Tinjauan Atas Tatacara Pencatatan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Atas Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Regional II Bandung

(1)

KESEJAHTERAAN SOSIAL (BBPPKS) REGIONAL II

BANDUNG

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Kuliah Kerja Praktek Pada Program Studi Akuntansi Strata Satu

Oleh :

Nama : Mochamad Fajar Nur Rohman Nim : 21108026

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

2013


(2)

iv DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek ... 1

1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek ... 4

1.3 Kegunaan Kerja Praktek ... 4

1.3.1 Kegunaan Praktis ... 5

1.3.2 Kegunaan Akademis ... 5

1.4 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek ... 6

1.4.1 Lokasi Kerja Praktek ... 6

1.4.2 Waktu Kerja Praktek ... 6

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan... 7

2.1.1 Visi dan Misi BBPPKS Regional II Bandung ... 8

2.2 Struktur Organisasi ... 9

2.3 Uraian Tugas Perusahaan ... 11

2.4 Kegiatan Instansi ... 21

BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kuliah Kerja Praktek ... 25

3.1.1 Prosedur ... 25


(3)

v

3.1.5 Pengelompokan Pajak ... 33

3.1.6 Pengertian Penghasilan ... 34

3.1.6.1 Pengertian Pajak Penghasilan ... 35

3.1.7 Subjek Pajak ... 36

3.1.8 Objek Pajak ... 37

3.1.9 Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 39

3.1.9.1 Penghasilan yang Dipotong PPH Pasal 21 ... 39

3.1.9.2 Pengurangan yang Diperbolehkan ... 40

3.1.9.3 Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 44

3.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek ... 47

3.3 Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek ... 47

3.3.1 Tatacara Pencatatan Pajak Penghasilan Pph pasal 21 Atas Wajib Pajak Orang Pribadi Pada BBPPKS Regional II Bandung ... 48

3.3.2 Bagian-bagian yang terlibat dalam pencatatan pajak penghasilan Pph pasal 21 atas wajib pajak orang pribadi pada BBPPKS Regional II Bandung ... 51

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ... 54

4.2 Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 56

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 57


(4)

vi

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Judul Gambar Hal

2.1 Struktur Organisasi BBPPKS Bandung ... 10

3.1 Flowchart Pelaksanaan Tatacara Pencatatan Pph21


(5)

vii

Lampiran 2 Pemberian Ijin Kuliah Kerja Praktek ... 59

Lampiran 3 Daftar Kehadiran Mahasiswa/i UNIKOM ... 60

Lampiran 4 Surat Keterangan Hasil Kuliah Kerja Praktek dari Perusahaan... 61

Lampiran 5 Berita Acara Bimbingan Kerja Praktek ... 62

Lampiran 6 Surat Keterangan Hasil Kuliah Kerja Praktek dari Dosen ... 63

Lampiran 7 Surat Keterangan Penyerahan Hak Eksklusif ... 64

Lampiran 8 Surat Setoran Pajak ... 65

Lampiran 9 SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26... 70

Lampiran 10 SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi ... 75

Lampiran 11 SPT Tahunan Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 81

Lampiran 12 SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi .... 82


(6)

56

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. 2002. Perpajakan. Yogyakarta: ANDI. Edisi Empat.

Siti Kurnia Rahayu. 2009. Perpajakan Indonesia: Konsep dan Aspek

Formal. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Munawir. 2002. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.

Waluyo dan Wirawan B. IIyas. 2002. Perpajakan Indonesia. Jakarta:

Salemba Empat. Edisi Pertama.

Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati. 2009. Perpajakan : Teori dan

Teknis Perhitungan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Y. Sri Pudyatmoko. 2009. Pengantar Hukum Pajak. Yogyakarta: ANDI.


(7)

i

melimpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, dan atas petunjuk dan Ridho-Nya sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan sebagai hasil Kuliah Kerja Praktek (KKP) tersebut dengan judul “Tinjauan Atas Tatacara Pencatatan Pajak Penghasilan Pph 21 Atas Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Regional II Bandung”. Laporan ini disusun berdasarkan pelaksanaan kegiatan Kuliah Kerja Praktek (KKP) yang penulis laksanakan di BBPPKS Regional II Bandung.

Selama penyusunan laporan Kuliah Kerja Praktek (KKP) ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik itu berupa dorongan moril maupun materil. Oleh karena itu pada kesempatan ini, dengan tulus dan dengan segala kerendahan hati peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Utama Universitas Komputer

Indonesia.

2. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spec. Lic selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Komputer Indonesia.

3. Dr. Surtikanti, S.E., M.Si.,Ak., selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas

Komputer Indonesia dan juga dosen wali AK1 2008 Program Studi Akuntansi.

4. Wati Aris Astuti, S.E., M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi


(8)

ii

5. Siti Kurnia Rahayu, S.E., M.Ak., selaku dosen Seminar Akuntansi Pajak Program

Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia.

6. Dr. Ely Suhayati, S.E., M.Si., Ak, selaku dosen pembimbing yang telah

membimbing penulis selama penyusunan laporan.

7. Staf Dosen Pengajar yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman serta

dukungan kepada penulis selama menyelesaikan kuliah.

8. Dra. Hetty Hendriyani selaku pembimbing yang membantu penulis selama Kuliah

Kerja Praktek di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Regional II Bandung.

9. Staf Kantor BBPPKS Regional II Bandung yang telah membantu penulis dalam

mendapatkan data-data instansi dan pengalaman kerja selama Kuliah Kerja Praktek. 10. Kedua orang tua tercinta, do’a dan kasih sayangmu selalu menjadi kekuatan dan

motivasi bagi penulis dalam menyusun laporan Kuliah Kerja Praktek (KKP) ini, semoga anakmu ini dapat menjadi kebanggaan bagi keluarga.

11. Adikku Mutiara Indah Nur Rohman dan saudara-saudaraku yang lain yang telah

memberikan semangat, dukungan dan do’anya.

12. Sekretariat Program Studi UNIKOM yang telah membantu penulis sehingga dapat

menyelesaikan penyusunan laporan Kuliah Kerja Praktek ini.

13. Untuk 4AK1 2008 yang selama ini sama-sama berjuang dan memberikan

masukan-masukan yang sangat berarti bagi penulis.

14. Teman-teman yang sama-sama mengambil spesialis pajak dan telah memberikan


(9)

iii

16. Semua orang yang telah membantu penulis selama ini, yang tidak bisa penulis

sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlimpah bagi orang-orang yang telah membantu penulis dengan segala kesabaran dan keikhlasannya dalam penyusunan Laporan Kuliah Kerja Praktek ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kerja praktek ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan dan kelemahan. Maka daripada itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sebagai cerminan dan intropeksi bagi penulis.

Bandung, Desember 2013

Mochamad Fajar Nur Rohman


(10)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Kerja Praktek

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dari sektor partikulir sektor pemerintah) berdasarkan Undang-undang (dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal yang langsung dapat ditunjukkan

dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum, (Rachmat

Soemitro,2006:22). Secara umum pajak didefinisikan sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan, (S.I. Djajadiningrat, 2007:01).

Pada zaman sekarang ini, aspek ekonomi menjadi suatu yang sangat penting bagi negara. Menghimpun dana dalam negeri dari sektor pajak yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan Undang-undang Perpajakan dengan tingkat efektifitas dan efisiensi yang tinggi.

Setiap negara yang melakukan pemungutan pajak pasti mempunyai tujuan, yaitu untuk menjalankan pemerintahan dalam rangka memenuhi kebutuhan rakyat. Seperti halnya dengan Indonesia, tujuan melakukan pemungutan pajak adalah untuk menjalankan pemerintahan dalam rangka untuk melindungi segenap rakyat Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesi, meningkatkan kesejahteraan


(11)

umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut berpartisipasi menertibkan dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial (pembukaan Undang-undang Dasar 1945).

Oleh karena itu pemerintah sangat giat menggali sektor-sektor pendapatan yaitu diantaranya adalah dengan cara meningkatkan pendapatan dari sektor pajak. Pajak merupakan salah satu devisa terbesar negara, dengan adanya pajak dalam sebuah negara, banyak sekali keuntungan dan manfaat yang diperoleh dari hasil pajak. Misalnya: subsidi pendidikan, subsidi BBM, pembangunan jalan, serta berbagai macam fasilitas umum yang bisa dinikmati oleh masyarakat, merupakan suatu kewajiban warga negara yang berfungsi untuk membiayai berbagai keperluan negara dan meningkatkan kesejahteraan umum yang dalam pelaksanaannya pajak diatur dalam Undang-undang No.17 tahun 2000. Direktorat Jenderal Pajak sebagai lembaga pemerintah yang diserahi tugas untuk mengelolah pajak untuk negara, yaitu menghimpun pajak, membina wajib pajak, dan menegakan peraturan perpajakan.

Berdasarkan telaah pustaka terdapat dua fungsi utama yaitu fungsi

budgetair dan fungsi regulerend, sedangkan fungsi tambahannya ada tiga adalah antara lain fungsi demokrasi, fungsi redistribusi, dan fungsi stabilitas. Fungsi

Budgetair dapat diartikan sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah, (Waluyo dan Wirawan B. Ilyas, 2003:8). Fungsi regulerend memiliki fungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi, (Waluyo dan Wirawan B. Ilyas, 2003:8).


(12)

3

Fungsi demokrasi berguna bag wajib pajak yang telah membayar pajak namun tidak mendapatkan pelayanan (prestasi) yang semestinya untuk

mengajukan protes (complaint) kepada pemerintah. Fungsi redistribusi memiliki

kegunaan untuk pemerataan dan keadilan bagi masyarakat dalam membayar pajak. Misalnya tarif progresif yang mengenakan pajak tinggi bagi masyarakat yang berpenghasilan besar dan sebaliknya. Fungsi stabilitas berguna bagi pemerintah untuk mencari dana dalam menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan, bisa dilakukan dengan jalan mengatur peredaran uang dimasyarakat, pemungutan pajak, ataupun penggunaan pajak yang efektif dan efisien.

Dimasa sekarang bangsa-bangsa membiayai sumber dana pemerintah dengan penerimaan dalam negeri dan melakukan pinjaman luar negeri, termasuk Indonesia. Dalam penerimaan negarapajak sangat berperan pentingdalam perkembangan ekonomi negara, dari sektor pajak adalah sumber utama pemerintah dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara. Dalam perpajakan terdapat Sistem Administrasi Modern SPT Tahunan yang disampaikan secara langsung atau melalui pos yang diberikan tanda terima SPT.

Selain itu masih ada pelaporan dari pihak perusahaan yang menyerahkan data yang tidak akurat atau ada kesalahan pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) dikarenakan ketidaktahuan atau memang adanya kesengajaan dalam cara pengisiannya sehingga tidak sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.

Kesalahan tersebut diatas sangat berpengaruh terhadap pembayaran dan penyetoran pajak secara total dari perusahaan ataupun instansi, khususnya bagi


(13)

wajib pajak di Balai Besar Pendidikan dan Pendidikan Kesejahteraan Sosial Bandung yang merupakan unit pelaksana teknis kediklatan dari Kementerian Sosial Republik Indonesia. Dengan adanya hal tersebut, maka dalam penulisan

laporan kuliah kerja praktek ini penulis mengambil judul “TINJAUAN ATAS

TATACARA PENCATATAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 ATAS WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA BALAI BESAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL (BBPPKS) REGIONAL II BANDUNG

.

1.2. Maksud dan Tujuan Kerja Praktek

Adapun maksud penulis mengadakan kerja praktek ini adalah untuk mengetahui tatacara pencatatan pajak penghasilan PPh Pasal 21 atas wajib pajak orang pribadi, BBPPKS Regional II Bandung.

Adapun tujuan dari kerja praktek adalah :

1. Untuk mengetahui tatacara pencatatan pajak penghasilan PPh pasal 21 atas

wajib pajak orang pribadi, BBPPKS Regional II Bandung.

2. Untuk mengetahui bagian-bagian yang terlibat dalam pencatatan pajak

penghasilan PPh pasal 21 atas wajib pajak orang pribadi, BBPPKS Regional II Bandung.

1.3. Kegunaan Kerja Praktek

Hasil dari kerja praktek ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi yang bermanfaat dan mempunyai kegunaan bagi :


(14)

5

1.3.1 Kegunaan Praktis

a. Bagi Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Regional II Bandung

Untuk BBPPKS Regional II Bandung semoga hasil pelaksanaan kerja praktek ini diharapkan dapat meringankan pekerjaan khususnya di bidang Diklat dan Tata Usaha dalam hal menginput data, mengarsipkan berkas-berkas serta memberikan informasi sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi perkembangan pajak terutama dalam pencatatan pajak penghasilan PPh pasal 21 atas wajib pajak pribadi, BBPPKS Regional II Bandung.

b. Bagi Pemerintah

Dapat lebih membantu Negara dalam memajukan kesejahteraan ekonomi agar lebih baik lagi dari tahun-tahun sebelumnya khususnya dalam aspek perpajakan di Indonesia.

1.3.2 Kegunaan Akademis a. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan terutama yang berkaitan dengan prosedur

pencatatan pajak penghasilan PPh pasal 21 atas wajib pajak orang pribadi, BBPPKS Regional II Bandung. Dengan demikian kerja praktek ini dapat memberikan pengetahuan dan kemampuan yang terbentuk secara kombinasi baik dari ilmu yang dipelajari sebelumnya maupun ilmu yang diperoleh dari kegiatan kerja praktek.


(15)

b. Bagi Universitas Komputer Indonesia

Bagi Prodi Akuntansi kerja praktek ini mengaplikasikan ilmu pengetahuan dibidang perpajakan khususnya mata kuliah Perpajakan. Sehingga dapat memberikan tambahan pengetahuan bagi mahasiswa dan dapat menjadi bahan referensi, khususnya untuk mengkaji topik-topik yang berkaitan dengan masalah-masalah yang dibahas.

1.4 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek 1.4.1 Lokasi Kerja Praktek

Kerja Praktek dilakukan di Kementerian Sosial RI pada Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Regional II Bandung yaitu pada bidang Diklat dan Tata Usaha yang berlokasi di Jl. Panorama No. 1 Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

1.4.2 Waktu Kerja Praktek

Waktu yang ditempuh penulis dalam melaksanakan dan menyelesaikan laporan kerja praktek di Kementerian Sosial RI pada Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Regional II Bandung yaitu dimulai dari tanggal 1 Agustus 2011 sampai dengan tanggal 30 Agustus 2011, kegiatan kerja


(16)

7

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan

Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Regional II Bandung mempunyai tugas sebagai unit pelaksana teknis kediklatan Kementrian sosial yang mempunyai tugas utama untuk menempa dan membentuk sumberdaya manusia yang berkualitas di bidang kesejahteraan sosial.

Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) tahun 1964 di beri nama Balai Pendidikan Tenaga Sosial (BPTS) dan berlokasi di Yogyakarta. Kemudian di Bandung tahun 1974, balai Pendidikan Tenaga Sosial

(BPTS) ini berubah menjadi National Training Course ( NTC ). Dan pada tahun

1975 berubah lagi menjadi Balai Pendidikan dan Latihan Tenaga Sosial (BPLTS). Pada tahun 1996 BPLTS ini mengalami perubahan kembali menjadi Balai Diklat Profesi Pekerjaan Sosial ( BDPPS ). Dan pada tahun 2000 kembali mengalami perubahan nama menjadi BBPPKS. Dan sesuai dengan Keputusan menteri sosial nomor 53/HUK/2003 tanggal 23 Juli 2003 hingga sekarang eksis dengan nama Balai Besar Pendidikan Dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial.( BBPPKS ).

Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial ( BBPPKS ) Regional II Bandung ini, mencakup enam wilayah kerja yaitu :

1. Kepulauan Bangka Belitung 2. Lampung


(17)

4. DKI Jakarta 5. Jawa Barat 6. Kalimantan Barat

Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial juga menjalin Kemitraan dengan:

1. Perguruan Tinggi.

2. Pemerintah daerah Khususnya di wilayah kerja BBPPKS Bandung. 3. Badan / lembaga Diklat Non pemerintah

4. Lembaga lainnya.

2.1.1 Visi dan Misi Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Regional II Bandung

Adapun visi, misi dan tujuan dari Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial. ( BBPPKS ) antara lain:

Visi dari BBPPKS Regional II Bandung :

Menjadikan BBPPKS Regioal II Bandung sebagai Lembaga Terdepan dalam Pengembangan Kualitas Sumber Daya Manusia Kesejahteraan Sosial (SDMKS) Tahun 2010.

Misi dari BBPPKS Regional II Bandung :

1. Mengembangkan program diklat kesejahteraan sosial sesuai dengan

kompetensi dan kebutuhan stakeholder.

2. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan kesejahteraan sosial sesuai


(18)

9

3. Melaksanakan pengkajian kebijakan, peta kebutuhan regional,

metodologi dan teknologi diklat kesejahteraan sosial.

4. Melakukan advokasi dan informasi tentang diklat kesejahteraan sosial.

5. Mewujudkan pusat koordinasi regional jabatan fungsional pekerja sosial.

6. Membangun kerjasama antar lembaga diklat kesejahteraan sosial dan

stakeholder.

2.2 Struktur Organisasi Perusahaan

Suatu perusahaan maupun Instansi pemerintah baik besar maupun kecil selalu berusaha menciptakan tata kerja yang baik, teratur dan rapi, sebagai alat untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan dan di gariskan oleh perusahaan maupun instansi pemerintah yang bersangkutan.

Struktur organisasi ini harus menunjukan suatu kerangka kerja yang melukiskan adanya suatu pembagian kerja, penggolongan kegiatan kedalam bagian-bagian sehingga dapat menggambarkan suatu kerjasama dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

Struktur Organisasi adalah suatu kerangka kerja yang menyatukan berbagai fungsi, menurut pola yang menghendaki adanya tata tertib, penyusunan dan hubungan yang serasi. Untuk mencapai dan menjalankan aktivitas sebuah perusahaan harus mempunyai struktur organisasi yang baik. Untuk lebih jelasnya penulis gambarkan struktur organisasi dari Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Regional II Bandung seperti pada gambar 2.1 di bawah ini :


(19)

Sumber : Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial ( BBPPKS ) Regional II Bandung.

Gambar 2.1

Struktur Organisasi Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial ( BBPPKS ) Bandung

KABAG.TATA USAHA

KEPALA

KASUB BAGIAN UMUM

KABID PENYELENGGARAAN DIKLAT DAN KERJASAMA KABID PROGRAM DAN

EVALUASI

KASI DIKLAT TKSP KASI PEMANTAUAN

DAN EVALUASI KASI PENYUSUNAN

PROGRAM

KASI DIKLAT TKSM

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

KASUB BAGIAN KEUANGAN

INSTALASI LABORATORIUM PRAKTIKUM PROFESI PEKERJAAN SOSIAL DAN MEDIA


(20)

11

2.3 Uraian Tugas Perusahaan

BBPPKS mempunyai tugas melaksanakan pendidikan dan pelatihan kesejahteraan sosial pemerintah dan masyarakat, pengkajian dan

penyiapan standarisasi pendidikan dan pelatihan pemberian informasi serta

koordinasi dengan instansi terkait sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1. Kepala pimpinan Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial ( BBPPKS ) Bandung

Kepala mempunyai tugas memimpin dan mengkoordinasikan bawahan dan memberikan bimbingan, serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahan. Dalam melaksanakan tugasnya, kepala pimpinan BBPPKS memiliki tanggung jawab untuk :

a. Penyusunan rencana dan program, evaluasi dan penyusuna laporan

b. Pendidikan dan pelatihan kesejahteraan sosial.

c. Persiapan pendidikan dan pelatihan kesejahteraan sosial.

d. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan kesejahteraan social.

e. Pelaksanaan advokasi dan pemberian informasi pendidikan dan

f. Pelatihan kesejahteraan sosial.

g. Pengkajian dan penyimpanan standarisasi pendidikan pelatihan

h. Kesejahteraan sosial.


(21)

2. Kabag Tata Usaha

Bagian tata usaha mempunyai tugas melaksanakan urusan surat menyurat, kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan rumah tangga serta kehumasan.

Dalam melaksanakan tugasnya, kabag tata usaha juga menyelenggarakan fungsi:

a. Pelaksanaan urusan surat menyurat, kepegawaian, perlengkapan dan rumah

tangga serta kehumasan.

b. Pelaksanaan urusan keuangan.

2.1 Kasub Bagian Umum

Kasub bagian umum mempunyai tugas melakukan urusan surat menyurat, kepegawaian, perlengkapan dan rumah tangga serta kehumasan, meliputi :

a. Mempelajari, memahami dan melaksanakan peraturan

perundang-undangan, ketentuan yang berkaitan dengan tugas Sub Bagian Umum.

b. Melaksanakan penyusunan rencana program dan kegiatan Sub Bagian

Umum.

c. Mengkonsultasikan rencana program dan kegiatan serta anggaran Sub

Bagian Umum kepada Kepala Balai Tata Usaha untuk memperoleh pengarahan dan persetujuan.

d. Membagi tugas sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing

kepala Sub Bagian umum.

e. Membagi tugas kegiatan Kepala Sub Baian Umum kepadan staf.

f. Memberikan arahan kepada Staf Sub Bagian Umum dalam pelaksanaan


(22)

13

2.2Kasub Bagian Keuangan

Kasub bagian keuangan mempunyai tugas melakukan urusan penyusunan anggaran rutin dan pembangunan serta sumber-sumber lain dan penyiapan bahan pembinaan kebendaharaan, verivikasi dan akuntansi, adapun uraian tugas Kasub Bagian Keuangan sebagai berikut :

a. Melakukan penyusunan rencana program dan kegiatan Sub Bagian

Keuangan.

b. Mengkonsultasikan rencana program kegiatan kepada Kepala Bagian Tata

Usaha Untuk memperoleh pengarahan dan persetujuan.

c. Melaksanakan koordinasi dengan pejabat terkait.

d. Membagi tugas kegiatanSub Bagian Keuangan kepada staf

e. Menindaklanjuti disposisi surat dari kepala bagian Tata Usaha.

f. Memberikan arahan kepada Staf Sub Bagian Keuangan baik lisan maupun

tulisan dalam rangka pelaksanaan tugas.

g. Melaporkan pelaksanaan tugas Sub Bagian Keuangan secara berkala

kepada pimpinan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3. Instalasi Laboratorium Praktikum Profesi Pekerjaan Sosial dan Media

Instalasi laboratorium praktikum profesi pekerjaan sosial dan media mempunyai tugas melakukan kegiatan praktek profesi pekerjaan sosial dan media untuk menunjang pelaksanaan tugas BBPKS dan informasi diklat, meliputi :

a. Mempelajari, memahami, dan melaksanakan peraturan

perundang-undangan serta ketentuan yang berkaitan dengan Instalasi Laboratorium Pratikum Profesi pekerjaan Sosial Dan Media.


(23)

b. Menyediakan penggunaan laboratorium untuk kegiatan praktikum pendidikan pelatihan kesejahteraan sosial.

c. Melakukan koordinasi dengan bidang penyelenggaraan diklat dan kerja

sama dalam penggunaan instalasi laboratorium.

d. Membuat laporan hasil kegiatan instalasi laboratorium dan media kepada

kepala balai.

e. Bertanggung jawab kepada kepala balai tentang kegiatan intalasi dan

media.

f. Melakukan koordinasi dengan perguruan tinggi dalam rangka

pengembangan kesejahteraan sosial.

g. Menjalin kerja sama dengan media cetak dan elektronik dalam rangka

mengkomunikasikan serta mensosialisasikan profesi kesejahteraan sosial dan tugas diklat kesejahteraan sosial.

3.1 Instalasi Perpustakaan

Instalasi perpustakaan mempunyai tugas melakukan urusan perpustakaan, meliputi :

a. Mempelajari, memahami, dan melaksanakan peraturan perundangan

dangan serta ketentuan yang berkaitan dengan Instalasi perpustakaan.

b. Menyusun rencana kebutuhan perpustakaan sesuai dengan tugas pokok

dan fungsi balai.

c. Menginventarisir koleksi buku dan menyusun katalog.

d. Melayani peminjaman buku.


(24)

15

f. Mengusulkan pengembangan perpustakaan kepada kepala balai.

g. Membuat laporan pelaksanaan kegiatan perpustakaan secara berkala

kepada kepala balai.

h. Menjalin kerja sama dengan perpustakaan daerah dalam hal

mengembangkan tenaga perpustakaan.

i. Bertanggung jawab kepada kepala balai dalam hal kegiatan perpustakaan.

4. Kabid Program dan Evaluasi

Kabid program dan evaluasi mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana dan program, pemberian informasi dan advokasi, pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan pendidikan dan pelatihan kesejahteraan sosial.

Dalam melaksanakan tugasnya, kabid program dan evaluasi juga mempunyai fungsi yaitu:

a. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan dan penyajian data serta

penyusunan rencana dan program.

b. Pemberian informasi dan advokasi.

c. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan.

4.1 Kasi Penyusunan Program

Kasi penyusunan program mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pengolahan dan penyajian data serta penyiapan penyusunan rencana dan program, pelayanan pemberian informasi dan advokasi, meliputi :


(25)

a. Mempelajari, memahami, dan melaksanakan peraturan perundang-undangan serta ketentuan yang berkaitan dengan tugas Seksi Penyusunan Program.

b. Melakukan penyusunan rencana program dan kegiatan Seksi

Penyusunan program.

c. Mengkonsultasikan rencana program dan kegiatan serta anggaran

kepada bidang-bidang program dan evaluasi untuk memperoleh pengarahan dan persetujuan.

d. Melakukan koordinasi dengan pejabat terkait.

e. Membagi tugas kegiatan Seksi Penyusunan Program kepada Staf.

f. Menindak lanjuti disposisi surat dari kepala Bidang Program dan

Evaluasi.

g. Memberikan arahan kepada Staf Seksi Penyusunan Program dalam

rangka pelaksanaan pengumuman, mengolah dan penyajian data.

h. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas seksi penyusunan program secara

berkala kepada pimpinan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

i. Melakukan pembinaan Staf pada Seksi Penyusunan Program.

4.2 Kasi Pemantauan dan Evaluasi

Kasi pemantauan dan evaluasi mempunyai tugas melakukan pemantauan dan evaluasi serta penyusunan laporan, meliputi :

a. Mempelajari, memahami, dan melaksanakan peraturan

perundang-undangan serta ketentuan yang berkaitan dengan tugas Seksi Pemantauan dan Evaluasi.


(26)

17

b. Melakukan penyusunan rencana program dan kegiatan Seksi

Pemantauan dan Evaluasi.

c. Mengkonsultasikan rencana program dan kegiatan kepada kepala

Bidang Program Dan Evaluasi untuk memperoleh pengarahan dan persetujuan.

d. Melakukan koordinasi dengan pejabat terkait.

e. Membagi tugas kegiatan Seksi Pemantauan dan Evaluasi Kepala Staf.

f. Menindak lanjuti disposisi surat dari kepala Bidang Program dan

Evaluasi.

g. Melaksanakan monitoring dan evaluasi.

h. Menyusun laporan dan mendistribusikan hasil monitoring evaluasi

serta mendokumentasikannya.

i. Menyiapkan bahan laporan menyelenggarakan diklat.

j. Melakukan tugas-tugas lainnya yang diberikan oleh pimpinan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan serta ketentuan yang berlaku.

5.Kabid Penyelenggaraan Diklat dan Kerjasama

Kabid penyelenggaraan diklat dan kerjasama mempunyai tugas melaksanakan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan tenaga kesejahteraan sosial pemerintah dan masyarakat serta pengkajian dan penyiapan standarisasi pendidikan dan pelatihan dan kerjasama dengan instansi terkait.

Dalam melaksanakan tugasnya, kabid penyelenggaraan diklat dan kerjasama juga menyelenggarakan fungsi:


(27)

a. Penyiapan penyusunan kurikulum, pembuatan jadwal, pemanggilan peserta, penentuan fasilitator/widyaiswara dan praktek kerja lapangan.

b. Penyelenggaraan fasilitasi pendidikan dan pelatihan kesejahteraan sosial.

c. Pengkajian dan penyiapan standarisasi pendidikan dan pelatihan

kesejahteraan sosial.

d. Pelaksanaan urusan kerjasama dengan instansi terkait.

e. Mempelajari, memahami, dan melaksanakan peraturan

perundangundangan serta ketentuan yang berkaitan dengan tugas kepala bidang penyelenggaraan diklat dan kerja sama.

f. Menyelenggarakan dan melaksanakan diklat TKSP maupun TKSM

berdasarkan standar yang telah ditetapkan.

g. Membuat laporan hasil pelaksanaan tugas kepala bidang penyelenggaraan

diklat dan kerja sama kepada pimpinan secara berkala sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

5.1 Kasi Diklat Tenaga Kesejahteraan Sosial Pemerintah ( TKSP )

Kasi diklat tenaga kesejahteraan sosial pemerintah mempunyai tugas melakukan fasilitasi penyelenggaraan, pengkajian dan penyiapan standarisasi pendidikan dan pelatihan kesejahteraan sosial bagi tenaga kesejahteraan sosial pemerintah dan pelaksanaan urusan kerjasama dengan instansi terkait, meliputi :

a. Mempelajari, memahami, dan melaksanakan peraturan

perundang-undangan serta ketentuan yang berkaitan dengan tugas Seksi Diklat Tenaga Kesejahteraan Sosial pemerintah.


(28)

19

b. Melakukan penyusunan rencana program dan kegiatan Seksi Diklat

Tenaga Kesejahteraan Sosial pemerintah.

c. Mengkonsultasikan rencana program dan kegiatan kepada kepala Bidang

Program Penyelenggaraan Diklat dan kerja sama untuk memperoleh pengarahan dan persetujuan.

d. Melakukan koordinasi dengan pejabat terkait.

e. Menindak lanjuti disposisi surat dari kepala Bidang Penyelenggaraan

Diklat dan kerja sama.

f. Menyiapkan bahan laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah

(LKIP).

g. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas Seksi Diklat Tenaga Kesejahteraan

Sosial Pemerintah secara berkala kepada pimpinan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

h. Melakukan tugas-tugas lainnya yang diberikan oleh pimpinan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan serta ketentuan yang berlaku.

5.2 Kasi Diklat Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat ( TKSM )

Kasi diklat tenaga kesejahteraan sosial masyarakat mempunyai tugas melakukan fasilitasi penyelenggaraan, pengkajian dan penyiapan standarisasi pendidikan dan pelatiahan tenaga kesejahteraan sosial masyarakat dan pelaksanaan urusan kerjasama dengan instansi terkait, meliputi :

a. Melakukan penyusunan rencana program dan kegiatan Seksi Diklat


(29)

b. Mengkonsultasikan rencana program dan kegiatan kepada kepala Bidang Program Penyelenggaraan Diklat dan kerja sama untuk memperoleh pengarahan dan persetujuan.

c. Melakukan koordinasi dengan pejabat terkait baik intern maupun extern.

d. Membagi tugas kegiatan seksi diklat Tenaga Kesejahteraan Sosial

Masyarakat (TKSM) kepada Staf.

e. Menindak lanjuti disposisi surat dari kepala Bidang Penyelenggaraan

Diklat dan kerja sama.

f. Menyelenggarakan dan melaksanakan diklat TKSM berdasarkan standar

yang telah ditetapkan.

g. Melakukan pemantauan proses kegiatan pendidikan pelatihan TKSM.

h. Melakukan kerja sama dengan intansi terkait dalam rangka

penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan TKSM.

i. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas Seksi Diklat Tenaga Kesejahteraan

Sosial Masyarakat secara berkala kepada pimpinan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

j. Melakukan tugas-tugas lainnya yang diberikan oleh pimpinan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan serta ketentuan yang berlaku.

6. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok jabatan fungsional ini, terdiri dari tenaga fungsional dan dikoordinir oleh tenaga fungsional yang di tetapkan oleh kepala BBPPKS atas usulan tenaga fungsional yang bersangkutan.dan jumlah tenaga fungsional ini di tentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.


(30)

21

Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.4 Kegiatan Instansi

Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Regional II Bandung ini, adalah sebagai unit pelaksana teknis kediklatan Kementerian Sosial yang mempunyai tugas utama untuk menempa dan membentuk Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas di bidang kesejahteraan sosial.

Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial ( BBPPKS ) Bandung ini, mencakup enam wilayah kerja yaitu :

a. Kepulauan Bangka Belitung

b. Lampung

c. Banten

d. DKI Jakarta

e. Jawa Barat

f. Kalimantan Barat

Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Regional II Bandung ini juga memiliki beberapa program kerja, antara lain :

1. Program Pengembangan Potensi Kesejahteraan Sosial

Program ini bertujuan untuk mengembangkan kesadaran, kemampuan, tanggung jawab dan peran aktif masyarakat dalam menangani permasalahan


(31)

sosial di lingkungannya dan memperbaiki kualitas hidup serta kesejahteraan penyandang masalah kesejahteraan sosial.

2. Program Peningkatan Kualitas Manajemen dan Profesionalisme Pelayanan Sosial

Program ini bertujuan untuk meningkatkan mutu dan profesionalisme pelayanan sosial melalui pengembangan alternatif-alternatif intervensi di bidang kesejahteraan sosial, peningkatan kemampuan dan kompetensi pekerja sosial dan tenaga kesejahteraan sosial masyarakat serta penetapan standarisasi dan legislasi pelayanan sosial.

3. Program Pengembangan Keserasian Kebijakan Publik dalam Penanganan Masalah-Masalah Sosial

Program ini bertujuan untuk mewujudkan keserasian kebijakan publik dalam penanganan masalah-masalah sosial ke arah terwujudnya ketahanan

sosial masyarakat dan terlindunginya masyarakat dari dampak

penyelenggaraan pembangunan dan perubahan sosial yang cepat melalui wadah jaringan kerja.

4. Program Pengembangan Sistem Informasi Kesejahteraan Sosial

Program ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis data dan informasi yang diperlukan untuk bahan penentuan kebijakan masalah-masalah sosial, membangun sistem informasi yang diperlukan sebagai alat peringatan dini dan meningkatkan fungsi dan koordinasi jaringan informasi kelengkapan dalam upaya pembentukan keterpaduan pengendalian masalah-masalah sosial.


(32)

23

Sasaran dari BBPPKS sendiri, adalah peserta latih dari berbagai komponen pembangunan kesejahteraan sosial, baik Tenaga Kesejahteraan Sosial Pegawai (TKSP), yang berada di lingkungan Kementerian Sosial, pemda dan instansi terkait lainnya, maupun Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat (TKSM) seperti pengurus Organisasi Sosial (Orsos), Lembaga Sosial Masyarakat (LSM), yayasan dan panti sosial serta lembaga sosial lainnya.

Kajian program kerja Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) sendiri, di antaranya adalah :

1. Kajian dan Pengembangan yang mencakup :

a. Kajian program analisis dampak sosial bagi peneliti dan pekerja sosial

tingkat ahli.

b. Kajian rencana Strategis BBPPKS Bandung.

c. Kajian produksi tahap II

d. Penyusunan modul diklat Manajer kesejahteraan sosial.

e. Penyusunan Modul Diklat keahlian klinis.

f. Night meeting forum.

g. Pengembangan laboratorium Out Door.

h. Uji coba model dan metode pembelajaran.

i. Monitoring dan evaluasi.

j. Pengembangan sarana dan prasarana penunjang pembelajaran dan Asrama.

k. Penerbitan Buletin secara berkala.


(33)

2. Kediklatan, meliputi :

a. Diklat dasar pekerjaan sosial.

b. Diklat pekerjaan sosial klinis.

c. Diklat pekerjaan sosial industri.

d. Diklat pekerjaan sosial perlindungan anak.

e. Diklat analisis kebijakan sosial.

f. Diklat pekerjaan sosial setting koreksional.

g. Diklat pekerjaan sosial setting Rumah Sakit.

h. Diklat pekerjaan sosial setting Organisasi Sosial.

i. Diklat jabatan fungsional Tk.terampil jenjang penyelia.

j. Diklat dasar ( Entry ) calon pejabat fungsional peksos ahli.

k. Diklat jabatan fungsional Tk.ahli jenjang peksos madya.

l. Diklat wahana kesejahteraan sosial berbasis masyarakat.


(34)

25 BAB III

PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK

3.1 Bidang Pelaksanaan Kuliah Kerja Praktek

Penulis dalam pelaksanaan kuliah kerja praktek pada BBPPKS Regional II Bandung ditempatkan pada bagian Diklat Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat (TKSM) dan membantu pula di Sub Bagian Umum serta dikenalkan pada setiap bidang yang terdapat pada perusahaan, dalam pelaksanaan tersebut penulis diberikan pengarahan dan bimbingan mengenai kegiatan perusahaan yang salah satu tugasnya melakukan urusan perlengkapan dan pengadaan barang dan pemotongan pajak PPh 21, penyajian informasi, serta perekaman data-data yang dilakukan setiap harinya.

3.1.1 Prosedur

Prosedur merupakan komponen dari sistem informasi baik itu sistem informasi manajemen atau informasi akuntansi yang sering dilupakan, padahal tanpa prosedur sistem informasi sebaik apapun titak akan berjalan sebagaimana mestinya.

Menurut Ardiyose

”Prosedur adalah Urutan-urutan dari suatu pekerjaan tata usaha (clerical operations), dengan melibatkan beberapa petugas atau lebih untuk menjamin keseragaman dalam pelaksanaan pekerjaaan dari transaksi-transaksi yang terjadi berulang-berulang dalam suatu

perusahaan”.


(35)

Menurut Mulyadi

“Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya

melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penenganan secara seragam transkasi perusahaan yang terjadi berulang-ulang”.

(2001;5)

Kegiatan klerical (clerical operation) terdiri dari kegiatan berikut ini yang

dilakukan untuk mencatat informasi dalam formulir, buku jurnal, dan buku besar :

a. Menulis

b. Menggandakan

c. Menghitung

d. Memberi Kode

e. Mendaftar

f. Memilih

g. Memindah

h. Membandingkan

Berdasarkan kedua defenisi di atas dapat di simpulkan bahwa prosedur

adalah suatu kegiatan clerical yang merupakan suatu bagian sistem, biasanya

melibatkan beberapa orang secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.

3.1.2 Pengertian Pajak

Menurut Rochmat Soemitro yang dikutip oleh Siti Kurnia Rahayu dan

Ely Suhayati mendefinisikan pajak sebagai berikut

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dari sektor partikulir ke sektor pemerintah) berdasarkan


(36)

undang-27

undang (dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (tegenprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum”.

(2009;1)

3.1.2.1 Asas-Asas Pemungutan Pajak

Dalam pemungutan pajak terdiri dari beberapa asas pemungutan dan setiap negara menganut asas yang berbeda disesuaikan dengan kondisi dan atas kesepakatan dalam negara tersebut. Dibawah ini diuraikan mengenai asas-asas pemungutan , diantaranya adalah:

1. Asas Keadilan

Menurut Teori yang mendasari Pengertiannya a. Asas Equality

Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu dikenakan pada

orang pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan membayar pajak (ability to pay) dan sesuai dengan manfaat yang diterima.

b. Asas Certainty

Penetapan pajak hendaknya tidak sewenang-wenang, jadi wajib pajak

harus mengetahui kapan membayar dan batas waktu pembayaran.

c. Asas Convenience of Payment

Kapan Wajib Pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan

saat-saat yang tidak menyulitkan Wajib Pajak, misalnya pada saat memperoleh penghasilan.


(37)

d. Asas Economy

Secara ekonomi, biaya pemungutan dan pemenuhan kewajiban pajak bagi Wajib Pajak diharapkan seminimum mungkin, demikian pula beban yang dipikul.

Teori yang memisahkan hak negara memungut pajak :

a. Teori Asuransi

Dalam perjanjian asuransi diperlukan pembayaran premi. Premi tersebut dimaksudkan sebagai pembayaran atas usaha melindungi orang dari segala kepentingannya, misalnya keselamatan atau keamanan harta bendanya. Teori asuransi ini menyamakan pembayaran premi dengan pajak. Walaupun kenyataannya menyatakan hal tersebut dengan premi tidaklah tepat.

b. Teori Kepentingan

Teori kepentingan ini memperhatikan beban pajak yang harus dipungut dari masyarakat. Pembebanan ini harus didasarkan pada kepentingan setiap orang pada tugas pemerintah termasuk perlindungan jiwa dan raganya. Oleh karena itu, pengeluaran negara untuk melindunginya dibebankan pada masyarakat.

c. Teori Gaya Pikul

Teori ini mengandung bahwa dasar keadilan pemungutan pajak terletak dalam jasa-jasa yang diberikan oleh negara kepada masyarakat berupa perlindungan jiwa dan harta bendanya. Oleh karena itu, untuk kepentingan perlindungan, maka masyarakat akan membayar pajak menurut daya pikul seseorang.


(38)

29

d. Teori Asas Daya Beli

Teori ini didasarkan pada pendapat bahwa penyelenggaraan kepentingan masyarakat dianggap sebagai dasar keadilan pemungutan pajak yang bukan kepentingan individu atau negara sehingga lebih menitikberatkan pada fungsi mengatur.

2. Asas Manfaat

Pengenaan pajak hendaknya seimbang dengan keuntungan (manfaat) yang didapat wajib pajak dari jasa-jasa publik yang diberikan oleh pemerintah. Berdasarkan kriteria ini, maka pajak dikatakan adil bila seseorang yang memperoleh kenikmatan lebih besar dari jasa-jasa publik yang dihasilkan oleh

pemerintah dikenakan proporsi lebih besar. PBB menggunakan prinsip benefit

dalam mengukur aspek keadilan dalam perpajakan. Fungsi negara adalah memberikan perlindungan terhadap kekayaan warga, dan karenanya pemiliknya berkewajiban ikut membayar keperluan-keperluan negara.

3. Asas Pembuatan Undang-undang

a. Asas Yuridis

Untuk menyatakan suatu keadilan, hukum pajak harus memberikan jaminan hukum kepada negara atau warganya. Oleh karena itu, pemungutan pajak harus didasarkan pada undang-undang. Landasan hukum pemungutan pajak di Indonesia adalah pasal 23 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945.


(39)

b. Asas Ekonomis

Seperti pada uraian sebelumnya, pajak mempunyai fungsi regulerend dan

budgetair. Asas ekonomi ini lebih menekankan pada pemikiran bahwa negara

menghendaki agar kehidupan ekonomi masyarakat terus meningkat. Untuk itu, pemungutan pajak harus diupayakan tidak menghambat kelancaran ekonomi sehingga kehidupan ekonomi tidak terganggu.

c. Asas Finansial

Berkaitan dengan hal ini, fungsi pajak yang terpenting adalah fungsi

budgetair nya, yakni untuk memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke dalam kas negara. Sehubungan dengan itu, agar diperoleh hasil yang besar, maka biaya pemungutannya harus sekecil-kecilnya.

4. Asas yuridis pemungutan pajak

a. Asas Tempat Tinggal

Negara-negara mempunyai hak untuk memungut atas seluruh penghasilan wajib Pajak berdasarkan tempat tinggal Wajib Pajak. Wajib Pajak yang bertempat tinggal di Indonesia dikenai pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh, yang berasal dari Indonesia atau berasal dari luar negeri (Pasal 4 Undang-undang Pajak Penghasilan).

b. Asas Kebangsaan

Pengenaan pajak dihubungkan dengan suatu negara. Asas ini diberlakukan kepada setiap orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia untuk membayar pajak.


(40)

31

c. Asas Sumber

Negara mempunyai hak untuk memungut pajak atas penghasilan yang bersumber pada suatu negara yang memungut pajak. Dengan demikian Wajib Pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia dikenai pajak di Indonesian tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak.

3.1.3 Sistem Pemungutan Pajak

Sistem perpajakan dapat disebut sebagai metode atau cara bagaimana mengelola utang pajak yang terutang oleh Wajib Pajak dapat mengalir ke kas negara. Ditinjau dari tingkatan perpajakan, maka perpajakan di Indonesia adalah suatu suprasistem, pajak penghasilan adalah sistem dan pajak penghasilan atas karyawan adalah subsistem. Dalam sistem perpajakan di Indonesia dikenal 3 macam sistem pemungutan pajak:

1. Self Assessment System adalah suatu sistem perpajakan yang memberi kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk memenuhi dan melaksanakan sendiri kewajiban dan hak perpajakannya.

2. Withholding tax system adalah suatu sistem perpajakan dimana pihak ketiga

diberi kepercayaan (kewajiban), atau diberdayakan (empowerment) oleh

undang-undang perpajakan untuk memotong pajak penghasilan sekian persen dari penghasilan yang dibayarkan kepada Wajib Pajak.

3. Official Assessment System adalah suatu sistem perpajakan dalam mana inisiatif untuk memenuhi kewajiban perpajakan berada di pihak fiskus.


(41)

3.1.4 Fungsi Pajak

Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Berdasarkan hal diatas maka pajak mempunyai beberapa fungsi, yaitu:

1. Fungsi anggaran (budgetair)

Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan, negara membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak. Dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya. Untuk pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah, yakni penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan pemerintah ini dari tahun ke tahun harus ditingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan yang semakin meningkat dan ini terutama diharapkan dari sektor pajak.

2. Fungsi mengatur (regulerend)

Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Contohnya dalam rangka menggiring penanaman modal, baik dalam negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai macam fasilitas


(42)

33

keringanan pajak. Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.

3. Fungsi stabilitas

Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan, hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.

4. Fungsi redistribusi pendapatan

Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

3.1.5 Pengelompokan Pajak

Pengelompokan pajak merupakan salah satu cara untuk mempermudah dalam klasifikasi untuk perhitungan dan penggolongan, pajak dikelompokan:

1. Menurut Golongannya

a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan


(43)

2. Menurut Sifatnya

a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada

subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa

memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

3. Menurut lembaga pemungutannya

a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.

b. Pajak Daerah, yaitu pajak dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan

untuk membiayai rumah tangga daerah.

3.1.6 Pengertian Penghasilan

Menurut Haig yang dikutip oleh Markus dan Wijana penghasilan untuk

keperluan perpajakan adalah “Nilai berupa uang dari tambahan kemampuan

ekonomis netto seseorang antara dua titik waktu”.

(2002;111)

Menurut Judisseno

“Jumlah uang yang diterima atas usaha yang dilakukan orang

perorangan, badan dan bentuk usaha lainnya yang dapat digunakan untuk aktivitas ekonomi seperti mengkomsumsikan dan atau

menimbun serta menambah kekayaan”.

(2001;52)

Para ahli menyarankan agar definisi penghasilan yang terpakai hendaknya tidak memandang sumbernya, artinya dari apa atau dari mana saja sumber tambahan kemampuan untuk menguasai barang dan jasa dapat dipakai memenuhi


(44)

35

kebutuhan, legal atau illegal, halal atau haram, termasuk hadiah, pembebasan hutang, menang undian dan lain-lain.

Definisi penghasilan menurut undang-undang No. 7 Tahun 1999 yang

diubah terakhir dengan UU No. 17 Tahun 2004 adalah “Setiap tambahan

kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak bersangkutan, dengan nama dan dalam

bentuk apapun”.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa penghasilan adalah tambahan kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup ekonomisnya dalam suatu periode tertentu, sepanjang tambahan kemampuan ini berupa uang atau dapat dinilai dengan uang.

3.1.6.1 Pengertian Pajak Penghasilan

Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang langsung dikenakan terhadap subjek pajak (Perorangan, Badan, Bentuk Usaha Tetap (BUT)) atas panghasilan yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak.

Menurut Munawir

“Pajak penghasilan merupakan salah satu sumber penerimaan

negara berasal dari pendapatan rakyat, pemungutannya telah diatur dengan undang-undang sehingga dapat memberikan kepastian hukum sesuai kehidupan dalam negara yang berdasarkan hukum”.

(2002;109)

Berdasarkan pasal 1 UU No. 7 tahun 1983 yang diubah terakhir dengan Keputusan Dirjen Pajak No. PER-15/pj./2006 tentang petunjuk pelaksanaan


(45)

pemotongan, penyetoran dan pelaporan pajak penghasilan pasal 21 dan pasal 26 sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan orang pribadi menyatakan bahwasanya definisi pajak penghasilan merupakan pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun Pajak.

3.1.7 Subjek Pajak

Subjek Pajak terdiri dari tiga jenis yaitu Orang Pribadi dan Warisan Belum Terbagi, Badan dan Bentuk Usaha Tetap (BUT). Subjek Pajak juga dibedakan menjadi subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri. Subjek pajak dalam negeri menjadi wajib pajak jika telah menerima atau memperoleh penghasilan sedangkan subjek pajak luar negeri sekaligus menjadi wajib pajak sehubungan dengan penghasilan yang diterima dari sumber penghasilan di Indonesia atau diperoleh melalui bentuk usaha tetap di Indonesia. Jadi Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang telah memenuhi kewajiban subjektif dan objektif.

1. Yang dimaksud dengan subjek pajak dalam negeri adalah :

a. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, atau

b. Orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka

waktu 12 bulan, atau

c. Orang pribadi yang dalam satu tahun pajak berada di Indonesia dan

mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia;

d. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia;

e. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang


(46)

37

2. Sementara yang dimaksud dengan subjek pajak luar negeri adalah :

a. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, atau orang

pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia.

b. Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia,

yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia.

c. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, atau orang

pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari

Indonesia bukan darimenjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui

Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia.

d. Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia,

yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan

dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui Bentuk Usaha

Tetap (BUT) di Indonesia.

3.1.8 Objek Pajak

Penghasilan yang dikenakan pemotongan PPh pasal 21:

1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai pensiun secara teratur

berupa gaji, uang pensiun bulanan, upah, honorarium, (termasuk honorarium anggota dewan komisaris atau anggota dewan pengawas), premi bulanan, uang lembur. Uang sokongan, uang tunggu, uang ganti rugi, tunjangan istri,


(47)

tunjangan anak, tunjangan kemahalan, tunjangan jabatan, tunjangan khusus, tunjangan transport, tunjangan pajak, tunjangan iuran pensiun, tunjangan pendidikan anak, beasiswa, premi asuransi yang dibayarkan oleh pemberi kerja,dan penghasilan teratur lainnya dengan nama apapun.

2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai, penerima pensiun atau

mantan pegawai secara tidak teratur berupa jasa produksi, gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya, tunjangan tahun baru, bonus, premi tahunan, dan penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap dan biasanya dibayarkan sekali dalam setahun.

3. Upah harian, upah mingguan, upah satuan, dan upah borongan yang diterima

atau diperoleh pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, serta uang saku harian atau minguan yang diterima peserta pendidikan, pelatihan atau pemagang yang merupakan calon pegawai.

4. Uang tebusan pension, uang Tabungan Hari Tua (THT) atau Jaminan Hari

Tua (JHT), uang pesangon, dan pembayaran lain sejenis sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja.

5. Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam

bentuk apapun, komisi, bea siswa, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan Wajib Pajak dalam negeri.

6. Gaji, gaji kehormatan, tunjangan-tunjangan lain yang terkait dengan gaji dan

honorarium atau imbalan lain yang bersifat tidak tetap yang diterima oleh Pejabat Negara atau PNS.


(48)

39

7. Uang pensiun dan tunjangan-tunjangan lain yang sifatnya terkait dengan uang

pensiunan termasuk janda atau duda dan atau anak-anaknya.

8. Penerima dalam bentuk natural dan kenikmatan lainnya dengan nama apapun

yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak selain pemerintah, atau Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan (PPh) yang bersifat final dan yang dikenakan Pajak Penghasilan (PPh) berdasarkan norma perhitungan khusus

(deemed profit).

3.1.9 Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21

Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah Bendaharawan Pemerintah termasuk Bendaharawan pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi atau lembaga Pemerintah, lembaga-lembaga negara lainnya dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di luar negeri.

3.1.9.1 Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21

1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara teratur berupa gaji, uang

pensiun bulanan, upah, honorarium (termasuk honorarium anggota dewan komisaris atau anggota dewan pengawas), premi bulanan, uang lembur, uang sokongan, uang tunggu, uang ganti rugi, tunjangan teratur,beasiswa, hadiah, premi asuransi yang dibayar pemberi kerja dan penghasilan teratur lainnya dengan nama apa pun.

2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara tidak teratur berupa jasa


(49)

tahun baru, bonus, premi tahunan, dan penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap dan yang biasanya dibayarkan sekali dalam setahun.

3. Upah harian, upah mingguan, upah satuan, dan upah borongan.

4. Uang tebusan pensiun, uang Tabungan Hari Tua atau Tunjang Hari Tua

(THT), uang pesangon, dan pembayaran lain sejenis.

5. Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam

bentuk apa pun, komisi, bea siswa, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak dalam negeri, termasuk tenaga ahli, pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, olahragawan, penasehat, pengajar, pelatih, penceramah, moderator, pengarang, peneliti, pemberi jasa dibidang teknik, kolportir iklan, pengawas, pengelola proyek, pembawa pesanan peserta perlombaan, petugas penjaja barang dagangan, petugas dinas luar asuransi, peserta pendidikan, pelatihan, dan pemagangan.

6. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan dengan nama apapun yang

diberikan oleh bukan Wajib Pajak.

3.1.9.2 Pengurangan yang Diperbolehkan

1. Atas penghasilan yang dibayarkan kepada Pejabat Negara, Pegawai Negeri

Sipil, Anggota ABRI dan Para Pensiunan.

a. Besarnya penghasilan neto pegawai tetap ditentukan berdasar

Penghasilan bruto dikurangi dengan:

i. Biaya jabatan, yaitu biaya untuk mendapatkan, menagih, dan


(50)

41

bruto, dengan jumlah maksimum yang diperkenankan sejumlah Rp 2.880.000,00 setahun atau Rp 240.000,00 sebulan.

ii. Iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai kepada

dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan atau badan penyelenggara Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua yang dipersamakan dengan dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.

iii. Besarnya penghasilan neto penerima pensiun ditentukan berdsarkan

penghasilan bruto yang berupa uang pensiun dikurangi dengan biaya pensiun, yaitu biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara uang pensiun sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto berupa uang pensiun dengan jumlah maksimum yang diperkenankan sejumlah Rp 2.400.00,00 setahun atau Rp 200.000,00 sebulan.

b. Besarnya Penghasilan Kena Pajak dari seorang pegawai dihitung

berdasar penghasilan netonya dikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang jumlahnya adalah sbb.:

Setahun Sebulan

a. untuk diri pegawai Rp 2.880.000,00 Rp 240.000,00

b. tambahan untuk pegawai yang kawin

Rp 1.440.000,00 Rp 120.000,00

c. tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan semenda dalam garis keturunan lurus, serta anak angkat yang menjadi

tanggungan sepenuhnya, paling banyak (3) tiga orang


(51)

c. Dalam hal karyawati kawin, PTKP yang dikurangkan adalah hanya untuk dirinya sendiri, dan dalam hal tidak kawin pengurangan PTKP selain untuk dirinya sendiri ditambah dengan PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya.

d. Bagi karyawati yang menunjukkan keterangan tertulis dari Pemerintah

Daerah setempat (serendah-rendahnya kecamatan) bahwa suaminya tidak menrima atau memperoleh penghasilan, diberikan tambahan PTKP sejumlah Rp 1.440.000,00 (satu juta empat ratus empat puluh ribu rupiah) setahun atau Rp 120.000,00 (seratus dua puluh ribu rupiah) sebulan dan ditambah PTKP untuk keluarganya.

e. Besarnya PTKP ditentukan berdasarkan keadaan pada awal tahun

takwin. Adapun bagi pegawai yang baru datang dan menetap di Indonesia dalam bagian tahun takwin, besarnya PTKP tersebut dihitung berdasarkan keadaan pada awal bulan dari bagian tahun takwin.

f. Pengurangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku

terhadap penghasilan-penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf c, huruf d, dan huruf e.

g. Pengurangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (3) tidak

berlaku terhadap penghasilan Wajib Pajak luar negeri, Penghasilan yang dikenakan pemotongan PPh Pasal 26 terhadap Wajib Pajak luar negeri adalah penghasilan bruto.

2. Pengurangan yang diperbolehkan atas penghasilan yang dibayarkan kepada


(52)

43

TNI/POLRI dan para pensiunan yang dibebankan kepada Keuangan Negara/Daerah.

a. Penghasilan bruto yang diterima pegawai harian, pegawai mingguan,

pemagang dan pegawai tidak tetap lainnya berupa upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan, dan uang saku harian yang jumlahnya tidak lebih dari Rp. 24.000.00 sehari, tidak dipotong PPh Pasal 21 sepanjang jumlah penghasilan bruto tersebut dalam satu bulan takwim tidak melebihi Rp. 240.000,00 dan tidak dibayarkan secara bulanan.

b. Pegawai harian, pegawai mingguan, pemagang, serta pegawai tidak tetap lainya yang menerima upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan, dan uang saku harian yang besarnya melebihi Rp. 24.000,00 sehari tetapi dalam satu bulan takwim jumlahnya tidak melebihi Rp.240.000,00 maka PPh Pasal 21 yang terutang dalam sehari adalah dengan menerapkan tarif 5 % dari penghasilan bruto setelah dikurangi Rp.24.000,00 tersebut.

c. Dalam hal penghasilan satu bulan takwim jumlahnya melebihi Rp.240.000,00 maka besarnya PTKP yang dapat dikurangkan untuk satu hari adalah sesuai dengan jumlah PTKP yang sebenarnya dari penerima penghasilan yang bersangkutan dibagi dengan 360.


(53)

3.1.9.3 Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21

1. Tarif berdasarkan Pasal 17 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang

PPh sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 17 tahun 2000.

- WP Orang Pribadi

Tarif Lapisan Penghasilan

5% < Rp 25.000.000

10% Rp 25.000.000 - Rp 50.000.000

15% Rp 50.000.000 - Rp 100.000.000

25% Rp 100.000.000 - Rp 200.000.000

35% > Rp 200.000.000

2. Tarif berdasarkan Keputusan Direktur Jendral Pajak Nomor

Kep-545/PJ/2000 sebesar:

a. Pegawai Negara, Pegawai Negeri Sipil / PNS, anggota TNI Polri yang

menerima honorariun serta bentuk imbalan lain yang berasal dari keuangan negara atau keuangan daerah penghasilan dipotong pph 21 sebesar 15% kecuali untuk golongan IId atau lebih rendah, TNI Polri pangkat Peltu ke bawah atau Ajun Insp. / Tingkat I ke bawah.

b. Orang yang menerima upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah

borongan dan uang saku harian yang jumlahnya lebih dari Rp. 24.000 sehari namun kurang dari Rp. 240.000 kena potongan 5% dari penghasilan


(54)

45

bruto setelah dikurangi dengan PTKP (penghasilan tidak kena pajak) harian atau apabila tahunan maka dibagi 360.

c. Orang yang menerima pesangon, Tunjangan Hari Tua, Tebusan Pensiun

atau Jaminan Hari Tua yang dibayarkan sekaligus. Untuk yang nominalnya antara Rp. 25.000.000 sampai dengan Rp. 50.000.000 terkena potongan pph21 sebesar 5%. Untuk antara Rp. 50.000.000 sampai dengan Rp. 100.000.000 terkena pph 21 sebesar 10%. Kemudian untuk antara Rp. 100.000.000 sampai dengan Rp. 200.000.000 dipotong pph pasal 21 20% dan yang terakhir apabila menerima Rp. 200.000.000 lebih terkena potonganpph pasal 21 sebesar 25%.

d. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas dikenakan potongan

penghasilan pph 21 sebesar 15% dari perkiraan penghasilan neto yaitu 50% (lima puluh persen) dari penghasilan bruto. Tenaga ahli contohnya seperti arsitek, dokter, pengacara, akuntan, konsultan, notaris, penilai dan aktuaris.

e. Orang yang menerima honor atau honorarium, hadiah / penghargaan, bea

siswa, uang saku, komisi, dan bentuk pembayaran lain sebagai imbalan atas jasa dan kegiatan yang jumlahnya dihitung tidak atas dasar banyaknya hari yang diperlukan untuk menyelesaikan jasa atau kegiatan. Mantan Pegawai yang menerima jasa produksi, bonus, gratifikasi dan tantiem. Peserta program pensiun yang menarik dananya pada dana pensiun semua dikenakan tarif berdasarkan pasal 17 Undang-undang PPh dikali Penghasilan Bruto.


(55)

f. Pegawai tetap, pegawai tidak tetap, pemagang, calon pegawai, penerima

pensiun bulanan, distributor multi level marketing atau MLM serta direct

selling dan kegiatan sejenis dikenakan tarif sesuai dengan yang ada di Pasal 17 Undang-Undang PPh 21 dikali dengan Penghasilan Kena Pajak (PKP). Berikut ini adalah cara menghitung Penghasilan Kena Pajak :

i. Pegawai tetap dihitung dengan cara mengurangi penghasilan kotor

dengan biaya jabatan sebesar 5% maksimal Rp. 1.296.000 setahun atau Rp. 108.000 per bulan dikurangi lagi dengan biaya iuran pensiunm iuran jaminan hari tua dan dikurangi lagi dengan PTKP atau penghasilan tidak kena pajak.

ii. Penerima pensiun bulanan dihitung dengan cara mengurangi penghasilan bruto dengan biaya pensiunan sebesar 5% dikurangi Rp. 432.000 setahun atau Rp. 36.000 sebulan, lalu dikurangi lagi dengan PTKP atau penghasilan tidak kena pajak.

iii. Untuk pegawai tidak tetap, calon pegawai, pegawai magang / pemagang dihitung denga cara mengurangi penghasilan kotor dengan PTKP atau penghasilan tidak kena pajak.

iv. Untuk Distributor multi level marketing atau mlm, direct selling dan yang mirip atau sejenis dihitung dengan cara mengurangi penghasilan bruto dengan PTKP perbulan.


(56)

47

3.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek

Penulis melaksanakan kuliah kerja praktek pada bagian Diklat Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat (TKSM) dan membantu pula di Sub Bagian Umum serta dikenalkan pada setiap bidang yang terdapat pada perusahaan, dalam pelaksanaan tersebut penulis diberikan pengarahan dan bimbingan mengenai kegiatan perusahaan yang salah satu tugasnya melakukan pengimputan data atas pencatatan pajak penghasilan PPh 21, penyajian informasi, serta perekaman data-data yang dilakukan setiap harinya pada Balai Besar Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Regional II Bandung yang merupakan unit pelaksana teknis kediklatan dari Kementerian Sosial Republik Indonesia. Dalam teknis pelaksanaan kerja praktek, aktivitas yang penulis lakukan yaitu membantu pengimputan data-data kegiatan secara manual dan komputerisasi.

3.3 Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek

Salah satu tujuan Kuliah Kerja Praktek adalah membahas hasil-hasil kuliah kerja praktek berdasarkan data-data yang didapat selama pelaksanaan kuliah kerja praktek di Kementrian Sosial BBPPKS Bandung, maka penulis memberikan penjelasan tentang tatacara pencatatan pajak penghasilan PPh pasal 21 atas wajib pajak orang pribadi pada Balai Besar Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial Bandung beserta bagian-bagian yang terlibat didalamnya.


(57)

3.3.1 Tatacara Pencatatan Pajak Penghasilan Pph pasal 21 Atas Wajib Pajak Orang Pribadi Pada BBPPKS Regional II Bandung

Berdasarkan data-data yang didapat oleh penulis ketika melaksanakan kuliah kerja praktek di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Regional II Bandung, penulis menemukan tatacara pencatatan pajak penghasilan Pph 21 atas wajib pajak orang pribadi pada BBPPKS Regional II Bandung adalah sebagai berikut :


(58)

49

Staff Diklat Diklat Kasi Diklat Bank Persepsi Accounting

Gambar 3.1

Flowchart Pelaksanaan Tatacara Pencatatan Pph21 Bidang Diklat BBPPKS Regional II Bandung

SOP pph21

diklat

Membuat bukti kuitansi honor dan

potongan pajak

2 1

Bukti kuitansi honor dan pot.pajak pph21

Verifikasi Verifikasi Tanda tangan Persetujuan Membuat rekap setoran pajak pph21 5 4 3 2 1 Surat Setoran Pajak (SSP) pph21

Membuat bukti pembayaran pajak pph21 2 1 Bukti pembayaran pajak pph21 2 1

Bukti kuitansi honor dan pot.pajak pph21 2

1

Bukti kuitansi honor dan pot.pajak pph21

5 3

2 1

Surat Setoran Pajak (SSP) pph21 5 4 3 2 1 Surat Setoran Pajak (SSP) pph21

1 Bukti pembayaran pajak pph21 SOP pph21 diklat Diarsip untuk keperluan instansi berwenang


(59)

Tatacara pencatatan pajak penghasilan Pph 21 atas wajib pajak orang pribadi pada BBPPKS Regional II Bandung adalah sebagai berikut :

1. Pegawai yang bertanggung jawab untuk pengelolaan biaya kegiatan di

setiap bidang akan membuat daftar penerimaan honor kegiatan yang akan dilakukan, sebagai contoh di seksi Diklat TKSM, staff diklat yang ditugaskan akan membuat :

a. Daftar penerimaan honor fasilitator/pengajar

b. Daftar penerimaan honor pendamping

c. Daftar penerimaan honor penyelenggara, dan lain-lain.

2. Didalam setiap daftar penerimaan honor tersebut diatas tersedia kolom

yang menyatakan pemotongan pph 21 sebanyak 15% untuk penerima golongan IV, 5% untuk golongan III dan tidak dipotong untuk golongan II.

3. Didaftar penerimaan honor tersebut juga kita dapat melihat jumlah pajak

pph 21 yang harus disetorkan ke Bank guna pembayaran ke KPP, setelah selesai proses pencatatan dan penghitungan pph 21 yang harus dibayarkan lalu diberikan kepada Diklat dan Kasi Diklat untuk diperiksa kebenarannya, setelah disetujui maka dibuat SSP untuk setoran pajak yang dimaksud.

4. Setelah SSP sebanyak 5 rangkap selesai diproses dan dibuat oleh staff

diklat yang ditugaskan, pembayaran setoran pajak yang dimaksud dibayarkan kepada bank persepsi.

5. Setelah dibayarkan kepada bank persepsi, Surat Setoran Pajak (SSP)


(60)

51

guna keperluan pertanggungjawaban ke KPPN Bandung sehubungan dengan pencairan dana kegiatan selanjutnya.

6. Bank persepsi juga membuat bukti bahwa setoran pajak Pph21 telah

diterima dan bukti tersebut dibuat rangkap 2 untuk keperluan bank persepsi dan penyetor.

7. Bukti pembayaran pajak Pph21 yang diberikan kepada BBPPKS Regional

II Bandung dari bank persepsi akan diarsip dibagian keuangan guna keperluan instansi berwenang.

Berdasarkan tatacara pencatatan pajak penghasilan Pph 21 atas wajib pajak orang pribadi pada BBPPKS Regional II Bandung, dapat diketahui bahwa tatacara pencatatan pajak penghasilan Pph 21 atas wajib pajak orang pribadi pada BBPPKS Regional II Bandung sudah berjalan dengan baik dan terstruktur sehingga tidak akan memunculkan kekhawatiran bahwa wajib pajak orang pribadi pada instansi tersebut akan menghindari untuk membayar pajak, karena Pph 21 yang harus dibayarkan oleh wajib pajak orang pribadi tersebut didasarkan pada honor yang akan diterimanya dan langsung dipotong oleh staff diklat yang ditugaskan.

3.3.2 Bagian-bagian yang terlibat dalam pencatatan pajak penghasilan Pph pasal 21 atas wajib pajak orang pribadi pada BBPPKS Regional II Bandung

Bagian-bagian yang terlibat dalam pencatatan pajak penghasilan Pph 21 atas wajib pajak orang pribadi pada BBPPKS adalah sebagai berikut :


(61)

1. Staff Diklat

Staff diklat bertugas untuk membuat bukti kuitansi pembayaran honor dan potongan pajak didasarkan pada golongan wajib pajak, membuat rekap Surat Setoran Pajak (SSP) serta menyetorkan pajak ke bank persepsi.

2. Diklat

Diklat merupakan rangkaian kegiatan yang melibatkan instruktur pelatihan terdiri dari fasilitator, narasumber, pendamping fasilitator/pengajar, panitia penyelenggara dan lain-lain yang akan menerima bukti kuitansi pembayaran honor untuk diperiksa.

3. Kasi Diklat

Kepala Seksi Diklat meneliti dan menandatangani bukti kuitansi honor serta potongan pajak Pph 21. Proses atas bukti kuitansi honor yang telah ditandatangani dilanjutkan ke Staff Diklat untuk dibuat Surat Setoran Pajak.

4. Bank Persepsi

Bank persepsi merupakan bank yang ditunjuk oleh Pusat untuk menerima pembayaran pajak dari BBPPKS Regional II Bandung. Setelah menerima pembayaran pajak, bank persepsi menerima Surat Setoran Pajak (SSP) sebanyak 5 rangkap dan menyerahkannya kembali kepada staff diklat sebanyak 4 rangkap beserta bukti pembayaran karena bank persepsi mengambil 1 rangkap Surat Setoran Pajak (SSP) guna dijadikan arsip.


(62)

53

5. Accounting

Accounting merupakan bagian keuangan yang bertugas untuk menyimpan 4 rangkap Surat Setoran Pajak (SSP) dari bank persepsi dan mengarsip bukti pembayaran pajak Pph 21 untuk keperluan instansi berwenang. Berdasarkan bagian-bagian yang terlibat dalam pencatatan pajak penghasilan Pph 21 atas wajib pajak orang pribadi pada BBPPKS Regional II Bandung, dapat diketahui bahwa bagian-bagian tersebut telah menjalankan tugasnya dengan baik sehingga pelaksanaan dapat berjalan sesuai prosedur instansi sehingga tidak dikhawatirkan wajib pajak orang pribadi yang terdapat pada instansi tersebut lupa ataupun mencoba menghindari untuk membayar pajak.


(63)

54

4.1 KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Tatacara pencatatan pajak penghasilan Pph pasal 21 atas wajib pajak orang

pribadi pada BBPPKS Regional II Bandung telah berjalan dengan baik dan terstruktur.

2. Bagian-bagian yang terlibat dalam pencatatan pajak penghasilan Pph 21 atas

wajib pajak orang pribadi pada BBPPKS Regional II Bandung telah menjalankan tugasnya dengan baik.

4.2 SARAN

Untuk meningkatkan efektivitas dan efesiensi di dalam pelaksanaan pada Balai Besar Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial Bandung, maka penulis mencoba untuk memberikan saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi perusahaan, adapun saran-saran yang penulis sampaikan adalah sebagai berikut :

1. Alangkah baiknya jika pencatatan SSP tentang pajak penghasilan Pph 21

ataupun pajak lainnya dicatat dan direkap datanya secara terkomputerisasi agar para wajib pajak dapat mengakses informasi SSP secara menyeluruh dan informasi tersebut dapat terbagi rata pada sub bagian-bagian yang ada di BBPPKS Bandung serta meminimalisir kehilangan data akibat bencana alam.


(64)

55

2. Dalam rangka meningkatkan kualitas kerja pegawai hendaknya diadakan

pelatihan maupun pendidikan khusus bagi para pegawai tentang SPT dan SSP.


(65)

SOSIAL REGIONAL II BANDUNG

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Kerja Praktek

Jenjang Studi S-1 Program Studi Akuntansi

MOCHAMAD FAJAR NUR ROHMAN 21108026

Telah diperiksa dan disetujui sebagai Laporan Kerja Praktek Pada tanggal

Bandung, Desember 2013 Menyetujui,


(66)

(67)

117

Nama Lengkap : Mochamad Fajar Nur Rohman

Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 05 Maret 1990

Nama Ayah : Asep Rohmana, SE

Nama Ibu : Dra.Wiwin Wigiantini

Alamat di Bandung : Jl. Kapten Abdul Hamid Gg.Panorama III No.80/A 40141

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

DATA PENDIDIKAN

SDN Cidadap 1 Bandung (Jawa Barat) 1996-2002

SMPN 12 Bandung (Jawa Barat) 2002-2005

SMAN 15 Bandung (Jawa Barat) 2005-2008

Sampai Sekarang masih tercatat sebagai mahasiswa di UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA (UNIKOM) tahun pendidikan 2008/2009


(1)

53

5. Accounting

Accounting merupakan bagian keuangan yang bertugas untuk menyimpan 4 rangkap Surat Setoran Pajak (SSP) dari bank persepsi dan mengarsip bukti pembayaran pajak Pph 21 untuk keperluan instansi berwenang. Berdasarkan bagian-bagian yang terlibat dalam pencatatan pajak penghasilan Pph 21 atas wajib pajak orang pribadi pada BBPPKS Regional II Bandung, dapat diketahui bahwa bagian-bagian tersebut telah menjalankan tugasnya dengan baik sehingga pelaksanaan dapat berjalan sesuai prosedur instansi sehingga tidak dikhawatirkan wajib pajak orang pribadi yang terdapat pada instansi tersebut lupa ataupun mencoba menghindari untuk membayar pajak.


(2)

54 BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Tatacara pencatatan pajak penghasilan Pph pasal 21 atas wajib pajak orang pribadi pada BBPPKS Regional II Bandung telah berjalan dengan baik dan terstruktur.

2. Bagian-bagian yang terlibat dalam pencatatan pajak penghasilan Pph 21 atas wajib pajak orang pribadi pada BBPPKS Regional II Bandung telah menjalankan tugasnya dengan baik.

4.2 SARAN

Untuk meningkatkan efektivitas dan efesiensi di dalam pelaksanaan pada Balai Besar Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial Bandung, maka penulis mencoba untuk memberikan saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi perusahaan, adapun saran-saran yang penulis sampaikan adalah sebagai berikut : 1. Alangkah baiknya jika pencatatan SSP tentang pajak penghasilan Pph 21

ataupun pajak lainnya dicatat dan direkap datanya secara terkomputerisasi agar para wajib pajak dapat mengakses informasi SSP secara menyeluruh dan informasi tersebut dapat terbagi rata pada sub bagian-bagian yang ada di BBPPKS Bandung serta meminimalisir kehilangan data akibat bencana alam.


(3)

55

2. Dalam rangka meningkatkan kualitas kerja pegawai hendaknya diadakan pelatihan maupun pendidikan khusus bagi para pegawai tentang SPT dan SSP.


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KULIAH KERJA PRAKTEK

PADA BALAI BESAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL REGIONAL II BANDUNG

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Kerja Praktek Jenjang Studi S-1 Program Studi Akuntansi

MOCHAMAD FAJAR NUR ROHMAN 21108026

Telah diperiksa dan disetujui sebagai Laporan Kerja Praktek Pada tanggal

Bandung, Desember 2013 Menyetujui,


(5)

(6)

117

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Mochamad Fajar Nur Rohman

Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 05 Maret 1990

Nama Ayah : Asep Rohmana, SE

Nama Ibu : Dra.Wiwin Wigiantini

Alamat di Bandung : Jl. Kapten Abdul Hamid Gg.Panorama III No.80/A 40141

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

DATA PENDIDIKAN

SDN Cidadap 1 Bandung (Jawa Barat) 1996-2002

SMPN 12 Bandung (Jawa Barat) 2002-2005

SMAN 15 Bandung (Jawa Barat) 2005-2008

Sampai Sekarang masih tercatat sebagai mahasiswa di UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA (UNIKOM) tahun pendidikan 2008/2009