penulis
8
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN …………………………………………...…
ii
SUMMARY ………………………………..…………………………….
iii
LEMBAR PERNYATAAN …………………………………………...…
iv
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………...
v RIWAYAT HIDUP
……………………………………………... vi
KATA PENGANTAR ……………………………………………...
vii
DAFTAR ISI ………………………………………………….......
viii
DAFTAR TABEL …………………………………………...................
x
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………….......
xi
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………….………..
xii
PENDAHULUAN ……………………………………………………...
1 Latar Belakang ……………………………………………………...
1 Perumusan Masalah
……………………………………………... 1
Tujuan ……………………………………………………………...
2 Manfaat …………………………………………………………...…
2 Hipotesis ……………………………………………………………...
2
TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………...
3 Kecamatan Gebang
……………………………………………... 3
Lahan Pesisir ……………………………………………………...
3 Ekosistem Pesisir
……………………………………………... 4
Hijauan Makanan Ternak ……………………………………...
5 Rumput Lapang ……………………………………………………...
6 Ternak Domba ……………………………………………………...
6 Pengembangan Usaha Peternakan
……………………………... 7
MATERI DAN METODE ……………………………………………...
9 Waktu dan Tempat Penelitian
……………………………………... 9
Materi ……………………………………………………………...
9 Pelaksanaan Penelitian ……………………………………………...
9 Jenis dan Sumber Data ……………………………………………...
10 Identifikasi Rumput Lapang
……………………………………... 10
Metode Pengolahan dan Analisis Data ……………………………... 11
Analisis Komposisi Botani Rumput Lapang ……………………... 11
Analisis Kapasitas Daya Tampung Nell Rollinson……………... 11
Analisis SWOT ……………………………………………...
12 A.
Pendekatan Kuantitatif Matrik SWOT ……………...
13 B.
Pendekatan Kualitatif Analisis SWOT ……………...
14
HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………...
16
9 Kondisi Umum Wilayah Penelitian
……………………………... 16
Kondisi Umum Peternakan di Kecamatan Gebang ………………
16 Jenis Domba ………………………………………………………
18 Sistem Pemeliharaan ………………………………………………
18 Penanganan Penyakit ………………………………………………
19 Perkandangan ………………………………………………………
19 Pola Pemberian Hijauan
……………………………………… 20
Keanekaragaman Hijauan Rumput ………………………………
24 Komposisi Botani Hijauan Rumput
……………………………… 26
Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia KPPTR ……… 27
Analisis SWOT ……………………………………………………… 29
Analisis Faktor Internal ………………………………………
29 Analisis Faktor Eksternal
……………………………………… 30
KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………………
33 Kesimpulan
……………………………………………………… 33
Saran ……………………………...……………………………….
33
UCAPAN TERIMA KASIH ………………………………………
35
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………
36
LAMPIRAN ………………………………………………………………
38
10
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Sumber Hijauan Pakan dan Nilai Konversi Kesetaraan
……… 12
2. Data Ternak Ruminansia di Kecamatan Gebang
……………… 17
3. Jenis Hijauan Pakan dan Limbah Pertanian ………………………
23 4.
Rumput pada Zona-1 ……………………………………………… 25
5. Rumput pada Zona-2 ………………………………………………
25 6.
Rumput pada Zona-3 ……………………………………………… 25
7. Komposisi Botani Hijauan Rumput Zona-1 ………………………
26 8.
Komposisi Botani Hijauan Rumput Zona-2 ……………………… 26
9. Komposisi Botani Hijauan Rumput Zona-3 ………………………
26 10.
Nilai Analisis KPPTR Nell dan Rollinsons di Kecamatan Gebang 27
11. Evaluasi Faktor Internal
……………………………………… 29
12. Evaluasi Faktor Eksternal
……………………………………… 30
11
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Peta Zona Pengamatan, Kecamatan Gebang ………………………
9 2.
Matrik Analisis Space ……………………………………………… 13
3. Kotak Pendekatan Kualitatif Matrik SWOT ………………………
14 4.
Lahan Penggembalaan Ternak pada Zona-1 ……………………… 19
5. Kandang Domba di Kecamatan Gebang
……………………… 20
6. Tanaman Api-api Avicennia marina
……………………… 21
7. Peternak yang Sedang Memotong Rumput Untuk Pakan Ternak ....
22 8.
Pola Persebaran Jenis Hijauan ………………………………
24 9.
Grafik Pola Hubungan Jenis Hijauan Lapang Rumput ………
26 10.
Ternak Domba di Desa Gebang Mekar dan Playangan ………
29 11.
Matrik Analisis Space Kecamatan Gebang ……………………… 31
12
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Peta Kecamatan Gebang
……………………………………... 39
2. Peta Persebaran Populasi Ternak Domba di Kecamatan Gebang
40 3.
Metode KPPTR Nell dan Rollinson ……………………………… 41
4. Analisis SWOT
……………………………………………… 43
5. Analisis Komposisi Botani “dry weight rank”
……………… 45
6. Identifikasi Hijauan Rumput ………………………………………
51 7.
Kuisioner Penyuluh Peternakan ………………………………
54 8.
Foto Herbarium Rumput ………………………………………
57
13
PENDAHULUAN Latar Belakang
Domba merupakan salah satu jenis ternak yang sangat potensial untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, mengingat daging domba dapat dengan mudah
diterima oleh berbagai lapisan masyarakat dan agama khususnya di Indonesia. Kendala yang sering dihadapi dalam pengembangan peternakan domba adalah
rendahnya produktifitas karena rendahnya ketersediaan hijauan pakan terutama rumput yang berkualitas.
Hijauan makanan ternak merupakan salah satu bahan makanan ternak yang sangat diperlukan dan besar manfaatnya bagi kehidupan dan kelangsungan populasi
ternak. Hijauan makanan ternak HMT yang diberikan pada ternak dibagi menjadi dua macam, yaitu rumput-rumputan dan polong-polongan legum.
Hijauan makanan ternak sebagai salah satu bahan makanan merupakan dasar utama untuk mendukung peternakan terutama bagi peternakan ruminansia baik besar
maupun kecil, yang setiap harinya membutuhkan cukup banyak hijauan pakan ternak, karena lebih dari 60 dari seluruh pakan yang dikonsumsi ternak ruminansia
adalah hijauan, baik dalam bentuk segar maupun dalam bentuk kering.
Perumusan Masalah
Sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan kesadaran gizi mengakibatkan peningkatan permintaan pangan asal hewani ternak dari waktu
ke waktu cenderung semakin meningkat. Disisi lain, semakin berkembangnya pembangunan akibat pertambahan penduduk khususnya di Kecamatan Gebang
mengakibatkan semakin berkurangnya lahan-lahan subur atau produktif sebagai penyedia hijauan pakan sehingga berdampak pula pada kesulitan peternak dalam hal
penyediaan hijauan pakan yang berkualitas baik. Haryanto 2004 mengatakan bahwa menurunnya daya dukung sumberdaya
alam pakan untuk usaha ternak karena konversi lahan pertanian, serta perubahan pola budidaya menjadi salah satu penyebab menurunnya populasi ternak. Sementara
itu sub-sektor peternakan diharapkan mampu memenuhi permintaan akan protein hewani yang semakin meningkat, ini berarti menuntut sub-sektor peternakan untuk
14 dapat memacu produksinya baik kuantitas maupun kualitas. Sementara disisi lain,
sub-sektor peternakan dihadapkan pada semakin menyempitnya lahan usaha akibat persaingan yang semakin meningkat baik antar sektor maupun antar sub-sektor
dalam penggunaan lahan. Selain digunakan untuk areal hutan pantai, pelabuhan, dan pariwisata,
kawasan pesisir pantai juga dapat kita manfaatkan untuk pembukaan lahan peternakan dimana luasnya lahan yang belum termanfaatkan secara baik di areal
pesisir pantai terutama daerah pantai utara Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon diharapkan dapat kita manfaatkan sebagai areal yang potensial untuk usaha
peternakan domba.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi wilayah pesisir pantai utara Kecamatan Gebang guna pengembangan usaha peternakan ruminansia
khususnya ternak domba, serta mengidentifikasi jenis hijauan makanan ternak terutama rumput lokal yang potensial.
Manfaat
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang potensi
wilayah pesisir pantai utara Kabupaten Cirebon, khususnya di Kecamatan Gebang dalam hal pengembangan usaha ternak domba.
2. Menghasilkan data hijauan makanan ternak serta rumput lokal potensial yang
dapat tumbuh di daerah pesisir pantai utara Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon.
Hipotesis
Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon memiliki potensi yang cukup baik untuk pengembangan usaha peternakan domba dimasa datang, hal ini didasari pada
potensi yang dimiliki oleh Kecamatan Gebang yang selain sebagai daerah perikanan juga sebagai daerah pertanian.
15
TINJAUAN PUSTAKA Kecamatan Gebang
Kecamatan Gebang merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Cirebon, secara topografi Kecamatan Gebang adalah daerah dataran rendah dengan rata-rata
ketinggian 6 meter dari permukaan laut. Luas Kecamatan Gebang adalah seluas 31,68 km
2
Berdasarkan letak geografisnya, wilayah Kecamatan Gebang dibatasi oleh: Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Kecamatan Pangenan, Sebelah Utara
berbatasan dengan wilayah Laut Jawa, Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Kecamatan Pabedilan, dan Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Kecamatan
Babakan. yang terdiri dari 13 wilayah desa yaitu Desa Dompyong Kulon,
Dompyong Wetan, Kalimekar, Kalimaro, Gagasari, Kalipasung, Gebang Kulon, Gebang, Gebang Udik, Gebang Ilir, Gebang Mekar, Pelayangan, dan Melakasari.
Lahan Pesisir
Kawasan Pesisir Kabupaten Cirebon
merupakan kawasan yang memiliki berbagai keunikan dan fungsi yang dimanfaatkan bagi pengembangan kegiatan
manusia. Secara ekologis wilayah pesisir merupakan suatu wilayah peralihan antara ekosistem daratan dan lautan dengan batas ke arah daratan mencakup daerah-daerah
yang tidak tergenang maupun tergenang air. Daerah ke arah darat, mencakup wilayah yang masih dipengaruhi oleh prosesproses yang terjadi di laut seperti pasang-surut,
percikan gelombang, angin laut dan intrusi garam, sedangkan batas ke arah laut meliputi wilayah yang dipengaruhi oleh proses-proses alamiah dan kegiatan manusia
di daratan seperti aliran air tawar river run off and surface run off, sedimentasi, pencemaran dan lainnya Clark, 1996 dan Dahuri et al., 1996. Secara geografis
mempunyai fungsi yang sangat strategis yaitu sebagai salah satu pusat kegiatan perikanan rakyat di pantai utara Pulau Jawa yang cukup ramai dan berada di
perbatasan antara Propinsi Jawa Barat dengan Propinsi Jawa Tengah. Selain itu tentu saja memiliki potensi yang sangat baik dalam konteks pariwisata.
Selain digunakan untuk areal hutan pantai, pelabuhan, dan pariwisata, kawasan pesisir pantai juga dapat kita manfaatkan untuk pembukaan lahan
16 peternakan dimana luasnya areal pantai terutama daerah pantai utara pulau Jawa
diharapkan dapat kita manfaatkan sebagai areal penghasil hijauan makanan ternak. Daerah pantai atau pesisir pada umumnya memiliki salinitas yang tinggi pada
tanahnya sehingga dapat mengakibatkan rumput dan tanaman sulit tumbuh dan berkembang bahkan mati karena salinitas yang tinggi pada tanah dapat meracuni
tanaman dan merupakan stress lingkungan. Hal ini merupakan suatu tantangan yang harus dihadapi dalam usaha pengembangan lahan pesisir sehingga dapat kita
manfaatkan sebagai lahan penghasil hijauan pakan yang berkualitas guna keberlanjutan pengembangan usaha peternakan khususnya di daerah pesisir.
Secara umum salinitas berhubungan dengan alkalinitas di area dimana evaporasi lebih besar daripada presipitasi, sehingga mengakibatkan akumulasi garam
yang tidak tercuci dalam tanah dengan jumlah atau tipe yang dapat merugikan pertumbuhan tanaman. Kealkalinan terjadi bila dijumpai kejenuhan basa yang tinggi
sehingga pH menjadi tinggi yang dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman akan terganggu.
Akibat yang dapat muncul pada rumput yang ditanam pada tanah salin mengakibatkan warna tajuk menguning, kerapatan dan jumlah individu menurun,
peningkatan presentase kamatian, penurunan tinggi vertikal, bobot kering tajuk, dan bobot akar atau dengan kata lain dapat menghambat pertumbuhan rumput. Daerah
pantai memiliki nilai salinitas tanah yang tinggi disebabkan karena ketersediaan air yang relatif rendah karena terikat oleh senyawa-senyawa garam dan ion Na
+
serta Cl
-
Salinisasi dapat juga terjadi secara setempat dan membentuk tanah salin tipe intrazonal seperti misalnya tanah-tanah yang direklamasi dari dasar laut dan tanah-
tanah di daerah pantai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. yang bersifat racun pada tanaman Alvianto, 2006.
Ekosistem Pesisir
Ekosistem laut merupakan suatu kompleks yang merupakan hasil perpaduan interaksi fisik, biogeokimia, dan hayati. Seperti ekosistem hutan, kawasan pesisir dan
laut juga mempunyai manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan. Berbagai tumbuhan dalam hutan mangrove, misalnya dimanfaatkan sebagai bahan obat, makanan, bahan
bangunan, dan industri. Manfaat sosial ekosistem pesisir dan laut diwujudkan dalam
17 penyediaan sumber penghidupan dan pekerjaan bagi penduduk di wilayah pesisir.
Kawasan pesisir dan laut mempunya jasa lingkungan, diantaranya sebagai penyerap karbon fungsi rumput laut dan pelindung pantai dari erosi fungsi hutan mangrove
BAPPENAS, 2003. Menurut Bengen dalam BAPPENAS 2003, ekosistem pantai terletak antara
garis air surut terendah dengan air pasang tertinggi. Ekosistem ini berkisar dari daerah yang substratnya berbatu dan berkerikil yang mendukung flora dan fauna
dalam jumlah terbatas hingga daerah berpasir aktif dimana populasi bakteri, protozoa, metazoa ditemukan serta daerah bersubstrat liat, dan lumpur dimana
ditemukan sejumlah besar binatang yang jarang muncul ke permukaan infauna. Ekosistem pantai terdiri atas pantai berbatu dan pantai berpasir.
Pantai berbatu merupakan suatu lingkungan pesisir dan laut yang subur. Kombinasi substrat keras untuk penempelan, frekuensi gelombang yang tinggi dan
perairan yang jernih menyediakan habitat yang menguntungkan bagi biota laut. Pantai berpasir tidak menyediakan substrat yang tetap bagi organisme untuk melekat
dan hidup, karena hempasan gelombang yang terus-menerus menggerakkan partikel substratnya.
Hijauan Makanan Ternak
Hijauan makanan ternak hmt merupakan salah satu bahan makanan ternak yang sangat diperlukan dan besar manfaatnya bagi kehidupan dan kelangsungan
populasi ternak. Oleh karenanya, hijauan makanan ternak sebagai salah satu bahan makanan merupakan dasar utama untuk mendukung peternakan terutama bagi
peternak yang setiap harinya membutuhkan cukup banyak hijauan pakan ternak. Hijauan merupakan makanan utama bagi ternak ruminansia, baik dari segi
banyaknya maupun mutunya, sebagai sumber zat-zat makanan yang dibutuhkan untuk seluruh proses hidupnya, terutama yang bisa dimanfaatkan langsung oleh
ternak, misalnya untuk laju pertumbuhan yang cepat dan tercapainya bobot hidup tertentu dalam waktu singkat Susetyo, 1980.
Menurut Aminudin 1997, pakan merupakan faktor dominan yang perlu diperhatikan dalam upaya meningkatkan produksi ternak. Kebutuhan untuk pakan
18 kurang lebih 80 dari kebutuhan setiap harinya bagi ternak ruminansia besar dan
kecil. Sehingga dalam penyediaannya harus selalu kontinyu sepanjang tahun. Mutu hijauan makanan ternak, pada setiap tempat, akan berbeda menurut
daerah atau jenis tanahnya. Hal ini masing-masing dipengaruhi oleh subur tidaknya tanah, kaya tidaknya unsur hara yang terdapat didalamnya. Semakin tanah kaya akan
unsur hara, semakin tanaman hijauan akan menjadi subur, bermutu, dan berproduksi tinggi. Produksi hijauan sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: 1
kemampuan bertahan untuk hidup dan berkembang biak secara vegetatif, 2 agresivitas, 3 kemampuan untuk tumbuh kembali setelah terjadi penginjakan
ataupun setelah ada penggembalaan ternak, 4 penyebaran produksi musiman, 5 tahan kering dan dingin, 6 kesuburan tanah, dan 7 iklim Mcllroy, 1997.
Rumput Lapang
Rumput lapang merupakan salah satu makanan pokok untuk ternak domba Wiradarya, 1991. Rumput lapang adalah campuran dari beberapa jenis rumput
lokal yang umumnya tumbuh secara alami dengan daya produksi dan kualitas nutrisi yang rendah, namun rumput lapang merupakan hijauan yang mudah didapat,
murah, dan pengelolaannya mudah Wiradarya, 1989. Rumput lapang banyak tumbuh disekitar sawah atau ladang, pegunungan, tepi jalan, dan semak-semak.
Rumput ini tumbuh liar sehingga memiliki mutu yang kurang baik untuk pakan ternak Aboenawan, 1991.
Ternak Domba
Domba merupakan salah satu jenis ternak yang sangat potensial untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, mengingat daging domba dapat dengan mudah
diterima oleh berbagai lapisan masyarakat dan agama khususnya di Indonesia. Menurut Blakely dan Bade 1991, domba dapat diklasifikasikan sebagai kingdom
Animalia, filum Chordata, kelas Mamalia, ordo Artiodactyla, family Bovidae, genus Ovis, dan spesies Ovis aries.
Domba asli Indonesia disebut dengan bangsa domba lokal. Ternak domba lokal memiliki beberapa keunggulan dan nilai ekonomis yang beragam diantaranya:
1 daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan termasuk terhadap pakan yang sangat jelek, 2 menyukai hidup berkoloni sehingga memudahkan pengawasan,
19 3 memiliki kemampuan reproduksi yang relatif tinggi, 4 produk sampingan berupa
kulit, bulu, tulang, dan kotoran ternak yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri Abidin dan Sodiq, 2002.
Pengembangan Usaha Peternakan
Peternakan di Indonesia pada umumnya adalah peternakan rakyat yang mempunyai skala kepemilikan yang relatif sedikit, yang merupakan usaha sampingan
dari sektor pertanian Masngut, 2003. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ternak adalah hewan piara yang
sebagian besar dari kehidupannya diatur dan diawasi oleh manusia dan dipelihara khusus untuk diambil manfaatnya baik berupa bahan-bahan dan jasa yang dihasilkan
olehnya untuk kepentingan manusia. Pada dasarnya manfaat yang dapat diambil manusia dari ternak bersumber
dari adanya kesanggupan ternak untuk mengubah bahan-bahan kasar, seperti rerumputan dan hijauan lainnya, berbagai jerami, sisa-sisa hasil tanaman bahan
makanan manusia yang tak berguna lagi bagi manusia misalnya, dedak, bungkil, dan sebagainya, menjadi bahan-bahan yang bernilai tinggi yang sangat dibutuhkan oleh
manusia seperti daging, telur, susu, wol, kulit, serta tenaga dan pupuk yang juga dibutuhkan manusia untuk keperluan pertanian.
Dengan bertambah majunya ilmu pengetahuan dan bertambah majunya tingkat hidup masyarakat, makin besarlah kebutuhan bahan-bahan makanan yang
bberasal dari ternak, sehingga semakin pentinglah arti peternakan, lebih-lebih di negara yang sedang berkembang seperti di negara Indonesia ini Samad dan Soeraji,
1990. Angka statistik maupun hasil penelitian menunjukkan bahwa produk-produk
industri peternakan dan bisnis di sektor peternakan telah menyumbangkan angka pertumbuhan ekonomi pertanian yang sangat mencolok. Melihat peluang yang besar
tersebut sektor peternakan perlu mendapatkan perhatian khusus, dalam hal ini pemerintah sebagai lembaga institusi yang mempunyai peran penting dalam rangka
menentukan kebijakan-kebijakan di sektor pertanian dan sektor peternakan pada khususnya dengan memberikan kesempatan yang luas kepada usaha kecil,
menengah, dan koprasi di bidang peternakan. Khususnya petani peternak dimana
20 mayoritas mereka mengandalkan tumpuan ekonominya pada sektor pertanian dan
peternakan. Kelembagaan peternakan mempunyai peran yang besar dalam rangka
pembangunan peternakan. Lembaga ini berperan sebagai wadah yang mampu memberikan naungan kepada peternak terhadap gejolak yang timbul. Misalnya
dengan adanya lembaga ini peternak mempunyai kekuatan pasar dimana posisi tawar akan tinggi sehingga peternak tidak mudah dikuasai atau dirugikan oleh pihak lain
yang ingin mempermainkan harga. Selain itu peternak akan mempunyai jaringan pasar yang lebih luas.
Pemanfaatan teknologi dalam dunia peternakan belum banyak dirasakan oleh sebagian petani ternak, karena teknologi yang ada sekarang memerlukan biaya yang
tinggi dan kurang cocok bila diterapkan pada petani ternak karena keterbatasan sarana dan prasarana serta sumber daya manusia yang kurang mendukung. Padahal
teknologi dalam dunia peternakan sangat diperlukan dalam rangka peningkatan produksi dan peningkatan kualitas produk yang dihasilkan. Untuk itu peran serta
semua pihak sangat diperlukan untuk mendukung terciptanya dan pemanfaatan teknologi tepat guna pada tingkat peternak Masngut, 2003.
21
MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2011, bertempat di pesisir pantai utara Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon Provinsi
Jawa Barat. Zona pengamatan dibagi menjadi 3 zona berdasarkan jarak dari pantai.
Gambar 1. Peta Zona Pengamatan, Kecamatan Gebang.
Materi
Materi penelitian adalah hijauan makanan ternak serta rumput lokal yang tumbuh di Kecamatan Gebang dan alat-alat yang digunakan berupa kuadran
berukuran 0.5m x 0.5m, pisau, kantong plastik, alat tulis, alkohol 70, kertas buram, dan label.
Pelaksanaan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survey dengan melakukan wawancara dengan beberapa peternak domba terkait kondisi
peternakan, serta meninjau langsung keberagaman hijauan makanan ternak terutama rumput lapang di Kecamatan Gebang yang dibagi menjadi tiga zona pengamatan
berdasarkan jarak dari pantai yaitu: zona-1 0-1 km dari pantai; zona-2 1-2 km dari Zona-1
Zona-3 Zona-
22 pantai; dan zona-3 2-3 km dari pantai. Lokasi pengambilan sampel pada tiap zona
didasari pada banyaknya peternak yang mengambil dan memanfaatkan rumput lapang pada daerah pengambilan sampel tersebut.
Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer didapat dari semua responden melalui wawancara dengan beberapa peternak
mengenai kondisi peternakan, teknik observasi yaitu pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung ke lapangan untuk mengetahui fenomena
atau gejala yang ada pada objek-objek penelitian dan pengukuran langsung di lapangan.
Data sekunder diperoleh dari bahan tertulis atau pustaka yang dapat dipercaya dan berhubungan dengan penelitian berupa data-data pendukung yang diperoleh dari
instansi terkait seperti Kantor Kecamatan Gebang dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Cirebon.
Identifikasi Rumput Lapang
Rumput lapang diidentifikasi dengan bantuan herbarium. Herbarium adalah tumbuhan yang telah dikeringkan dengan suatu proses tertentu. Selain itu herbarium
dapat diartikan sebagai koleksi kering specimen tumbuhan yang digunakan dalam penelitian maupun sebagai museum tumbuhan. Pembuatan herbarium hijauan pakan
khususnya rumput yang ada di Kecamatan Gebang bertujuan untuk memberikan contoh specimen tumbuhan dalam bentuk awetan kering dan untuk memudahkan
proses identifikasi. Metode yang digunakan dalam pembuatan herbarium rumput mengacu pada
metode Stone 1983 yaitu eksplorasi koleksi tumbuhan dengan bunga dan buah fertil diproses untuk spesimen herbarium, baik koleksi kering, basah, maupun
karpologi. Setiap rumput lokal yang ditemukan tumbuh di Kecamatan Gebang dibuat koleksi herbariumnya dengan cara mengambil 1 helai sampel tanaman rumput
lengkap dengan akar dan bunga serta daunnya, lalu semprotkan alkohol 70 pada seluruh bagian tanaman, direkatkan pada kertas, kemudian dipadatkan press hingga
kering.
23 Rumput lapang yang telah dijadikan herbarium kemudian diidentifikasi
dengan menggunakan metode studi literatur yaitu dengan melihat dan menyamakan antara herbarium dengan foto-foto atau gambar yang terdapat dalam buku-buku yang
membahas khusus tentang rumput.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil survey lapangan dan profil kecamatan diolah secara deskriptif meliputi gambaran keadaan umum lokasi penelitian, serta
karakteristik peternakan domba di lokasi penelitian. Metode pengolahan data yang digunakan adalah perhitungan komposisi botani metode “dry weight rank”, analisis
Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia KPPTR metode Nell dan Rollingson, serta analisis SWOT.
Analisis Komposisi Botani Rumput Lapang
Analisis komposisi botani yang dilakukan adalah analisisi metode “Dry Weight Rank” menurut Mannetje dan Haydock 1963. Metode ini digunakan untuk
menaksir komposisi botani padang rumput atas dasar bahan kering tanpa melakukan pemotogan dan pemisahan spesies hijauan.
Dalam analisis ini digunakan Bingkai kuadran terbuat dari kawat berukuran 0,5m x 0,5m. Kuadran ditempatkan secara acak dilakukan sebanyak 25 kali.
kemudian catat semua spesies yang ada dan lakukan estimasi perhitungan persentase dalam angka spesies yang menduduki peringkat pertama, kedua, dan ketiga dalam
hal bahan kering. Pemilihan lokasi sampling dilakukan berdasarkan banyaknya peternak yang mengambil rumput dan memanfaatkannya untuk makanan ternak
mereka di lokasi tersebut.
Analisis Kapasitas Daya Tampung Nell dan Rollinson
Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia KPPTR merujuk pada metode Nell dan Rollinson 1974 yang merupakan metoda komparatif yang
memebatasi diri hanya pada sumber-sumber hijauan pakan yang tercatat luas atau ukurannya dalam laporan statistik.
24 Potensi penyediaan hijauan dari sumber-sumber tersebut dikonversikan
terhadap potensi padang rumput alami seperti ditampilkan pada Tabel.1, kemudian dilakukan perhitungan potensi penyediaan hijauan sebagai berikut.
Tabel.1 Sumber Hijauan Makanan Ternak dan Nilai Konversi Kesetaraan Sumber Hijauan
Nilai konversi kesetaraan Sumber pembaku
Keterangan Padang rumput
permanen Prp sumber pembaku
- Produksi: 15 ton BKHathn
Sawah bera Sb 10 luas Sb setara Prp
Galengan sawah Gs 100 luas Gs setara Prp
Luas galengan: 3 luas sawah
Tegalan Tg 1 luas Tg setara Prp
Pinggir jalan Pj Setiap 1 km panjang jalan
setara 0,5 Ha Prp
1. Analisis Daya Dukung ST
Rumus : Potensi hijauan pakan
Konsumsi ternakhari x 365 hari
Keterangan: 1.
Potensi hijauan pakan dalam bentuk BK dengan satuan kgtahun 2.
Konsumsi atau kebutuhan ternak dengan satuan kg BK SThari 3.
365 hari=1 tahun 2.
Analisis KPPTR Efektif ST = Daya Dukung – POPRIIL Keterangan: POPRIIL adalah populasi riil ternak ruminansia ST pada tahun
tertentu.
Analisis SWOT
Analisis SWOT merupakan identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi pengambilan keputusan. Analisis ini meliputi analisis
faktor internal dan analisis faktor eksternal yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi. Analisis faktor internal meliputi penilaian terhadap
faktor kekuatan dan kelemahan. Sementara analisis faktor eksternal mencakup faktor peluang dan tantangan.
25
A. Pendekatan Kuantitatif Matriks SWOT