Masalah dan Konflik Kerja-Keluarga serta Strategi Penyeimbangan pada Keluarga dengan Suami Isteri Bekerja

MASALAH DAN KONFLIK KERJA-KELUARGA SERTA
STRATEGI PENYEIMBANGAN PADA KELUARGA DENGAN
SUAMI ISTERI BEKERJA

RISDA RIZKILLAH

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul masalah dan konflik
kerja – keluarga serta strategi penyeimbangan pada keluarga dengan suami isteri
bekerja adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2013
Risda Rizkillah
NIM I24090013

RINGKASAN

RISDA RIZKILLAH. Masalah dan Konflik kerja–Keluarga serta Strategi
Penyeimbangan pada Keluarga dengan Suami Isteri Bekerja. Dibimbing oleh
EUIS SUNARTI dan TIN HERAWATI.
Di era globalisasi tuntutan kebutuhan akan ekonomi semakin meningkat,
hal tersebut menyebabkan keluarga harus memaksimalkan penggunaan
sumberdaya yang ada namun sumberdaya yang ada di dalam keluarga terbatas.
Hal ini menyebabkan ibu yang dahulu hanya mengurus rumah tangga dan anakanaknya saja, kini ibu mempunyai peran kedua yaitu sebagai pekerja. Di samping
itu, seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, semakin terbuka pula
kesempatan bagi wanita untuk mengaktualisasikan dirinya. Fakta banyaknya
perempuan bekerja dapat dilihat berdasarkan data BPS (2010) yang menunjukkan
bahwa Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan meningkat sebesar
3.53 persen pada tahun 2010. Apabila perempuan turut andil dalam kegiatan

bekerja, maka perempuan akan memiliki peran ganda yaitu bertanggung jawab
pada tugas pekerjaan dan tugas keluarga. Karir ganda memunculkan masalah baru
apabila pasangan tidak dapat menyimbangkan baik masalah pekerjaan maupun
masalah keluarga (Christine et al. 2010). Selain itu seseorang yang tidak mampu
mengintegrasikan kepentingan kerja-keluarga cenderung akan mengalami
ketegangan atau konflik (Hatta 2011). Timbulnya masalah baik di pekerjaan dan
keluarga mengharuskan perempuan yang memiliki peran ganda mampu mengatur
keseimbangan antara kerja-keluarga yang baik agar mereka dapat mencegah
terjadinya konflik kerja–keluarga. Strategi penyeimbangan dilakukan untuk
mencegah terjadinya konflik peran ganda yang di alami oleh perempuan.
Penelitian ini merupakan penelitian payung bertema keseimbangan kerjakeluarga yang menggunakan disain cross sectional. Lokasi penelitian di pilih
secara purposive, yaitu di Kota Bogor pada Kecamatan Bogor Barat (Kelurahan
Pasir Jaya dan Menteng) dan Kecamatan Bogor Tengah (Kelurahan Paledang dan
Panaragan). Pengambilan data dilakukan selama tiga bulan Februari-April 2013.
Contoh dalam penelitian ini adalah ibu bekerja yang memiliki anak usia
0–9
tahun yang bekerja pada jenis pekerjaan formal atau informal dengan alokasi
waktu kerja maksimal delapan jam atau lebih dari delapan jam pada keluarga
dengan suami isteri bekerja di Kecamatan Bogor Barat dan Kecamatan Bogor
Tengah. Teknik penarikan contoh dilakukan secara stratified non proportional

random sampling berdasarkan alokasi waktu kerja dengan contoh sebanyak 160
orang. Data sekunder didapatkan melalui studi literatur dari buku, internet, dan
penelitian-penelitian sebelumnya yang terkait dengan topik penelitian. Data
primer diperoleh dari hasil penggalian informasi yang dilakukan melalui
wawancara dengan menggunakan kuesioner yang meliputi karakteristik keluarga,
masalah kerja-keluarga, konflik kerja-keluarga, dan strategi penyeimbangan.
Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan uji
beda Independent Samples T-Test.
Berdasarkan hasil penelitian terdapat perbedaan yang signifikan pada
semua item karakteristik keluarga berdasarkan jenis pekerjaan sedangkan
berdasarkan alokasi waktu kerja, hanya pendidikan isteri dan suami, pendapatan

isteri, dan pendapatan perkapita yang berbeda secara signifikan. Rataan besar
keluarga isteri dengan jenis pekerjaan informal (4.72) lebih besar dibandingkan
isteri dengan jenis pekerjaan formal (3.79). Begitu pula berdasarkan usia isteri dan
suami dimana isteri dengan jenis pekerjaan informal memiliki rataan usia lebih
besar dibandingkan isteri dengan jenis pekerjaan formal. Namun pada rataan
pendidikan isteri dan suami, pendapatan perkapita, dan pendapatan isteri, isteri
dengan jenis pekerjaan formal lebih besar dibandingkan isteri dengan jenis
pekerjaan informal. Rataan pendidikan isteri dan suami, pendapatan isteri, dan

pendapatan perkapita isteri dengan alokasi waktu kerja lebih dari delapan jam
lebih besar dibandingkan isteri dengan alokasi waktu kerja maksimal delapan jam.
Secara keseluruhan 42.5 persen Isteri mengalami masalah terkait pengasuhan
anak.
Persentase capaian kerja menggangu keluarga lebih tinggi dibandingkan
persentase capaian konflik keluarga menggangu pekerjaan. Isteri dengan jenis
pekerjaan formal memiliki persentase capaian lebih tinggi dibandingkan isteri
dengan jenis pekerjaan informal, terutama dalam hal tidak bisa menyelesaikan
sesuatu dirumah karena adanya tuntutan dari pekerjaan. Isteri dengan alokasi
waktu kerja lebih dari delapan jam memiliki persentase capaian total konflik
kerja-keluarga lebih tinggi dibandingkan isteri dengan alokasi waktu kerja
maksimal delapan jam terutama pada dalam hal dimana jumlah waktu yang
diambil untuk bekerja membuat isteri sulit memenuhi tanggung jawab keluarga.
Hampir separuh isteri (45%) melakukan strategi penyeimbangan kerja-keluarga
dengan cara merencanakan kegiatan dengan baik. Berdasarkan strategi
penyeimbangan, isteri dengan jenis pekerjaan formal memiliki persentase capaian
lebih tinggi dibandingkan isteri dengan jenis pekerjaan informal. Strategi
penyeimbangan berdasarkan alokasi waktu kerja, isteri dengan alokasi waktu
kerja lebih dari delapan jam memiliki persentase capaian lebih tinggi
dibandingkan isteri dengan alokasi waktu kerja maksimal delapan jam.

Berdasarkan hasil uji beda masalah kerja-keluarga terdapat perbedaan
yang signifikan pada isteri dengan jenis pekerjaan formal dan informal terkait
masalah kurangnya waktu dengan anak, kesulitan berkomunikasi dengan
keluarga, dan sulit membagi pekerjaan dengan anggota keluarga dimana isteri
dengan jenis pekerjaan formal lebih besar dibandingkan isteri dengan jenis
pekerjaan informal. Selain itu, perbedaan yang signifikan juga terjadi pada
masalah kelelahan fisik dan masalah terkait pendapatan dari pekerjaan dimana
isteri dengan jenis pekerjaan informal lebih besar dibandingkan isteri dengan jenis
pekerjaan formal. Tidak ada perbedaan yang signifikan terkait variabel konflik
kerja-keluarga berdasarkan jenis pekerjaan sedangkan berdasarkan alokasi waktu
kerja terdapat perbedaan yang sangat signifikan (α= 0.005) pada konflik kerja
mengganggu keluarga dan signifikan (α = 0.029) pada total konflik kerjakeluarga. Berdasarkan persentase capaian total strategi penyeimbangan, terdapat
perbedaan yang signifikan berdasarkan jenis pekerjaan (formal dan informal),
namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan berdasarkan alokasi waktu kerja
(≤8 jam dan > 8 jam).
Kata kunci: masalah
kerja-keluarga,
penyeimbangan

konflik


kerja-keluarga,

strategi

ABSTRAK
RISDA RIZKILLAH. Masalah dan Konflik Kerja–Keluarga serta Strategi
Penyeimbangan pada Keluarga dengan Suami Isteri Bekerja. Dibimbing oleh
EUIS SUNARTI dan TIN HERAWATI.
Peran ganda yang dimiliki perempuan dapat menyebabkan terjadinya
masalah dan konflik kerja-keluarga sehingga keluarga perlu melakukan strategi
penyeimbangan terkait kerja-keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
perbedaan masalah dan konflik kerja-keluarga serta strategi penyeimbangan pada
keluarga dengan suami isteri bekerja. Contoh dalam penelitian ini adalah isteri
bekerja yang memiliki anak usia 0-9 tahun, bekerja pada jenis pekerjaan formal
atau informal dan alokasi waktu kerja maksimal 8 jam atau lebih dari 8 jam yang
diambil secara stratified non proportional random sampling sebanyak 160 orang.
Pengambilan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Hasil
penelitian menunjukkan masalah kerja-keluarga yang paling dirasakan oleh
contoh adalah masalah pengasuhan anak. Terdapat perbedaan yang signifikan

pada konflik kerja-keluarga berdasarkan alokasi waktu kerja dan perbedaan yang
signifikan pada strategi penyeimbangan berdasarkan jenis pekerjaan. Konflik
kerja-keluarga dan strategi penyeimbangan lebih tinggi pada contoh dengan jenis
pekerjaan formal dibandingkan contoh dengan jenis pekerjaan informal dan lebih
tinggi pada contoh dengan alokasi waktu kerja lebih dari 8 jam dibandingkan
pada contoh yang alokasi waktu kerjanya maksimal 8 jam.
Kata kunci: masalah
kerja-keluarga,
penyeimbangan.

konflik

kerja-keluarga,

strategi

ABSTRACT
RISDA RIZKILLAH. Work-Family Problem and Conflict and Balancing Strategy
in Dual Earner Family. Supervised by EUIS SUNARTI dan TIN HERAWATI.
Dual role that women have can make work-family problem and work-family

conflict, so working wife need to do work-family balancing strategy. This study
aims to analyze work-family problem and conflict and balancing strategies in
dual earner families. The sample in this study are working wives that had children
aged 0-9 years old, working on the formal or informal job and allocation of
working time up to 8 hours or more than 8 hours taken in stratified nonproportional random sampling of 160 people. Data were collected by interview
using a questionnaire. The results show that work-family problem most felt by the
sample is problem of childcare. There are significant differences of work-family
conflict based on types of job and balancing strategy based on allocation of
working time. Work- family conflict and balancing strategy are higher in sample
who work in formal job than informal job, and higher in sample with allocation of
working time more than 8 hours than sample with allocation of working time up
to 8 hours.
Keywords: balancing strategy, work-family conflict, work-family problem

MASALAH DAN KONFLIK KERJA-KELUARGA SERTA
STRATEGI PENYEIMBANGAN PADA KELUARGA DENGAN
SUAMI ISTERI BEKERJA

RISDA RIZKILLAH


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Masalah dan Konflik Kerja-Keluarga serta Strategi
Penyeimbangan pada Keluarga dengan Suami Isteri Bekerja
Risda Rizkillah
124090013

Judul Skripsi
Nama
NIM


Disetujui oleh

Prof.Dr.Ir.Euis Sunarti,MSi
Pembimbing 1

Dr Tin Herawati, SP. M.Si
Pembimbing II

rtoyo, MSc
Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

Tanggal Lulus:

Uセ U@

A lJ 2: ' 3

Judul Skripsi

:


Nama
NIM

:
:

Masalah dan Konflik Kerja-Keluarga serta Strategi
Penyeimbangan pada Keluarga dengan Suami Isteri Bekerja
Risda Rizkillah
I24090013

Disetujui oleh

Prof.Dr.Ir.Euis Sunarti,MSi
Pembimbing I

Dr Tin Herawati, SP. M.Si
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Hartoyo, MSc
Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Rasa syukur juga penulis
haturkan pada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi motivator kehidupan
bagi penulis.

1.

2.

3.

4.
5.

6.

7.

Pembuatan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu
terima kasih penulis ucapkan kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis
dalam menyusun usulan penelitian ini. Atas bantuannya, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti, M.Si selaku dosen pembimbing satu dan dosen
pembimbing akademik dan Dr. Tin Herawati, SP, M.Si selaku dosen pembimbing
dua atas bimbingan, doa, dan arahan yang diberikan kepada penulis untuk
menyelesaikan penelitian ini
Dr.Ir. Hartoyo, M.Sc dan Ir. Melly Latifah, M.Si selaku dosen penguji skripsi dan
Megawati Simanjuntak, SP, M.Si selaku dosen pemandu seminar atas arahan dan
masukannya sehingga penulisan skripsi ini menjadi lebih baik.
Kedua orangtua, ayahanda Drs. Lukman Al Hakim M.Pd dan Ibunda Dra. Cucu
Sumiati yang selalu memberikan doa, semangat, dan kasih sayangnya yang tidak
pernah berhenti. Saudara penulis Rika Rahmawati M.Psi, Safarrizal Hakim S.H,
dan Mohammad Iqbal sayid Qutub, S.T., serta keluarga besar yang selalu
memberikan dukungan serta semangat yang tiada henti.
Wildan Dhea Gustiyana, SP. atas kesabaran, motivasi dan dukungan yang
diberikan selama penyelesaian skripsi ini.
Teman satu penelitian payung penulis, Fitri Aprliana Hakim, Novy Tri Muktiyah,
Nova Zakiya, dan Rahmi Damayanti, yang saling membantu, bekerjasama,
memberikan masukan, dan memotivasi penulis selama penyelesaian skripsi ini.
Aparat kelurahan, ketua RT/RW, dan kader kelurahan Pasir Jaya, Menteng,
Panaragan, dan Paledang atas bantuan, kemudahan, dan kerjasama yang diberikan
dalam proses pengambilan data.
Istikhamah, Nurhartanti, dan Vioci Vesa Denia sahabat yang selalu memberikan
semangat, motivasi, doa serta sebuah kebersamaan yang indah. Teman-teman IKK
dan pengurus HIMAIKO 2012 atas kebersamaan dan kerjasamanya selama
penulis kuliah di Departemen Ilmu keluarga dan Konsumen
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang
membutuhkan segala informasi yang terdapat didalamnya.
Bogor, Juli 2013

Risda Rizkillah

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

3

Manfaat Penelitian

3

KERANGKA PEMIKIRAN

4

METODE

6

Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

6

Contoh dan Teknik Penarikan Contoh

6

Jenis, Cara Pengumpulan Data dan Cara Pengukuran Variabel

6

Pengolahan dan Analisis Data

8

Definisi Operasional
HASIL DAN PEMBAHASAN

10
11

Hasil

11

Pembahasan

17

SIMPULAN DAN SARAN

20

Simpulan

20

Saran

21

DAFTAR PUSTAKA

21

LAMPIRAN

24

RIWAYAT HIDUP

30

DAFTAR TABEL
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
Tabel 6

Variabel, skala, dan kategori data
Hasil uji beda karakteristik keluarga
Sebaran isteri (%) dan hasil uji beda berdasarkan masalah
kerja- keluarga
Rata-rata persentase capaian dan hasil uji beda konflik kerjakeluarga
Sebaran isteri (%) berdasarkan strategi penyeimbangan yang
dilakukan
Rata-rata persentase capaian dan hasil uji beda strategi
penyeimbangan

8
12
13
14
16
16

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1

Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4

Kerangka pemikiran uji beda karakteristik keluarga, masalah
kerja-keluarga,
konflik
kerja-keluarga,
dan
strategi
penyeimbangan berdasarkan jenis pekerjaan (formal dan
Informal) dan alokasi waktu kerja (≤8 jam dan > 8 jam)
Teknik penarikan contoh
Sebaran skor konflik kerja-keluarga isteri (%) berdasarkan
jenis pekerjaan
Sebaran skor konflik kerja-keluarga isteri (%) berdasarkan
alokasi waktu kerja

5
7
14
15

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4

Persentase capaian konflik kerja-keluarga
Persentase capaian strategi penyeimbangan kerja-keluarga
Hasil uji beda konflik kerja-keluarga
Hasil uji beda strategi penyeimbangan kerja-keluarga

24
24
26
27

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di era globalisasi tuntutan kebutuhan akan ekonomi semakin meningkat,
hal tersebut menyebabkan keluarga harus memaksimalkan penggunaan
sumberdaya yang ada namun sumberdaya yang ada di dalam keluarga terbatas.
Hal ini menyebabkan ibu yang dahulu hanya mengurus rumah tangga dan anakanaknya saja kini mempunyai peran kedua yaitu sebagai pekerja. Di samping itu,
seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, semakin terbuka pula
kesempatan bagi wanita untuk mengaktualisasikan dirinya. Fakta banyaknya
perempuan bekerja dapat dilihat berdasarkan data BPS (2010) yang menunjukkan
bahwa Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan meningkat sebesar
3.53 persen pada tahun 2010. Selain itu menurut data statistik BPS (2012) lebih
dari 41 juta penduduk berjenis kelamin perempuan dan berumur 15 tahun ke atas
adalah seorang pekerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi TPAK perempuan
meliputi umur, tingkat pendidikan, status sosial, dan daerah asal (Slamet 2001).
Badan Pusat Statistik membagi pekerjaan kedalam dua jenis yaitu
pekerjaan formal dan pekerjaan informal. Pekerjaan formal mencakup kategori
berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori buruh/karyawan/pegawai,
sedangkan sisanya adalah informal (BPS 2012). Berdasarkan alokasi waktu kerja,
pekerja di sektor swasta telah diatur jam kerjanya dalam Undang-Undang No.13
tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya pasal 77 sampai dengan pasal 85.
Pada Pasal 77 ayat 1, UU No.13 tahun 2003 menyebutkan bahwa setiap
pengusaha wajib untuk melaksanakan ketentuan jam kerja. Ketentuan jam kerja
ini telah diatur dalam 2 sistem. Kedua sistem tersebut yaitu untuk karyawan yang
bekerja 6 hari dalam seminggu, jam kerjanya adalah 7 jam dalam 1 hari
sedangkan untuk karyawan dengan 5 hari kerja dalam 1 minggu, kewajiban
bekerja mereka 8 jam dalam 1 hari.
Apabila perempuan turut andil dalam kegiatan bekerja, maka perempuan
akan memiliki peran ganda yaitu bertanggung jawab pada tugas pekerjaan dan
tugas keluarga. Peran ganda bagi perempuan merupakan sesuatu yang sulit,
karena perempuan menghabiskan waktu lebih banyak untuk aktivitas rumah
tangga dan jauh lebih banyak waktu untuk anak, sehingga mereka harus membuat
penyesuaian yang lebih pada jadwal kerja mereka (Friedman dan Greenhaus
2000). Karir ganda dapat memunculkan masalah baru apabila pasangan tidak
dapat menyimbangkan baik masalah pekerjaan maupun masalah keluarga
(Christine et al. 2010). Selain itu seseorang yang tidak mampu mengintegrasikan
kepentingan kerja-keluarga cenderung akan mengalami ketegangan atau konflik
(Hatta 2011). Milkie (1999) menyatakan bahwa bagi perempuan hal-hal yang
mempengaruhi ketidakseimbangan antara pekerjaan dan keluarga antara lain jam
kerja, ketidakadilan dalam pembagian pekerjaan rumah tangga, ketidakbahagiaan
perkawinan, dan adanya anak yang berumur masih kecil.
Timbulnya masalah dan konflik baik di pekerjaan dan keluarga
mengharuskan perempuan yang memiliki peran ganda mampu mengatur
keseimbangan antara kerja-keluarga dengan baik agar mereka dapat
meminimalisir terjadinya konflik kerja–keluarga. Koping yang dilakukan keluarga

2
merupakan cara untuk melakukan penyeimbangan dalam mengatur kegiatan
pekerjaan dan keluarga. Strategi penyeimbangan dilakukan untuk meminimalisir
terjadinya konflik kerja-keluarga yang di alami oleh perempuan. Oleh sebab itu
penyeimbangan antara pekerjaan dan keluarga sangatlah dibutuhkan karena
kemampuan perempuan dalam menyeimbangkan antara tuntutan pekerjaan dan
keluarga yang membuat perempuan tetap mampu menjalankan kedua peran ganda
tersebut dengan efektif. Selain itu keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga
sangat penting karena berhubungan dengan kesejahteraan (Greenhaus et al. 2003
dalam Milkie 2010).

Perumusan Masalah
Hasil Survey Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) pada tahun 2011
menunjukkan bahwa jumlah perempuan yang berstatus sebagai pekerja di
Indonesia sebesar 41 680 456 jiwa. Berdasarkan data APM anak perempuan
tingkat sekolah lanjutan SMA/MA meningkat sebesar 0.22 persen dari tahun
2007-2008. Data juga menunjukkan bahwa Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) perempuan pada tahun 2009 hingga 2010 meningkat sebesar 3.53 persen,
lebih tinggi dibandingkan laki-laki yaitu sebanyak 0.11 persen (BPS 2010).
Perempuan bekerja baik pada jenis pekerjaan formal maupun informal dengan jam
kerja normal delapan jam. Namun kenyataannya masih ada perempuan yang
bekerja lebih dari jam kerja normal.
Fenomena isteri yang bekerja menyebabkan perempuan memiliki peran
ganda, yaitu peran di keluarga dan pekerjaan sehingga perempuan tidak hanya
bertanggung jawab di sektor domestik namun memiliki tanggung jawab di sektor
publik juga. Adanya peran ganda yang dimiliki oleh perempuan dapat
menyebabkan terjadinya masalah dan konflik baik di pekerjaan maupun di
keluarga. Marchese et al. (2002) menyatakan bahwa konflik kerja-keluarga
mengarah pada konsekuensi negatif, seperti fisik, perilaku, produktivitas, dan
absensi. Konflik kerja keluarga juga dapat memberikan dampak pada tingginya
tekanan dan kepuasan kerja (Pasewark dan Viator 2006).
Permasalahan yang muncul akibat ibu bekerja yaitu tidak terpenuhinya ASI
eksklusif untuk anak, hal ini terjadi karena cuti melahirkan hanya 12 minggu,
dimana empat minggu diantaranya sering diambil sebelum melahirkan (Suradi
2003 dalam Rejeki 2008). Selain itu efek negatif akibat semakin banyaknya ibu
rumah tangga bekerja di luar rumah, terutama di perkotaan antara lain
meningkatnya kenakalan remaja akibat kurangnya perhatian orang tua, dan makin
longgarnya nilai-nilai ikatan perkawinan/keluarga (Tjaja 2000), individualisasi
pada hubungan keluarga, maraknya keegoisan, komitmen dan pemenuhan
kewajiban untuk kehidupan keluarga, dan kurangnya waktu yang dicurahkan
untuk membina hubungan keluarga (Reynolds et al. 2003). Jarak rumah dengan
tempat kerja juga menjadi faktor pengganggu dimana tempat kerja yang jauh akan
mengakibatkan frekuensi berjumpa dengan anak dan suami lebih sedikit sehingga
keharmonisan di dalam keluarga akan berkurang (Tjaja 2000).
Dalam menghadapi kondisi tersebut, isteri yang bekerja perlu melakukan
suatu strategi penyeimbangan untuk dapat bertahan di tengah keterbatasan dan
membentuk suatu keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga. Meninjau kepada

3
fenomena di atas, penelitian ini ingin menjawab pertanyaan permasalahan sebagai
berikut :
1. Apa saja masalah kerja-keluarga yang terjadi pada keluarga dengan suami
isteri bekerja?
2. Apa saja konflik kerja-keluarga yang dirasakan isteri pada keluarga dengan
suami isteri bekerja ?
3. Bagaimana strategi penyeimbangan yang dilakukan isteri pada keluarga
dengan suami isteri bekerja ?
4. Apakah terdapat perbedaan masalah kerja-keluarga, konflik kerja-keluarga
dan strategi penyeimbangan isteri berdasarkan jenis pekerjaan (formal atau
informal) dan alokasi waktu kerja (≤ 8 jam atau > 8 jam) pada keluarga
dengan suami isteri bekerja ?
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Mengetahui masalah dan konflik kerja-keluarga
penyeimbangan pada keluarga dengan suami isteri bekerja.

serta

strategi

Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi masalah kerja-keluarga yang dirasakan isteri pada keluarga
dengan suami isteri bekerja.
2. Mengidentifikasi konflik kerja-keluarga yang dirasakan isteri pada keluarga
dengan suami isteri bekerja.
3. Mengidentifikasi strategi penyeimbangan yang dilakukan isteri pada keluarga
dengan suami isteri bekerja.
4. Menganalisis perbedaan masalah kerja-keluarga, konflik kerja-keluarga dan
strategi penyeimbangan isteri berdasarkan jenis pekerjaan (formal atau
informal) dan alokasi waktu kerja (≤ 8 jam atau > 8 jam) pada keluarga
dengan suami isteri bekerja.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menyediakan informasi mengenai masalah
dan konflik kerja-keluarga yang dialami oleh ibu bekerja baik di sektor formal
maupun informal dengan alokasi waktu kerja maksimal delapan jam atau lebih
dari delapan jam pada keluarga dengan suami isteri bekerja dan strategi
penyeimbangan yang dilakukannya. Berdasarkan informasi tersebut, penelitian ini
dapat menjadi acuan penelitian-penelitian selanjutnya terkait topik
penyeimbangan kerja-keluarga pada keluarga dengan suami isteri bekerja. Bagi
keluarga, diharapkan dapat lebih memahami masalah dan konflik kerja-keluarga
yang dapat terjadi dan strategi penyeimbangan yang dapat dilakukan. Bagi
pemerintah dan instansi diharapkan dapat membuat kebijakan yang dapat
mendukung perempuan dalam menjalankan peran ganda. Bagi pembaca,
penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai kehidupan
keluarga.

4

KERANGKA PEMIKIRAN
Teori struktural-fungsional memandang adanya pembagian fungsi dalam
struktur keluarga, dimana secara tradisional suami atau bapak berperan di sektor
publik dan isteri atau ibu berperan di sektor domestik. Namun, semakin
berkembangnya zaman kebutuhan suatu keluarga semakin meningkat. Untuk itu,
keluarga harus memaksimalkan penggunaan sumberdaya yang ada di dalam
keluarga. Hal tersebut menyebabkan terjadinya proses perubahan tatanan lama ke
tatanan yang baru sesuai dengan kebutuhan masyarakat dimana isteri yang
biasanya hanya mengurus rumah tangga kini memiliki tugas di sektor publik
sebagai secondary breadwinner sehingga terjadinya pergeseran fungsi ibu dalam
struktur keluarga.
Keikutsertaan perempuan dalam sektor publik akan mengakibatkan
perempuan memiliki peran ganda. Peran tersebut menyebabkan perempuan
memiliki tugas dan tanggungjawab di keluarga dan pekerjaan. Peran ganda
tersebut ada kalanya menimbulkan berbagai masalah bagi keluarga terutama bagi
perempuan karena perempuan merupakan penanggungjawab utama dalam
aktivitas rumah tangga dan pengasuhan anak. Masalah dan konflik kerja-keluarga
serta strategi penyeimbangan berhubungan dengan karakteristik keluarga seperti
pendidikan, pendapatan, besar keluarga, dan usia, begitu pula karakteristik
pekerjaan isteri seperti jenis pekerjaan isteri dan alokasi waktu kerja dimana hal
tersebut merupakan input isteri dalam menjalani peran ganda.
Terjadinya berbagai masalah baik di pekerjaan maupun di keluarga akan
mengakibatkan terjadinya konflik kerja-keluarga dimana tekanan peran dari
bidang pekerjaan dan keluarga saling bertentangan dalam beberapa hal. Konflik
kerja-keluarga dapat terjadi karena tuntutan waktu di suatu peran yang
bercampuraduk dengan keikutsertaan peran lainnya. Netemeyer (1996)
menyatakan bahwa konflik dapat terjadi dari dua sisi yaitu Konflik kerja
mengganggu keluarga dan Konflik keluarga mengganggu pekerjaan.
Salah satu cara untuk mengurangi konflik adalah kemampuan koping untuk
mencapai keseimbangan. Strategi penyeimbangan harus dilakukan oleh wanita
untuk menyeimbangkan kehidupan kerja dan keluarga sehingga perempuan dapat
melaksanakan peran gandanya dengan baik dan memiliki keluarga yang
berkualitas. Skinner dan Mc. Cubbin (1981) menyatakan terdapat struktur pola
koping yang dilakukan oleh keluarga yang suami dan isterinya bekerja yaitu, (1)
mempertahankan, menguatkan, dan menata sistem keluarga, (2) memodifikasi
kondisi kerja-keluarga, (3) mengelola ketegangan dan tekanan psikologis, (4)
mengendalikan persepsi akan makna hidup, dan (5) mengembangkan hubungan
interpersonal dan pengadaan dukungan luar keluarga. Perbedaan masalah dan
konflik kerja-keluarga serta strategi penyeimbangan dapat dibedakan berdasarkan
karakteristik jenis pekerjaan dan alokasi waktu kerja isteri.

5

Karakteristik keluarga:
 Usia (suami, isteri, dan
anak terakhir)
 Pendidikan (suami-isteri)
 Pekerjaan (suami-isteri)
 Pemdapatan isteri
 Besar keluarga
 Pendapatan per kapita
 Lama bekerja isteri
 Lama pernikahan

Masalah kerja-keluarga

Konflik kerja-keluarga
1. Konflik kerja mengganggu
keluarga
2. Konflik keluarga
mengganggu pekerjaan

Strategi penyeimbangan :
1. Mempertahankan,
menguatkan, dan menata
sistem keluarga
2. Memodifikasi kondisi kerjakeluarga
3. Mengelola ketegangan dan
tekanan psikologis
4. Mengendalikan persepsi
akan makna hidup
5. Mengembangkan hubungan
interpersonal

Gambar 1 Kerangka pemikiran uji beda karakteristik keluarga, masalah kerjakeluarga, konflik kerja-keluarga, dan strategi penyeimbangan
berdasarkan jenis pekerjaan (formal dan Informal) dan alokasi waktu
kerja (≤8 jam dan > 8 jam)

6

METODE
Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian payung bertema keseimbangan kerjakeluarga yang menggunakan disain cross sectional. Pemilihan tempat penelitian
di pilih secara purposive, yaitu di Kota Bogor pada Kecamatan Bogor Barat
(Kelurahan Pasir Jaya dan Menteng) dan Kecamatan Bogor Tengah (Kelurahan
Paledang dan Panaragan). Kota Bogor berada pada urutan kedua proporsi tenaga
kerja terbanyak berdasarkan wilayah kabupaten atau kota di Jawa Barat.
Kecamatan Bogor Barat merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk
terbanyak yaitu 214 826 jiwa dan Kecamatan Bogor Tengah merupakan
kecamatan terpadat yaitu 12 564 jiwa/km2 serta merupakan pusat pemerintahan
dan kegiatan ekonomi (BPS 2011). Informasi tersebut merupakan alat bantu untuk
menentukan tempat secara purposif agar mendapatkan data untuk memilih contoh
penelitian karena ketiadaan data ibu bekerja. Waktu penelitian terdiri dari
persiapan, pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, dan penulisan
laporan dilakukan dalam jangka waktu sembilan bulan terhitung mulai bulan
Oktober 2012 hingga Juli 2013.

Contoh dan Teknik Penarikan Contoh
Populasi penelitian ini adalah seluruh isteri bekerja pada keluarga dengan
suami isteri bekerja yang memiliki anak usia 0 – 9 tahun di Kota Bogor. Contoh
dalam penelitian ini adalah ibu bekerja yang memiliki anak usia 0 – 9 tahun yang
bekerja dengan jenis pekerjaan formal atau informal dan alokasi waktu kerja
maksimal delapan jam atau lebih dari delapan jam pada keluarga dengan suami
isteri bekerja di Kecamatan Bogor Barat dan Kecamatan Bogor Tengah. Teknik
penarikan contoh dilakukan secara stratified non proportional random sampling
berdasarkan alokasi waktu kerja dengan contoh sebanyak 160 orang. Teknik
penarikan contoh dapat dilihat pada Gambar 2.

Jenis, Cara Pengumpulan Data dan Cara Pengukuran Variabel
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data sekunder dan
data primer. Data sekunder didapatkan melalui studi literatur dari buku, internet,
dan penelitian-penelitian sebelumnya yang terkait dengan topik penelitian. Data
primer yaitu data yang diperoleh dari hasil penggalian informasi yang dilakukan
melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner yang meliputi :
1. Karakteristik isteri, keluarga, dan pekerjaan isteri.
2. Masalah kerja-keluarga menggunakan pertanyaan terbuka terkait masalah
kerja-keluarga yang dirasakan oleh Isteri.
3. Konflik kerja-keluarga menggunakan instrumen konflik kerja-keluarga yang
diadopsi dari instumen Work Family Conflict yang terdiri dari Konflik kerja
mengganggu keluarga dan Konflik keluarga mengganggu pekerjaan yang

7

Isteri Bekerja di Kota Bogor
Kecamatan Bogor Barat

Kelurahan
Pasir Jaya
Formal= 108
Informal= 77

Kecamatan Bogor Tengah

Purposive

Kelurahan
Menteng

Kelurahan
Panaragan

Purposive

Formal=170
Informal=49

Formal= 76
Informal=20

Kelurahan
Paledang
Formal=67
Informal=48

Formal= 278; Informal= 126

Formal= 143; Informal= 68

Formal

Informal

≤ 8 jam
n= 86

> 8 jam
n= 149

≤ 8 jam
n= 57

>8 jam
n= 60

n=38

n=42

n=50

n=30

Stratified non
proportional
random sampling

Gambar 2 Teknik penarikan contoh
terdiri berdasarkan komponen dasar konflik yaitu waktu dan tekanan
(Netemeyer, Boles, & McMurrian 1996). Instrumen konflik kerja-keluarga terdiri
dari sepuluh pernyataan dimana lima pernyataan mengukur Konflik kerja
mengganggu keluarga dan lima pernyataan mengukur Konflik keluarga
mengganggu pekerjaan. Skala yang digunakan dalam pengukuran adalah skala
semantik, responden ditanya untuk mengindikasi kesetujuan mereka terhadap
pernyataan. Selang pengukuran dimulai dari 1 (sangat tidak setuju) sampai 5
(sangat setuju). Nilai cronbach’s alpha untuk instrumen konflik kerja-keluarga
sebesar 0.790.
4. Strategi penyeimbangan menggunakan pertanyaan terbuka terkait strategi
penyeimbangan
kerja-keluarga
dan
penggunaan
instrumen
strategi
penyeimbangan kerja-keluarga yang dimodifikasi dari instrumen Dual Employed
Coping Scale (DECS) (Skinner & McCubbin 1981). Nilai cronbach’s alpha
instrumen tersebut adalah sebesar 0.788. Adapun variabel, skala, dan kategori data
dapat dilihat pada Tabel 1.

8
Tabel 1 Variabel, skala, dan kategori data
Varibel
Karakteristik keluarga
Besar keluarga
(BKKBN 1998)

Skala

Usia anak terakhir

Rasio

1. Keluarga kecil (0-4 tahun)
2. Keluarga sedang (5-7 tahun)
3. Keluarga besar (≥ 8 tahun)
Rataan data

Usia suami-isteri

Rasio

Rataan data

Pendidikan suami-isteri

Rasio

Pekerjaan suami-isteri

Nominal

1) ≤ 6 tahun; 2) 7-9 tahun; 3) 10-12 tahun;
4) > 12 tahun
1) PNS; 2) Wiraswasta; 3) Swasta; 4) Buruh;
5) TNI/Polri; 6) Guru; 7) PRT; 8) Lainnya
Rataan data
Berdasarkan BPS (2012)
1. Sangat miskin : < Rp278 530
2. Miskin : Rp278 530 – Rp334 236
3. Mendekati miskin : Rp334 237 –
Rp417795
4. Tidak miskin: > Rp417 795
Rataan data
Rataan data

Rasio

Pendapatan suami-isteri
Pendapatan per kapita
(GK Jawa Barat, September
2012)

Rasio
Rasio

Lama bekerja isteri
Lama pernikahan
Karakteristik pekerjaan
Jenis pekerjaan
Alokasi waktu kerja
Masalah Kerja-Keluarga
Konflik Kerja-Keluarga

Rasio
Rasio




Konflik kerja
mengganggu keluarga

Nominal
Nominal
Ordinal

Ordinal

Konflik keluarga
mengganggu pekerjaan

Strategi penyeimbangan
 Mempertahankan,
menguatkan, dan menata
sistem keluarga
 Memodifikasi kondisi
kerja-keluarga
 Mengelola ketegangan
dan tekanan psikologis
 Mengendalikan persepsi
akan makna hidup
 Mengembangkan
hubungan interpersonal

Kategori Data

1) Formal; dan 2) Informal
1) ≤ 8 jam; dan 2) > 8 jam
Pernyataan terbuka
Rentang total skor : 10 – 50, median = 22
Rendah : 10-21
Tinggi : 22-50
Rentang total skor : 5 – 25, median = 12
Rendah : 5-11
Tinggi : 12-25
Rentang total skor : 5 – 25, median = 10
Rendah : 5-9
Tinggi : 10-25
Rentang total skor : 25 – 125
Rentang total skor : 5 – 25
Rentang total skor : 4 - 20

Ordinal

Rentang total skor : 9 - 45
Rentang total skor : 4 - 20
Rentang total skor : 3 – 15

Pengolahan dan Analisis Data
Data yang terkumpul dari hasil wawancara, selanjutnya diproses ke tahap
editing, coding, scoring, entering, cleaning dan analyzing. Skala data yang
digunakan dalam kuesioner meliputi skala nominal, ordinal, dan rasio. Sedangkan
pengkategorian disesuaikan dengan jenis variabel yang diteliti.

9
Analisis statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Analisis deskriptif (rata-rata, nilai minimum dan maksimum, dan persentase)
digunakan untuk untuk mengidentifikasi karakteristik Isteri, karakteristik
keluarga, karakteristik pekerjaan, masalah kerja-keluarga, dan strategi
penyeimbangan.
2. Uji Beda digunakan untuk melihat perbedaan masalah kerja-keluarga, konflik
kerja-keluarga dan strategi penyeimbangan isteri pada keluarga suami isteri
bekerja berdasarkan jenis pekerjaan (formal dan informal) dan berdasarkan
alokasi waktu kerja (≤ 8 jam dan > 8 jam). Uji beda dilakukan menggunakan
Independent Samples T-Test.
Pada saat melakukan pengolahan data, jenis data masalah kerja-keluarga
merupakan data berdasarkan pertanyaan terbuka, dilakukan pengkategorian secara
khusus terkait masalah kerja-keluarga. Contoh diberikan skor satu apabila
merasakan masalah tersebut dan diberikan skor nol apabila tidak merasakan
masalah tersebut kemudian setiap jawaban dijumlahkan sehingga mendapatkan
skor komposit. Sedangkan jenis data variabel konflik kerja-keluarga dan strategi
penyeimbangan kerja-keluarga diubah ke dalam jenis rasio dengan menjumlahkan
setiap jawaban hingga mendapatkan skor komposit.
Variabel konflik kerja-keluarga diukur menggunakan dua subvariabel, yaitu
Konflik kerja mengganggu keluarga dan Konflik keluarga mengganggu pekerjaan
dengan masing-masing lima pernyataan. Tiap pernyataan diberi skor satu sampai
lima. Variabel dan subvariabel tersebut termasuk kategori rendah jika total skor <
median dan termasuk kategori tinggi jika total skor ≥ median.
Variabel strategi penyeimbangan kerja-keluarga diukur menggunakan lima
subvariabel, yaitu mempertahankan, menguatkan, dan menata sistem keluarga
lima pernyataan, memodifikasi kondisi kerja – keluarga empat pernyataan,
mengelola ketegangan psikologis dan tekanan sembilan pernyataan,
mengendalikan secara perseptual makna gaya hidup empat pernyataan, dan
mengembangkan hubungan interpersonal tiga pernyataan. Tiap pertanyaan diberi
skor satu sampai lima.
Skor yang didapatkan per pernyataan dikompositkan berdasarkan jumlah
pernyataan subvariabel dan variabel sehingga didapatkan skor responden
berdasarkan subvariabel dan variabel kemudian skor tersebut di bagi dengan skor
maksimum dari subvariabel atau variabel dan dikalikan 100 persen sehingga
didapatkan persentase skor responden.
Persentase capaian subvariabel
Y = skor yang didapatkan (variabel ) x 100%
skor maksimum variabel
Persentase capaian total variabel
Y = skor yang didapatkan (subvariabel) x 100%
skor maksimum subvariabel

10
Definisi Operasional
Karakteristik keluarga adalah ciri khas yang dimiliki oleh keluarga responden
seperti usia (suami, isteri, dan anak terakhir), pekerjaan (suami dan isteri),
pendidikan (suami dan isteri), pendapatan isteri, pendapatan per kapita,
besar keluarga, lama pernikahan, dan lama bekerja isteri.
Karakteristik pekerjaan adalah jenis pekerjaan yang dibedakan berdasarkan
jenis pekerjaan (formal atau informal) dan alokasi waktu kerja (≤ 8 jam atau
> 8 jam).
Usia suami, isteri, dan anak terakhir adalah jumlah tahun lengkap sejak lahir
sampai usia ulang tahun terakhir suami, isteri, dan anak terakhir.
Pendidikan suami dan isteri adalah lama pendidikan formal yang diperoleh
suami dan isteri dalam tahun.
Pendapatan isteri adalah jumlah perolehan uang dari hasil bekerja isteri
Pendapatan per kapiita adalah pendapatan keluarga dibagi dengan jumlah
anggota keluarga.
Lama bekerja isteri adalah lama contoh memiliki pengalaman bekerja dalam
tahun.
Lama pernikahan adalah lama contoh menikah.
Pekerjaan Formal adalah pekerjaan di suatu instansi, jam kerja tetap, gaji tetap,
dan di luar rumah.
Pekerjaan Informal adalah pekerjaan tidak di suatu instansi, jam kerja tidak
tetap, gaji tidak tetap, diluar maupun didalam rumah.
Alokasi waktu kerja adalah jumlah waktu dalam jam yang digunakan isteri
untuk bekerja disektor publik, termasuk waktu untuk perjalanan
Masalah kerja-keluarga adalah hal-hal yang dirasakan menyulitkan bagi isteri
terkait kehidupan pekerjaan dan keluarga.
Konflik Kerja-Keluarga adalah keinginan atau kehendak yang berbeda atau
berlawanan antara pekerjaan dengan keluarga dimana peran yang satu
menuntut peran yang lain sehingga salah satu atau keduanya saling
terganggu.
Konflik kerja mengganggu keluarga adalah konflik antar peran yang terjadi
sebagai hasil dari tuntutan dan tekanan umum dari pekerjaan yang
mengganggu kemampuan isteri untuk melakukan tanggung jawab di
keluarga.
Konflik keluarga mengganggu pekerjaan adalah konflik peran akibat tuntutan
umum dan ketegangan yang diciptakan oleh keluarga yang menganggu
kemampuan isteri untuk melakukan tanggung jawab yang berhubungan
dengan pekerjaan.
Strategi Penyeimbangan Kerja-Keluarga adalah koping yang dilakukan isteri
untuk menghadapi masalah ataupun konflik kerja-keluarga sehingga
diharapkan terjadi keseimbangan kerja-keluarga.

11

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Kecamatan Bogor Barat merupakan kecamatan dengan penduduk terbanyak
di Kota Bogor dengan jumlah penduduk sebesar 214 826 jiwa. (BPS Kota Bogor
2011) dengan luas wilayah sekitar 3 165 Ha terbagi dalam 16 kelurahan,
diantaranya adalah Kelurahan Pasir Jaya dan Kelurahan Menteng. Kelurahan Pasir
Jaya memiliki jumlah penduduk sebanyak 20 730 jiwa. Luas wilayah Kelurahan
Pasir Jaya sekitar 138.2 Ha. Kelurahan Pasir Jaya terdiri dari 15 RW dengan 63
RT didalamnya. Kelurahan Menteng memiliki jumlah penduduk sebesar 15 785
jiwa dengan luas wilayah sekitar 209 Ha. Kelurahan Menteng terdiri atas 20 RW
dan 78 RT. Kecamatan Bogor Tengah merupakan kecamatan dengan penduduk
terpadat di Kota Bogor dengan jumlah penduduk sebesar 12 564 jiwa/km2 (BPS
Kota Bogor 2011) dengan luas wilayah sekitar 851 Ha terbagi dalam 10 kelurahan,
diantaranya adalah Kelurahan Panaragan dan Kelurahan Paledang. Kelurahan
Panaragan memiliki penduduk berjumlah 7 181 jiwa dengan luas wilayah 27 Ha.
Kelurahan Panaragan terdiri atas 7 RW dan 34 RT. Kelurahan Paledang memiliki
jumlah penduduk sebesar 11 539 jiwa. Luas wilayah Kelurahan Paledang yaitu
sekitar 178 Ha. Kelurahan Paledang terdiri dari 13 RW dengan 58 RT didalamnya
Karakteristik Keluarga
Berdasarkan Tabel 2, terdapat perbedaan yang signifikan pada semua item
karakteristik keluarga berdasarkan jenis pekerjaan sedangkan berdasarkan alokasi
waktu kerja, hanya pendidikan isteri dan suami, pendapatan isteri, dan pendapatan
perkapita yang berbeda secara signifikan. Rataan besar keluarga isteri dengan
jenis pekerjaan informal (4.72) yang lebih dari separuhnya terkategori keluarga
sedang lebih besar dibandingkan isteri dengan jenis pekerjaan formal (3.79) yang
mayoritas terkategori keluarga kecil. Begitu pula berdasarkan usia isteri dan suami
dimana isteri dengan jenis pekerjaan informal (36.10) memiliki rataan usia lebih
besar dibandingkan isteri dengan jenis pekerjaan formal (33.69). Namun pada
rataan pendidikan isteri dan suami, pendapatan perkapita, dan pendapatan isteri,
isteri dengan jenis pekerjaan formal lebih besar dibandingkan isteri dengan jenis
pekerjaan informal. Berdasarkan pendapatan perkapita hampir seluruh isteri
dengan jenis pekerjaan formal (95%) terkategori keluarga tidak miskin sedangkan
isteri dengan jenis pekerjaan informal hanya 40 persen yang terkategori tidak
miskin. Berdasarkan jenis pekerjaan, Hampir sepertiga (30%) suami bekerja
sebagai pegawai swasta. Isteri dengan jenis pekerjaan formal 46.2 persen bekerja
sebagai pegawai swasta sedangkan isteri dengan jenis pekerjaan informal 53.8
persen bekerja sebagai permbantu rumahtangga.
Tabel 2 juga menunjukkan bahwa rataan pendidikan isteri dengan alokasi
waktu kerja lebih dari delapan jam (12.08) lebih besar dibandingkan isteri dengan
alokasi waktu kerja maksimal delapan jam (10.66). Selain itu pendapatan isteri
dan pendapatan perkapita pada isteri dengan alokasi waktu kerja lebih dari

12
delapan jam lebih besar dibandingkan isteri dengan alokasi waktu kerja
maksimal delapan jam.
Tabel 2 Hasil uji beda karakteristik keluarga
Karakteristik
Usia istri
Usia suami
Usia anak terakhir
Besar keluarga
Pendidikan istri
Pendidikan suami
Lama bekerja istri
Lama perninikahan
Pendapatan istri
(Rp dalam ribu)
Pendapatan perkapita
(Rp dalam ribu)

Formal
33.69
36.36
3.87
3.79
13.95
13.45
9.76
9.16
2611.3

Informal
36.10
40.63
5.04
4.72
8.65
9.10
6.88
14.54
1559.1

0.015**
0.000**
0.001**
0.000**
0.000**
0.000**
0.003**
0.000**
0.003**

Alokasi waktu
kerja
P-Value
≤8
>8
34.57 35.29 0.474
38.32 38.71 0.737
4.65
4.22 0.242
4.28
4.22 0.725
10.66 12.08 0.017*
10.78 11.88 0.045*
8.30
8.35 0.955
11.91 11.76 0.880
1557
2371 0.002**

1529.2

791.9

0.000**

910.9

Jenis Pekerjaan

P-Value

14656

0.006**

Rataan
Total

1160.5

34.89
38.49
3.87
4.26
11.30
11.28
11.76
11.86
2085.2

Berdasarkan jenis pekerjaan 33.8 persen isteri dengan jenis pekerjaan formal
memiliki pembantu rumah tangga sedangkan pada isteri dengan jenis pekerjaan
informal hanya 2.5 persen. Berdasarkan alokasi waktu kerja, 22.2 persen isteri
dengan alokasi waktu kerja lebih dari delapan jam memiliki pembantu rumah
tangga sedangkan isteri dengan alokasi waktu kerja maksimal delapan jam hanya
14.8 persen. Berdasarkan keberadaan pengasuhan anak, 7.5 persen isteri dengan
jenis pekerjaan formal memiliki pengasuh anak sedangkan isteri dengan jenis
pekerjaan informal hanya 3.8 persen. Sedangkan berdasarkan alokasi waktu kerja,
9.7 persen isteri dengan alokasi waktu kerja lebih dari delapan jam memiliki
pengasuh anak, sedangkan isteri dengan alokasi waktu kerja maksimal delapan
jam hanya 2.3 persen. Isteri pada dengan jenis pekerjaan formal (37.5%), informal
(20.0%), isteri dengan alokasi waktu kerja lebih dari delapan jam (25.0%), dan
isteri dengan alokasi waktu kerja maksimal delapan jam (31.8%) memiliki
bantuan dari anggota keluarga lain dalam mengasuh anak dan mengerjakan
pekerjaan rumah tangga.
Masalah kerja-keluarga
Masalah kerja-keluarga adalah hal-hal paling menyulitkan yang dirasakan
oleh isteri bekerja yang terjadi terkait pekerjaan dan keluarga (Tabel 3). Secara
keseluruhan 42.5 persen isteri mengalami masalah terkait pengasuhan anak.
Hampir sepertiga isteri (30%) merasa kesulitan dalam mengerjakan pekerjaan
rumah dengan baik. Masalah terkait hubungan dengan suami hanya 3.1 persen
isteri yang menyatakan memiliki masalah tersebut. Masalah terkait kurangnya
waktu untuk anak paling banyak dirasakan oleh isteri dengan jenis pekerjaan
formal (26.25%). Masalah terkait pendapatan dari pekerjaan paling sedikit
dirasakan oleh isteri dengan jenis pekerjaan formal (1.25%) dan isteri dengan
alokasi waktu kerja lebih dari delapan jam (1.39%). Sedangkan masalah kelelahan
fisik paling dirasakan oleh isteri dengan jenis pekerjaan informal (31.25%).

13
Tabel 3 Sebaran isteri (%) dan hasil uji beda berdasarkan masalah kerja- keluarga
Subvariabel
Masalah pengasuhan anak
Sulit mengerjakan pekerjaan
rumah dengan baik
Kurangnya waktu untuk anak
Membagi waktu kerja-keluarga
Kelelahan fisik
Tekanan pekerjaan
Masalah terkait pendapatan dari
pekerjaan
Sulit membagi pekerjaan dengan
anggota keluarga
Tidak dapat mengerjakan
pekerjaan dengan baik
Kurangnya waktu untuk
keluarga
Kesulitan berkomunikasi dengan
keluarga
Masalah hubungan dengan
suami

Alokasi waktu
kerja
P-Value
P-Value Total
Formal Informal
≤8
>8
42.50
42.50 0.772
45.45 38.89
0.620 42.5
Jenis Pekerjaan

26.25

33.75

0.304

28.41

31.94

0.630

30.0

26.25
13.75
8.75
12.50

5.00
17.50
31.25
10.00

0.000** 12.50
0.517
11.36
0.000** 27.27
0.619
7.95

19.44
20.83
11.11
15.28

0.166
0.111
0.011*
0.158

15.6
15.6
20.0
11.3

1.25

10.00

0.017*

9.09

1.39

0.024*

5.6

11.25

1.25

0.009**

6.82

5.56

0.745

6.3

1.25

7.50

0.055

3.41

5.56

0.512

4.4

7.50

2.50

0.149

4.55

5.56

0.772

5.0

6.25

0.00

0.024*

3.41

2.78

0.821

3.1

3.75

2.50

0.652

1.14

5.56

0.137

3.1

*signifikan pada p< 0,05 **sangat signifikan pada p8 jam

P-value

Total

Formal

Informal

49.35

44.80

0.077

43.86

51.00

0.005**

47.08

40.25

40.30

0.982

39.41

41.33

0.393

40.23

44.80

42.55

0.277

41.64

46.17

0.029*

43.68

*signifikan pada p< 0,05 **sangat signifikan pada p