Penerapan Pemotongan PPh Pasal 21 Atas Gaji PNS Pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEUANGAN

PENERAPAN PEMOTONGAN PPH PASAL 21 ATAS GAJI PNS PADA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI SUMATERA UTARA

TUGAS AKHIR

Diajukan Oleh : DINA VIOLITA

112101084

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Diploma III

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

2   

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEUANGAN

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

NAMA : DINA VIOLITA

NIM : 112101084

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III KEUANGAN

JUDUL : PENERAPAN PEMOTONGAN PPH

PASAL 21 ATAS GAJI PNS PADA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI SUMATERA UTARA

Tanggal : 2014 DOSEN PEMBIMBING

Frida Ramadini, SE, MM NIP. 197410122005012003

Tanggal : 2014 KETUA PROGRAM STUDI

Dr. Yeni Absah, SE, M.Si NIP. 197411232000122001

Tanggal : 2014 DEKAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

Prof.Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, CA NIP. 195604071980021001


(3)

Alhamdulillah penulis memanjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya untuk menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “ Penerapan Pemotongan PPh Pasal 21 Atas Gaji PNS Pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara” ini dengan baik, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Diploma III Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, ayahanda Dasril dan ibunda Erna Roslina yang selalu membimbing, memberikan do’a dan semangat yang tidak putus, tidak lupa juga abang saya Edhi Surya serta adik saya Deshy Anggraini dan Dicky Wahyudi. Namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak maka Tugas Akhir ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini penulis berterima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Yeni Absah, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi D-III Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. 3. Ibu Frida Ramadini, SE, MM selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu dan tenaga untuk membimbing penyelesaian tugas akhir.


(4)

ii   

5. selaku bendahara pengeluaran sub bagian Keuangan Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara yang telah memberi izin dan membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini dan seluruh Pegawai Sub Bagian Kuangan Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara.

6. Bapak/ ibu dosen Fakultas Ekonomi USU yang telah memberikan perkuliahan sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan.

7. Terima kasih kepada teman – teman seperjuangan saya di D-III Keuangan stambuk 2011, teman sepermainan saya yaitu Oza, Dian, Icha, Vina, serta yang paling spesial untuk Ayu yang telah banyak memberikan dukungan kepada saya.

Penulis menyadari bahwa penyajian tugas akhir ini masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi perbaikan-perbaikan dimasa yang akan datang.

Medan, Juni 2014

Penulis

Dina Violita 112101084


(5)

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

D. Rencana Penulisan ... 5

BAB II PROFIL INSTANSI A. Sejarah Berdirinya Dinas Pendidikan Pemprovsu ... 8

1. Visi dan Misi Departemen Dinas Pendidikan Pemprovsu ... 10

B. Struktur Organisasi Dinas Pendidikan Pemprovsu ... 11

C. Job Description ... 13

D. Kinerja Terkini ... 23

BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian ... 24

1. Pengertian Pajak ... 24

2. Pengertian Penghasilan ... 25

3. Pengertian Pajak Penghasilan ... 26

4. Pengertian Pajak Penghasilan pasal 21 ... 26

5. Dasar Hukum ... 27

B. Pemungut Pajak Penghasilan pasal 21 ... 28

1. Pemungut atau Pemotong PPh pasal 21 ... 28

2. Yang dikecualikan sebagai pemungut atau pemotong pajak ... 29

3. Subjek pajak PPh pasal 21 ... 29


(6)

iv   

5. Penghasilan yang tidak dipotong PPh pasal 21 ... 31

C. Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 32 D. Pengurangan yang diperbolehkan ... 32 E. Perhitungan Pajak Penghasilan pasal 21 pada Dinas Pendidi-

kan Provinsi Sumatera Utara ... 34 F. Contoh perhitungan PPh pasal 21 untuk pegawai tetap pada Dinas

Pendidikan Provinsi Sumatera Utara ... 35 G. Penerapan Pemotongan PPh pasal 21 atas gaji PNS pada Dinas

Pendidikan Provinsi Sumatera Utara ... 41

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ... 45 B. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara ... 12


(8)

vi   

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jadwal Kegiatan ... 6 Tabel 3.1 Tarif Pajak Wajib Pajak ... 34 Tabel 3.2 PTKP Pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara ... 35


(9)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seperti yang kita sadari semua bahwa pembangunan ekonomi tidak terlepas dengan kebijakan di bidang perpajakan baik pajak pusat maupun pajak daerah. Setiap individu yang hidup di suatu negara memiliki potensi untuk menjadi wajib pajak. Wajib pajak merupakan subjek pajak yang telah memenuhi syarat-syarat sehingga kepadanya diwajibkan pajak dan diatur menurut ketentuan undang-undang dan peraturan perpajakan yang berlaku.

Pajak merupakan salah satu sumber dana terbesar yang di peruntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah, dan berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial ekonomi. Sedangkan pajak menurut pasal 1 UU No. 6 tahun 1983 sebagaimana telah disempurnakan terakhir dengan UU No. 28 tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan adalah “kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Dalam menjalankan fungsinya, negara memerlukan sumber daya baik berupa dana, tenaga masyarakat, maupun sumber daya alam yang diperoleh dari suatu wilayah. Sumber penerimaan yang didapat suatu negara terdiri atas kekayaan alam, laba perusahaan, royalty, retribusi, bea, cukai, dan tentunya


(10)

2   

boleh dilakukan dengan semena-mena. Maka, untuk memberikan kepastian hukum bagi rakyat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya perlu dibuat perundang-undangan di bidang perpajakan.

Dari tahun ke tahun telah banyak dilakukan berbagai kebijakan untuk meningkatkan penerimaan pajak sebagai sumber penerimaan negara. Kebijakan tersebut dapat dilakukan melalui penyempurnaan undang-undang, penerbitan peraturan perundang-undangan baru di bidang perpajakan, guna meningkatkan kepatuhan wajib pajak maupun menggali sumber hukum pajak lainnya.

Permasalahan pajak merupakan fenomena yang selalu hidup dan berkembang dalam kehidupan masyarakat seiring dengan perkembangan dan perubahan sosial dan ekonomi di kalangan masyarakat, seperti banyak nya para wajib pajak yang masih lalai terhadap peraturan ataupun undang-undang pajak dan tidak menjalani kewajibannya sebagai wajib pajak, dan juga semakin banyak timbulnya masalah-masalah baru yang berkaitan dengan pajak seperti kasus mafia pajak.

Adapun jenis pajak yang ditetapkan pemerintah salah satunya adalah pajak penghasilan yaitu pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Ada beberapa jenis pajak penghasilan yaitu PPh pasal 21, PPh pasal 22, PPh pasal 23, PPh pasal 24, PPh pasal 25, dan PPh pasal 26. Penulis akan menjelaskan tentang PPh pasal 21 yang berkaitan dengan perusahaan atau instansi yang akan diteliti.

Pajak penghasilan pasal 21 merupakan pajak penghasilan yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan


(11)

yang diakukan oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri. Pajak penghasilan pasal 21 dipotong, disetor, dan dilaporkan oleh pemotong pajak yaitu pemberi kerja, bendaharawan pemerintah, dana pensiun, badan perusahaan, dan penyelenggara kegiatan.

Ada beberapa hal kemungkinan pemotong pajak keliru dalam memperhitungkan jumlah PPh pasal 21 yang di pungut sehingga berpengaruh terhadap pemotongan PPh pasal 21 yang bersangkutan. Untuk itu, dibutuhkan pemahaman yang jelas terhadap tata cara pemungutan dan perhitungan PPh pasal 21 tersebut.

Pemungutan PPh pasal 21 yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara berkaitan dengan gaji, upah, honorarium, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan pegawai di dinas tersebut.

Dengan melihat kondisi dan masalah diatas, maka penulis tertarik untuk membuat penelitian dengan judul “Penerapan Pemotongan PPh pasal 21 atas gaji PNS pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah perhitungan PPh pasal 21 pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara telah sesuai dengan undang-undang dan peraturan pajak penghasilan yang berlaku ?


(12)

4   

2. Apakah penerapan pemotongan PPh pasal 21 pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara telah sesuai dengan undang-undang dan peraturan pajak penghasilan yang berlaku ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perhitungan serta penerapan pemotongan pajak penghasilan pasal 21 yang dilakukan telah sesuai dengan undang-undang pajak penghasilan atau belum.

2. Manfaat penelitian

a. Bagi perusahaan atau instansi

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara tentang tata cara perhitungan dan penerapan pemotongan PPh pasal 21 yang benar sesuai dengan undang-undang yang berlaku sekaligus sebagai alat ukur atas pelaksanaan perhitungan dan penerapan pemotongan PPh pasal 21 yang selama ini mereka lakukan.

b. Bagi peneliti

1). Peneliti dapat mengetahui tentang tata cara perhitungan dan penerapan pemotongan PPh pasal 21 pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara.

2). Peneliti dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang perpajakan di Indonesia khususnya mengenai PPh pasal 21.


(13)

c. Bagi pihak lain

Penelitian yang dilakukan oleh penulis ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat, khususnya mahasiswa yang ingin melakukan penelitian dengan judul yang sama.

D. Rencana Penulisan

a. Jadwal Kegiatan

Penelitian ini dilakukan di Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara Jl. Teuku Cik Ditiro No.1-D Medan. Untuk lebih jelasnya jadwal kegiatan ini dapat dilihat pada tabel 1.1

Tabel 1.1 Jadwal Kegiatan

NO. KEGIATAN April – Mei

MINGGU KE

1 2-3 4-6 1. Menyusun Draft Tugas Akhir

2. Pengumpulan Data

3. Penulisan Laporan Tugas Akhir

Dalam kegiatan pengumpulan data, penulis melakukan riset selama bulan April – Mei di Dinas Pendidikan Pemprovsu.


(14)

6   

b. Rencana Isi

Laporan penelitian terdiri dari empat bab, yaitu pendahuluan, profil instansi, pembahasan, dan penutup.

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, teknik dan pengumpulan data, dan laporan penelitian.

BAB II : PROFIL INSTANSI

Pada bab profil instansi dijelaskan mengenai sejarah singkat Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara, struktur organisasi, job description, kinerja terkini.

BAB III : PEMBAHASAN

Pada bab pembahasan dibahas tentang pengertian pajak, pengertian pajak penghasilan, pengertian pajak penghasilan pasal 21, dasar hukum, tarif PPh pasal 21, pemungut PPh pasal 21, pemotongan PPh pasal 21, perhitungan PPh pasal 21, contoh-contoh perhitungan PPh pasal 21, serta penerapan pemotongan PPh pasal 21.

BAB IV : PENUTUP

Pada bab penutup peneliti akan memberikan kesimpulan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada Dinas Pendidikan Provinsi


(15)

Sumatera Utara dan peneliti akan mencoba memberikan beberapa saran yang dapat bermanfaat bagi Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara di masa yang akan datang.


(16)

8   

BAB II

PROFIL INSTANSI

A. Sejarah Berdirinya Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara

Dinas Pendidikan telah menjadi sejarah yang tak terlupakan bagi Indonesia. Keberadaan Dinas Pendidikan sudah ada sejak Belanda melakukan penjajahan di tanah air ini. Dengan kata lain, pada masa sulit tersebut, para founder Indonesia yang jasanya tidak terkira bagi bangsa ini, ternyata sudah mengadakan proses pendidikan meski dilakukan secara sembunyi-sembunyi.

Saat itu, warga Indonesia tetap semangat belajar meski berada di tengah-tengah berkecamuknya peperangan, maka bermunculan para cendekiawan keturunan yang sukarela mengajarkan rakyat Indonesia untuk bisa membaca dan menulis. Pada saat itulah, muncul perkumpulan yang dinamakan ‘Tiga Serangkai’ yang terdiri dari para cendikiawan Indonesia.

Dari tahun ke tahun bangsa Indonesia banyak yang dapat menulis serta membaca sehingga pada 20 Oktober 1928, lahirlah Sumpah Pemuda yang diprakarsai oleh pemuda-pemuda Indonesia. Sejak saat itu, pendidikan dilakukan terang-terangan dan tidak ada lagi rasa takut untuk menuntut ilmu, dengan Sumpah Pemuda Indonesia bertekad untuk bersatu melawan penjajah dimuka bumi ini.

Ringkas cerita, Indonesia berhasil menjadi negera yang merdeka pada 17 Agustus 1945 yang mendapatkan sambutan dari seluruh Indonesia. Pada saat


(17)

yang sama, berdiri pula Dinas Nasional yang saat ini bernama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, kemudian masalah pendidikan di Indonesia perlahan menemukan darahnya yang sempat tersendat oleh tekanan penjajah.

Terkait dengan sejarah Dinas Pendidikan Nasional, selanjutnya terjadi perkembangan pada 1981. Saat itu, Pemerintah Indoneia mengeluarkan sebuah Peraturan Pemerintah No. 65 tahun 1981 yang isinya menerapkan bahwa sebagian urusan pendidikan yang ada di Indonesia ini, diserahkan kepada pemerintah yang ada di daerah.

Saat itu, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dipelopori oleh sosok Dr. Moch Yami. Selanjutnya, pada 1989 pemerintah kembali mengeluarkan Peraturan No. 11 Tahun 1989 yang berisi penyerahan sebagian urusan pemerintahan di bidang pendidikan dan kebudayaan kepada pemerintah daerah.

Kemudian disusul pada 1990 dengan keluarnya Perda No. 3 Tahun 1990 yang membahas tentang dibentuknya dinas dan juga cabang dinas pendidikan dan kebudayaan. Kemudian disusul dengan kebijakan pada tahun 2001 tentang Otonomi Daerah sehingga masalah pendidikan di sebuah daerah menjadi tanggung jawab daerah masing-masing meski memang harus tetap melakukan koordinasi dengan Dinas Pendidikan Nasional di pusat.


(18)

10   

1. Visi dan Misi Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara

Adapun Visi dan Misi Dinas Pendidikan Pemprovsu ini adalah, untuk menjadi sebuah komitmen departemen.

a. Visi

Terwujudnya Sistem Pendidikan Masyarakat Sumatera Utara yang Berdaya Saing dan Berakhlak Mulia.

b. Misi

1. Meningkatnya Akses dan Kualitas Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). 2. Memantapkan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun dengan standard

mutu.

3. Menghasilkan lulusan sekolah menengah yang mempunyai kemampuan untuk melanjutkan ke Perguuruan Tinggi dan Mengisi lapangan kerja. 4. Menghasilkan lulusan kejuruan yang memiliki daya saing.

5. Menghasilkan lulusan Pendidikan Tinggi yang mempunyai daya saing dan yang mampu menciptakan lapangan kerja sendiri.

6. Meningkatkan profesionalisme pendidikan dan tenaga kependidikan. 7. Memutakhirkan kurikulum untuk merespon kebutuhan global rasional

dan regional.

8. Meningkatkan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan. 9. Menata dan membina penyelenggaraan pendidikan luar sekolah. 10. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan pendidikan.


(19)

B. Struktur Organisasi Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara

Struktur organisasi merupakan sebuah sistem hubungan antara para anggota organisasi. Struktur Organisasi diperlukan perusahaan untuk membedakan batas-batas wewenang dan tanggung jawab secara sistematis yang menunjukkan adanya hubungan/keterkaitan antara setiap bagian untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Demi tercapainya tujuan umum suatu perusahaan diperlukan suatu wadah untuk mengatur seluruh aktivitas maupun kegiatan perusahaan tersebut. Pengaturan ini dihubungkan dengan pencapaian tujuan perusahaan yang telah ditetapakan sebelumnya. Wadah tersebut disusun dalam suatu struktur organisasi dalam perusahaan.

Melalui struktur organisasi yang baik, pengaturan pelaksanaan pekerjaan dapat diterpkan, sehingga efisiensi dan efektifitas kerja dapat diwujudkan melalui kerjasama dengan koordinasi yang baik sehingga tujuan perusahaan dapat dicapai. Suatu perusahaan terdiri dari berbagai unit kerja yang dapat dilaksanakan perseorangan, maupun kelompok kerja yang berfungsi untuk melaksanakan serangkaian kegiatan tertentu dan mencakup tata hubungan secara vertikal,malalui saluran tunggal. Sesuai dengan PP No. 41 Tahun 2007, disusun struktur organisasi Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut:


(20)

12   


(21)

C. Job Description 1. Kepala Dinas

a. Menyelenggarakan pembinaan pegawai pada lingkup dinas

b. Menyelenggarakan arahan, bimbingan kepada pejabat struktural pada lingkup dinas

c. Menyelenggarakan penyusunan program kegiatan di lingkup dinas d. Menyelenggarakan perumusan kebijakan operasional di bidang

pendidikan dasar dan pendidikan khusus, bidang pendidikan menengah dan pendidikan tinggi, bidang pengendalian mutu pendidik dan tenaga kependidikan, bidang pendidikan non formal, informal dan PAUD (PLS)

e. Menyelenggarakan program urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang pendidikan dasar dan pendidikan khusus, bidang pendidikan menengah dan pendidikan tinggi, bidang pengendalian mutu pendidik dan tenaga kependidikan, bidang pendidikan non formal, informal dan PAUD (PLS)

2. Sekretariat Dinas

a. Penyelenggaraan arahan, bimbingan kepada pejabat struktural pada lingkup sekretariat

b. Penyelenggaraan penyusunan program kegiatan lingkup sekretariat c. Penyelenggaraan pengelolaan, penataan dan pengendalian

administrasi umum dinas

d. Penyelenggaraan, pengelolaan, penataan, dan pengendalian administrasi keuangan dinas


(22)

14   

e. Penyelenggaraan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan program dan kegiatan dinas.

Sekretaris dibantu oleh :

1). Sub bagian umum

a. menyusun rencana dan program kerja pada sub bagian umum

b. perumusan bahan penetapan kebijakan operasional, perencanaan strategis pendidikan dasar dan pendidikan khusus

c. mempersiapkan dan meneliti, menggandakan dan mendistribusikan konsep surat – surat dan bahan rancangan perundang – undangan

d. melakukan koordinasi perencanaan kebutuhan asset, perlengkapan dan peralatan dinas

e. melakukan pengelolaan, penataan, dan pemeliharaan asset, perlengkapan dan peralatan dinas

2). Sub Bagian Keuangan

a. menyusun rencana dan program kerja pada Sub bagian keuangan b. melaksanakan penyusunan rencana anggaran dinas

c. melaksanakan penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran keuangan dinas

d. melaksanakan pengelolaan penerimaan negara bukan pajak di lingkungan dinas

e. melaksanakan penyusunan laporan pelaksanaan anggaran dan perhitungan anggaran dinas, serta laporan keuangan


(23)

3). Sub bagian program

a. menyusun rencana dan program kerja pada sub bagian program b. melakukan koordinasi penyiapan bahan penyusunan rencana

kerja tahunan

c. melakukan koordinasi penyiapan bahan penyusunan Kebijakan Umum Anggaran Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara, Rencana Kerja Anggaran

d. melakukan penyiapan bahan penyesuaian dan revisi kegiatan dan sasaran program dinas

e. melakukan persiapan dan pelaksanaan monitoring dan evaluasi, penyusunan laporan pelaksanaan program dan kegiatan, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), bahan LKPJ dan LPPD

3. Bidang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Khusus

a. Menyelenggarakan penyusunan rencana program kerja pada bidang pendidikan dasar dan pendidikan khusus

b. Menyelenggarakan pelaksanakan pendataan, mengolah dan menyajikan data pendidikan dasar dan pendidikan khusus dalam sistem informasi manajemen pendidikan

c. Menyelenggarakan persiapan bahan perencanaan strategis, grand design, kebijakan operasional pendidikan dasar dan pendidikan khusus, sesuai dengan arahan pembangunan nasional dan pembangunan daerah


(24)

16   

d. Menyelenggarakan pelaksanaan akreditasi pendidikan dasar dan pendidikan khusus

e. Menyelenggarakan penyusunan laporan bidang pendidikan dasar dan pendidikan khusus

Kepala Bidang Pendidikan dasar dan Pendidikan Khusus, dibantu oleh:

1). Seksi Taman Kanak – kanak dan Sekolah Dasar

a. melaksanakan penyusunan rencana dan program kerja pada seksi TK dan SD

b. melaksanakan pendataan, pengolahan data dan penyajian data pendidikan taman kanak – kanak dan sekolah dasar dalam system informasi manajemen pendidikan

c. melaksanakan perencanaan kebutuhan pendidik dan tenaga pendidik, mengelola, menyediakan bantuan biaya, memantau, melaksanakan evaluasi penyelenggaraan SD bertaraf internasional d. melaksanakan akreditasi SD

e. melaksanakan penyusunan laporan seksi taman kanak – kanak dan sekolah dasar

2). Seksi Sekolah Menengah Pertama

a. melaksanakan penyusunan rencana dan program kerja pada seksi SMP

b. melaksanakan kegiatan siswa SMP, lomba olahraga, pembinaan klub, olimpiade serta pembinaan minat bakat dan kreativitas dan beasiswa


(25)

c. melaksanakan sosialisasi kerangka dasar dan struktur kurikulum dan pelaksanaan standar nasional pendidikan SMP

d. melaksanakan akreditasi pendidikan SMP

e. melaksanakan perencanaan kebutuhan pendidik dan tenaga pendidik, mengelola, menyediakan bantuan biaya, memantau, melaksanakan evaluasi penyelenggaraan SMP bertaraf internasional

3). Seksi Pendidikan Luar Biasa

a. melaksanakan penyusunan rencana dan program kerja pada seksi pendidikan SLB

b. melaksanakan pendataan, pengolahan data dan penyajian data pendidikan SLB dalam sistem informasi manajemen pendidikan c. melaksanakan persiapan bahan perencanaan strategis, grand design,

kebijakan operasional pendidikan SLB

d. melaksanakan persiapan bahan kajian penyusunan kebijakan umum dan kebijakan pemerintah daerah di bidang pendidikan SLB

e. melaksanakan koordinasi, fasilitasi, monitoring, dan evaluasi pelaksanaan ujian SLB

4. Bidang Pendidikan Menengah dan Pendidikan Tinggi

Tugas-tugas dan tanggung jawab dari Bidang Pendidikan Menengah dan Pendidikan Tinggi antara lain :

a. menyelenggarakan standar nasional Pendidikan Menengah

b. menyelenggarakan evaluasi dampak penjamin mutu satuan Pendidikan Menengah


(26)

18   

c. menyelenggarakan evaluasi pengelola Pendidikan Menengah

d. menyelenggarakan pengawasan pemenuhan standar nasional, pendayagunaan sarana dan prasarana, pelaksanaan kurikulum, penggunaan buku Pendidikan Menengah

1). Seksi Sekolah Menengah Atas

Tugas-tugas dan tanggung jawab dari Seksi Sekolah Menengah Atas antara lain :

a. melaksanakan penyusunan rencana kerja dan program kerja pada Seksi Kepala Sekolah Menengah Atas

b. melaksanakan persiapan bahan penetapan kebijakan operasional Pendidikan Sekolah Menengah Atas

c. melaksanakan pengendalian implementasi standar isi dan standar kompetisi lulusan Pendidikan Sekolah Menengah Atas

d. melaksanakan penilaian hasil kerja staff dengan mengisi buku catatan penilaian sebagai bahan penilaian DP-3

2). Seksi Sekolah Menengah Kejuruan

Tugas-tugas dan tanggung jawab Seksi Sekolah Menengah Kejuruan antara lain :

a. melaksanakan pembinaan, bimbingan dan arahan kepada pegawai pada lingkup Seksi Sekolah Menengah Kejuruan

b. melaksanakan persiapan bahan penetapan kebijakan operasional, perencanaan strategis pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan


(27)

c. melaksanakan koordinasi, fasilitasi dan sinkornasi kebijakan operasional Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan

d. melaksanakan persiapan penyusunan standar nasional Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan

3). Seksi Pendidikan Tinggi

a. melaksanakan pendataan, pengolahan dan penyajian Pendidikan Tinggi

b. melaksanakan koordinasi dan kerja sama dalam pengkajian dan pengembangan peningkatan mutu pendidikan

c. melaksanakan kerja sama pelaksanaan penelitian dan hasil penulisan karya ilmiah dosen perguruan tinggi

5. Bidang Pengendalian Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan

a. menyelenggarakan penyusunan rencana kegiatan dan program kerja pada Bidang Pengendalian Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan b. menyelenggarakan pembinaan pendidik, pelatihan dan Tenaga

Kependidikan Formal dan Informal

c. menyelenggarakan tugas lain yang di berikan kepala dinas, sesuai dengan bidang tugasnya

d. menyelenggarakan penyusunan laporan dan pertanggung jawaban atas pelaksanaan tugasnya, sesuai standar yang di tetapkan

1). Seksi Tenaga kependidikan

Tugas-tugas dan tanggung jawab dari Seksi Tenaga Kependidikan antara lain :


(28)

20   

a. melaksanakan urusan admisnistrasi pada Seksi Tenaga Kependidikan

b. melaksanakan dan merencanakan kebutuhan pendidik dan tenaga kependidikan

c. melaksanakan dan mengalokasikan tenaga potensial pendidik dan tenaga kependidikan formal dan non formal

2). Seksi Pengendalian Mutu

Tugas-tugas dan tanggung jawab dari Seksi Pengendalian Mutu antara lain :

a. melaksanakan urusan administrasi Seksi Pengendalian Mutu

b. melaksanakan penerimaan pendidik, dan tenaga kependidikan untuk sekolah bertaraf internasional

c. melaksanakan analisa rasio kebutuhan pendidik dan tenaga kependidikan untuk sekolah bertaraf internasional

d. melaksanakan peningkatan kesejahteraan, penghargaaan dan perlindungan pendidik dan tenaga kependidikan bertaraf internasional

3). Seksi Pendidikan dan Pelatihan

Tugas-tugas dan tanggung jawab Seksi Pendidikan dan Pelatihan antara lain :

a. melaksanakan pembinaaan, bimbingan dan arahan kepada pegawai pada lingkup Seksi Pendidikan dan Pelatihan

b. melaksanakan urusan administrasi Seksi Pendidikan dan Pelatihan c. melaksanakan dan menyelenggarakan Pendidikan dan Pelatihan


(29)

d. melaksanakan dan menyelenggarakan Pendidikan dan Pelatihan pendidik bertaraf internasional

6. Bidang Pendidikan Non Formal, Informal dan Pendidikan Anak Usia Dini (Pendidikan Luar Sekolah)

Tugas-tugas dan tanggung jawab Bidang Pendidikan Non Formal, Informal dan Pendidikan Anak Usia Dini ( Pendidikan Luar Sekolah ) antara lain :

a. menyelenggarakan penyusunan rencana kegiatan dan program kerja pada Bidang Non Formal, Informal dan Pendidikan Anak Usia Dini (Pendidikan luar sekolah) sesuai dengan arahan pembangunan nasional dan pembangunan daerah

b. menyelenggarakan perencanaan biaya penyelenggaraan ujian nasional pada Bidang Pendidikan Non Formal, Informal dan Pendidikan Anak Usia Dini ( Pendidikan Luar Sekolah)

c. menyelenggarakan pemberian dukungan sumber daya penyelenggaraan Pendidikan Non Formal, Informal, dan Pendidikan Anak Usia Dini (Pendidikan Luar Sekolah)

1). Seksi Pendidikan Anak Usia Dini

Tugas-tugas dan tanggung jawab Seksi Pendidikan Anak Usia Dini antara lain :

a. melaksanakan pembinaan dan pemberdayaan mitra Pendidikan Anak Usia Dini


(30)

22   

b. melaksanakan tugas lain yang di berikan kepala bidang, sesuai dengan bidang tugasnya

c. melaksanakan penyusunan rencana kegiatan dan program kerja pada Seksi Pendidikan Usia Dini

d. melaksanakan penyusunan laporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugasnya, sesuai dengan standar yang di tetapkan

2). Seksi Pendidikan Masyarakat dan Kecakapan Hidup

Tugas-tugas dan tanggung jawab Seksi Pendidikan Masyarakat dan Kecakapan Hidup antara lain :

a. melaksanakan penyusunan rencana kegiatan dan program kerja pada Seksi Pendidikan Masyarakat dan Kecakapan Hidup

b. melaksanakan pembinaan dan pemberdayaan mitra PNFI

c. melaksanakan penilaian hasil kerja bawahan dengan mengisi buku catatan penilaian sebagai bahan penilaian DP-3

d. melaksanakan penyusunan laporan dan pertanggung jawaban atas pelaksanaan tugas sesuai standar yang di tetapkan

3). Seksi Pendidikan dan Kesetaraan

Tugas-tugas dan tanggung jawab Seksi Pendidikan dan Kesetaraan antara lain :

a. melaksanakan pembinaan, bimbingan, arahan, dan penegakan disiplin kepada pegawai pada lingkup Seksi Pendidikan dan Kesetaraan

b. melasanakan penyusunan rencana kegiatan dan program kerja pada Seksi Pendidikan Kesetaraaan


(31)

c. melaksanakan pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian bahan/data untuk penyusunan dan penyempurnaan standar nasional pendidikan paket A, Paket B, Paket C setara

d. melaksanakan koordinasi dan pembinaan, pemberdayaan dan pengembangan mitra pendidikan kesetaraan tingkat provinsi dan kab/kota

D. Kinerja Terkini

1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran a. Penyediaan jasa surat – menyurat

b. Penyediaan jasa perkantoran

c. Penyediaan barang cetakan dan pengadaan 2. Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur

a. Pemeliharaan kendaraan dinas / operasional kantor

b. Pemeliharaan rutin / berskala perlengkapan gedung kantor c. Pengadaan peralatan gedung kantor

3. Program peningkatan disiplin aparatur

a. Pengadaan pakaian dinas beserta kelengkapannya

b. Pengadaan pakaian kerja satpam beserta kelengkapannya

4. Program peningkatan pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan

a. Penyusunan laporan bulanan, laporan triwulan, semesteran, tahunan, pelaksanaan program dan kegiatan APBD dan APBN


(32)

24   

BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian

1. Pengertian pajak

Pajak merupakan iuran wajib yang ditetapkan pemerintah dan wajib pajak tidak memperoleh kontraprestasi langsung, akan tetapi memperoleh manfaat kehidupan yang relatif aman, sejahtera, dan berpendidikan.

Ada beberapa defenisi pajak yang diungkapkan oleh para ahli :

a. Menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaja, pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma – norma hukum, guna menutupi biaya produksi barang – barang dan jasa – jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum. (Waluyo, 2008)

b. Menurut Prof. DR. Rochmat Soemitro, SH (1990:5), pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang – undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontra prestasi), yang langsung dapat ditunjuk dan digunakan untuk membayar pengeluaran – pengeluaran umum. (Wirawan B. Ilyas dan Rudy Suhartono, 2007) c. Menurut Leroy Beauliaeu dalam bukunya berjudul “Traite de la

science des Finances” (1906), pajak adalah bantuan, baik secara langsung maupun tidak yang dipaksakan oleh kekuasaan publik dari penduduk atau dari barang untuk menutup belanja pemerintah. (Drs. B. Boediono, MSi, 2001)


(33)

d. Menurut Prof. Dr. M.J.H. Smeets dalam bukunya berjudul “De Economic betekenis der Belastingen” (1951), pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang tertuang melalui norma – norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa adanya kontra prestasi yang dapat ditujukan dalam hal yang individual. (Drs. B. Boediono, MSi, 2001)

Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa pajak merupakan : 1. Suatu pemungutan yang dapat dipaksakan karena wewenang yang

dimiliki pemerintah

2. Harus berdasarkan norma – norma umum atau undang – undang

3. Prestasi pemerintah diberikan secara umum dan sulit untuk di tunjukkan

4. Untuk membiayai pengeluaran umum 5. Sifatnya dapat dipaksakan

6. Tidak ada kontraprestasi (imbalan) yang langsung dapat dirasakan oleh pembayar pajak

2. Pengertian Penghasilan

Pengertian penghasilan sesuai pasal 4 ayat 1 undang – undang PPh adalah “setiap tambahan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun.


(34)

26   

Menurut Judisseno, “ penghasilan adalah jumlah uang yang diterima atas usaha yang dilakukan orang perorangan, badan dan bentuk usaha lainnya yang dapat digunakan untuk aktivitas ekonomi seperti mengkonsumsikan dan atau menimbun serta menambah kekayaan.” (Judisseno, 2001 : 52).

Dari kedua defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa penghasilan adalah setiap tambahan ekonomis yang diperoleh oleh wajib pajak yang berada di Indonesia yang dapat digunakan untuk aktivitas ekonomi seperti mengonsumsi dan menambah kekayaan.

3. Pengertian Pajak Penghasilan

Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) berdasarkan UU No. 7 tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan undang – undang Nomor 10 tahun 1994 dengan beberapa kali dilakukan perubahan terakhir dengan undang – undang No. 36 tahun 2008 adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam satu tahun pajak atau suatu pungutan resmi yang ditujukan kepada masyarakat yang berpenghasilan yang di perolehnya dalam tahun pajak untuk kepentingan negara dan masyarakat dalam hidung berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakannya.

4. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 merupakan Pajak Penghasilan yang dikenakan atas penghasilan berupa :


(35)

b. Upah c. Tunjangan

d. Dan pembayaran lainnya

Dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri.

5. Dasar Hukum

Adapun dasar hukum pengenaan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 antara lain :

a. Undang – undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang – undang Nomor 36 tahun 2008

b. Undang – undang Nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU Nomor 16 tahun 2009

c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 1994 tentang Pajak Penghasilan Bagi Pejabat Negara, PNS, Anggota ABRI, dan para pensiunan atas penghasilan yang dibebankan kepada keuangan negara atau keuangan daerah

d. Peraturan Pemerintah Nomor 149 tahun 2000 tentang Pemotongan PPh pasal 21 atas penghasilan berupa uang pesangon, uang tebusan, dan tunjangan hari tua

e. Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER – 57/PJ/ 2009 tanggal 25 Mei 2009 tentang perubahan Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER –


(36)

28   

f. 31/PJ/2009 tanggal 25 Mei 2009 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 sehubungan dengan jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi

g. Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 250/PMK.03/2008 tentang besarnya biaya jabatan atau biaya pensiun yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto pegawai tetap atau pensiunan

h. Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER – 38/PJ/2009 tanggal 23 Juni tentang Bentuk Formulir Surat Setoran Pajak

B. Pemungut Pajak Penghasilan Pasal 21 1. Pemungut atau pemotong PPh pasal 21

Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 dipotong, disetor, dan dilaporkan oleh pemotong pajak, yaitu :

a. Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan pegawai atau bukan pegawai

b. Bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan

c. Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan pembayaran lain dengan nama apapun dalam rangka pensiun

d. Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas


(37)

e. Penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan pelaksanaan suatu kegiatan, dan penyelenggara kegiatan wajib memotong pajak atas pembayaran hadiah atau penghargaan dalam bentuk apapun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri berkenaan dengan suatu kegiatan

2. Yang dikecualikan sebagai pemungut atau pemotong pajak

Adapun yang tidak termasuk sebagai pemotong pajak yang wajib melakukan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 21 adalah sebagai berikut :

a. Kantor Perwakilan Negara Asing

b. Organisasi Internasional yang dikecualikan sebagai pemotong pajak PPh pasal 21 berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan sebagai contoh IMF, ILO, dan lain sebagainya (Pasal 3 Undang – Undang PPh)

3. Subjek pajak PPh pasal 21

Penerima penghasilan yang dipotong atau dipungut Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 adalah sebagai berikut :

a. Pegawai

b. Penerima pensiun c. Penerima honorarium

d. Orang pribadi lainnya yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan dari pemotong pajak


(38)

30   

4. Objek pajak PPh pasal 21

Penghasilan yang dipotong Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 adalah sebagai berikut :

a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai atau penerima pensiun secara teratur berupa gaji, uang pensiun bulanan, honorarium, premi bulanan, uang lembur, uang sokongan, uang tunggu, uang ganti rugi, tunjangan istri, tunjangan anak, tunjangan kemahalan, tunjangan jabatan, tunjangan khusus, tunjangan transport, tunjangan pajak, tunjungan iuran pensiun, tunjangan pendidikan anak, beasiswa, premi asuransi yang dibayar pemberi kerja, dan penghasilan teratur lainnya dengan nama apa pun

b. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai, penerima pensiun, atau mantan pegawai secara tidak teratur berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya, tunjangan tahun baru, bonus, premi tahunan, dan penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap

c. Upah harian, upah mingguan, upah satuan, dan upah borongan yang diterima atau diperoleh pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, serta uang saku harian atau mingguan yang diterima peserta pendidikan, pelatihan, atau pemagangan yang merupakan calon pegawai

d. Uang tebusan pensiun, uang tabungan hari tua atau jaminan hari tua, uang pesangon dan pembayaran lain sejenis hubungan dengan PHK


(39)

e. Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun, komisi, beasiswa, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan lain yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri f. Gaji, gaji kehormatan, tunjangan – tunjangan yang terkait dengan

gaji, honorarium atau imbalan lain yang bersifat tidak tetap

5. Penghasilan yang tidak dipotong PPh pasal 21

Penghasilan yang tidak dipotong Pajak Penghasila (PPh) pasal 21 yaitu,

a. Pembayaran asuransi dari perusahaan / instansi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa

b. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan dalam bentuk apapun yang diberikan oleh wajib pajak atau pemerintah

c. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan dan iuran jaminan hari tua kepada badan penyelenggara askes yang dibayar oleh pemberi kerja

d. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah


(40)

32   

C. Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21

Tarif pajak pada Pajak Penghasilan pasal 21 adalah sebagai berikut : Tarif berdasarkan pasal 17 ayat (1) Undang – undang Nomor 7 tahun 1983 tentang PPh sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang – undang Nomor 36 tahun 2008.

Tarif pajak untuk Wajib pajak orang pribadi dalam negeri adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 : Tarif Pajak Wajib Pajak Lapisan

Penghasilan Kena Pajak

Tarif Pajak Tarif Pajak Untuk WP yang tidak memiliki NPWP

s/d Rp. 50 Juta 5 % 6% atau (120% x 5%) Diatas Rp. 50 Juta

s/d Rp. 250 Juta

15 % 18% atau (120% x 15%)

Diatas Rp. 250 Juta s/d Rp. 500 Juta

25 % 30% atau (120% x 25%)

Diatas Rp. 500 Juta 30 % 36% atau (120% x 30%)

Sumber : PPh Pemotongan Pemungutan (Agus Setiawan, 2006 : 52)

D. Pengurangan yang diperbolehkan

Adapun beberapa pengurangan yang diperbolehkan dalam Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21, yaitu :

a. Penghasilan yang dibayarkan kepada pejabat negara, PNS, anggota ABRI dan para pensiunan bertujuan:

1). Untuk menentukan penghasilan neto pejabat negara, PNS, dan anggota ABRI, penghasilan bruto dikurangi :


(41)

a). Biaya jabatan sebesar 5 % dari penghasilan bruto setinggi – tingginya Rp. 6.000.000 setahun atau Rp. 500.000 per bulan b). Iuran pensiun

2). Untuk menentukan penghasilan neto penerima pensiun adalah sebagai berikut :

Penghasilan bruto dikurangi biaya pensiun sebesar 5 % dari penghasilan bruto berupa uang pensiun setinggi – tingginya Rp. 2.400.000 setahun atau Rp. 200.000 sebulan.

3). Untuk menentukan Penghasilan Kena Pajak, Penghasilan Neto dikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

b. Penghasilan Tidak Kena Pajak Pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara :

Tabel 3.2 : PTKP Pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara

Jlh tanggungan PTKP diri pegawai/tahun PTKP pegawai yang kawin/tahun PTKP untuk anak/ tahun PTKP untuk anak/ tahun Total PTKP/tahun

TK/0 24,300,000 24,300,000

TK/1 24,300,000 2,025,000 26,325,000

TK/2 24,300,000 2,025,000 2,025,000 28,350,000

K/0 24,300,000 2,025,000 26,325,000

K/1 24,300,000 2,025,000 2,025,000 28,350,000

K/2 24,300,000 2,025,000 2,025,000 2,025, 000 30,375,000


(42)

34   

Keterangan :

TK/0 : - Belum menikah dan tidak mempunyai anak - Suami /istri nya PNS/Polri (APBN/APBD) - Janda atau duda tidak mempunyai anak TK/1 : Duda atau janda memiliki satu anak

TK/2 : Duda atau janda memiliki dua anak

K/0 : Sudah menikah tetapi belum memiliki anak K/1 : Sudah menikah dan memiliki satu anak K/2 : Sudah menikah dan memiliki dua anak

E. Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara

- Pegawai Tetap

Adapun cara untuk menentukan atau menghitung besarnya Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 untuk pegawai tetap adalah :

Untuk menentukan atau mengetahui besarnya penghasilan neto dari pegawai tetap yaitu penghasilan bruto dikurangi dengan :

a. Biaya jabatan, yaitu biaya yang digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang besarnya 5% dari penghasilan bruto, setinggi – tingginya Rp. 6.000.000 setahun atau Rp. 500.000 sebulan. Biaya jabatan dapat dikurangkan dari penghasilan setiap orang yang bekerja sebagai pegawai negeri tetap tanpa memandang mempunyai jabatan atau tidak


(43)

b. Iuran yang terkait gaji yang dibayar oleh pegawai kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan atau badan penyelenggara Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua yang dipersamakan dengan dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan

F. Contoh perhitungan PPh pasal 21 untuk pegawai tetap pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara :

1. PTKP : K/2

- Ibu Desi adalah PNS golongan III b, bekerja pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara dengan memperoleh gaji sebulan sebesar Rp. 2.424.700. Membayar iuran pensiun Rp. 131.298 sebulan, tunjangan beras Rp. 270.000, tunjangan fungsional Rp. 185.000. Ibu Desi sudah menikah, dan mempunyai 2 anak.

Perhitungan PPh pasal 21 sebagai berikut :

Gaji Pokok Rp. 2.424.700

Tunjangan suami (10% x Gaji Pokok) Rp. 242.470 Tunjangan anak (0,2% x Gaji Pokok) Rp. 96.988 Jlh Gaji dan Tunjangan keluarga Rp. 2.764.158 Tunjangan Fungsional Rp. 185.000


(44)

36   

Tunjangan beras Rp. 270.000

Penghasilan Bruto Rp. 3.219.158 Dikurangi :

- Biaya jabatan :

5% x Rp. 3.219.158 Rp. 160.957 - Iuran pensiun : Rp. 131.298

Jumlah Rp. 292.255

Penghasilan neto sebulan Rp. 2.926.903

Penghasilan neto setahun

12 x Rp. 2.926.903 Rp. 35.122.836

PTKP (K/2)

PTKP : Rp. 2.025.000 + Rp. 168.750 Rp. 2.531.250

+ Rp. 168.750 + Rp. 168.750

Penghasilan kena pajak setahun Rp. 395.583

(Penghasilan neto - PTKP)

PPh pasal 21 = 5% x Rp. 395.583 Rp. 237.350


(45)

2. PTKP : TK/0

- Ibu Riahta adalah PNS golongan III b, bekerja pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara dengan memperoleh gaji sebulan sebesar Rp. 2.424.700. Membayar iuran pensiun Rp. 131.298 sebulan, tunjangan beras Rp. 67.500, tunjangan fungsional Rp. 185.000. Ibu Riahta menjadi tanggungan suami nya yang bekerja sebagai polisi dan belum mempunyai anak.

Perhitungan PPh pasal 21 sebagai berikut :

Gaji Pokok Rp. 2.424.700

Tunjangan suami Tunjangan anak

Jlh Gaji dan Tunjangan keluarga Rp. 2.424.700 Tunjangan Fungsional Rp. 185.000 Tunjangan beras Rp. 67.500 Penghasilan Bruto Rp. 2.677.200 Dikurangi :

- Biaya jabatan :

5% x Rp. 2.677.200 Rp. 133.860 - Iuran pensiun : Rp. 131.298

Jumlah Rp. 265.158

Penghasilan neto sebulan Rp. 2.412.042 Penghasilan neto setahun


(46)

38   

PTKP Rp. 2.025.000

Penghasilan kena pajak setahun Rp. 403.166 (Penghasilan Neto - PTKP)

PPh pasal 21 = 5% x Rp. 403.166 Rp. 20.158 PPh pasal 21 Rp. 20.158

3. PTKP : TK/0

- Ibu Ade adalah PNS golongan III a, bekerja pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara dengan memperoleh gaji sebulan sebesar Rp. 2.255.200. Membayar iuran pensiun Rp. 107.122 sebulan, tunjangan beras Rp. 67.500, tunjangan fungsional Rp. 185.000. Ibu Ade belum menikah.

Perhitungan PPh pasal 21 sebagai berikut :

Gaji Pokok Rp. 2.255.200

Tunjangan suami Tunjangan anak

Jlh Gaji dan Tunjangan keluarga Rp. 2.255.200 Tunjangan Fungsional Rp. 185.000 Tunjangan beras Rp. 67.500 Penghasilan Bruto Rp. 2.507.700


(47)

Dikurangi :

- Biaya jabatan :

5% x Rp. 2.507.700 Rp. 125.385 - Iuran pensiun : Rp. 107.122

Jumlah Rp. 232.507

Penghasilan neto sebulan Rp. 2.275.193

Penghasilan neto setahun

12 x Rp. 2.275.193 Rp. 27.302.316

PTKP Rp. 2.025.000

Penghasilan kena pajak setahun Rp. 250.166

(Penghasilan Neto - PTKP)

PPh pasal 21 = 5% x Rp. 250.166 Rp. 12.508

PPh pasal 21 Rp. 12.508

4. PTKP : K/2

- Bapak Junaidi adalah PNS golongan I, bekerja pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara dengan memperoleh gaji sebulan sebesar Rp. 1.758.500. Membayar iuran pensiun Rp. 95.223 sebulan, tunjangan beras Rp. 270.000, tunjangan fungsional Rp. 175.000. Bapak Junaidi sudah menikah, dan mempunyai 2 anak.


(48)

40   

Perhitungan PPh pasal 21 sebagai berikut :

Gaji Pokok Rp. 1.758.500

Tunjangan istri (10% x Gaji Pokok) Rp. 175.850 Tunjangan anak (0,2% x Gaji Pokok) Rp. 70.340 Jlh Gaji dan Tunjangan keluarga Rp. 2.004.690 Tunjangan Fungsional Rp. 175.000

Tunjangan beras Rp. 270.000

Penghasilan Bruto Rp. 2.449.690 Dikurangi :

- Biaya jabatan :

5% x Rp. 2.449.690 Rp. 122.484 - Iuran pensiun : Rp. 95.223

Jumlah Rp. 217.707

Penghasilan neto sebulan Rp. 2.231.982 Penghasilan neto setahun

12 x Rp. 2.231.982 Rp. 26.783.784 PTKP (K/2)

PTKP : Rp. 2.025.000 + Rp. 168.750 Rp. 2.531.250 + Rp. 168.750 + Rp. 168.750

Penghasilan kena pajak setahun - PPh pasal 21


(49)

G. Penerapan Pemotongan PPh pasal 21 atas gaji PNS pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara

Pelaksanaan PPh pemotongan dan pemungutan pada dasarnya merupakan pajak yang dibayar dalam tahun pajak berjalan. Tujuan dari pemotongan dan pemungutan itu sendiri adalah untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dan mengamankan penerimaan negara atas jenis penghasilan wajib pajak.

Pemotongan PPh pasal 21 atas gaji PNS hendaknya harus diterapkan sesuai dengan peraturan perpajakan serta undang – undang yang berlaku. Hal ini diterapkan agar tidak adanya kekeliruan atau kesalahan dalam pemotongan PPh pasal 21.

Perhitungan serta penerapan PPh pasal 21 pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara telah dilaksanakan sesuai dengan undang – undang dan peraturan pajak penghasilan yang berlaku. Pemotongan PPh pasal 21 telah diterapkan kepada masing – masing pegawai tetap yang bekerja pada instansi.

Perhitungan PPh pasal 21 terhadap pegawai pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara di hitung berdasarkan gaji pegawai, golongan, Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) pegawai dan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) tanggungan, serta status dari pegawai tersebut. Status disini menunjukkan apakah pegawai tersebut sudah menikah atau belum, di tanggung oleh suami / istri atau tidak, memiliki berapa anak / tanggungan.


(50)

42   

Departemen Keuangan yang memiliki tugas dalam bidang keuangan, mempunyai beberapa bagian yaitu perbendaharaan dan perpajakan. Dalam hal ini, Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara sendiri mengikuti aturan dari perbendaharaan, yakni perhitungan serta penerapan pemotongan PPh pasal 21 di hitung secara bulanan. Sedangkan pada perpajakan, perhitungan nya sendiri di lakukan secara tahunan.

Penerapan PPh pasal 21 pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara sendiri telah diterapkan sesuai dengan peraturan perbendaharaan pada Departemen Keuangan. Penerapan PPh pasal 21 terhadap pegawai telah dilakukan dengan baik tanpa ada terjadinya kecurangan.

Pemungutan PPh pasal 21 yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara berkaitan dengan gaji, honorarium, dan pembayaran lainnya sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan pegawai pada dinas tersebut.

Tarif yang dikenakan terhadap masing – masing pegawai pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara telah diterapkan sesuai dengan gaji serta golongan yaitu 5 % x biaya jabatan, sedangkan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) masing – masing diri pegawai berbeda – beda tergantung status dari pegawai tersebut.

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) untuk diri pegawai Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara yaitu sebesar Rp. 24,300,000 per tahun

sedangkan per bulannya sebesar Rp. 2.025.000. Penghasilan Tidak Kena Pajak


(51)

bulannya sebesar Rp. 168.750. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) untuk anak sebesar Rp. 2.025.000 per tahun sedangkan per bulannya sebesar Rp. 168.750.

Yang menjadi subjek pajak dan objek pajak PPh pasal 21 pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara antara lain :

a. Subjek pajak terdiri dari : Pegawai, penerima honorarium, orang pribadi lainnya yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan dari pemotongan pajak.

b. Objek pajak terdiri dari :

- Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai secara teratur berupa gaji, uang pensiun bulanan, honorarium, premi bulanan, uang lembur, tunjangan istri, tunjangan anak, tunjangan jabatan, tunjangan khusus, tunjangan pajak, tunjangan iuran pensiun, tunjangan pendidikan anak, premi asuransi yang dibayar pemberi kerja dan penghasilan teratur lainnya.

- Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai secara tidak teratur berupa tunjangan cuti, tunjangan hari raya, tunjangan tahun baru, premi tahunan dan penghasilan sejenis lainnya.

Penghasilan yang tidak dipotong PPh pasal 21 pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara yaitu pembayaran asuransi seperti asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi beasiswa, iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan dan iuran jaminan hari tua.


(52)

44   

Pemungut atau pemotong PPh pasal 21 adalah seseorang yang benar – benar memiliki wewenang untuk melakukan pemungutan dan pemotongan PPh pasal 21 yang sesuai dengan undang – undang dan peraturan yang berlaku, agar nantinya pemotongan PPh pasal 21 tidak disalahgunakan oleh pihak – pihak yang tidak berkepentingan.

Adapun pemungut atau pemotong PPh pasal 21 pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara yaitu bendahara pengeluaran yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan.

Bendahara pengeluaran Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara menyetor PPh pasal 21 yang tidak ditanggung pemerintah dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN).


(53)

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan pada bab sebelumnya, peneliti menyimpulkan bahwa :

1. Perhitungan PPh pasal 21 pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara telah dilaksanakan sesuai dengan undang – undang dan peraturan pajak penghasilan yang berlaku.

2. Penerapan pemotongan PPh pasal 21 pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara telah diterapkan sesuai undang – undang dan peraturan pajak penghasilan yang berlaku.

3. Tarif pajak PPh pasal 21 yang dikenakan terhadap pegawai Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara adalah sebesar 5% x biaya jabatan.

4. Pemungut atau pemotong pajak PPh pasal 21 pada Dinas Pendidikan provinsi Sumatera Utara yaitu bendahara pengeluaran yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan.


(54)

46   

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang selama ini dilakukan pada Dinas Pendidikan provinsi Sumatera Utara, adapun saran peneliti yaitu :

1. Perhitungan dan penerapan pemotongan PPh pasal 21 pada Dinas Pendidikan provinsi Sumatera Utara harus tetap diterapkan sesuai dengan undang – undang dan peraturan pajak penghasilan yang berlaku yang nantinya tidak terjadi kekeliruan dalam melakukan perhitungan dan pemotongan PPh pasal 21.

2. Tarif pajak PPh pasal 21 yang dikenakan terhadap pegawai harus mengikuti peraturan dan undang – undang pajak penghasilan yang berlaku.

3. Pemungut dan pemotong pajak PPh pasal 21 adalah seseorang yang benar – benar memiliki wewenang untuk melakukan pemungutan ataupun pemotongan pajak PPh pasal 21 yang sesuai dengan undang – undang dan peraturan yang berlaku, agar nantinya pemotongan pajak PPh pasal 21 tidak disalahgunakan oleh pihak – pihak yang tidak berkepentingan.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Boediono. B. Drs, 2001. Perpajakan Indonesia, Cetakan Kedua, Diadit Media, Jakarta.

Data internal Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara.

Ilyas B. Wirawan dan Rudy Suhartono, 2007. Panduan Komprehensif dan Praktis Pajak Penghasilan : sesuai UU No.17 tahun 2000 Dan Aturan Pelaksanaan Terbaru, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Setiawan Agus, 2006. PPh Pemotongan Pemungutan, RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Suandy Erly, 2011. Hukum Pajak, Edisi 5, Salemba Empat, Jakarta. Undang – undang Nomor 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan.

Undang – undang Nomor 28 tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan.

www.pajak.go.id yang diakses pada 24 April 2014. www.bapepam.go.id yang diakses pada 10 Mei 2014. www.dikti.go.id yang diakses pada 10 Mei 2014.


(1)

42   

Departemen Keuangan yang memiliki tugas dalam bidang keuangan, mempunyai beberapa bagian yaitu perbendaharaan dan perpajakan. Dalam hal ini, Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara sendiri mengikuti aturan dari perbendaharaan, yakni perhitungan serta penerapan pemotongan PPh pasal 21 di hitung secara bulanan. Sedangkan pada perpajakan, perhitungan nya sendiri di lakukan secara tahunan.

Penerapan PPh pasal 21 pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara sendiri telah diterapkan sesuai dengan peraturan perbendaharaan pada Departemen Keuangan. Penerapan PPh pasal 21 terhadap pegawai telah dilakukan dengan baik tanpa ada terjadinya kecurangan.

Pemungutan PPh pasal 21 yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara berkaitan dengan gaji, honorarium, dan pembayaran lainnya sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan pegawai pada dinas tersebut.

Tarif yang dikenakan terhadap masing – masing pegawai pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara telah diterapkan sesuai dengan gaji serta golongan yaitu 5 % x biaya jabatan, sedangkan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) masing – masing diri pegawai berbeda – beda tergantung status dari pegawai tersebut.

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) untuk diri pegawai Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara yaitu sebesar Rp. 24,300,000 per tahun sedangkan per bulannya sebesar Rp. 2.025.000. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) untuk pegawai yang kawin sebesar Rp. 2.025.000 per tahun sedangkan per


(2)

bulannya sebesar Rp. 168.750. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) untuk anak sebesar Rp. 2.025.000 per tahun sedangkan per bulannya sebesar Rp. 168.750.

Yang menjadi subjek pajak dan objek pajak PPh pasal 21 pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara antara lain :

a. Subjek pajak terdiri dari : Pegawai, penerima honorarium, orang pribadi lainnya yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan dari pemotongan pajak.

b. Objek pajak terdiri dari :

- Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai secara teratur berupa gaji, uang pensiun bulanan, honorarium, premi bulanan, uang lembur, tunjangan istri, tunjangan anak, tunjangan jabatan, tunjangan khusus, tunjangan pajak, tunjangan iuran pensiun, tunjangan pendidikan anak, premi asuransi yang dibayar pemberi kerja dan penghasilan teratur lainnya.

- Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai secara tidak teratur berupa tunjangan cuti, tunjangan hari raya, tunjangan tahun baru, premi tahunan dan penghasilan sejenis lainnya.

Penghasilan yang tidak dipotong PPh pasal 21 pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara yaitu pembayaran asuransi seperti asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi beasiswa, iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan dan iuran jaminan hari tua.


(3)

44   

Pemungut atau pemotong PPh pasal 21 adalah seseorang yang benar – benar memiliki wewenang untuk melakukan pemungutan dan pemotongan PPh pasal 21 yang sesuai dengan undang – undang dan peraturan yang berlaku, agar nantinya pemotongan PPh pasal 21 tidak disalahgunakan oleh pihak – pihak yang tidak berkepentingan.

Adapun pemungut atau pemotong PPh pasal 21 pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara yaitu bendahara pengeluaran yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan.

Bendahara pengeluaran Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara menyetor PPh pasal 21 yang tidak ditanggung pemerintah dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN).


(4)

45   

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan pada bab sebelumnya, peneliti menyimpulkan bahwa :

1. Perhitungan PPh pasal 21 pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara telah dilaksanakan sesuai dengan undang – undang dan peraturan pajak penghasilan yang berlaku.

2. Penerapan pemotongan PPh pasal 21 pada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara telah diterapkan sesuai undang – undang dan peraturan pajak penghasilan yang berlaku.

3. Tarif pajak PPh pasal 21 yang dikenakan terhadap pegawai Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara adalah sebesar 5% x biaya jabatan.

4. Pemungut atau pemotong pajak PPh pasal 21 pada Dinas Pendidikan provinsi Sumatera Utara yaitu bendahara pengeluaran yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan.


(5)

46   

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang selama ini dilakukan pada Dinas Pendidikan provinsi Sumatera Utara, adapun saran peneliti yaitu :

1. Perhitungan dan penerapan pemotongan PPh pasal 21 pada Dinas Pendidikan provinsi Sumatera Utara harus tetap diterapkan sesuai dengan undang – undang dan peraturan pajak penghasilan yang berlaku yang nantinya tidak terjadi kekeliruan dalam melakukan perhitungan dan pemotongan PPh pasal 21.

2. Tarif pajak PPh pasal 21 yang dikenakan terhadap pegawai harus mengikuti peraturan dan undang – undang pajak penghasilan yang berlaku.

3. Pemungut dan pemotong pajak PPh pasal 21 adalah seseorang yang benar – benar memiliki wewenang untuk melakukan pemungutan ataupun pemotongan pajak PPh pasal 21 yang sesuai dengan undang – undang dan peraturan yang berlaku, agar nantinya pemotongan pajak PPh pasal 21 tidak disalahgunakan oleh pihak – pihak yang tidak berkepentingan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Boediono. B. Drs, 2001. Perpajakan Indonesia, Cetakan Kedua, Diadit Media, Jakarta.

Data internal Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara.

Ilyas B. Wirawan dan Rudy Suhartono, 2007. Panduan Komprehensif dan Praktis Pajak Penghasilan : sesuai UU No.17 tahun 2000 Dan Aturan Pelaksanaan Terbaru, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Setiawan Agus, 2006. PPh Pemotongan Pemungutan, RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Suandy Erly, 2011. Hukum Pajak, Edisi 5, Salemba Empat, Jakarta. Undang – undang Nomor 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan.

Undang – undang Nomor 28 tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan.

www.pajak.go.id yang diakses pada 24 April 2014. www.bapepam.go.id yang diakses pada 10 Mei 2014. www.dikti.go.id yang diakses pada 10 Mei 2014.