Pola pengembangan dan struktur paragraf pada karangan deskripsi siswa kelas IV SD Negeri Ngargosari, Samigaluh, Kulon Progo tahun ajaran 2011/2012.

(1)

ABSTRAK

Listriani, Juwang. 2013. Pola Pengembangan dan Struktur Paragraf pada Karangan Deskripsi Siswa Kelas IV SD Negeri Ngargosari, Samigaluh, Kulon Progo, Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini mengkaji pola pengembangan dan struktur paragraf pada karangan deskripsi siswa kelas IV SD Negeri Ngargosari, Samigaluh, Kulon Progo, Tahun Ajaran 2011/2012. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan struktur paragraf pada karangan deskripsi siswa kelas IV SD Negeri Ngargosari, (2) mendeskripsikan pola pengembangan paragraf pada karangan deskripsi siswa kelas IV SD Negeri Ngargosari.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualititatif. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah perintah menulis karangan deskripsi. Analisis data dilakukan dengan mengelompokkan paragraf deskripsi berdasarkan pola pengembangan dan struktur paragraf yang digunakan siswa. Setelah melakukan pengelompokan, peneliti menganalisis karangan dengan kode-kode yang sudah ditentukan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada sepuluh macam pola pengembangan dan tiga struktur paragraf pada karangan deskripsi siswa kelas IV SD Negeri Ngargosari. Kesepuluh pola itu adalah pola pengembangan deduktif, pola pengembangan induktif, pola pengembangan deduktif-induktif, pola pengembangan ineratif, pola pengembangan perbandingan, pola pengembangan pertanyaan, pola pengembangan sebab akibat, pola pengembangan contoh, pola pengembangan perulangan, pola pengembangan definisi. Dari Sepuluh pola pengembangan, pola pengembangan deduktif paling banyak digunakan siswa. Tiga struktur paragraf dalam karangan deskripsi siswa kelas IV SD Ngargosari yaitu (1) paragraf dengan dua unsur (kalimat utama dan kalimat penjelas), (2) paragraf dengan tiga unsur (kalimat utama, kalimat penjelas, dan kalimat penegas), (3) kalimat dengan tiga unsur (kalimat utama, kalimat penjelas, dan transisi. Siswa banyak menggunakan paragraf dengan dua unsur.

Berdasarkan hasil penelitian itu penulis memberikan saran bagi guru Bahasa Indonesia dan peneliti lain. Bagi guru Bahasa Indonesia hendaknya memberikan penjelasan dan contoh-contoh pola pengembangan dan struktur paragraf. Hal ini dilakukan agar siswa semakin terampil dan bervariasi dalam mengembangkan paragraf dengan pola-pola pengembangan yang ada dan struktur paragraf. Bagi peneliti lain diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi penelitian yang sejenis dengan karangan yang berbeda.


(2)

ABSTRACT

Listriani, Juwang. 2013. The Pattern of Paragraph Development and Paragraph Structure in Descriptive Compositions of the Students Grade IV SD Negeri Ngargosari, Samigaluh, Kulon Progo, Academic Year 2011/2012. Thesis. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Sanata Dharma University.

This research examined the pattern of paragraph development and paragraph structure in descriptive compositions of the students grade IV SD Negeri Ngargosari, Samigaluh, Kulon Progo, Academic Year 2011/2012. This research was aimed to (1) describe the pattern of paragraph structure in descriptive compositions of the students grade IV SD Negeri Ngargosari, (2) describe the pattern of paragraph development in descriptive compositions of the students grade IV SD Negeri Ngargosari.

This research was a descriptive qualitative research. The instrument used in this research was a task to write a descriptive composition. The data were analyzed by grouping the descriptive paragraphs based on the pattern of paragraph development and paragraph structure used by the students. After doing the grouping, the researcher analyzed the compositions using the determined codes.

The results showed that there were nine patterns of paragraph development and three patterns of paragraph structures. The nine development patterns were deductive, inductive, deductive-inductive, inerative, comparison, questions, cause-result, example, repetition, and definition. From the nine development patterns, the most frequent to be used were deductive and inductive. The three paragraph patterns in the students’ descriptive compositions were (1) a paragraph with two elements (main sentence and supporting sentence), (2) a paragraph with three elements (main sentence, supporting sentence, and affirmatives), and (3) a paragraph with three elements (main sentence, supporting sentence, and transition). Most students wrote a paragraph with two elements.

Based on the results, the researcher would like to give some suggestions to Indonesian language teachers and other researchers. The Indonesian language teachers should give explanation and examples of the paragraph development and structure patterns. It aims to make the student get the skill of developing paragraph. The other researcher could develop the other similar research with different writing.

ix   


(3)

POLA PENGEMBANGAN DAN STRUKTUR PARAGRAF

PADA KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS IV

SD NEGERI NGARGOSARI, SAMIGALUH, KULON PROGO

TAHUN AJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Disusun Oleh: Juwang Listriani

08 1224 070

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(4)

(5)

(6)

PERSEMBAHAN

Karya kecil ini kupersembahkan sebagai tanda terima kasihku kepada: Allah SWT yang telah melancarkan studiku.

Ibuku tersayang Ngadiyah dan Bapak subardi (Alm) yang selalu memberikan doa, dukungan, dan mengingatkanku untuk terus berjuang.

Kakak-kakakku, Eko Timur Wiyanto dan Dwi Riyanto yang selalu mendukungku. Roni Prabowo, terima kasih atas kesetiaan, dukungan, dan bantuan baik suka duka sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

iv   


(7)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang disebutkan di dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 18 Februari 2013 Penulis,

Juwang Listriani


(8)

HALAMAN MOTO

Tak ada kata bodoh selagi kita belajar

Tak ada kata sulit selagi kita berusaha

Tak ada kata takut selagi kita benar

Tak ada kata putus asa selagi kita berdoa

Tak ada kata menyesal selagi kita hadapi rintangan

(Juwang Listriani)

Sedikit benih kebaikan dan sedikit kata-kata cinta dapat membuat bumi bahagia

(Julia Carney)

Berfikir positif itu lebih penting daripada memikirkan hal-hal yang negatif

Berdoa itu akan membuat kita lebih tenang daripada kita memegang buku yang tak ada ujungnya

Tenang, yakin, dan percaya diri akan memudahkan jalan kita. (Juwang Listriani)

vi   


(9)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Juwang Listriani

Nomor Mahasiswa : 081224070

Demi pengembangan ilmu dan pengetahuan, saya memberikan karya ilmiah kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang berjudul:

POLA PENGEMBANGAN DAN STRUKTUR PARAGRAF PADA KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS IV SD NEGERI NGARGOSARI, SAMIGALUH, KULON PROGO

TAHUN AJARAN 2011/2012

beserta perangkat yang ada bila diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 18 Februari 2013 Yang menyatakan,

Juwang Listriani


(10)

ABSTRAK

Listriani, Juwang. 2013. Pola Pengembangan dan Struktur Paragraf pada Karangan Deskripsi Siswa Kelas IV SD Negeri Ngargosari, Samigaluh, Kulon Progo, Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini mengkaji pola pengembangan dan struktur paragraf pada karangan deskripsi siswa kelas IV SD Negeri Ngargosari, Samigaluh, Kulon Progo, Tahun Ajaran 2011/2012. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan struktur paragraf pada karangan deskripsi siswa kelas IV SD Negeri Ngargosari, (2) mendeskripsikan pola pengembangan paragraf pada karangan deskripsi siswa kelas IV SD Negeri Ngargosari.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualititatif. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah perintah menulis karangan deskripsi. Analisis data dilakukan dengan mengelompokkan paragraf deskripsi berdasarkan pola pengembangan dan struktur paragraf yang digunakan siswa. Setelah melakukan pengelompokan, peneliti menganalisis karangan dengan kode-kode yang sudah ditentukan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada sepuluh macam pola pengembangan dan tiga struktur paragraf pada karangan deskripsi siswa kelas IV SD Negeri Ngargosari. Kesepuluh pola itu adalah pola pengembangan deduktif, pola pengembangan induktif, pola pengembangan deduktif-induktif, pola pengembangan ineratif, pola pengembangan perbandingan, pola pengembangan pertanyaan, pola pengembangan sebab akibat, pola pengembangan contoh, pola pengembangan perulangan, pola pengembangan definisi. Dari Sepuluh pola pengembangan, pola pengembangan deduktif paling banyak digunakan siswa. Tiga struktur paragraf dalam karangan deskripsi siswa kelas IV SD Ngargosari yaitu (1) paragraf dengan dua unsur (kalimat utama dan kalimat penjelas), (2) paragraf dengan tiga unsur (kalimat utama, kalimat penjelas, dan kalimat penegas), (3) kalimat dengan tiga unsur (kalimat utama, kalimat penjelas, dan transisi. Siswa banyak menggunakan paragraf dengan dua unsur.

Berdasarkan hasil penelitian itu penulis memberikan saran bagi guru Bahasa Indonesia dan peneliti lain. Bagi guru Bahasa Indonesia hendaknya memberikan penjelasan dan contoh-contoh pola pengembangan dan struktur paragraf. Hal ini dilakukan agar siswa semakin terampil dan bervariasi dalam mengembangkan paragraf dengan pola-pola pengembangan yang ada dan struktur paragraf. Bagi peneliti lain diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi penelitian yang sejenis dengan karangan yang berbeda.


(11)

ABSTRACT

Listriani, Juwang. 2013. The Pattern of Paragraph Development and Paragraph Structure in Descriptive Compositions of the Students Grade IV SD Negeri Ngargosari, Samigaluh, Kulon Progo, Academic Year 2011/2012. Thesis. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Sanata Dharma University.

This research examined the pattern of paragraph development and paragraph structure in descriptive compositions of the students grade IV SD Negeri Ngargosari, Samigaluh, Kulon Progo, Academic Year 2011/2012. This research was aimed to (1) describe the pattern of paragraph structure in descriptive compositions of the students grade IV SD Negeri Ngargosari, (2) describe the pattern of paragraph development in descriptive compositions of the students grade IV SD Negeri Ngargosari.

This research was a descriptive qualitative research. The instrument used in this research was a task to write a descriptive composition. The data were analyzed by grouping the descriptive paragraphs based on the pattern of paragraph development and paragraph structure used by the students. After doing the grouping, the researcher analyzed the compositions using the determined codes.

The results showed that there were nine patterns of paragraph development and three patterns of paragraph structures. The nine development patterns were deductive, inductive, deductive-inductive, inerative, comparison, questions, cause-result, example, repetition, and definition. From the nine development patterns, the most frequent to be used were deductive and inductive. The three paragraph patterns in the students’ descriptive compositions were (1) a paragraph with two elements (main sentence and supporting sentence), (2) a paragraph with three elements (main sentence, supporting sentence, and affirmatives), and (3) a paragraph with three elements (main sentence, supporting sentence, and transition). Most students wrote a paragraph with two elements.

Based on the results, the researcher would like to give some suggestions to Indonesian language teachers and other researchers. The Indonesian language teachers should give explanation and examples of the paragraph development and structure patterns. It aims to make the student get the skill of developing paragraph. The other researcher could develop the other similar research with different writing.


(12)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, atas limpahan rahmat-Nya, sehingga skripsi yang berjudul Pola Pengembangan dan Struktur Paragraf pada Karangan Deskripsi Siswa Kelas IV SD Negeri Ngargosari, Samigaluh, Kulon Progo, Tahun Ajaran 2011/2012 dapat terselesaikan oleh penulis. Skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Sanata Dharma.

Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah membantu dan memberi dorongan serta dukungannya dalam penulisan skripsi ini.

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ibu Dr. Yuliana Setiyaningsih, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

3. Bapak Dr. Y. Karmin, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang dengan sabar, teliti, menasehati, serta memberi motivasi sehingga penulis dapat menyeleseikan skripsi ini dengan baik.

4. Bapak Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang dengan sabar serta memberikan motivasi sehingga penulis menyeleseikan skripsi ini dengan baik.

5. Robertus Marsidiq, karyawan sekretariat PBSID yang dengan sabar memberikan pelayanan kepada penulis.


(13)

xii

6. Kedua orang tuaku tercinta, bapakku Subardi dan ibuku Ngadiyah, serta kedua kakakku (Mas Eko dan Mas Dwi) yang selalu memberi motivasi, semangat, dan doanya untukku.

7. Bapak Haryanto, S.Pd, Selaku Kepala Sekolah SD Negeri Ngargosari yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di SD Negeri Ngargosari.

8. Bapak Yuwono, S.Pd., selaku guru kelas IV SD Negeri Ngargosari yang telah banyak membantu peneliti baik saran maupun pelaksanaan.

9. Para Dosen PBSID, yang telah dengan sabar mendampingi penulis selama menempuh pendidikan di PBSID.

10.Roni Prabowo, terima kasih atas kesetiaan, dorongan dan semangat sehingga penulis dapat menyeleseikan skripsi ini.

11.Teman-temanku, Siti Sudarti, S.Pd., Binedigta Yuni P.L, Puspitaningtyas, Lisa, Nana dan teman-teman PBSID 2008. Terima kasih atas perhatian, kebersamaan, dan kerjasamanya selama ini.

12.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 18 Februari 2013

Penulis


(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN MOTO ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR SINGKATAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 3

B. Tujuan Penelitian ... 3

C. Manfaat Penelitian ... 4

D. Batasan Istilah ... 4

E. Sistematika Penyajian ... 6

xii  


(15)

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

A. Penelitian Terdahulu ... 7

B. Kajian Teori ... 9

1. Paragraf ... 9

2. Struktur Paragraf ... 10

a. Kalimat Topik ... 11

8. B. C. Instrum D. Teknik Pengumpulan Data ... 38

b. Kalimat Penjelas ... 11

c. Kalimat Penegas ... 13

d. Transisi ... 13

3. Syarat-Syarat Pembentukan Paragraf ... 15

a. Kesatuan ... 15

b. Kepaduan ... 16

c. Kelengkapan ... 16

4. Pola Pengembangan Paragraf ... 17

5. Karangan ... 27

a. Pengertian Karangan ... 27

b. Jenis Karangan ... 27

6. Paragraf Deskripsi ... 29

a. Pengertian Paragraf Deskripsi ... 29

b. Ciri-Ciri Paragraf Deskripsi ... 30

c. Jenis-Jenis Paragraf Deskripsi ... 30

7. Gambar ... 32

Karakteristik Siswa Kelas IV ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 36

A. Jenis Penelitian ... 36

Sumber Data ... 37

en Penelitian ... 37


(16)

E. BAB IV H

A. Deskripsi D

42

C. Pem

44

B.

C. Saran DAFT

LAMPIRAN BIODAT

Teknik Analisis Data ... 39

ASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

ata ... 42

B. Analisis Data ... 1. Pola Pengembangan yang digunakan siswa Kelas IV SD Negeri Ngargosari ... 43

2. Unsur Paragraf yang digunakan siswa Kelas IV SD Negeri Ngargosari ... 43

bahasan ... 44

a. Pola Pengembangan Paragraf ... b. Struktur Paragraf ... 57

BAB V PENUTUP ... 64

A. Kesimpulan ... 64

Implikasi ... 65

... 66

AR PUSTAKA ... 68

... 70

A PENULIS ... 100

xiv  


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data Penelitian

1. Kisi-kisi Wawancara 2. Hasil Wawancara

Lampiran 2 : Soal

1. Perintah soal 2. Lembar Jawaban

Lampiran 3 : Karangan Siswa

1. Data Karangan Siswa 2. Analisis Karangan

Daftar kode-kode pola pengembangan dan struktur parag

3. raf

Lampiran 4

1.

2. Surat K

: Surat Izin Penelitian

SD Negeri Ngargosari

eterangan Sudah Penelitian 3. Presensi Siswa


(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Soal perintah mengarang 1

Gambar 2 : Soal Perintah mengarang 2

Gambar 3 : Soal Perintah mengarang 3

xvi  


(19)

xvii

DAFTAR TABEL

ncara

bangan yang digunakan siswa. Tabel 1 : kisi-kisi wawa


(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang lengkap dan utuh yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak bertatap muka dengan orang lain (Tarigan, 1982:4). Melalui menulis, manusia dapat mengekspresikan perasaan dan sikap dalam dirinya. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan-latihan yang teratur dan banyak.

Karangan terdiri dari beberapa paragraf. Paragraf adalah seperangkat kalimat tersusun logis-sistematis yang merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan mendukung pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan karangan (Tarigan, 1987:11). Paragraf yang tersusun baik merupakan alat bantu bagi pengarang dan pembaca. Seperangkat kalimat itu akan membantu pengarang mengembangkan jalan pikirannya secara sistematis pula.

Kemampuan mengembangkan paragraf diperlukan bagi siswa agar dapat mengembangkan kalimat-kalimat menjadi paragraf yang baik. Pola pengembangan paragraf ini erat hubungannya dengan struktur paragraf karena dalam pembentukan paragraf membutuhkan unsur-unsur paragraf agar paragraf tersusun logis dan sistematis.


(21)

2

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pola pengembangan paragraf dan struktur paragraf sangat penting dalam pembentukan paragraf. Pola pengembangan paragraf dan struktur paragraf perlu diajarkan siswa sejak duduk di bangku sekolah dasar sehingga mereka dapat membuat paragraf dengan baik dan sistematis. Banyaknya materi Bahasa Indonesia namun kurangnya waktu dalam proses belajar mengajar membuat materi pola pengembangan dan struktur paragraf kurang diperhatikan. Selain itu, masih ada guru yang kurang memahami jenis-jenis paragraf dan cara menulis paragraf yang baik.

Paragraf terdiri dari empat macam yaitu cerita (narasi), lukisan (deskripsi), paparan (eksposisi), dan bincangan (argumentasi) (The Liang Gie, 2002:25). Fokus penelitian ini adalah bentuk paragraf deskripsi. Paragraf deskripsi membutuhkan keterampilan dalam menggunakan pancaindra. Hal ini disebabkan paragraf deskripsi adalah paragraf yang bertalian dengan usaha para penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang dibicarakan (Keraf, 1980:93).

Peneliti memilih kelas IV sebagai objek yang diteliti karena di kelas IV terdapat materi yang berkaitan dengan menulis deskripsi, yaitu pada semester 2. Kompetensi Dasar yang mengacu pada materi tersebut, yaitu menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana dengan memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda koma, dll). Standar Kompetensinya berbunyi, mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dalam bentuk karangan, pengumuman dan pantun anak. Peneliti ingin mengetahui siswa kelas IV SD Negeri Ngargosari sudah dapat membuat karangan deskripsi dengan pola


(22)

pengembangan dan struktur paragraf yang baik. Selain itu, dipilihnya Sekolah Dasar Negeri Ngargosari karena dekat dengan tempat tinggal peneliti. Tempat tinggal peneliti yang dekat dengan SD Negeri Ngargosari memudahkan peneliti untuk mengambil data.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.

1. Struktur paragraf apa sajakah yang digunakan pada karangan deskripsi siswa kelas IV SD Negeri Ngargosari?

2. Pola pengembangan apa sajakah yang digunakan pada karangan deskripsi siswa kelas IV SD Negeri Ngargosari?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan struktur paragraf pada karangan deskripsi siswa kelas IV SD Negeri Ngargosari.

2. Mendeskripsikan pola pengembangan paragraf pada karangan deskripsi siswa kelas IV SD Negeri Ngargosari.


(23)

4

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat oleh sedikitnya tiga pihak yaitu pihak sekolah, guru kelas SD Negeri Ngargosari, dan peneliti lain.

1. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan gambaran kepada sekolah tentang kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi dengan berbagai pola pengembangan dan struktur paragraf melalui media gambar kelas IV SD.

2. Bagi Guru Kelas

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan gambaran kepada guru kelas untuk menambah pengetahuan mengenai variasi pola pengembangan paragraf pada karangan deskripsi dengan media gambar siswa kelas IV SD Negeri Ngargosari.

3. Peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai referensi penelitian lain untuk mengembangkan topik yang berhubungan dengan paragraf deskripsi dan pola pengembangannya.

E. Batasan Istilah

Berikut ini batasan istilah yang terdapat dalam penelitian ini. Istilah tersebut meliputi paragraf, pola pengembangan paragraf, struktur paragraf, karangan, dan karangan deskripsi.


(24)

1. Paragraf

Paragraf adalah seperangkat kalimat tersusun logis sistematis yang merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan mendukung pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan karangan (Tarigan, 1987:11).

2. Pola pengembangan paragraf

Pola pengembangan paragraf adalah pembangunan sebuah paragraf berdasarkan kalimat topik. Pengembangan berarti kemampuan merinci secara maksimal gagasan bawahan dan pengurutan gagasan bawah ke dalam urutan yang teratur (Keraf, 1988:84).

3. Struktur paragraf

Struktur paragraf adalah penulisan paragraf berdasarkan kelengkapan unsur atau posisi paragraf dalam paragraf (Tarigan, 1987:21).

4. Karangan

Karangan adalah hasil perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh masyarakat pembaca (The Liang Gie, 2002:3). 5. Karangan deskripsi

Karangan deskripsi adalah sebuah bentuk tulisan yang bertalian dengan usaha para penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang dibicarakan (Keraf, 1982:93).


(25)

6

F. Sistematika Penyajian

Hasil penelitian ini disusun dalam lima bab.Bab I berisi pendahuluan. Pada bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab II memaparkan kajian teori. Kajian teori menguraikan penelitian terdahulu, pengertian paragraf, struktur paragraf, syarat pembentukan paragraf, pola pengembangan paragraf, karangan deskripsi, jenis-jenis karangan deskripsi, dan langkah-langkah menulis deskripsi.

Bab III berisi metodologi penelitian. Metodologi penelitian menguraikan jenis penelitian, subjek penelitian, sumber data, instrumen penelitian, prosedur pengumpulan data, dan teknik analisis data. Bab IV diuraikan tentang deskripsi data, hasil penelitian, dan pembahasannya. Selanjutnya, bagian terakhir atau bab V. Bab V memaparkan tentang kesimpulan, implikasi, dan saran.


(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

a. Penelitian Terdahulu

Peneliti menemukan tiga penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu penelitian Pudyastuti (2009), Gitasari (2008), dan penelitian Verawati (2010).

Penelitian Pudyastuti (2009) berjudul “Pola Pengembangan Paragraf Deskripsi berdasarkan Observasi yang Digunakan Siswa Kelas X SMA Santa Maria, Yogyakarta, Tahun Ajaran 2008/2009”. Penelitian ini bertujuan: (1) mendeskripsikan pola pengembangan yang digunakan siswa kelas X Santa Maria,Yogyakarta, dalam membuat paragraf deskripsi berdasarkan observasi, dan (2) mendeskripsikan urutan pola pengembangan paragraf deskripsi jika dilihat dari tingkat keseringannya. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pola pengembangan yang digunakan siswa dalam menulis paragraf deskripsi adalah pola pengembangan statis dan pola pengembangan fisik. Pola pengembangan statis dibuat oleh dua puluh tujuh siswa dan pola pengembangan fisik dibuat oleh dua belas siswa.

Penelitian Gitasari (2008) berjudul “Pola Pengembangan Paragraf Deduktif Berdasarkan Grafik pada Siswa Kelas XII SMA Institut Indonesia 1, Yogyakarta, Tahun Ajaran 2008/2009”. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pola-pola pengembangan yang digunakan siswa dalam membuat paragraf deduktif berdasarkan grafik dan mendeskripsikan urutan pola pengembangan paragraf deduktif jika dilihat dari tingkat keseringan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pola


(27)

8   

pengembangan rincian, sebab akibat, dan contoh merupakan pola pengembangan yang digunakan siswa kelas XII SMA Institut Indonesia 1, Yogyakarta, dalam membuat paragraf deduktif. Urutan pola pengembangan berdasarkan tingkat keseringan yang menduduki posisi pertama pola pengembangan rincian, sedangkan pola pengembangan sebab akibat, dan pola pengembangan contoh berada di bawahnya dengan jumlah yang terlalu jauh.

Penelitian Verawati (2011) berjudul “Pola Pengembangan Paragraf dan Struktur Paragraf pada Karangan Narasi Siswa Kelas V SD Negeri Kalibening, Dukun, Magelang, Tahun Ajaran 2010/2011”. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pola pengembangan paragraf dan struktur paragraf yang digunakan dalam karangan narasi siswa kelas V SD Negeri Kalibening, Dukun, Magelang, Tahun Ajaran 2010/2011. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada sembilan macam pola pengembangan dan empat struktur paragraf pada karangan narasi siswa kelas V SD Negeri Kalibening. Kesembilan pola itu adalah (1) pola pengembangan deduktif, (2) pola pengembangan induktif, (3) pola pengembangan campuran, (4) pola pengembangan perulangan, (5) pola pengembangan menerangkan, (6) pola pengembangan pertanyaan, (7) pola pengembangan sebab akibat, (8) pola pengembangan contoh, dan (9) pola pengembangan merinci. Empat struktur paragraf itu adalah (1) paragraf dengan dua unsur paragraf (kalimat utama dan kalimat penjelas), (2) paragraf dengan tiga unsur paragraf (kalimat utama, kalimat penjelas, dan kalimat penegas), (3) paragraf dengan tiga unsur paragraf (kalimat utama, kalimat


(28)

penjelas, dan transisi, (4) paragraf dengan empat unsur paragraf (kalimat utama, kalimat penjelas, transisi, dan kalimat penjelas).

Penelitian di atas dapat digunakan peneliti sebagai inspirasi untuk melakukan penelitian sejenis. Peneliti memilih siswa SD kelas IV sebagai subjek penelitian dan paragraf deskripsi sebagai sumber data. Selain itu, peneliti juga meneliti struktur paragraf dan pola pengembangan pada paragraf deskripsi dengan media gambar yang belum diteliti peneliti lain.

b. Kajian Teori 1. Paragraf

Bab ini akan memaparkan pengertian paragraf menurut beberapa ahli. Pengertian paragraf menurut beberapa ahli sebagai berikut. Paragraf adalah seperangkat kalimat tersusun logis sistematis yang merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan mendukung pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan karangan (Tarigan, 1987:11). Akhadiah dalam bukunya Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa menyebutkan bahwa paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan.

Ramlan (1993:1) mendefinisikan lebih luas bahwa paragraf merupakan bagian dari suatu karangan atau tuturan yang terdiri dari sejumlah kalimat yang mengungkapkan satuan informasi dengan ide pokok sebagai pengendalinya. Pengertian lain, paragraf merupakan bagian karangan tulis yang membentuk satu kesatuan pikiran/ide/gagasan (Rahardi, 2009:158). Keraf mendefinisikan sedikit

   


(29)

10   

berbeda, yaitu paragraf atau alenia tidak lain dari suatu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat (Keraf, 1980:62).

Dari definisi-definisi yang telah disampaikan dapat ditarik kesimpulan bahwa paragraf adalah seperangkat kalimat yang tersusun secara logis yang di dalamnya berisi informasi dengan ide pokok sebagai pengendalinya, dan membentuk satu kesatuan pikiran.

2. Struktur Paragraf

Struktur paragraf adalah penulisan paragraf berdasarkan kelengkapan unsur atau posisi unsur paragraf dalam paragraf (Tarigan, 1987:21). Paragraf harus tersusun secara logis sistematis. Kelengkapan unsur paragraf itu menyangkut unsur apa saja yang ada dalam paragraf. Menurut Tarigan (1987) alat bantu untuk menciptakan susunan logis sistematis ialah unsur-unsur paragraf yaitu kalimat utama, kalimat pengembang, kalimat penegas, dan transisi.

a. Kalimat Topik atau Kalimat Utama

Kalimat topik atau kalimat utama adalah perwujudan pernyataan ide pokok paragraf dalam bentuk umum atau abstrak (Tarigan,1987:18). Pokok pikiran itu dituangkan dalam satu kalimat diantara kalimat-kalimat yang tergabung dalam sebuah paragraf (Wiyanto, 2004:25). Kalimat yang mengandung ide pokok disebut dengan kalimat topik atau kalimat utama.

Kalimat dalam bentuk umum atau abstrak merupakan kalimat yang belum jelas maksudnya sehingga diperlukan kalimat-kalimat berikutnya untuk memperjelas


(30)

maksud dari kalimat tersebut. Kalimat utama berperan sebagai pengantar untuk sampai kepada masalah yang akan diuraikan. Kalimat utama harus dapat menarik minat dan perhatian pembaca, serta sanggup menyiapkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan diuraikan.

Menurut Ramlan (1993: 2—3) setiap paragraf mempunyai ide poko, baik secara tersurat maupun secara tersirat. Ide pokok yang tersurat mungkin terletak pada bagian awal paragraf, bagian akhir paragraf, dan mungkin terletak pada bagian awal dan akhir paragraf. Ide pokok yang tersirat tidak dinyatakan dalam sebuah kalimat, namun seluruh kalimat yang terdapat dalam paragraf tetap mendukung satu pikiran pokok. Contoh kalimat utama sebagai berikut.

Kita ketahui bahwa tanah air kita dihuni oleh ribuan jenis tumbuh-tumbuhan yang tersebar di seluruh kepulauan Indonesia. Di antaranya ada yang sudah dibudidayakan, ada pula yang belum diketahui manfaatnya. Kita juga mengetahui adanya kekhawatiran bahwa jumlah persediaan makanan semakin gawat, berhubung jumlah bertambah terus, meskipun keluarga berencana dikatakan berhasil, (Akhadiah, 1988:146).

Paragraf di atas diawali dengan kalimat utama yang membicarakan tanah air kita yang dihuni berbagai tumbuh-tumbuhan. Kalimat berikutnya merupakan kalimat penjelas dari kalimat utama.

b. Kalimat Pengembang atau Kalimat Penjelas

Kalimat pengembang atau kalimat penjelas adalah kalimat yang berisi pikiran penjelas yang diwujudkan dalam kalimat-kalimat yang isinya menjelaskan, merinci, membandingkan, atau memberi contoh secara khusus (Wiyanto, 2004:27). Susunan

   


(31)

12   

kalimat pengembang tidak boleh sembarangan. Urutan kalimat pengembang harus sesuai dengan kalimat utama. Kalimat pengembang dapat dibedakan menjadi dua, yakni yang sifatnya utama atau mayor dan sifatnya minor atau tidak utama (Rahardi,2010:60). Kalimat penjelas mayor berfungsi menjelaskan secara langsung ide pokok dan kalimat utama yang terdapat di dalam paragraf itu. Jadi, hubungan antara kalimat utama dan kalimat penjelas utama di dalam sebuah paragraf itu bersifat langsung.

Kalimat penjelas minor berfungsi menjelaskan langsung kalimat penjelas mayor dan dapat juga menjelaskan secara tidak langsung gagasan utama dan/atau kalimat utama suatu paragraf. Jadi, sebuah kalimat penjelas minor yang telah menjelaskan secara langsung kalimat penjelas utama tertentu tidak serta merta dapat digunakan untuk menjelaskan kalimat penjelas utama yang lainnya. Berikut contoh kalimat pengembang.

Agaknya kita tidak akan ragu-ragu mengatakan bahwa setiap mahkluk hidup memerlukan air. Misalnya tumbuh-tumbuhan di sekitar rumah kita. Pada musim kemarau panjang, tumbuh-tumbuhan, terutama yang kecil, mati kekeringan. Tumbuh-tumbuhan besar pun akan mati kalau tidak mendapatkan air dalam waktu yang lama. Demikian pula binatang piaraan kita, selain memerlukan makanan juga memerlukan air minum. Kebutuhan air itu lebih banyak lagi bagi manusia. Selain membutuhkan air untuk mandi, mencuci pakaian, dan memasak makanan, kita membutuhkan air untuk minum. (Wiyanto, 2004:27).

Paragraf di atas diawali dengan kalimat utama yang menginfomasikan bahwa setiap makhluk hidup memerlukan air. Kalimat berikutnya berupa uraian-uraian untuk memperjelas kalimat utama.


(32)

c. Kalimat Penegas

Kalimat penegas, yaitu kalimat di dalam paragraf yang tugasnya adalah untuk memberi penegasan (Rahardi, 2010:79). Wiyanto (2004:28) mengungkapkan bahwa kalimat penegas berfungsi menegaskan dengan cara mengulang kalimat topik pada bagian akhir paragraf. Kehadiran kalimat penegas dalam suatu paragraf tidak mutlak, boleh ada atau tidak. Kalimat penegas ada bila pengarang merasa memerlukannya untuk menunjang kejelasan informasi. Kalimat penegas hadir apabila kalimat penjelas yang terlalu banyak dan membutuhkan sebuah kalimat penegas agar paragraf itu menjadi jelas maksudnya. Contoh paragraf penegas sebagai berikut.

Gedung yang dibangun delapan belas tahun yang lalu itu kini keadaannya rusak berat. Tembok bagian depan mengelupas di beberapa tempat dan bagian belakang retak-retak. Gentingnya banyak yang pecah dan tentu saja bocor kalau hujan turun. Kayu penyangga genting banyak yang patah sehingga atap bangunan tampak bergelombang. Plafon sudah tidak utuh, lantai hancur, dan beberapa jendela kaca pecah. Bahkan sejumlah pintunya keropos dimakan rayap (Wiyanto, 2004:28).

Paragraf di atas diawali dengan kalimat utama yang menginformasikan bahwa gedung yang dibangun delapan belas tahun rusak berat. Kalimat-kalimat berikutnya merupakan kalimat penjelas yang meneruskan deskripsi kerusakan di gedung tersebut. Pada akhir paragraf merupakan kalimat penegas yang menerangkan bahwa sejumlah pintu sudah keropos.

d. Transisi

Transisi merupakan perekat atau penghubung paragraf satu dengan paragraf lain sehingga hubungan itu terasa logis (Wiyanto, 2004:22). Kehadian transisi dalam

   


(33)

14   

paragraf bergantung pada pertimbangan pengarang. Transisi juga berfungsi sebagai penghubung antarparagraf dalam suatu karangan agar padu, menyatu, dan utuh (Widjono, 2007:184).

Berbeda dengan Rahardi (2010:15) yang mengungkapkan bahwa transisi adalah kata-kata yang berfungsi sebagai penanda peralihan atau transisi dari kalimat yang satu dengan yang lainnya dalam sebuah paragraf. Dalam hal ini peneliti lebih mengacu pada pendapat Wiyanto dikarenakan transisi merupakan penghubung antar paragraf, sedangkan transisi dari kalimat yang satu dengan yang lain disebut penanda kohesi. Penanda kohesi adalah hubungan perkaitan antarproposisi yang dinyatakan secara eksplisit oleh unsur-unsur gramatikal dan semantik dalam kalimat-kalimat yang membentuk wacana (TBBI, 2003:427). Menurut Widjono (2007:184—185), kata-kata transisi yang menyatakan hubungan adalah sebagai berikut.

a. Sebab,akibat: sebab, karena, akibatnya, maka, oleh karena itu, oleh sebab itu, dampaknya

b. Hasil, akibat: akibatnya, hasilnya, dampaknya, akhirnya, jadi, sehingga. c. Pertentangan: tetapi, namun, berbeda dengan sebaliknya, kebalikan dari

pada itu, kecuali itu, meskipun demikian, walaupun demikian. d. Waktu: ketika

e. Syarat: jika, jikalau, apabila,kalau f. Cara: cara yang demikian, cara ini

g. Penegasan: jadi, dengan demikian, jelaslah bahwa

h. Tambahan informasi: tambahan pula, selain itu, oleh karena itu, lebih daripada itu, lebih lanjut, di samping itu, lebih-lebih, dalam hal demikian, sehubungan dengan hal itu, dengan kata lain,singkatnya, tegasnya.

i. Urutan:mula-mula, pertama, kedua, akhirnya, proses ini,sesudah itu, selanjutnya.


(34)

3. Syarat–syarat Pembentukan Paragraf

Pengembangan sebuah paragraf diperlukan beberapa pesyaratan seperti, kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan. Menurut Akhadiah (1989) syarat pembentukan paragraf sebagai berikut.

a. Kesatuan

Dalam penulisan sebuah karangan setiap paragraf hanya mengandung satu gagasan pokok atau satu topik (Akhadiah, 1988:148). Rahardi (2010: 117) menyebutkan hal yang sama bahwa di dalam sebuah paragraf tidak dimungkinkan terdapat lebih dari satu ide atau pikiran. Pikiran atau ide yang hanya ada satu tersebut selanjutnya harus dijabarkan dengan secara terperinci, dengan secara jelas, dengan secara tuntas lewat kalimat-kalimat penjelas di dalam paragraf itu.

Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa suatu paragraf harus memperlihatkan dengan jelas maksud atau tema tertentu. Maksud atau tema itu biasanya didukung oleh sebuah kalimat pokok atau kalimat topik. Semua kalimat dalam paragraf harus membicarakan gagasan pokok. jadi kesatuan lebih menitikberatkan hubungan gagasan pokok dengan kalimat yang lain dalam satu paragraf. Contoh paragraf yang mempunyai kesatuan sebagai berikut.

Setiap Negara pada dasarnya harus mampu menghidupi dirinya sendiri dari kondisi, posisi, dan potensi wilayahnya masing-masing. Tetapi, tidak setiap wilayah kondisinya memungkinkan, posisinya menguntungkan, atau mempunyai potensi yang cukup untuk memberikan kesejahteraan kepada rakyat yang bermukim di wilayah itu., sehingga harus mencukupinya dari tempat lain yang hampir selalu menyangkut kepentingan negara lain. (Akhadiah, 1988:149).

   


(35)

16   

b. Kepaduan (Koherensi)

Kepaduan dalam paragraf dapat dilihat dari susunan kalimat yang runtut dan teratur, sehingga hubungan antara kalimat yang satu dengan yang lainnya akan tersusun dengan logis (Akhadiah, 1988:150). Widjono (2007: 182) mengungkapkan bahwa paragraf dinyatakan padu jika dibangun dengan kalimat-kalimat yang berhubungan logis. Hubungan pikiran-pikiran yang ada dalam paragraf menghasilkan kejelasan struktur dan makna paragraf. Dari pengertian di atas kepaduan lebih mengutamakan pada hubungan antara kalimat yang satu dan kalimat yang lain. Contoh paragraf yang memiliki kepaduan sebagai berikut.

Dalam mengajarkan sesuatu, langkah pertama yang perlu kita lakukan ialah menentukan tujuan mengajarkan sesuatu itu. Tana adanya tujuan yang sudah ditetapkan , materi yang kita berikan, metode yang kita gunakan, dan evaluasi yang kita susun, tidak akan banyak memberikan manfaat bagi anak didik dalam menerapkan hasil proses belajar-mengajar. Dengan mengetahui tujuan pengajaran, kita dapat menentukan materi yang akan kita ajarkan, metode yang kita gunakan, serta bentuk evaluasinya, baik secara kualitatif maupun kuantitatif (Akhadiah, 1988: 150).

c.Kelengkapan

Kelengkapan paragraf dapat dilihat dari kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang kejelasan kalimat topik atau kalimat utama. Namun, suatu paragraf dikatakan tidak lengkap, jika tidak dikembangkan atau hanya diperluas dengan pengulangan-pengulangan (Akhadiah, 1988:152). Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa suatu paragraf dikatakan lengkap apabila berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang kejelasan kalimat pokok. Contoh paragraf yang memiliki kelengkapan sebagai berikut.


(36)

Masalah kelautan yang dihadapi dewasa ini ialah tidak adanya peminat atau penggemar jenis binatang laut, seperti halnya penggemar penghuni darat atau burung-burung yang indah. Tidak ada penyediaan dana untuk melindungi ketam kenari, kima, atau tiram mutiara sebagaimana halnya untuk panda dan harimau. Jenis mahkluk laut tertentu, tiba-tiba punah sebelum manusia sempat melindunginya. Tiram raksasa di kawasan Indonesia bagian barat kebanyakan sudah punah. Sangat sukar menemukan tiram hidup dewasa ini, padahal rumah tiram yang sudah mati mudah ditemukan. Demikian juga halnya dengan kepiting kelapa dan kepiting begal yang biasa menyebar dari pantai barat Afrika sampai bagian barat Laut Teduh, kini hanya dijumpai didaerah kecil yang terpencil. Dari mana dana diperoleh untuk melindungi semua ini? (Akhadiah, 1988:153).

4. Pola Pengembangan Paragraf

Pada bagian ini akan dipaparkan pola pengembangan paragraf. Menurut Wiyanto (2004:59—64), pengembangan paragraf berdasarkan letak kalimat utama dibagi menjadi lima jenis. Berikut paparan dari kelima pola pengembangan.

a. Paragraf Deduksi

Paragraf deduksi adalah paragraf yang dimulai dengan kalimat topik. Kalimat topik itu kemudian dikembangkan dengan pemaparan ataupun deskripsi sampai bagian-bagian kecil sehingga pengertian kalimat topik yang bersifat umum menjadi jelas (Tarigan, 1987:30). Paragraf deduksi juga disebut paragraf umum-khusus. Paragraf umum-khusus yaitu paragraf yang dimulai dengan pernyataan kalimat topik berupa kesimpulan, kemudian disusul dengan sejumlah rincian yang menjelaskan/mendukung kesimpulan tersebut. Contoh paragraf deduksi adalah sebagai berikut.

1) Salah satu kedudukan bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa nasional. 2) Kedudukan ini dimiliki sejak dicetuskan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. 3) Kedudukan ini dimungkinkan oleh kenyataan bahwa bahasa Melayu yang mendasari bahasa Indonesia telah menjadi lingua franca selama berabad-abad di

   


(37)

18   

seluruh tanah air kita. 4) Hal ini ditunjang lagi oleh faktor tidak terjadinya “persaingan bahasa”, maksudnya persaingan bahasa daerah yang satu dengan bahasa daerah yang lain untuk mencapai kedudukannya sebagai bahasa nasional (Akhadiah, 1988:161).

Paragraf di atas diawali kalimat utama, yang ada pada kalimat (1). Berisi pikiran utama, yang menginformasikan bahwa Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional. Kalimat (2—5) merupakan kalimat penjelas. Kalimat (2) menjelaskan bahwa kedudukan itu sejak dicetuskan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Kalimat (3) menjelaskan bahwa bahasa melayu yang mendasari bahasa Indonesia menjadi lingua franca. Kalimat (4) menjelaskan bahwa adanya faktor tidak terjadinya “persaingan bahasa”.

b. Paragraf Induksi

Paragraf induksi adalah paragraf yang dimulai dengan penjelasan bagian-bagian konkret atau khusus yang dituangkan dalam beberapa kalimat pengembang (Tarigan, 1987: 30). Paragraf induksi juga disebut paragraf umum. Paragraf khusus-umum yaitu paragraf yang dimulai dengan sejumlah kalimat penjelas yang kemudian disimpulkan pada akhir paragraf. Contoh paragraf induksi adalah sebagai berikut.

1) Sejak suaminya meninggal dunia dua tahun yang lalu, Ny. Ahmad sering sakit. 2) Setiap bulan ia pergi ke dokter memeriksakan sakitnya. 3) Harta peninggalan suaminya semakin menipis untuk biaya hidup sehari-hari bersama tiga orang anaknya yang masih belajar. 4) Anaknya yang tertua dan adiknya masih kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta, sedangkan yang nomor tiga masih duduk di bangku SMA. 5) Sungguh berat beban hidupnya (Ramlan, 1993:6).


(38)

Paragraf di atas diawali kalimat penjelas ditunjukkan pada kalimat (1—3) dan diakhiri kalimat utama (5). Kalimat (1) menjelaskan bahwa Ny. Ahmad sering sakit sejak suaminya meninggal. Kalimat (2) menjelaskan bahwa setiap bulan ia berobat. Kalimat (3) harta peninggalan suaminya semakin menipis. Kalimat (4) menjelaskan bahwa kakak tertua dan adiknya yang masih kuliah dan nomor tiga yang masih di bangku SMA. Kalimat (5) menjelaskan bahwa berat sekali penderitaan hidupnya.

c. Paragraf Deduktif-Induktif

Pola paragraf deduktif-induktif adalah paragraf yang menempatkan kalimat utama di awal dan di akhir paragraf. Ciri paragraf ini ditandai oleh berulangnya gagasan utama pada awal yang ditegaskan kembali di bagian akhir. (Suwarna, 2012:73). Sebagai pengulangan atau penegas, wujud kalimat utama yang berada di akhir paragraf itu tidak selalu sama dengan kalimat yang berada di awal paragraf.

Akan tetapi, kedua kalimat itu tetap menunjukkan pokok pikiran yang sama meskipun wujudnya bervariasi. Dengan kata lain, paragraf deduktif-induktif adalah paragraf yang meletakkan kalimat topiknya di awal paragraf dan diulangi pada akhir paragraf. Pengulangan ini berfungsi untuk menegaskan kalimat topik. Contoh paragraf deduktif-induktif sebagai berikut.

(1) Pasar tanah Abang mulai dibanjiri pedagang yang hendak mempersiapkan dagangannya sejak pukul 05.00. (2) Aktifitas jual beli di pasar ini mulai sekitar pukul 08.00. (3) Barang dagangannya sebagian besar berupa produk tekstil, dari yang paling murah dengan satuan harga berdasarkan timbangan sampai dengan tekstil berkualitas impor dan ekspor. (4) Pasar ini memperdagangkan berbagai jenis tekstil yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat ekonomi tinggi, menengah, maupun lapis bawah. (5) Pasar Tanah Abang merupakan pusat perdagangan yang tidak pernah sepi oleh

   


(39)

20   

penjual maupun pembeli. (6) Para pembeli mulai berdatangan pukul 08.00. (7) Jumlah pembeli ini meningkat sampai pukul 11.30. (8) Pada tengah hari, jumlah

pembeli menurun. (9) Namun, jumlah tersebut memuncak kembali pukul 14.00 sampai dengan 16.30 (Widjono, 2007:179).

Paragraf di atas diawali dengan kalimat penjelas yang ditunjukkan pada kalimat (1—4). Kemudian kalimat (5) merupakan kalimat utama. Kalimat (6—9) merupakan kalimat penjelas. Kalimat (1) menjelaskan bahwa Pasar Tanah Abang dibanjiri

pedagang. Kalimat (2) menjelaskan bahwa ada aktivitas jual beli. Kalimat (3) menjelaskan bahwa barang diperdagangkan. Kalimat (4) menjelaskan bahwa

tekstil kebutuhan masyarakat. Kalimat (5) merupakan kalimat utama yang

menginformasikan bahwa Pasar Tanah Abang tidak pernah sepi. Kalimat (6) menjelaskan tentang kedatangan pembeli. Kalimat (7) menjelaskan tentang

puncak kedatangan pembeli.

d. Paragraf Ineratif

Paragraf ineratif adalah paragraf yang menempatkan gagasan utama paragraf itu di tengah-tengah paragraf (Rahardi, 2010:128). Kalimat-kalimat yang berada di awal paragraf seolah-olah merupakan pengantar untuk menuju puncak. Yang dianggap puncak disini adalah kalimat utamanya. Sesudah sampai bagian puncak, penulis masih menambahkan kalimat-kalimat penjelas lagi. Contoh paragraf ineratif sebagai berikut.

(1)Etos kerja masyarakat sangat tinggi. (2) Mereka juga sangat disiplin. (3) Masalah disiplin ini sudah mendarah daging bagi mereka.(4) Dimana-mana, baik

dirumah, di jalan, di tempat umum, maupun di kantor, semuanya sangat disiplin. (5) Masyarakat Jepang memang layak diteladani. (6) Mereka rajin untuk


(40)

meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan. (7) Dimana saja, asal ada kesempatan, mereka membaca. (8) Bagi mereka, membaca tidak harus di ruang baca. (9) Mereka melakukannya di dalam gerbong kereta yang melaju, di stasiun, dan bahkan sambil berdiri antre beli tiket (Wiyanto, 2004:62).

Kalimat utama pada paragraf di atas terletak di kalimat kelima, “Masyarakat Jepang memang layak diteladani.” Kalimat-kalimat yang terletak di awal merupakan pemaparan atau pengantar untuk menuju pada kalimat pokok, sedangkan kalimat-kalimat yang terletak setelah kalimat-kalimat utama merupakan kalimat-kalimat penjelas.

e. Paragraf Tanpa Kalimat Utama

Adakalanya didapatkan bahwa sebuah paragraf tidak memiliki kalimat utama. Artinya, gagasan pokoknya mungkin sekali ada, tetapi memang sengaja tidak dirumuskan dalam bentuk kalimat utama (Rahardi, 2010:130). Untuk menemukan gagasan utamanya, pembaca harus mengambil kesimpulan dari seluruh kalimat yang ada. Paragraf tanpa kalimat utama ini biasanya digunakan dalam cerita (narasi) atau lukisan (deskripsi). Berikut contoh paragraf tanpa kalimat utama.

(1)Begitu upacara pengibaran bendera selesai, rakyat dan pemuda Magelang berduyun-duyun meninggalkan puncak Gunung Tidar. (2) Mereka menuruni lereng gunung bagian barat dengan rasa bangga sebagai bangsa merdeka. (3) Namun, tiba-tiba terdengar letusan senjata api dari balik gunung sebelah utara. (4) Bukan satu dua letusan, melainkan berondongan peluru tajam yang mengancam jiwa mereka (Wiyanto,2004:63).

Seluruh kalimat di atas kedudukannya sama penting. Sangat sulit mencari kalimat topik dalam paragraf itu. Semuanya membentuk kesatuan dari paragraf.

   


(41)

22   

Selain jenis pola pengembangan paragraf menurut Wiyanto, penulis memaparkan pula jenis paragraf berdasarkan cara pengembangannya menurut Tarigan (1987). Paragraf berdasarkan cara pengembangannya meliputi enam macam, sebagai berikut.

a. Paragraf Perbandingan

Paragraf perbandingan adalah paragraf yang kalimat topik berisi perbandingan dua hal, misalnya yang bersifat abstrak dengan yang bersifat konkret. Kalimat topik tersebut dikembangkan dengan memperinci perbandingan tersebut dalam bentuk yang konkret atau bagian-bagian kecil (Tarigan, 1987:31). Jadi, yang dimaksud dengan paragraf perbandingan adalah suatu cara penulis menunjukkan kesamaan dan perbedaan suatu objek atau ide dengan mempergunakan dasar tertentu. Contoh paragraf perbandingan sebagai berikut.

(1) Ratu Elizabet tidak begitu tertarik dengan mode, tetapi selalu berusaha tampil di muka umum seperti apa yang diharapkan rakyatnya. (2) Kalau keluar kota paling senang mengenakan pakaian yang praktis. (3) Ia menyenangi topi dan scraf. (4) Lain halnya dengan Margareth Thatcher. (5) Sejak menjadi pemimpin partai konservatif, ia melembutkan gaya berpakaian dan rambutnya. (6) Ia membeli pakaian sekaligus dua kali setahun. (7) Ia lebih cenderung berbelanja di tempat yang agak murah. (8) Ia hanya memakai topi pernikahan, ke pemakaman dan upacara resmi pembukaan parlemen (Nasucha, 2009:46).

Paragraf di atas berisi tentang perbedaan gaya berpakaian Ratu Elizabet dan Margareth Thatcher. Kalimat (1) menjelaskan Ratu Elizabet yang tidak begitu tertarik dengan mode. Kalimat (2) menjelaskan bahwa keluar kota menggunakan pakaian yang praktis. Kalimat (3) ia suka topi dan scraf. Kalimat (4) menjelaskan bahwa berbeda dengan Margareth Thatcher. Kalimat (5) Margareth melembutkan pakaian


(42)

dan rambutnya sejak menjadi pemimpin partai konservatif. Kalimat (6) menjelaskan bahwa ia membeli pakaian dua kali setahun. Kalimat (7) menjelaskan bahwa ia berbelanja di tempat murah. Kalimat (8) ia memakai topi penikahan ke pemakaman dan upacara pembukaan parlemen.

b. Paragraf Pertanyaan

Paragraf pertanyaan adalah kalimat topik yang dikembangkan dengan kalimat tanya dan kalimat berita (Keraf, 1987:32). Dari kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa kalimat topik dikembangkan dari kalimat berupa pertanyaan dan berita. Contoh paragraf pertanyaan sebagai berikut.

(1) Mengapa Jepang yang miskin sumber daya alamnya bisa menjadi negara maju? Tidak mengherankan, (2) karena Jepang sudah mampu mengmbangkan sumber daya manusianya. (3) Orang jepang giat belajar dan tekun bekerja. (4) Semboyan hidupnya, “Jibun no koto de shinasai”. (5) Artinya, ‘lakukan sendiri keperluanmu’. (6) Dengan semboyan itu orang jepang tidak mengharapkan apalagi menggantungkan bantuan orang lain. (7) Apa yang dapat dikerjakan langsung dikerjakan sendiri. (8) Karena semuanya begitu, orang jepang sangat produktif sehingga negaranya maju (Wiyanto, 2004:72).

Paragraf di atas diawali kalimat utama yang berupa kalimat tanya pada kalimat (1). Kemudian disusul dengan kalimat penjelas sebagai jawaban dari pertanyaan kalimat (1).

c. Paragraf Sebab akibat

Paragraf sebab akibat adalah kalimat topik yang dikembangkan dengan memberikan sebab atau akibat dari pernyataan pada kalimat topik (Keraf, 1987:32).

   


(43)

24   

Kalimat dalam suatu paragraf dapat membentuk sebab dan akibat. Dalam suatu kalimat sebab dapat berfungsi sebagai kalimat topik, dan akibat sebagai kalimat penjelas. Dapat juga sebaliknya, akibat sebagai kalimat topik. Untuk memahami akibat diperlukan sejumlah penyebab sebagai perinciannya. Contoh paragraf sebab akibat sebagai berikut.

(1) Jalan Kebon Jati akhir-akhir ini kembali macet dan semrawut. (2) Lebih dari separuh jalan kendaraan kembali tersita oleh kegiatan perdagangan dan kaki lima. (3) Untuk mengatasinya, pemerintah akan memasang pagar pemisah antara jalan kendaraan dengan trotoar. (4) Pagar ini juga berfungsi sebagai batas pemasangan tenda pedagang kaki lima tempat mereka diijinkan berdagang. (5) Pemasangan pagar ini terpaksa dilakukan mengingat pelanggaran pedagang kaki lima di lokasi itu sudah sangat keterlaluan, sehingga menimbulkan kemacetan lalu lintas (Nasucha, 2009:47).

Paragraf di atas diawali dengan kalimat utama yang berisi tentang akibat dari Jalan Kebon Jati macet dan semrawut. Hal itu ditunjukkan pada kalimat (1). Kalimat (2—5) merupakan kalimat penjelas yang berisi tentang sebab Jalan Kebon Jati menjadi macet dan semrawut.

d. Paragraf Contoh

Paragraf contoh adalah paragraf yang dimulai dengan kalimat topik kemudian kalimat topik itu dikembangkan dengan memberikan contoh-contoh sehingga kalimat topik jelas pengertiannya (Keraf, 1987:33). Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa suatu paragraf yang sulit dipahami agar dapat memberikan penjelasan yang jelas diperlukan contoh-contoh konkret. Contoh paragraf contoh adalah sebagai berikut.


(44)

(1) Masih berkisar tentang pencemaran lingkungan, Gubenur Jawa Tengah, Mardiyanto, memberi contoh tentang jambu mete di Mayong Jepara yang diserang ulat kipat atau Cricula Trifenestrata. (2) Ulat ini timbul akibat berdirinya perternakan ayam di tengah-tengah perkebunan tersebut. (3) Menurut Gubenur, izin pertenakan ayam di Mayong itu diberikan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (Nasucha, 2009:47).

Paragraf di atas diawali kalimat utama yang ditujukan pada kalimat (1). Kalimat (1) menginformasikan jambu mete di Mayong Jepara yang diserang ulat kipat. Kalimat (2—3) merupakan kalimat penjelas. Kalimat (2) menjelaskan bahwa ulat itu timbul akibat pertenakan ayam di dekat perkebunan itu. Kalimat (3) menjelaskan bahwa izin pertenakan ayam untuk kesejahteraan rakyat.

e. Paragraf Perulangan

Paragraf perulangan adalah kalimat topik yang dikembangkan dengan perulangan kata/kelompok kata atau bagian-bagian kalimat yang penting (Keraf, 1987:33). Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa pengulangan-pengulangan kata atau kalimat dapat digunakan untuk memperjelas suatu paragraf. Contoh paragraf perulangan sebagai berikut.

(1) Ada kaitan yang erat antara makan, hidup, dan berfikir pada manusia. (2) Setiap manusia perlu makan, makan untuk hidup. (3) Namun, hidup tidak hanya makan. (4) Hidup manusia mempunyai tujuan tertentu. (5) Tujuan hidup dapat berbeda antara satu dengan lainnya, tetapi ada persamaannya, yakni, salah satu di antaranya melangsungkan keturunan. (6) Keturunan sebagai penerus generasi bangsa. (7) Generasi yang lebih baik dan tangguh. (8) Tangguh menghadapi segala rintangan dan tantangan. (9) Rintangan dan tantangan membuat manusia berfikir. (10) Berfikir bukan sembarang berfikir tetapi berfikir jernih untuk memecahkan berbagai persoalan hidup dan kehidupan (Tarigan, 1987:33—34).

   


(45)

26   

Paragraf di atas diawali dengan kalimat utama yang menginformasikan kaitan antara makan, hidup, dan berfikir pada manusia. Kemudian kalimat (2-9) merupakan penjelas dari kalimat (1). Kalimat (2) ada beberapa kata yang mengulang kalimat (1) seperti, manusia perlu makan, makan untuk hidup. Kemudian kata hidup diulang pada kalimat (2—4). Kata keturunan pada kalimat (4) diulang pada kalimat (5). Kata generasi pada kalimat (5) diulang pada kalimat (6). Kata tangguh yang terdapat pada kalimat (6) diulang pada kalimat (7) diulang pada kalimat (8), dan seterusnya.

f. Paragraf Definisi

Paragraf definisi merupakan paragraf yang memiliki suatu pengertian atau istilah yang terkandung dalam kalimat topik. Istilah atau pengertian itu memerlukan penjelasan-penjelasan panjang agar maknanya dapat ditangkap oleh pembaca (Keraf, 1987:34). Dari kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa penjelasan-penjelasan panjang digunakan untuk memberikan keterangan atau arti terhadap sebuah istilah atau hal. Contoh paragraf definisi adalah sebagai berikut.

(1) Apakah psikologi itu? R.S. Woodworth berpendapat, “Psikologi adalah ilmu”. (2) Menurut Crow dan Crow “Psikologi adalah kejiwaan manusia dalam berinteraksi dengan dunia sekitarnya.” (2) Sementara itu, Santian mengemukakan bahwa psikologi merupakan perwujudan tingkah laku manusia (Alek, 2011:227).

Paragraf di atas diawali dengan kalimat utama yang membicarakan istilah psikologi yang dikemukakan R. S. Woodworth. Kalimat (2—3) merupakan penjelas dari beberapa ahli lain mengenai istilah Psikologi.


(46)

5. Karangan

a. Pengertian Karangan

Karangan adalah hasil perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dapat dibaca dan dimengerti oleh masyarakat pembaca (The Liang Gie, 2002:3). Menurut Maryani dan Mumu (2002:231) karangan adalah bentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan pengarang dalam satu kesatuan tema yang utuh.

Pengungkapkan buah pikiran tersebut harus jelas dan teratur sehingga menyakinkan pembaca. Dari uraian di atas terdapat persamaan pendapat bahwa karangan adalah hasil pengungkapkan buah pikiran. Maka, dapat disimpulkan bahwa karangan adalah hasil karya tulis manusia yang isinya merupakan kumpulan beberapa paragraf.

b. Jenis Karangan

Karangan dibagi menjadi lima berdasarkan jenisnya. Berikut pengertian dari masing-masing jenis karangan.

1) Karangan Narasi

Karangan narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu (Keraf, 1982:135-136).

   


(47)

28   

2) Karangan Deskripsi

Karangan deskripsi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan sejelas-jelasnya suatu objek sehingga objek itu seolah-olah berada di depan mata kepala pembaca (Keraf, 1982:135).

3) Karangan Eksposisi

Karangan eksposisi atau pemaparan adalah salah satu bentuk tulisan atau retorika yang berusaha untuk menerangkan dan menguraikan suatu pokok pikiran, yang dapat memperluas pandangan atau pengetahuan seseorang (Keraf, 1983:3).

4) Karangan Argumentasi

Karangan argumentasi adalah sebuah karangan untuk mempengaruhi pembaca mengambil sikap serta pandangan yang sesuai dengan keinginan penulis dengan mengajukan bukti-bukti yang benar dapat diyakini dan dirangkai melalui permainan bahasa (Sujanto, 1988:36).

5) Karangan Persuasi

Karangan persuasi adalah suatu seni verbal yang bertujuan untuk menyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu yang dikehendaki pembicara pada waktu ini atau pada waktu yang akan datang (Keraf, 1982:118).

Dari kelima jenis karangan di atas, peneliti akan menfokuskan salah satu jenis karangan yaitu karangan deskripsi. Hal ini dikarenakan peneliti menyesuaikan judul yang diambil yaitu “Pola pengembangan dan struktur paragraf pada karangan


(48)

deskripsi siswa kelas IV SD Negeri Ngargosari, Samigaluh, Kulon Progo, tahun ajaran 2011/2012”.

6. Paragraf Deskripsi a. Pengertian

Pada bagian ini, akan dipaparkan definisi paragraf deskripsi. Ketiga definisi tersebut sebagai berikut.

1) Paragraf deskripsi atau pemerian merupakan sebuah bentuk tulisan yang bertalian dengan usaha para penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang dibicarakan (Keraf, 1982:93).

2) Paragraf deskripsi adalah paragraf yang bertujuan memberikan kesan/impresi kepada pembaca terhadap objek, gagasan, tempat, peristiwa, dan semacamnya yang ingin disampaikan penulis (Wiyanto, 2004:64).

3) Paragraf deskripsi disebut juga paragraf melukiskan hal-hal kecil yang tertangkap oleh pancaindra. (Arifin& Tasai, 1984:146).

Ketiga pengertian di atas memiliki kesamaan. Keraf menjelaskan bahwa paragraf deskripsi memberikan perincian-perincian objek yang sedang dibicarakan. Hal yang sama dijelaskan oleh Wiyanto yang menyebutkan bahwa paragraf deskripsi bertujuan untuk memberikan kesan kepada pembaca terhadap sesuatu yang ingin disampaikan penulis. Sedangkan Arifin & Tasai menjelaskan bahwa paragraf deskripsi untuk melukiskan sesuatu yang tertangkap pancaindra. Berdasarkan pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa paragraf deskripsi adalah sebuah

   


(49)

30   

bentuk tulisan yang tertangkap oleh pancaindra yang bermaksud untuk memberikan perincian terhadap objek yang ingin disampaikan penulis.

b. Ciri-ciri Paragraf Deskripsi

Beberapa ciri khas paragraf deskripsi yang dapat membedakannya dengan jenis karangan lainnya. Menurut Keraf (1981), paragraf deskripsi memiliki beberapa ciri sebagai berikut.

1) Penulis memindahkan kesan-kesannya mengenai objek yang diamati

2) Mempunyai tujuan untuk menciptakan daya khayal pada pembaca seolah-seolah mereka melihat objek itu sendiri.

3) Memberikan rincian-rincian dari objek yang sedang dibicarakan.

Dari ketiga ciri di atas sangatlah jelas bahwa paragraf deskripsi lebih mengutamakan alat pancaindra. Selain pancaindra penulis juga dapat menggunakan perasaannya untuk menggambarkan objek yang diamati. Seperti yang diungkapkan oleh Sujanto (1988:11) paragraf deskripsi merupakan paparan tentang persepsi yang ditangkap oleh pancaindra. Kita melihat, mendengar, mencium, dan merasakan melalui alat-alat sensori kita, dan dengan kata-kata kita mencoba melukiskan apa-apa yang kita tangkap dengan pancaindra itu agar dapat dihayati oleh orang lain.

c. Jenis-jenis Paragraf Deskripsi

Paragraf deskripsi dapat dibagi menurut jenisnya. Dalam penelitian ini penulis akan memaparkan jenis-jenis paragraf deskripsi. Paragraf deskripsi menurut Keraf (1981:94), dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut.


(50)

1) Deskripsi Sugestif

Dalam deskripsi sugestif penulis bermaksud menciptakan sebuah pengalaman pada diri pembaca, pengalaman karena perkenalan langsung dengan obyeknya. Sasaran deskripsi sugestif adalah dengan perantaraan tenaga, rangkaian kata-kata yang dipilih penulis untuk menggambarkan ciri, sifat, dan watak dari objek tersebut, dapat menciptakan sugesti tertentu pada pembaca (Keraf, 1981:94). Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa deskripsi sugestif dapat menciptakan atau memunculkan daya khayal para pembaca melalui kata-kata yang dipilih penulis untuk menggambarkan ciri, sifat, dan watak objek. Berikut contoh paragraf deskripsi sugestif.

Jauh di sana terhampar rumput hijau. Pada beberapa tempat lalang berbunga putih beralun-alun sama berayun dengan rumput diembus udara petang. Di bawah lengkungan pembatasan bumi dengan langit, segaris hijau kebiru-biruan pohon-pohon. Langit yang kuning muda bersisik putih, diantaranya terjalin warna sepuhan emas perada. Dari balikgaris hijau kebiruan naik memancar warna merah bernyala yang makin ke atas hilang melayang warnanya. Jauh sedikit dari sana, tumpukan awan berbagi bentuk yang terkadang lekas berubah rupa, diembuskan kesenjaan, menyapu halus puspa warna. Diantara langit kebiruan bersisikan putih tersenyum simpul kemalu-maluan, bulan sabit (Keraf, 1981:102).

2) Deskripsi Ekspositoris

Paragraf deskripsi ekspositoris adalah paragraf deskripsi yang hanya bertujuan memberikan identifikasi atau informasi objeknya sehingga pembaca dapat mengenalnya bila bertemu atau berhadapan dengan objek tadi. Paragraf deskripsi ekspositoris tidak berusaha untuk menciptakan kesan atau imajinasi pada diri pembaca (Keraf, 1981:94). Berbeda dengan deskripsi sugestif, deskripsi ekspositoris

   


(51)

32   

bertujuan untuk menyampaikan informasi secara teknis dan tidak menimbulkan daya khayal pembaca. Pembaca dapat mengenali objek tersebut bila bertemu atau berhadapan dengan objek itu. Berikut contoh paragraf deskripsi ekspositoris.

Di penghujung Agustus silam, kebun lengkeng seluas tujuh hektar di Sijangkung, Singkawang, Kalimantan Barat memang tengah banjir buah. Bulatan-bulatan berwarna cokelat kekuningan nyaris menenggelamkan hijaunya daun. Karenanya seratnya buah, dahan pohon lengkeng setinggi satu meter itu doyong ke bawah. Satu dahan digelayuti dompol-dompol berisi puluhan buah hamper seukuran bola pimpong. Beberapa dahan disangga bambu supaya tidak patah (Wiyanto, 2004: 65).

7. Gambar

Gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual dalam bentuk dua dimensi sebagai curahan perasaan dan pikiran (Hamalik, 1994:43). Sadiman, 2008:29 mengemukakan bahwa gambar adalah media yang paling umum dipakai. Gambar merupakan bahasa yang umum dapat dimengerti dan dinikmati. Gambar digunakan sebagai media dalam pengajaran yang mengandung nilai-nilai pendidikan dan dapat menumbuhkan kreativitas siswa untuk berfikir secara kritis.

Pengembangan paragraf dengan cara menganalisis gambar walaupun terasa agak sukar sangat banyak manfaatnya bagi siswa, antara lain:

1) Mengembangkan keterampilan melihat hubungan sebab akibat atau pesan yang tersirat dalam gambar,

2) Mengembangkan daya imajinatif siswa,

3) Melatih kecermatan dan ketelitian siswa dalam memperhatikan sesuatu, 4) Mengembangkan daya interpretasi bentuk visual ke dalam bentuk kata-kata

atau kalimat,


(52)

5) Merupakan hasil pengamatan ke dalam bentuk kalimat topik serta menggambarkan ke dalam kalimat-kalimat pengembang (Tarigan, 1987:56). Penggunaan gambar akan efektif apabila disesuaikan dengan tingkatan anak, baik dalam hal besarnya gambar, detail, warna, dan latar belakang yang perlu untuk tafsiran. Gambar dapat digunakan untuk suatu maksud dalam pelajaran, memberikan pengalaman dasar dalam bahasa, ilustrasi, dan menjelaskan konsep. Selain itudapat dijadikan alat untuk memperkaya fakta dan memperbaiki kekurangjelasan.

Suatu gambar akan dikatakan baik jika memenuhi beberapa syarat. Syarat-syarat gambar menurut Sadiman (1986) sebagai berikut.

1) Autentik

Gambar tersebut harus jujur melukiskan situasi seperti orang melihat benda sebenarnya.

2) Sederhana

Komposisi gambar hendaknya cukup jelas menunjukkan poin-poin pokok gambar.

3) Ukuran relatif

Gambar dapat memperbesar atau memperkecil benda sebenarnya. 4) Pembuatan

Gambar sebaiknya mengandung gerak atau pembuatan. Gambar yang baik tidaklah menunjukkan objek dalam keadaan diam tetapi memperlihatkan aktivitas tertentu.

   


(53)

34   

5) Artistik

Gambar hendaknya menunjukkan aktivitas tertentu. Anak-anak lebih tertarik dan akan lebih memahami gambar yang kelihatannya sedang bergerak (Hamalik, 1994:67—68).

8. Karakteristik Siswa SD Kelas IV

Setiap anak mengalami tahap-tahap pertumbuhan. Menurut Waloejo (1960:36) ada 3 tahap pertumbuhan anak. Tahap-tahap pertumbuhan tersebut sebagai berikut.

a. Pada usia 7/8 tahun anak mulai menghubung-hubungkan dengan kekuatan fantasi.

b. Pada usia 8-9 tahun anak mulai mengesampingkan fantasi. Anak mencoba menguraikan dan mengenal bagian-bagian meskipun pengertian tentang hubungan arti belum ada.

c. Pada usia 9-10 tahun anak mulai mengetahui hubungan waktu dan tempat serta sebab akibat.

Menurut Semiawan (1988:11) bahwa pada usia sekolah hakikatnya adalah belajar sambil bekerja atau melakukan aktivitas. Siswa memperoleh pengalaman dari lingkungan sekitar seperti pergaulan,bermain, mengenal nama-nama tumbuhan dan binatang. Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa anak kelas IV SD berusia lebih kurang 9 sampai 10 tahun. Bagi anak yang normal seiring dengan


(54)

   

pertumbuhannya perkembangan berfikirnya juga mengalami perubahan. Pada penelitian ini, gambar berfungsi sebagai media untuk menulis karangan deskripsi karena gambar sifatnya menarik, penuh warna, konkrit, dan mudah dipahami.


(55)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif. Arikunto (1991:291) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Adapun yang dideskripsikan dalam penelitian ini adalah pola-pola pengembangan dan struktur paragraf pada karangan deskripsi siswa. Penelitian ini juga termasuk dalam penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2006:4), penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang diamati.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Moleong (2006:11) dalam metode deskriptif, data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka. Berdasarkan metode tersebut, peneliti akan meneliti struktur dan pola pengembangan paragraf pada karangan deskripsi siswa kelas IV. Data-data yang telah dianalisis itu, kemudian dipisahkan berdasarkan kalimat utama, kalimat penjelas, dan kalimat penegasnya sesuai dengan klasifikasi pola pengembangan dan stuktur paragraf.


(56)

B. Sumber data

Suharsimi Arikunto (1989:102) menyatakan bahwa sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh. Sumber data dalam penelitian ini yaitu karangan deskripsi dari 17 orang siswa kelas IV SD Negeri Ngargosari, Samigaluh, Kulon Progo. Hasil karangan tersebut kemudian dianalisis berdasarkan pola pengembangan dan struktur paragrafnya.

C. Instrumen Penelitian

Penelitian yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini yaitu, (1) peneliti sendiri, (2) perintah membuat karangan, (3) gambar, dan (4) wawancara. Instrumen penelitian merupakan alat untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Adapun alat yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah perintah menulis paragraf deskripsi. Dalam penelitian ini peneliti berperan langsung dalam proses pengumpulan data dan analisis data.

Dalam penelitian ini, informasi keadaan siswa dalam pembelajaran mengarang diperoleh melalui wawancara dengan guru kelas IV yang bernama Yuwono, SPd. Selanjutnya peneliti membuat soal mengarang berdasarkan hasil wawancara. Sebelum melakukan wawancara, dibuat kisi-kisi pedoman wawancara untuk guru mata pelajaran Bahasa Indonesiayang sudah terlampir.

Hasil wawancara akan menjadi dasar untuk membuat soal mengarang deskripsi. Media yang digunakan untuk memudahkan siswa mengarang adalah gambar.. Media gambar diharapkan lebih dapat membantu siswa menuangkan ide dan


(57)

38   

gagasannya. Pemilihan gambar berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas IV SD Negeri Ngargosari. Berdasarkan hasil wawancara guru menyarankan agar gambar yang digunakan untuk penelitian yang bersifat konkret dan sederhana. Untuk mendapatkan data, peneliti menugaskan siswa untuk menulis karangan deskripsi berdasarkan gambar yang sudah disediakan. Siswa dapat memilih salah satu gambar untuk dibuat paragraf deskripsi. Peneliti menyajikan beberapa gambar dengan maksud agar siswa memiliki kebebasan dan disesuaikan dengan keadaan siswa. Instrumen penelitian ini sebagai berikut.

Petunjuk Mengerjakan Tugas

1. Tulis nama dan nomor presensimu di sudut kanan atas dalam lembar jawaban soal!

2. Jawaban ditulis pada lembar yang telah disediakan! 3. Waktu yang tersedia untuk mengerjakan adalah 30 menit!

4. Buatlah paragraf deskripsi dengan berdasarkan gambar yang sudah disediakan.

5. Setelah selesai mengerjakan, lembar jawab diserahkan kembali kepada petugas!

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara dan tes. Wawancara dilakukan dengan guru Bahasa Indonesia SD


(58)

Negeri Ngargosari untuk mengetahui kondisi siswa sebelum peneliti melakukan penelitian. Selain wawancara, peneliti juga menggunakan teknik tes. Tes yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah tes yang menampilkan gambar sebagai bahan untuk mengarang paragraf deskripsi. Teknik ini dipilih karena cara ini merupakan cara yang tepat untuk mengetahui pola pengembangan dan struktur paragraf dalam karangan siswa.

Langkah-langkah pengumpulan data sebagai berikut:

1. Peneliti dan guru yang bersangkutan menetapkan hari dan jam untuk pengambilan data.

2. Pada hari Rabu 6 Juni 2012, Kamis 7 Juni 2012, dan Jumat, 8 Juni 2012 diadakan pengambilan data yang diawasi langsung oleh peneliti.

3. Setelah selesai peneliti mengumpulkan hasil karangan siswa berupa karangan deskripsi.

4. Hasil penelitian dikumpulkan untuk dianalisis.

E. Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan dan Biklen (via Moleong, 2006: 248) analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, disintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan.


(59)

40   

Peneliti menggunakan teknik deskriptif. Teknik ini digunakan untuk mengalisis data hasil karangan siswa, karena peneliti hanya mendeskripsikan pola pengembangan paragraf dan struktur paragraf. Langkah-langkah dalam menganalisis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Peneliti membaca karangan siswa dengan teliti.

2. Peneliti mengelompokkan hasil karangan deskripsi berdasarkan pola pengembangan dan struktur paragraf yang digunakan.

3. Peneliti mengklasifikasikan dan memberikan kode di setiap paragraf yang ditulis siswa berdasarkan pola pengembangan yang digunakan. Kode-kode tersebut adalah sebagai berikut. Pola Peragraf Deduktif dengan kode PPD, Pola Paragraf Induktif dengan kode PPI, Pola paragraf Deduktif-Induktif dengan kode PPDI, Pola pengembangan Ineratif dengan kode PPIn. Pola pengembangan tanpa kalimat utama dengan kode PPTKU. Pola Pengembangan Perbandingan dengan kode PPP, Pola Pengembangan Pertanyaan dengan kode PPT, Pola Pengembangan Sebab Akibat dengan kode PPSa, Pola Pengembangan Contoh dengan kode PPCon, Pola Pengembangan Perulangan dengan kode PPU, Pola Pengembangan Definisi dengan kode PPDe.

4. Setelah dilakukan pengelompokan dan pengkodean, peneliti melakukan penghitungan pola pengembangan dan struktur paragraf. Untuk memudahkan penghitungan peneliti membuat tabel yang dilengkapi dengan kode (01-17) digunakan untuk menandai nomor urut siswa. Angka 1-3 digunakan untuk menandai tahapan pengumpulan data, karena pengumpulan data dilakukan


(60)

dengan tiga tahap. Apabila disajikan secara lengkap, kode untuk pola pengembangan paragraf deskripsi sebagai berikut. (01,1,{PPD}) dapat dibaca bahwa siswa nomor urut satu membuat paragraf deskripsi pada tahap satu dengan menggunakan pola pengembangan deduktif.

5. Setelah melakukan pengkodean, peneliti mulai menghitung dan menjumlah pola pengembangan paragraf yang digunakan berdasarkan jenisnya. Untuk memudahkan pembaca peneliti memasukkan hasil penghitungan ke dalam tabel.


(61)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab empat ini mendeskripsikan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan secara keseluruhan. Analisis akan difokuskan pada pola pengembangan dan struktur paragraf yang digunakan siswa dalam mengarang deskripsi.

A. Deskipsi Data

Data yang terkumpul dalam penelitian ini berupa hasil karangan siswa kelas IV SD Negeri Ngargosari, Samigaluh, Kulon Progo. Dari tiga tahap diperoleh 17 sumber data. Tahap pertama diambil pada tanggal 6 Juni 2012, tahap kedua diambil pada tanggal 7 Juni 2012, dan tahap terakhir pada tanggal 8 Juni 2012. Total hasil data yang diperoleh melalui tiga tahap itu adalah 41 karangan deskripsi, 11 paragraf tidak dapat diteliti. Dari ketiga tahap itu peneliti menemukan pola pengembangan dan struktur paragraf.

B. Analisis Data

Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai pola pengembangan dan struktur paragraf pada karangan deskripsi siswa. Di bawah ini paparan mengenai hasil penelitian.


(62)

1. Pola Pengembangan yang Digunakan Siswa Kelas IV SD Negeri Ngargosari Penelitian berjudul “Pola Pengembangan dan Struktur Paragraf pada Karangan Deskripsi Siswa Kelas IV SD Negeri Ngargosari, Samigaluh, Kulon Progo Tahun Ajaran 2011/2012” dilakukan tiga tahap. Dari tiga tahap itu, peneliti menemukan 10 pola pengembangan. Kesepuluh pola pengembangan itu yaitu, 1) Pola Pengembangan Deduktif (PPD), 2) Pola Pengembangan Induktif (PPI),3) Pola Pengembangan Pengulangan (PPU), 4) Pola Pengembangan Contoh (PPCon), 5) Pola Pengembangan Definisi (PPDe), 6) Pola Pengembangan Deduktif-Induktif (PPDI), 7) Pola Pengembangan Sebab Akibat (PPSa), 8) Pola Pengembangan Perbandingan (PPP), 9) Pola Pengembangan Pertanyaan (PPT), 10) Pola Pengembangan Ineratif (PPIn).

2. Unsur Paragraf yang Digunakan Siswa Kelas IV SD Negeri Ngargosari

Penelitian berjudul “Pola pengembangan dan Struktur Paragraf pada Karangan Deskripsi Siswa Kelas IV SD Negeri Ngargosari, Samigaluh, Kulon Progo Tahun Ajaran 2011/2012, peneliti juga meneliti struktur paragraf yang digunakan siswa dalam mengarang deskripsi. Dalam penelitian ini, peneliti menemukan tiga bentuk unsur paragraf. Ketiga bentuk unsur paragraf itu adalah (1) paragraf dengan dua unsur (kalimat utama dan kalimat penjelas), (2) paragraf dengan tiga unsur (kalimat utama, kalimat penjelas, dan transisi), (3) paragraf dengan tiga unsur paragraf (kalimat utama, kalimat penjelas, dan kalimat penegas).


(63)

44  

C. Pembahasan

Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai hasil pembahasan pola pengembangan dan struktur paragraf. Hasil pembahasan pola pengembangan dan struktur paragraf sebagai berikut.

1. Pola Pengembangan Paragraf.

Pada penelitian ini ditemukan sepuluh pola pengembangan paragraf. Kesepuluh pola itu adalah Pola Pengembangan Deduktif, Pola Pengembangan Induktif, Pola Pengembangan Deduktif-Induktif, Pola Pengembangan Ineratif, Pola Pengembangan Perbandingan, Pola Pengembangan Pertanyaan, Pola Pengembangan Sebab Akibat, Pola Pengembangan Contoh, Pola Pengembangan Pengulangan, dan Pola Pengembangan Definisi.

a) Pola Pengembangan Deduktif

Paragraf deduktif adalah paragraf yang dimulai dengan pernyataan kalimat topik berupa kesimpulan, kemudian disusul dengan sejumlah rincian yang menjelaskan/mendukung kesimpulan tersebut. Berdasarkan data yang di peroleh, peneliti menemukan paragraf yang menggunakan pola pengembangan deduktif pada karangan deskripsi. Berikut contoh paragraf yang menggunakan pola pengembangan deduktif.

(1) 1)Pak Prabowo adalah seorang dokter di rumah sakit Wates. 2)Pak Prabowo berusia 50 (lima puluh tahun). 3) Ia memakai baju putih lengan pendek. 4) Pak Prabowo salah satu dokter senior di rumah sakit Wates. 5) Pak Prabowo adalah dokter yang baik hati, ia suka menolong orang yang sakit. 6) Dan Pak Prabowo bekerja setiap hari senin sampai jumat.(05,3,{PPD}).


(64)

Kalimat (1) Pak Prabowo adalah seorang dokter di rumah sakit Wates. Kalimat itu menginformasikan di rumah sakit Wates ada dokter yang bernama pak prabowo. Kalimat (2) Pak Prabowo berusia 50 (Lima puluh tahun). Kalimat kedua menginformasikan bahwa Pak Prabowo telah berumur 50 tahun. Kalimat (3) Ia memakai baju putih lengan pendek. Kalimat ketiga menginformasikan Pak Prabowo hari ini memakai baju putih lengan pendek. Kalimat (4) Pak Prabowo salah satu dokter senior di rumah sakit wates. Kalimat empat menginformasikan bahwa Pak Prabowo adalah dokter senior. Kalimat (5) Pak Prabowo adalah dokter yang baik hati, ia suka menolong orang yang sakit. Kalimat kelima menginformasikan bahwa Pak Prabowo baik hati dan suka menolong. Kalimat (6) Dan Pak Prabowo bekerja setiap hari senin sampai jumat. Kalimat keenam menginformasikan Pak Prabowo bekerja setiap hari senin sampai jumat.

Berdasarkan paparan di atas dapat di simpulkan bahwa kalimat utama terdapat pada kalimat (1) yang menginformasikan bahwa di Rumah Sakit Wates ada seorang dokter bernama Pak Prabowo. Kalimat (2—6) merupakan kalimat penjelas atau pengembangan dari kalimat (1). Selain contoh di atas, pola pengembangan deduktif yang lain dapat dilihat pada lampiran 3.

b) Pola Pengembangan Induktif

Paragraf induktif adalah paragraf yang dimulai dengan sejumlah kalimat penjelas yang kemudian disimpulkan pada akhir paragraf. Berdasarkan data yang


(65)

46  

diperoleh, peneliti menemukan paragraf deskripsi menggunakan pola pengembangan induktif. Berikut contoh paragraf dengan pola pengembangan induktif.

(2) 1)Kereta api penumpangnya juga banyak. 2) Kereta api itu warnanya orange. 3) Kereta api itu jendelanya juga sangat banyak, relnya juga sangat panjang sampai relnya melingkar. 4)Kereta api itu mengantarkan penumpang antar kota. 5)Sungguh menyenangkan naik kereta api itu. (04,1{PPI}).

Kalimat (1) kereta api penumpangnya juga banyak. Kalimat pertama menginformasikan penumpang di kereta api banyak. Kalimat (2) Kereta api itu warnanya orange. Kalimat kedua menginformasikan warna kereta api orange. Kalimat (3) Kereta api itu jendelanya juga sangat banyak, relnya juga sangat panjang sampai relnya melingkar. Kalimat ketiga menginformasikan kereta api itu mempunyai candela banyak dan rel yang panjang sampai melingkar. Kalimat (4) Kereta api itu mengantarkan penumpang antar kota. Kalimat keempat menginformasikan kereta api sering mengantarkan penumpang antar kota. Kalimat (5) Sungguh menyenangkan naik kereta api. Kalimat kelima menginformasikan bahwa naik kereta api sangat menyenangkan.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa kalimat (1—4) merupakan kalimat penjelas. Kalimat (1—4) menjelaskan ciri-ciri dari kereta api dan kegunaannya. Kalimat (5) merupakan kalimat utama berupa kesimpulan dari kalimat sebelumnya. Kalimat kelima menginformasikan naik kereta api sangat menyenangkan. Selain contoh di atas, pola pengembangan induktif yang lain dapat dilihat pada lampiran 3.


(66)

C. Pola Pengembangan Deduktif-Induktif

Paragraf Deduktif-Induktif adalah paragraf yang meletakkan kalimat topiknya di awal paragraf dan diulangi pada akhir paragraf. Berdasarkan data yang diperoleh, peneliti menemukan paragraf deskripsi dengan pola pengembangan deduktif-induktif. Contoh paragraf dengan pola pengembangan deduktif-induktif sebagai berikut.

(3) 1)Di kebun ada sebuah pohon yang besar. 2) Buahnya berduri dan tajam. 3) Bau buah ini sangat menyengat di hidung. 4) Buah itu namanya buah durian. 5) Buah durian itu rasanya enak dan lezat sekali. 6) Buah durian itu berwarna kuning.(11,2,{PPCam}).

Kalimat (1) Di kebun ada sebuah pohon besar. Kalimat pertama

menginformasikan bahwa sebuah pohon besar tumbuh di kebun. Kalimat (2) Buahnya berduri dan tajam. Kalimat kedua menginformasikan bahwa ciri buah

itu berduri dan tajam. Kalimat (3) Bau buah ini sangat menyengat di hidung. Kalimat ketiga menginformasikan bahwa bau buah itu sangat terasa di hidung. Kalimat (4) buah itu namanya buah durian. Kalimat keempat menginformasikan buah itu bernama durian. Kalimat (5) Buah durian itu rasanya enak dan lezat sekali. Kalimat kelima menginformasikan buah durian rasanya enak dan lezat. Kalimat (6) Buah durian itu berwarna kuning. Kalimat keenam menginformasikan bahwa durian warnanya kuning.

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa paragraf ini memiliki dua kalimat utama yaitu kalimat (1) dan (4). Seperti yang dipaparkan dalam bab II bahwa kalimat utama dapat berada di awal kalimat, di tengah kalimat, dan di akhir kalimat.


(67)

48  

Kalimat (2, 5, 6) merupakan kalimat penjelas dari kalimat utama. Peneliti juga menemukan pola pengembangan deduktif-induktif lain yang dilihat pada lampiran 3.

c) Pola Pengembangan Ineratif

Paragraf ineratif adalah paragraf yang menempatkan gagasan utama paragraf itu di tengah-tengah paragraf. Dari pengertian di atas, peneliti menemukan paragraf deskripsi dengan pola pengembangan ineratif dari data yang diperoleh. Contoh paragraf dengan pola pengembangan ineratif sebagai berikut.

(4) 1) Buah durian bisa di jual dimana-mana. 2) Di dalamnya berwarna putih, buahnya aneh. 3) Walau harganya mahal, orang tetap suka durian. 4) Isinya bisa ditanam di kebun. 5) Durinya tajam-tajam dan panjang (14,2,{PPIn}).

Kalimat (1) Buah durian bisa di jual dimana-mana. Kalimat pertama menginformasikan bahwa buah durian mudah ditemukan karena dijual dimana-mana. Kalimat (2) di dalamnya berwarna putih, buahnya aneh. Kalimat kedua menginformasikan daging durian berwarna putih. Kalimat (3) walau harganya mahal, orang tetapa sukadurian. Kalimat tiga menginformasikan bahwa buah durian ini diminati banyak orang walaupun mahal harganya. Kalimat (4) Isinya bisa ditanam di kebun. Kalimat keempat menginformasikan bahwa isi durian dapat ditanam kembali. Kalimat (5) durinya tajam-tajam dan panjang. Kalimat kelima menginformasikan bahwa durian mempunyai duri yang panjang dan tajam.


(1)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

100 

 

BIODATA PENULIS

Juwang Listriani lahir di Kulon Progo pada tanggal 10 Juli

1990. Memulai pendidikan formal di TK Marsudi Luhur dan

diselesaikannya tahun 1996. Ia melanjutkan pendidikan di

SD Totogan dan diselesaikannya pada tahun 2002. Setelah

lulus, ia melanjutkan pendidikan di SLTP N 1 Samigaluh dan

lulus tahun 2005. Pendidikan SMA ditempuh di SMA Negeri

1 Kalibawang lulus tahun 2008. Tahun 2008 ia melanjutkan pendidikan lagi di

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

(FKIP), Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Program Studi Pendidikan Bahasa,

Sastra Indonesia, dan Daerah. Tugas akhir diselesaikan dengan menulis skripsi

berjudul “Pola Pengembangan dan Struktur Paragraf pada Karangan Deskripsi Siswa

Kelas IV SD Negeri Ngargosari, Samigaluh, Kulon Progo, Tahun Ajaran 2011/2012”.

 

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

Identifikasi kesalahan konsep fisika tentang suhu dan kalor (Studi deskriptif pada siswa kelas I5 cawu III SMU Negeri Rambipuji Jember tahun ajaran 2000/2001

0 6 55

pengaruh model pembelajaran webbed terhadap keterampilan menulis karangan pada siswa kelas IV SDIT Al-Mubarak Jakarta pusat tahun ajaran 2014/2015

4 24 258

Analisis kesalahan huruf kapital dan tanda baca pada paragraf deskriptif siswa kelas V SD Negeri Sampay Rumpin-Bogor

1 20 151

Analisis kata berimbuhan dalam karangan deskripsi siswa kelas X SMK Nusantara, Legoso, Ciputat, Tangerang tahun pelajaran 2011/2012

1 11 108

Penggunaan kata depan dalam karangan deskripsi siswa kelas VIII semester genap Madrasah Tsanawiyah Al-Ihsan Jakarta Tahun pelajaran 2013/2014

0 5 153

Kemampuan menulis karangan deskripsi berdasarkan teks wawancara siswa kelas VII A MTS Al Jamhuriyah Kecamatan Cinere, Kota Depok

4 76 86

Analisis kalimat efektif dalam karangan deskripsi siswa kelas VIII MTS Miftahul Umam Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan Tahun pelajaran 2013 / 2014

1 22 133

Pengaruh penerapan metode menulis berantai terhadap keterampilan menulis karangan narasi di kelas IV SD Islam Annajah Petukangan Selatan Jakarta Selatan Tahun ajaran 2013/2014

0 14 165

Campur kode dalam karangan siswa kelas III SD Negeri Kereo 02 Tangerang tahun pelajaran 2014/2015

0 20 121

Pengaruh model experiential learning terhadap keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas V SDN Cengkareng Timur 15 Pagi Jakarta Barat

10 96 238