LANDASAN TEORI Pola pengembangan dan struktur paragraf pada karangan deskripsi siswa kelas IV SD Negeri Ngargosari, Samigaluh, Kulon Progo tahun ajaran 2011 2012

penjelas, dan transisi, 4 paragraf dengan empat unsur paragraf kalimat utama, kalimat penjelas, transisi, dan kalimat penjelas. Penelitian di atas dapat digunakan peneliti sebagai inspirasi untuk melakukan penelitian sejenis. Peneliti memilih siswa SD kelas IV sebagai subjek penelitian dan paragraf deskripsi sebagai sumber data. Selain itu, peneliti juga meneliti struktur paragraf dan pola pengembangan pada paragraf deskripsi dengan media gambar yang belum diteliti peneliti lain.

b. Kajian Teori

1. Paragraf

Bab ini akan memaparkan pengertian paragraf menurut beberapa ahli. Pengertian paragraf menurut beberapa ahli sebagai berikut. Paragraf adalah seperangkat kalimat tersusun logis sistematis yang merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan mendukung pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan karangan Tarigan, 1987:11. Akhadiah dalam bukunya Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa menyebutkan bahwa paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan. Ramlan 1993:1 mendefinisikan lebih luas bahwa paragraf merupakan bagian dari suatu karangan atau tuturan yang terdiri dari sejumlah kalimat yang mengungkapkan satuan informasi dengan ide pokok sebagai pengendalinya. Pengertian lain, paragraf merupakan bagian karangan tulis yang membentuk satu kesatuan pikiranidegagasan Rahardi, 2009:158. Keraf mendefinisikan sedikit berbeda, yaitu paragraf atau alenia tidak lain dari suatu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat Keraf, 1980:62. Dari definisi-definisi yang telah disampaikan dapat ditarik kesimpulan bahwa paragraf adalah seperangkat kalimat yang tersusun secara logis yang di dalamnya berisi informasi dengan ide pokok sebagai pengendalinya, dan membentuk satu kesatuan pikiran.

2. Struktur Paragraf

Struktur paragraf adalah penulisan paragraf berdasarkan kelengkapan unsur atau posisi unsur paragraf dalam paragraf Tarigan, 1987:21. Paragraf harus tersusun secara logis sistematis. Kelengkapan unsur paragraf itu menyangkut unsur apa saja yang ada dalam paragraf. Menurut Tarigan 1987 alat bantu untuk menciptakan susunan logis sistematis ialah unsur-unsur paragraf yaitu kalimat utama, kalimat pengembang, kalimat penegas, dan transisi. a. Kalimat Topik atau Kalimat Utama Kalimat topik atau kalimat utama adalah perwujudan pernyataan ide pokok paragraf dalam bentuk umum atau abstrak Tarigan,1987:18. Pokok pikiran itu dituangkan dalam satu kalimat diantara kalimat-kalimat yang tergabung dalam sebuah paragraf Wiyanto, 2004:25. Kalimat yang mengandung ide pokok disebut dengan kalimat topik atau kalimat utama. Kalimat dalam bentuk umum atau abstrak merupakan kalimat yang belum jelas maksudnya sehingga diperlukan kalimat-kalimat berikutnya untuk memperjelas maksud dari kalimat tersebut. Kalimat utama berperan sebagai pengantar untuk sampai kepada masalah yang akan diuraikan. Kalimat utama harus dapat menarik minat dan perhatian pembaca, serta sanggup menyiapkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan diuraikan. Menurut Ramlan 1993: 2—3 setiap paragraf mempunyai ide poko, baik secara tersurat maupun secara tersirat. Ide pokok yang tersurat mungkin terletak pada bagian awal paragraf, bagian akhir paragraf, dan mungkin terletak pada bagian awal dan akhir paragraf. Ide pokok yang tersirat tidak dinyatakan dalam sebuah kalimat, namun seluruh kalimat yang terdapat dalam paragraf tetap mendukung satu pikiran pokok. Contoh kalimat utama sebagai berikut. Kita ketahui bahwa tanah air kita dihuni oleh ribuan jenis tumbuh-tumbuhan yang tersebar di seluruh kepulauan Indonesia. Di antaranya ada yang sudah dibudidayakan, ada pula yang belum diketahui manfaatnya. Kita juga mengetahui adanya kekhawatiran bahwa jumlah persediaan makanan semakin gawat, berhubung jumlah bertambah terus, meskipun keluarga berencana dikatakan berhasil, Akhadiah, 1988:146. Paragraf di atas diawali dengan kalimat utama yang membicarakan tanah air kita yang dihuni berbagai tumbuh-tumbuhan. Kalimat berikutnya merupakan kalimat penjelas dari kalimat utama. b. Kalimat Pengembang atau Kalimat Penjelas Kalimat pengembang atau kalimat penjelas adalah kalimat yang berisi pikiran penjelas yang diwujudkan dalam kalimat-kalimat yang isinya menjelaskan, merinci, membandingkan, atau memberi contoh secara khusus Wiyanto, 2004:27. Susunan kalimat pengembang tidak boleh sembarangan. Urutan kalimat pengembang harus sesuai dengan kalimat utama. Kalimat pengembang dapat dibedakan menjadi dua, yakni yang sifatnya utama atau mayor dan sifatnya minor atau tidak utama Rahardi,2010:60. Kalimat penjelas mayor berfungsi menjelaskan secara langsung ide pokok dan kalimat utama yang terdapat di dalam paragraf itu. Jadi, hubungan antara kalimat utama dan kalimat penjelas utama di dalam sebuah paragraf itu bersifat langsung. Kalimat penjelas minor berfungsi menjelaskan langsung kalimat penjelas mayor dan dapat juga menjelaskan secara tidak langsung gagasan utama danatau kalimat utama suatu paragraf. Jadi, sebuah kalimat penjelas minor yang telah menjelaskan secara langsung kalimat penjelas utama tertentu tidak serta merta dapat digunakan untuk menjelaskan kalimat penjelas utama yang lainnya. Berikut contoh kalimat pengembang. Agaknya kita tidak akan ragu-ragu mengatakan bahwa setiap mahkluk hidup memerlukan air. Misalnya tumbuh-tumbuhan di sekitar rumah kita. Pada musim kemarau panjang, tumbuh-tumbuhan, terutama yang kecil, mati kekeringan. Tumbuh- tumbuhan besar pun akan mati kalau tidak mendapatkan air dalam waktu yang lama. Demikian pula binatang piaraan kita, selain memerlukan makanan juga memerlukan air minum. Kebutuhan air itu lebih banyak lagi bagi manusia. Selain membutuhkan air untuk mandi, mencuci pakaian, dan memasak makanan, kita membutuhkan air untuk minum. Wiyanto, 2004:27. Paragraf di atas diawali dengan kalimat utama yang menginfomasikan bahwa setiap makhluk hidup memerlukan air. Kalimat berikutnya berupa uraian-uraian untuk memperjelas kalimat utama. c. Kalimat Penegas Kalimat penegas, yaitu kalimat di dalam paragraf yang tugasnya adalah untuk memberi penegasan Rahardi, 2010:79. Wiyanto 2004:28 mengungkapkan bahwa kalimat penegas berfungsi menegaskan dengan cara mengulang kalimat topik pada bagian akhir paragraf. Kehadiran kalimat penegas dalam suatu paragraf tidak mutlak, boleh ada atau tidak. Kalimat penegas ada bila pengarang merasa memerlukannya untuk menunjang kejelasan informasi. Kalimat penegas hadir apabila kalimat penjelas yang terlalu banyak dan membutuhkan sebuah kalimat penegas agar paragraf itu menjadi jelas maksudnya. Contoh paragraf penegas sebagai berikut. Gedung yang dibangun delapan belas tahun yang lalu itu kini keadaannya rusak berat. Tembok bagian depan mengelupas di beberapa tempat dan bagian belakang retak-retak. Gentingnya banyak yang pecah dan tentu saja bocor kalau hujan turun. Kayu penyangga genting banyak yang patah sehingga atap bangunan tampak bergelombang. Plafon sudah tidak utuh, lantai hancur, dan beberapa jendela kaca pecah. Bahkan sejumlah pintunya keropos dimakan rayap Wiyanto, 2004:28. Paragraf di atas diawali dengan kalimat utama yang menginformasikan bahwa gedung yang dibangun delapan belas tahun rusak berat. Kalimat-kalimat berikutnya merupakan kalimat penjelas yang meneruskan deskripsi kerusakan di gedung tersebut. Pada akhir paragraf merupakan kalimat penegas yang menerangkan bahwa sejumlah pintu sudah keropos. d. Transisi Transisi merupakan perekat atau penghubung paragraf satu dengan paragraf lain sehingga hubungan itu terasa logis Wiyanto, 2004:22. Kehadian transisi dalam paragraf bergantung pada pertimbangan pengarang. Transisi juga berfungsi sebagai penghubung antarparagraf dalam suatu karangan agar padu, menyatu, dan utuh Widjono, 2007:184. Berbeda dengan Rahardi 2010:15 yang mengungkapkan bahwa transisi adalah kata-kata yang berfungsi sebagai penanda peralihan atau transisi dari kalimat yang satu dengan yang lainnya dalam sebuah paragraf. Dalam hal ini peneliti lebih mengacu pada pendapat Wiyanto dikarenakan transisi merupakan penghubung antar paragraf, sedangkan transisi dari kalimat yang satu dengan yang lain disebut penanda kohesi. Penanda kohesi adalah hubungan perkaitan antarproposisi yang dinyatakan secara eksplisit oleh unsur-unsur gramatikal dan semantik dalam kalimat-kalimat yang membentuk wacana TBBI, 2003:427. Menurut Widjono 2007:184—185, kata-kata transisi yang menyatakan hubungan adalah sebagai berikut. a. Sebab,akibat: sebab, karena, akibatnya, maka, oleh karena itu, oleh sebab itu, dampaknya b. Hasil, akibat: akibatnya, hasilnya, dampaknya, akhirnya, jadi, sehingga. c. Pertentangan: tetapi, namun, berbeda dengan sebaliknya, kebalikan dari pada itu, kecuali itu, meskipun demikian, walaupun demikian. d. Waktu: ketika e. Syarat: jika, jikalau, apabila,kalau f. Cara: cara yang demikian, cara ini g. Penegasan: jadi, dengan demikian, jelaslah bahwa h. Tambahan informasi: tambahan pula, selain itu, oleh karena itu, lebih daripada itu, lebih lanjut, di samping itu, lebih-lebih, dalam hal demikian, sehubungan dengan hal itu, dengan kata lain,singkatnya, tegasnya. i. Urutan:mula-mula, pertama, kedua, akhirnya, proses ini,sesudah itu, selanjutnya.

3. Syarat–syarat Pembentukan Paragraf

Pengembangan sebuah paragraf diperlukan beberapa pesyaratan seperti, kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan. Menurut Akhadiah 1989 syarat pembentukan paragraf sebagai berikut. a. Kesatuan Dalam penulisan sebuah karangan setiap paragraf hanya mengandung satu gagasan pokok atau satu topik Akhadiah, 1988:148. Rahardi 2010: 117 menyebutkan hal yang sama bahwa di dalam sebuah paragraf tidak dimungkinkan terdapat lebih dari satu ide atau pikiran. Pikiran atau ide yang hanya ada satu tersebut selanjutnya harus dijabarkan dengan secara terperinci, dengan secara jelas, dengan secara tuntas lewat kalimat-kalimat penjelas di dalam paragraf itu. Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa suatu paragraf harus memperlihatkan dengan jelas maksud atau tema tertentu. Maksud atau tema itu biasanya didukung oleh sebuah kalimat pokok atau kalimat topik. Semua kalimat dalam paragraf harus membicarakan gagasan pokok. jadi kesatuan lebih menitikberatkan hubungan gagasan pokok dengan kalimat yang lain dalam satu paragraf. Contoh paragraf yang mempunyai kesatuan sebagai berikut. Setiap Negara pada dasarnya harus mampu menghidupi dirinya sendiri dari kondisi, posisi, dan potensi wilayahnya masing-masing. Tetapi, tidak setiap wilayah kondisinya memungkinkan, posisinya menguntungkan, atau mempunyai potensi yang cukup untuk memberikan kesejahteraan kepada rakyat yang bermukim di wilayah itu., sehingga harus mencukupinya dari tempat lain yang hampir selalu menyangkut kepentingan negara lain. Akhadiah, 1988:149. b. Kepaduan Koherensi Kepaduan dalam paragraf dapat dilihat dari susunan kalimat yang runtut dan teratur, sehingga hubungan antara kalimat yang satu dengan yang lainnya akan tersusun dengan logis Akhadiah, 1988:150. Widjono 2007: 182 mengungkapkan bahwa paragraf dinyatakan padu jika dibangun dengan kalimat-kalimat yang berhubungan logis. Hubungan pikiran-pikiran yang ada dalam paragraf menghasilkan kejelasan struktur dan makna paragraf. Dari pengertian di atas kepaduan lebih mengutamakan pada hubungan antara kalimat yang satu dan kalimat yang lain. Contoh paragraf yang memiliki kepaduan sebagai berikut. Dalam mengajarkan sesuatu, langkah pertama yang perlu kita lakukan ialah menentukan tujuan mengajarkan sesuatu itu. Tana adanya tujuan yang sudah ditetapkan , materi yang kita berikan, metode yang kita gunakan, dan evaluasi yang kita susun, tidak akan banyak memberikan manfaat bagi anak didik dalam menerapkan hasil proses belajar-mengajar. Dengan mengetahui tujuan pengajaran, kita dapat menentukan materi yang akan kita ajarkan, metode yang kita gunakan, serta bentuk evaluasinya, baik secara kualitatif maupun kuantitatif Akhadiah, 1988: 150. c. Kelengkapan Kelengkapan paragraf dapat dilihat dari kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang kejelasan kalimat topik atau kalimat utama. Namun, suatu paragraf dikatakan tidak lengkap, jika tidak dikembangkan atau hanya diperluas dengan pengulangan-pengulangan Akhadiah, 1988:152. Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa suatu paragraf dikatakan lengkap apabila berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang kejelasan kalimat pokok. Contoh paragraf yang memiliki kelengkapan sebagai berikut. Masalah kelautan yang dihadapi dewasa ini ialah tidak adanya peminat atau penggemar jenis binatang laut, seperti halnya penggemar penghuni darat atau burung- burung yang indah. Tidak ada penyediaan dana untuk melindungi ketam kenari, kima, atau tiram mutiara sebagaimana halnya untuk panda dan harimau. Jenis mahkluk laut tertentu, tiba-tiba punah sebelum manusia sempat melindunginya. Tiram raksasa di kawasan Indonesia bagian barat kebanyakan sudah punah. Sangat sukar menemukan tiram hidup dewasa ini, padahal rumah tiram yang sudah mati mudah ditemukan. Demikian juga halnya dengan kepiting kelapa dan kepiting begal yang biasa menyebar dari pantai barat Afrika sampai bagian barat Laut Teduh, kini hanya dijumpai didaerah kecil yang terpencil. Dari mana dana diperoleh untuk melindungi semua ini? Akhadiah, 1988:153.

4. Pola Pengembangan Paragraf

Pada bagian ini akan dipaparkan pola pengembangan paragraf. Menurut Wiyanto 2004:59—64, pengembangan paragraf berdasarkan letak kalimat utama dibagi menjadi lima jenis. Berikut paparan dari kelima pola pengembangan. a. Paragraf Deduksi Paragraf deduksi adalah paragraf yang dimulai dengan kalimat topik. Kalimat topik itu kemudian dikembangkan dengan pemaparan ataupun deskripsi sampai bagian-bagian kecil sehingga pengertian kalimat topik yang bersifat umum menjadi jelas Tarigan, 1987:30. Paragraf deduksi juga disebut paragraf umum-khusus. Paragraf umum-khusus yaitu paragraf yang dimulai dengan pernyataan kalimat topik berupa kesimpulan, kemudian disusul dengan sejumlah rincian yang menjelaskanmendukung kesimpulan tersebut. Contoh paragraf deduksi adalah sebagai berikut. 1 Salah satu kedudukan bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa nasional. 2 Kedudukan ini dimiliki sejak dicetuskan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. 3 Kedudukan ini dimungkinkan oleh kenyataan bahwa bahasa Melayu yang mendasari bahasa Indonesia telah menjadi lingua franca selama berabad-abad di seluruh tanah air kita. 4 Hal ini ditunjang lagi oleh faktor tidak terjadinya “persaingan bahasa”, maksudnya persaingan bahasa daerah yang satu dengan bahasa daerah yang lain untuk mencapai kedudukannya sebagai bahasa nasional Akhadiah, 1988:161. Paragraf di atas diawali kalimat utama, yang ada pada kalimat 1. Berisi pikiran utama, yang menginformasikan bahwa Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional. Kalimat 2—5 merupakan kalimat penjelas. Kalimat 2 menjelaskan bahwa kedudukan itu sejak dicetuskan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Kalimat 3 menjelaskan bahwa bahasa melayu yang mendasari bahasa Indonesia menjadi lingua franca. Kalimat 4 menjelaskan bahwa adanya faktor tidak terjadinya “persaingan bahasa”. b. Paragraf Induksi Paragraf induksi adalah paragraf yang dimulai dengan penjelasan bagian-bagian konkret atau khusus yang dituangkan dalam beberapa kalimat pengembang Tarigan, 1987: 30. Paragraf induksi juga disebut paragraf khusus-umum. Paragraf khusus- umum yaitu paragraf yang dimulai dengan sejumlah kalimat penjelas yang kemudian disimpulkan pada akhir paragraf. Contoh paragraf induksi adalah sebagai berikut. 1 Sejak suaminya meninggal dunia dua tahun yang lalu, Ny. Ahmad sering sakit. 2 Setiap bulan ia pergi ke dokter memeriksakan sakitnya. 3 Harta peninggalan suaminya semakin menipis untuk biaya hidup sehari-hari bersama tiga orang anaknya yang masih belajar. 4 Anaknya yang tertua dan adiknya masih kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta, sedangkan yang nomor tiga masih duduk di bangku SMA. 5 Sungguh berat beban hidupnya Ramlan, 1993:6. Paragraf di atas diawali kalimat penjelas ditunjukkan pada kalimat 1—3 dan diakhiri kalimat utama 5. Kalimat 1 menjelaskan bahwa Ny. Ahmad sering sakit sejak suaminya meninggal. Kalimat 2 menjelaskan bahwa setiap bulan ia berobat. Kalimat 3 harta peninggalan suaminya semakin menipis. Kalimat 4 menjelaskan bahwa kakak tertua dan adiknya yang masih kuliah dan nomor tiga yang masih di bangku SMA. Kalimat 5 menjelaskan bahwa berat sekali penderitaan hidupnya. c. Paragraf Deduktif-Induktif Pola paragraf deduktif-induktif adalah paragraf yang menempatkan kalimat utama di awal dan di akhir paragraf. Ciri paragraf ini ditandai oleh berulangnya gagasan utama pada awal yang ditegaskan kembali di bagian akhir. Suwarna, 2012:73. Sebagai pengulangan atau penegas, wujud kalimat utama yang berada di akhir paragraf itu tidak selalu sama dengan kalimat yang berada di awal paragraf. Akan tetapi, kedua kalimat itu tetap menunjukkan pokok pikiran yang sama meskipun wujudnya bervariasi. Dengan kata lain, paragraf deduktif-induktif adalah paragraf yang meletakkan kalimat topiknya di awal paragraf dan diulangi pada akhir paragraf. Pengulangan ini berfungsi untuk menegaskan kalimat topik. Contoh paragraf deduktif-induktif sebagai berikut. 1 Pasar tanah Abang mulai dibanjiri pedagang yang hendak mempersiapkan dagangannya sejak pukul 05.00. 2 Aktifitas jual beli di pasar ini mulai sekitar pukul 08.00. 3 Barang dagangannya sebagian besar berupa produk tekstil, dari yang paling murah dengan satuan harga berdasarkan timbangan sampai dengan tekstil berkualitas impor dan ekspor. 4 Pasar ini memperdagangkan berbagai jenis tekstil yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat ekonomi tinggi, menengah, maupun lapis bawah. 5 Pasar Tanah Abang merupakan pusat perdagangan yang tidak pernah sepi oleh penjual maupun pembeli. 6 Para pembeli mulai berdatangan pukul 08.00. 7 Jumlah pembeli ini meningkat sampai pukul 11.30. 8 Pada tengah hari, jumlah pembeli menurun. 9 Namun, jumlah tersebut memuncak kembali pukul 14.00 sampai dengan 16.30 Widjono, 2007:179. Paragraf di atas diawali dengan kalimat penjelas yang ditunjukkan pada kalimat 1—4. Kemudian kalimat 5 merupakan kalimat utama. Kalimat 6—9 merupakan kalimat penjelas. Kalimat 1 menjelaskan bahwa Pasar Tanah Abang dibanjiri pedagang. Kalimat 2 menjelaskan bahwa ada aktivitas jual beli. Kalimat 3 menjelaskan bahwa barang diperdagangkan. Kalimat 4 menjelaskan bahwa tekstil kebutuhan masyarakat. Kalimat 5 merupakan kalimat utama yang menginformasikan bahwa Pasar Tanah Abang tidak pernah sepi. Kalimat 6 menjelaskan tentang kedatangan pembeli. Kalimat 7 menjelaskan tentang puncak kedatangan pembeli. d. Paragraf Ineratif Paragraf ineratif adalah paragraf yang menempatkan gagasan utama paragraf itu di tengah-tengah paragraf Rahardi, 2010:128. Kalimat-kalimat yang berada di awal paragraf seolah-olah merupakan pengantar untuk menuju puncak. Yang dianggap puncak disini adalah kalimat utamanya. Sesudah sampai bagian puncak, penulis masih menambahkan kalimat-kalimat penjelas lagi. Contoh paragraf ineratif sebagai berikut. 1 Etos kerja masyarakat sangat tinggi. 2 Mereka juga sangat disiplin. 3 Masalah disiplin ini sudah mendarah daging bagi mereka.4 Dimana-mana, baik dirumah, di jalan, di tempat umum, maupun di kantor, semuanya sangat disiplin. 5 Masyarakat Jepang memang layak diteladani. 6 Mereka rajin untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan. 7 Dimana saja, asal ada kesempatan, mereka membaca. 8 Bagi mereka, membaca tidak harus di ruang baca. 9 Mereka melakukannya di dalam gerbong kereta yang melaju, di stasiun, dan bahkan sambil berdiri antre beli tiket Wiyanto, 2004:62. Kalimat utama pada paragraf di atas terletak di kalimat kelima, “Masyarakat Jepang memang layak diteladani.” Kalimat-kalimat yang terletak di awal merupakan pemaparan atau pengantar untuk menuju pada kalimat pokok, sedangkan kalimat- kalimat yang terletak setelah kalimat utama merupakan kalimat penjelas. e. Paragraf Tanpa Kalimat Utama Adakalanya didapatkan bahwa sebuah paragraf tidak memiliki kalimat utama. Artinya, gagasan pokoknya mungkin sekali ada, tetapi memang sengaja tidak dirumuskan dalam bentuk kalimat utama Rahardi, 2010:130. Untuk menemukan gagasan utamanya, pembaca harus mengambil kesimpulan dari seluruh kalimat yang ada. Paragraf tanpa kalimat utama ini biasanya digunakan dalam cerita narasi atau lukisan deskripsi. Berikut contoh paragraf tanpa kalimat utama. 1 Begitu upacara pengibaran bendera selesai, rakyat dan pemuda Magelang berduyun-duyun meninggalkan puncak Gunung Tidar. 2 Mereka menuruni lereng gunung bagian barat dengan rasa bangga sebagai bangsa merdeka. 3 Namun, tiba- tiba terdengar letusan senjata api dari balik gunung sebelah utara. 4 Bukan satu dua letusan, melainkan berondongan peluru tajam yang mengancam jiwa mereka Wiyanto,2004:63. Seluruh kalimat di atas kedudukannya sama penting. Sangat sulit mencari kalimat topik dalam paragraf itu. Semuanya membentuk kesatuan dari paragraf. Selain jenis pola pengembangan paragraf menurut Wiyanto, penulis memaparkan pula jenis paragraf berdasarkan cara pengembangannya menurut Tarigan 1987. Paragraf berdasarkan cara pengembangannya meliputi enam macam, sebagai berikut. a. Paragraf Perbandingan Paragraf perbandingan adalah paragraf yang kalimat topik berisi perbandingan dua hal, misalnya yang bersifat abstrak dengan yang bersifat konkret. Kalimat topik tersebut dikembangkan dengan memperinci perbandingan tersebut dalam bentuk yang konkret atau bagian-bagian kecil Tarigan, 1987:31. Jadi, yang dimaksud dengan paragraf perbandingan adalah suatu cara penulis menunjukkan kesamaan dan perbedaan suatu objek atau ide dengan mempergunakan dasar tertentu. Contoh paragraf perbandingan sebagai berikut. 1 Ratu Elizabet tidak begitu tertarik dengan mode, tetapi selalu berusaha tampil di muka umum seperti apa yang diharapkan rakyatnya. 2 Kalau keluar kota paling senang mengenakan pakaian yang praktis. 3 Ia menyenangi topi dan scraf. 4 Lain halnya dengan Margareth Thatcher. 5 Sejak menjadi pemimpin partai konservatif , ia melembutkan gaya berpakaian dan rambutnya. 6 Ia membeli pakaian sekaligus dua kali setahun. 7 Ia lebih cenderung berbelanja di tempat yang agak murah. 8 Ia hanya memakai topi pernikahan, ke pemakaman dan upacara resmi pembukaan parlemen Nasucha, 2009:46. Paragraf di atas berisi tentang perbedaan gaya berpakaian Ratu Elizabet dan Margareth Thatcher. Kalimat 1 menjelaskan Ratu Elizabet yang tidak begitu tertarik dengan mode. Kalimat 2 menjelaskan bahwa keluar kota menggunakan pakaian yang praktis. Kalimat 3 ia suka topi dan scraf. Kalimat 4 menjelaskan bahwa berbeda dengan Margareth Thatcher. Kalimat 5 Margareth melembutkan pakaian dan rambutnya sejak menjadi pemimpin partai konservatif. Kalimat 6 menjelaskan bahwa ia membeli pakaian dua kali setahun. Kalimat 7 menjelaskan bahwa ia berbelanja di tempat murah. Kalimat 8 ia memakai topi penikahan ke pemakaman dan upacara pembukaan parlemen. b. Paragraf Pertanyaan Paragraf pertanyaan adalah kalimat topik yang dikembangkan dengan kalimat tanya dan kalimat berita Keraf, 1987:32. Dari kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa kalimat topik dikembangkan dari kalimat berupa pertanyaan dan berita. Contoh paragraf pertanyaan sebagai berikut. 1 Mengapa Jepang yang miskin sumber daya alamnya bisa menjadi negara maju? Tidak mengherankan, 2 karena Jepang sudah mampu mengmbangkan sumber daya manusianya. 3 Orang jepang giat belajar dan tekun bekerja. 4 Semboyan hidupnya, “Jibun no koto de shinasai”. 5 Artinya, ‘lakukan sendiri keperluanmu’. 6 Dengan semboyan itu orang jepang tidak mengharapkan apalagi menggantungkan bantuan orang lain. 7 Apa yang dapat dikerjakan langsung dikerjakan sendiri. 8 Karena semuanya begitu, orang jepang sangat produktif sehingga negaranya maju Wiyanto, 2004:72. Paragraf di atas diawali kalimat utama yang berupa kalimat tanya pada kalimat 1. Kemudian disusul dengan kalimat penjelas sebagai jawaban dari pertanyaan kalimat 1. c. Paragraf Sebab akibat Paragraf sebab akibat adalah kalimat topik yang dikembangkan dengan memberikan sebab atau akibat dari pernyataan pada kalimat topik Keraf, 1987:32. Kalimat dalam suatu paragraf dapat membentuk sebab dan akibat. Dalam suatu kalimat sebab dapat berfungsi sebagai kalimat topik, dan akibat sebagai kalimat penjelas. Dapat juga sebaliknya, akibat sebagai kalimat topik. Untuk memahami akibat diperlukan sejumlah penyebab sebagai perinciannya. Contoh paragraf sebab akibat sebagai berikut. 1 Jalan Kebon Jati akhir-akhir ini kembali macet dan semrawut. 2 Lebih dari separuh jalan kendaraan kembali tersita oleh kegiatan perdagangan dan kaki lima. 3 Untuk mengatasinya, pemerintah akan memasang pagar pemisah antara jalan kendaraan dengan trotoar. 4 Pagar ini juga berfungsi sebagai batas pemasangan tenda pedagang kaki lima tempat mereka diijinkan berdagang. 5 Pemasangan pagar ini terpaksa dilakukan mengingat pelanggaran pedagang kaki lima di lokasi itu sudah sangat keterlaluan, sehingga menimbulkan kemacetan lalu lintas Nasucha, 2009:47. Paragraf di atas diawali dengan kalimat utama yang berisi tentang akibat dari Jalan Kebon Jati macet dan semrawut. Hal itu ditunjukkan pada kalimat 1. Kalimat 2—5 merupakan kalimat penjelas yang berisi tentang sebab Jalan Kebon Jati menjadi macet dan semrawut. d. Paragraf Contoh Paragraf contoh adalah paragraf yang dimulai dengan kalimat topik kemudian kalimat topik itu dikembangkan dengan memberikan contoh-contoh sehingga kalimat topik jelas pengertiannya Keraf, 1987:33. Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa suatu paragraf yang sulit dipahami agar dapat memberikan penjelasan yang jelas diperlukan contoh-contoh konkret. Contoh paragraf contoh adalah sebagai berikut. 1 Masih berkisar tentang pencemaran lingkungan, Gubenur Jawa Tengah, Mardiyanto, memberi contoh tentang jambu mete di Mayong Jepara yang diserang ulat kipat atau Cricula Trifenestrata. 2 Ulat ini timbul akibat berdirinya perternakan ayam di tengah-tengah perkebunan tersebut. 3 Menurut Gubenur, izin pertenakan ayam di Mayong itu diberikan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Nasucha, 2009:47. Paragraf di atas diawali kalimat utama yang ditujukan pada kalimat 1. Kalimat 1 menginformasikan jambu mete di Mayong Jepara yang diserang ulat kipat. Kalimat 2—3 merupakan kalimat penjelas. Kalimat 2 menjelaskan bahwa ulat itu timbul akibat pertenakan ayam di dekat perkebunan itu. Kalimat 3 menjelaskan bahwa izin pertenakan ayam untuk kesejahteraan rakyat. e. Paragraf Perulangan Paragraf perulangan adalah kalimat topik yang dikembangkan dengan perulangan katakelompok kata atau bagian-bagian kalimat yang penting Keraf, 1987:33. Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa pengulangan-pengulangan kata atau kalimat dapat digunakan untuk memperjelas suatu paragraf. Contoh paragraf perulangan sebagai berikut. 1 Ada kaitan yang erat antara makan, hidup, dan berfikir pada manusia. 2 Setiap manusia perlu makan, makan untuk hidup. 3 Namun, hidup tidak hanya makan. 4 Hidup manusia mempunyai tujuan tertentu. 5 Tujuan hidup dapat berbeda antara satu dengan lainnya, tetapi ada persamaannya, yakni, salah satu di antaranya melangsungkan keturunan. 6 Keturunan sebagai penerus generasi bangsa. 7 Generasi yang lebih baik dan tangguh. 8 Tangguh menghadapi segala rintangan dan tantangan. 9 Rintangan dan tantangan membuat manusia berfikir. 10 Berfikir bukan sembarang berfikir tetapi berfikir jernih untuk memecahkan berbagai persoalan hidup dan kehidupan Tarigan, 1987:33—34. Paragraf di atas diawali dengan kalimat utama yang menginformasikan kaitan antara makan, hidup, dan berfikir pada manusia. Kemudian kalimat 2-9 merupakan penjelas dari kalimat 1. Kalimat 2 ada beberapa kata yang mengulang kalimat 1 seperti, manusia perlu makan, makan untuk hidup. Kemudian kata hidup diulang pada kalimat 2—4. Kata keturunan pada kalimat 4 diulang pada kalimat 5. Kata generasi pada kalimat 5 diulang pada kalimat 6. Kata tangguh yang terdapat pada kalimat 6 diulang pada kalimat 7 diulang pada kalimat 8, dan seterusnya. f. Paragraf Definisi Paragraf definisi merupakan paragraf yang memiliki suatu pengertian atau istilah yang terkandung dalam kalimat topik. Istilah atau pengertian itu memerlukan penjelasan-penjelasan panjang agar maknanya dapat ditangkap oleh pembaca Keraf, 1987:34. Dari kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa penjelasan-penjelasan panjang digunakan untuk memberikan keterangan atau arti terhadap sebuah istilah atau hal. Contoh paragraf definisi adalah sebagai berikut. 1 Apakah psikologi itu? R.S. Woodworth berpendapat, “Psikologi adalah ilmu”. 2 Menurut Crow dan Crow “Psikologi adalah kejiwaan manusia dalam berinteraksi dengan dunia sekitarnya.” 2 Sementara itu, Santian mengemukakan bahwa psikologi merupakan perwujudan tingkah laku manusia Alek, 2011:227. Paragraf di atas diawali dengan kalimat utama yang membicarakan istilah psikologi yang dikemukakan R. S. Woodworth. Kalimat 2—3 merupakan penjelas dari beberapa ahli lain mengenai istilah Psikologi.

5. Karangan

a. Pengertian Karangan

Karangan adalah hasil perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh masyarakat pembaca The Liang Gie, 2002:3. Menurut Maryani dan Mumu 2002:231 karangan adalah bentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan pengarang dalam satu kesatuan tema yang utuh. Pengungkapkan buah pikiran tersebut harus jelas dan teratur sehingga menyakinkan pembaca. Dari uraian di atas terdapat persamaan pendapat bahwa karangan adalah hasil pengungkapkan buah pikiran. Maka, dapat disimpulkan bahwa karangan adalah hasil karya tulis manusia yang isinya merupakan kumpulan beberapa paragraf.

b. Jenis Karangan

Karangan dibagi menjadi lima berdasarkan jenisnya. Berikut pengertian dari masing-masing jenis karangan. 1 Karangan Narasi Karangan narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu Keraf, 1982:135-136. 2 Karangan Deskripsi Karangan deskripsi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan sejelas-jelasnya suatu objek sehingga objek itu seolah-olah berada di depan mata kepala pembaca Keraf, 1982:135. 3 Karangan Eksposisi Karangan eksposisi atau pemaparan adalah salah satu bentuk tulisan atau retorika yang berusaha untuk menerangkan dan menguraikan suatu pokok pikiran, yang dapat memperluas pandangan atau pengetahuan seseorang Keraf, 1983:3. 4 Karangan Argumentasi Karangan argumentasi adalah sebuah karangan untuk mempengaruhi pembaca mengambil sikap serta pandangan yang sesuai dengan keinginan penulis dengan mengajukan bukti-bukti yang benar dapat diyakini dan dirangkai melalui permainan bahasa Sujanto, 1988:36. 5 Karangan Persuasi Karangan persuasi adalah suatu seni verbal yang bertujuan untuk menyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu yang dikehendaki pembicara pada waktu ini atau pada waktu yang akan datang Keraf, 1982:118. Dari kelima jenis karangan di atas, peneliti akan menfokuskan salah satu jenis karangan yaitu karangan deskripsi. Hal ini dikarenakan peneliti menyesuaikan judul yang diambil yaitu “Pola pengembangan dan struktur paragraf pada karangan deskripsi siswa kelas IV SD Negeri Ngargosari, Samigaluh, Kulon Progo, tahun ajaran 20112012”.

6. Paragraf Deskripsi

a. Pengertian

Pada bagian ini, akan dipaparkan definisi paragraf deskripsi. Ketiga definisi tersebut sebagai berikut. 1 Paragraf deskripsi atau pemerian merupakan sebuah bentuk tulisan yang bertalian dengan usaha para penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang dibicarakan Keraf, 1982:93. 2 Paragraf deskripsi adalah paragraf yang bertujuan memberikan kesanimpresi kepada pembaca terhadap objek, gagasan, tempat, peristiwa, dan semacamnya yang ingin disampaikan penulis Wiyanto, 2004:64. 3 Paragraf deskripsi disebut juga paragraf melukiskan hal-hal kecil yang tertangkap oleh pancaindra. Arifin Tasai, 1984:146. Ketiga pengertian di atas memiliki kesamaan. Keraf menjelaskan bahwa paragraf deskripsi memberikan perincian-perincian objek yang sedang dibicarakan. Hal yang sama dijelaskan oleh Wiyanto yang menyebutkan bahwa paragraf deskripsi bertujuan untuk memberikan kesan kepada pembaca terhadap sesuatu yang ingin disampaikan penulis. Sedangkan Arifin Tasai menjelaskan bahwa paragraf deskripsi untuk melukiskan sesuatu yang tertangkap pancaindra. Berdasarkan pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa paragraf deskripsi adalah sebuah bentuk tulisan yang tertangkap oleh pancaindra yang bermaksud untuk memberikan perincian terhadap objek yang ingin disampaikan penulis.

b. Ciri-ciri Paragraf Deskripsi

Beberapa ciri khas paragraf deskripsi yang dapat membedakannya dengan jenis karangan lainnya. Menurut Keraf 1981, paragraf deskripsi memiliki beberapa ciri sebagai berikut. 1 Penulis memindahkan kesan-kesannya mengenai objek yang diamati 2 Mempunyai tujuan untuk menciptakan daya khayal pada pembaca seolah- seolah mereka melihat objek itu sendiri. 3 Memberikan rincian-rincian dari objek yang sedang dibicarakan. Dari ketiga ciri di atas sangatlah jelas bahwa paragraf deskripsi lebih mengutamakan alat pancaindra. Selain pancaindra penulis juga dapat menggunakan perasaannya untuk menggambarkan objek yang diamati. Seperti yang diungkapkan oleh Sujanto 1988:11 paragraf deskripsi merupakan paparan tentang persepsi yang ditangkap oleh pancaindra. Kita melihat, mendengar, mencium, dan merasakan melalui alat-alat sensori kita, dan dengan kata-kata kita mencoba melukiskan apa-apa yang kita tangkap dengan pancaindra itu agar dapat dihayati oleh orang lain.

c. Jenis-jenis Paragraf Deskripsi

Paragraf deskripsi dapat dibagi menurut jenisnya. Dalam penelitian ini penulis akan memaparkan jenis-jenis paragraf deskripsi. Paragraf deskripsi menurut Keraf 1981:94, dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut. 1 Deskripsi Sugestif Dalam deskripsi sugestif penulis bermaksud menciptakan sebuah pengalaman pada diri pembaca, pengalaman karena perkenalan langsung dengan obyeknya. Sasaran deskripsi sugestif adalah dengan perantaraan tenaga, rangkaian kata-kata yang dipilih penulis untuk menggambarkan ciri, sifat, dan watak dari objek tersebut, dapat menciptakan sugesti tertentu pada pembaca Keraf, 1981:94. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa deskripsi sugestif dapat menciptakan atau memunculkan daya khayal para pembaca melalui kata-kata yang dipilih penulis untuk menggambarkan ciri, sifat, dan watak objek. Berikut contoh paragraf deskripsi sugestif. Jauh di sana terhampar rumput hijau. Pada beberapa tempat lalang berbunga putih beralun-alun sama berayun dengan rumput diembus udara petang. Di bawah lengkungan pembatasan bumi dengan langit, segaris hijau kebiru-biruan pohon- pohon. Langit yang kuning muda bersisik putih, diantaranya terjalin warna sepuhan emas perada. Dari balikgaris hijau kebiruan naik memancar warna merah bernyala yang makin ke atas hilang melayang warnanya. Jauh sedikit dari sana, tumpukan awan berbagi bentuk yang terkadang lekas berubah rupa, diembuskan kesenjaan, menyapu halus puspa warna. Diantara langit kebiruan bersisikan putih tersenyum simpul kemalu-maluan, bulan sabit Keraf, 1981:102. 2 Deskripsi Ekspositoris Paragraf deskripsi ekspositoris adalah paragraf deskripsi yang hanya bertujuan memberikan identifikasi atau informasi objeknya sehingga pembaca dapat mengenalnya bila bertemu atau berhadapan dengan objek tadi. Paragraf deskripsi ekspositoris tidak berusaha untuk menciptakan kesan atau imajinasi pada diri pembaca Keraf, 1981:94. Berbeda dengan deskripsi sugestif, deskripsi ekspositoris bertujuan untuk menyampaikan informasi secara teknis dan tidak menimbulkan daya khayal pembaca. Pembaca dapat mengenali objek tersebut bila bertemu atau berhadapan dengan objek itu. Berikut contoh paragraf deskripsi ekspositoris. Di penghujung Agustus silam, kebun lengkeng seluas tujuh hektar di Sijangkung, Singkawang, Kalimantan Barat memang tengah banjir buah. Bulatan- bulatan berwarna cokelat kekuningan nyaris menenggelamkan hijaunya daun. Karenanya seratnya buah, dahan pohon lengkeng setinggi satu meter itu doyong ke bawah. Satu dahan digelayuti dompol-dompol berisi puluhan buah hamper seukuran bola pimpong. Beberapa dahan disangga bambu supaya tidak patah Wiyanto, 2004: 65. 7. Gambar Gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual dalam bentuk dua dimensi sebagai curahan perasaan dan pikiran Hamalik, 1994:43. Sadiman, 2008:29 mengemukakan bahwa gambar adalah media yang paling umum dipakai. Gambar merupakan bahasa yang umum dapat dimengerti dan dinikmati. Gambar digunakan sebagai media dalam pengajaran yang mengandung nilai-nilai pendidikan dan dapat menumbuhkan kreativitas siswa untuk berfikir secara kritis. Pengembangan paragraf dengan cara menganalisis gambar walaupun terasa agak sukar sangat banyak manfaatnya bagi siswa, antara lain: 1 Mengembangkan keterampilan melihat hubungan sebab akibat atau pesan yang tersirat dalam gambar, 2 Mengembangkan daya imajinatif siswa, 3 Melatih kecermatan dan ketelitian siswa dalam memperhatikan sesuatu, 4 Mengembangkan daya interpretasi bentuk visual ke dalam bentuk kata-kata atau kalimat, 5 Merupakan hasil pengamatan ke dalam bentuk kalimat topik serta menggambarkan ke dalam kalimat-kalimat pengembang Tarigan, 1987:56. Penggunaan gambar akan efektif apabila disesuaikan dengan tingkatan anak, baik dalam hal besarnya gambar, detail, warna, dan latar belakang yang perlu untuk tafsiran. Gambar dapat digunakan untuk suatu maksud dalam pelajaran, memberikan pengalaman dasar dalam bahasa, ilustrasi, dan menjelaskan konsep. Selain itudapat dijadikan alat untuk memperkaya fakta dan memperbaiki kekurangjelasan. Suatu gambar akan dikatakan baik jika memenuhi beberapa syarat. Syarat- syarat gambar menurut Sadiman 1986 sebagai berikut. 1 Autentik Gambar tersebut harus jujur melukiskan situasi seperti orang melihat benda sebenarnya. 2 Sederhana Komposisi gambar hendaknya cukup jelas menunjukkan poin-poin pokok gambar. 3 Ukuran relatif Gambar dapat memperbesar atau memperkecil benda sebenarnya. 4 Pembuatan Gambar sebaiknya mengandung gerak atau pembuatan. Gambar yang baik tidaklah menunjukkan objek dalam keadaan diam tetapi memperlihatkan aktivitas tertentu. 5 Artistik Gambar hendaknya menunjukkan aktivitas tertentu. Anak-anak lebih tertarik dan akan lebih memahami gambar yang kelihatannya sedang bergerak Hamalik, 1994:67—68.

8. Karakteristik Siswa SD Kelas IV

Setiap anak mengalami tahap-tahap pertumbuhan. Menurut Waloejo 1960:36 ada 3 tahap pertumbuhan anak. Tahap-tahap pertumbuhan tersebut sebagai berikut. a. Pada usia 78 tahun anak mulai menghubung-hubungkan dengan kekuatan fantasi. b. Pada usia 8-9 tahun anak mulai mengesampingkan fantasi. Anak mencoba menguraikan dan mengenal bagian-bagian meskipun pengertian tentang hubungan arti belum ada. c. Pada usia 9-10 tahun anak mulai mengetahui hubungan waktu dan tempat serta sebab akibat. Menurut Semiawan 1988:11 bahwa pada usia sekolah hakikatnya adalah belajar sambil bekerja atau melakukan aktivitas. Siswa memperoleh pengalaman dari lingkungan sekitar seperti pergaulan,bermain, mengenal nama-nama tumbuhan dan binatang. Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa anak kelas IV SD berusia lebih kurang 9 sampai 10 tahun. Bagi anak yang normal seiring dengan pertumbuhannya perkembangan berfikirnya juga mengalami perubahan. Pada penelitian ini, gambar berfungsi sebagai media untuk menulis karangan deskripsi karena gambar sifatnya menarik, penuh warna, konkrit, dan mudah dipahami.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif. Arikunto 1991:291 menjelaskan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Adapun yang dideskripsikan dalam penelitian ini adalah pola-pola pengembangan dan struktur paragraf pada karangan deskripsi siswa. Penelitian ini juga termasuk dalam penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong, 2006:4, penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang diamati. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Moleong 2006:11 dalam metode deskriptif, data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka. Berdasarkan metode tersebut, peneliti akan meneliti struktur dan pola pengembangan paragraf pada karangan deskripsi siswa kelas IV. Data-data yang telah dianalisis itu, kemudian dipisahkan berdasarkan kalimat utama, kalimat penjelas, dan kalimat penegasnya sesuai dengan klasifikasi pola pengembangan dan stuktur paragraf. 36

B. Sumber data

Suharsimi Arikunto 1989:102 menyatakan bahwa sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh. Sumber data dalam penelitian ini yaitu karangan deskripsi dari 17 orang siswa kelas IV SD Negeri Ngargosari, Samigaluh, Kulon Progo. Hasil karangan tersebut kemudian dianalisis berdasarkan pola pengembangan dan struktur paragrafnya.

C. Instrumen Penelitian

Penelitian yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini yaitu, 1 peneliti sendiri, 2 perintah membuat karangan, 3 gambar, dan 4 wawancara. Instrumen penelitian merupakan alat untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Adapun alat yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah perintah menulis paragraf deskripsi. Dalam penelitian ini peneliti berperan langsung dalam proses pengumpulan data dan analisis data. Dalam penelitian ini, informasi keadaan siswa dalam pembelajaran mengarang diperoleh melalui wawancara dengan guru kelas IV yang bernama Yuwono, SPd. Selanjutnya peneliti membuat soal mengarang berdasarkan hasil wawancara. Sebelum melakukan wawancara, dibuat kisi-kisi pedoman wawancara untuk guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang sudah terlampir. Hasil wawancara akan menjadi dasar untuk membuat soal mengarang deskripsi. Media yang digunakan untuk memudahkan siswa mengarang adalah gambar.. Media gambar diharapkan lebih dapat membantu siswa menuangkan ide dan gagasannya. Pemilihan gambar berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas IV SD Negeri Ngargosari. Berdasarkan hasil wawancara guru menyarankan agar gambar yang digunakan untuk penelitian yang bersifat konkret dan sederhana. Untuk mendapatkan data, peneliti menugaskan siswa untuk menulis karangan deskripsi berdasarkan gambar yang sudah disediakan. Siswa dapat memilih salah satu gambar untuk dibuat paragraf deskripsi. Peneliti menyajikan beberapa gambar dengan maksud agar siswa memiliki kebebasan dan disesuaikan dengan keadaan siswa. Instrumen penelitian ini sebagai berikut. Petunjuk Mengerjakan Tugas 1. Tulis nama dan nomor presensimu di sudut kanan atas dalam lembar jawaban soal 2. Jawaban ditulis pada lembar yang telah disediakan 3. Waktu yang tersedia untuk mengerjakan adalah 30 menit 4. Buatlah paragraf deskripsi dengan berdasarkan gambar yang sudah disediakan. 5. Setelah selesai mengerjakan, lembar jawab diserahkan kembali kepada petugas

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara dan tes. Wawancara dilakukan dengan guru Bahasa Indonesia SD

Dokumen yang terkait

ANALISIS POLA PENGEMBANGAN PARAGRAF DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 COLOMADU Analisis Pola Pengembangan Paragraf dalam Karangan Narasi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Colomadu.

0 5 14

ANALISIS POLA PENGEMBANGAN PARAGRAF DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 COLOMADU Analisis Pola Pengembangan Paragraf dalam Karangan Narasi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Colomadu.

0 4 13

ANALISIS VARIASI KATA KERJA KARANGAN DESKRIPSI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SAMBI TAHUN AJARAN 2011/2012 Analisis Variasi Kata Kerja Karangan Deskripsi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sambi Tahun Ajaran 2011/2012.

0 0 11

ANALISIS VARIASI KATA KERJA KARANGAN DESKRIPSI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SAMBI TAHUN AJARAN 2011/2012 Analisis Variasi Kata Kerja Karangan Deskripsi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sambi Tahun Ajaran 2011/2012.

0 1 11

Pola pengembangan dan struktur paragraf pada karangan deskripsi siswa kelas IV SD Negeri Ngargosari, Samigaluh, Kulon Progo tahun ajaran 2011/2012.

0 5 122

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN METODE FIELD TRIP DI KELAS IV SD NEGERI GEGULU KULON PROGO.

2 7 192

geologi regional kulon progo, kabupaten kulon progo, yogyakarta

6 49 9

ANALISIS JENIS WACANA DESKRIPSI DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PATIMUAN TAHUN AJARAN 2011-2012

0 0 10

Pola pengembangan paragraf dan struktur paragraf pada karangan narasi siswa kelas V SD Negeri Kalibening, Dukun, Magelang tahun ajaran 2010/2011 - USD Repository

0 3 134

Pola pengembangan paragraf dalam karangan deskripsi tempat siswa kelas X semester 1 SMA Sang Timur Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 - USD Repository

0 2 247