Penanganan Tempat Kejadian Perkara Sebagai Bagian Dari Tahap Penyidikan

B. Penanganan Tempat Kejadian Perkara Sebagai Bagian Dari Tahap Penyidikan

Didalam pasal 1 butir 2 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana menyatakan bahwa Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. Tempat kejadian perkara disingkat TKP merupakan bagian pokok dari pangkal pengungkapan perkara pidana karena ditempat kejadian perkara dapat ditemukan interaksi antara pelaku kejahatan tersangka alat bukti yang digunakan dan saksikorban kejahatan, pada saat terjadinya peristiwa pidana 26 a. menyelamatkan nyawa korban atau harta kekayaan orang; , sehingga diperlukan suatu proses pemeriksaan tempat kejadian perkara yang merupakan bagian dari tahap penyidikan. Pasal 7 ayat 1 huruf b KUHAP mengatakan bahwa penyidik berwenang melakukan tindakan pertama pada saat ditempat kejadian perkara. Dimana menurut P.A.F Lamintang yang dimaksud dengan melakukan tindakan pertama ditempat kejadian adalah melakukan segala macam tindakan yang oleh penyidik dipandang perlu untuk: b. menangkap pelakunya apabila pelaku tersebut masih berada dalam jangkauan penyidik untuk segera ditangkap; 26 .Surat Keputusan Kapolri, Op. Cit.,hal 77. c. menutup tempat kejadian bagi siapapun yang kehadirannya di situ tidak diperlukan untuk menyelamatkan korban, untuk menyelamatkan harta kekayaan orang atau untuk kepentingan penyelidikan dan penyidikan dengan maksud agar tempat kejadian itu tetap berada dalam keadaan yang asli untuk memudahkan penyelidikan dan penyidikan. d. Menemukan, menyelamatkan, mengumpulkan dan mengambil barang-barang bukti serta bekas-bekas yang dapat membantu penyidik untuk mendapatkan petunjuk tentang identitas pelaku, tentang cara dan alat yang telah digunakan oleh pelakunya dan untuk melemahkan alibi yang mungkin saja akan dikemukakan oleh tersangka apabila ia kemudian berhasil ditangkap; e. Menemukan saksi-saksi yang diharapkan dapat membantu penyidik untuk memecahkan persoalan yang sedang ia hadapi, dan memisahkan saksi-saksi tersebut agar mereka itu tidak dapat berbicara satu dengan yang lain, dll. 27 Serta menurut P.A.F Lamintang yang dimaksud dengan tempat kejadian itu ialah tempat dimana telah dilakukan sesuatu tundak pidana, lebih lanjut beliau menyatakan pula dalam melakukan tindakan pertama ditempat kejadian penyidik perlu menyadari akan pentingnya beberapa hal berikut: 27 P.A.F Lamintang dan Theo Lamintang, Pembahasan KUHAP Menurut Ilmu Pengetahuan Hukum Pidana dan Yurisprudensi, Jakarta: Sinar Grafika, 2010, hal. 75-76. a. Bahwa bukti-bukti dan berkas-berkas ditempat kejadian perkara sangat mudah hilang dan rusak, karena terinjak kedalam tanah, tertendang oleh kaki ke tempat-tempat yang tidak disangka- sangka, tersentuh oleh tangan atau benda-benda lain; b. Bahwa sudah dapat dipastikan para pelakuk sesuatu tindak pidana itu akan meninggalkan bukti-bukti dan bekas-bekas ditempat kejadian perkara, karena itu mereka tidak mungkin dapat menghilangkan semua bekas yang telah mereka buat ditempat kejadian perkara karena ingin lekas meninggalkan tempat tersebut, kecuali apabila tindak pidana yang mereka lakukan itu telah direncanakan secara sempurna sekali; c. Bahwa tidak ada satupun barang bukti atau bekas yang terdapat ditempat kejadian itu yang tidak berguna untuk mengungkapkan peristiwa yang telah terjadi dan untuk menyelidiki siapa pelakunya; d. Bahwa berhasil tidaknya seorang penyidik mengungkap peristiwa yang telah terjadi atau dapat mengetahui siapa pelaku tindak pidana yang telah terjadi itu tergantung pada berhasil tidaknya penyidik tersebut menemukan, mengumpulkan dan mengamankan barang- barang bukti atau bekas yang telah ditinggalkan oleh pelakunya ditempat kejadian perkara; e. Bahwa harus dijaga agar tidak satupun benda yang terdapat ditempat kejadian perkara itu disentuh, dipindahkan atau diangkat dari tempatnya yang semula oleh siapapun sebelum benda-benda tersebut dipotret, digambar dalam satu sketsa mengenai tempat dimana-mana benda tersebut dijumpai, dicatat mengenai tempat ditemukannya benda-benda tersebut, letaknya, keadaannya dan lain-lain untuk memudahkan pembuatan berita acara mengenai penemuan-penemuan itu sendiri; f. Bahwa pada semua benda yang ditemukan ditempat kejadian itu harus diberikan tanda-tanda tertentu dan pemberian tanda-tanda itu harus dicatat oleh penyidik, dan diusahakan agar pemberian tanda- tanda itu jangan sampai merusak tanda-tanda atau bekas-bekas yang telah ada pada benda-benda tersebut. 28 Andi Hamzah mengingatkan tentang tempat kejadian perkara sebagai berikut “penyidik waktu melakukan pemeriksaan pertama kali di tempat kejadian perkara sedapat mungkin tidak mengubah, merusak keadaan di tempat kejadian agar bukti-bukti tidak hilang atau menjadi kabur. Hal ini dimaksudkan agar sidik jari begitu pula bukti-bukti yang lain seperti jejak kaki, bercak darah, air mani, rambut dan sebagainya tidak hapus atau hilang”. Sebagai contoh perubahan di tempat kejadian perkara merugikan usaha penyidik, Andi Hamzah mengemukakan kejadian sebagai berikut: suatu kejadian yang menggemparkan terjadi di Jakarta yakni pembunuhan nyoya Sari Dewi Hadiati di siang hari di hotel Sahid Jaya pada tanggal 4 April 1983, pemeriksaan di tempat kejadian perkara kurang membawa titik terang 28 Harun M Husein, Penyidikan dan Penuntutan dalam Proses Pidana, Jakarta: Rineka Cipta, 1991, hal.105-106. terungkapnya pembunuhan itu karena petugas keamanan hotel tersebut telah memindahkan barang-barang bukti sehingga sidik jari pelaku terhapus. Mengingat pentingnya penanganan tempat kejadian perkara tindakan tersebut dalam penyidikan. Menuntut ketelitian, kecermatan serta pengetahuanpengalaman dan keterampilan teknis penyidik, maka dalam praktek pemeriksaan tempat kejadian perkara pada umumnya dipimpin oleh perwira reserse yang dipandang cakap untuk menangani tugas tersebut. Dalam praktek biasanya penanganan tempat kejadian perkara melibatkan team dari unsur-unsur sabhara, reserse, dokumentasifotografidan dactiloscopy. Bahkan terkadang melibatkan pula unsur diluar dari kepolisian seperti dokter dan para medis. 29 1. menjaga agar tempat kejadian perkara tetap utuhtidak berubah sebagaimana pada saat dilihat dan diketemukan petugas yang melakukan tindakan pertama di tempat kejadian perkara. Adapun tujuan dari penanganan tempat kejadian perkara sebagai bagian dari tahap penyidikan adalah: 2. untuk memberikan pertolonganperlindungan kepada korbananggota masyarakat yang memerlukan, sambil menunggu tindakan pengolahan tempat kejadian perkara. 3. untuk melindungi agar barang bukti dan jejak yang ada tidak hilang, rusak atau terjadi penambahanpengurangan dan berubah letaknya, 29 Ibid,. hal.108. yang berakibat menyulitkanmengaburkan pengolahan tempat kejadian perkara dalam melakukan penyelidikan secara ilmiah. 4. untuk memperoleh keterangan dan fakta sebagai bahan penyidikan lebih lanjut dalam mencari, menemukan dan menentukan pelaku, korban, saksi-saksi, barang bukti, modus operandi dan alat yang dipergunakan dalam upaya pengungkapan tindak pidana. 30

C. Peranan Penyidik Dalam Melakukan Penanganan Tempat Kejadian Perkara