22
Grading Description
Epithelialized wound 1
Superficial wound 2
Wound penetrates to tendon or capsule 3
Wound penetrates to bone or joint
Clayton and Elasy 2009.
Neuropati perifer menjadi faktor risiko utama yang mempengaruhi ulserasi kaki melalui dampaknya terhadap gangguan saraf sensorik, motorik
dan otonom Leung 2007, Chadwick
et al.
2013. Gangguan sensorik disadari saat pasien mengeluhkan kaki kehilangan sensasi atau merasa kebas. Rasa
kebas menyebabkan trauma yang terjadi pada pasien DM seringkali tidak diketahui. Gangguan motorik menyebabkan atrofi otot, deformitas kaki,
perubahan biomekanika kaki dan distribusi tekanan kaki terganggu sehingga meningkatkan kejadian ulkus kaki. Gangguan otonom menyebabkan kaki
mengalami penurunan ekskresi keringat sehingga kulit kaki menjadi kering dan mudah terbentuk fissura. Saat terjadi mikrotrauma keadaan kaki yang
mudah retak meningkatkan risiko ulkus kaki diabetik Chadwick
et al.
2013. Ulkus kaki diabetik karena penyakit arteri perifer muncul di
ekstremitas bawah, biasanya pada sisi lateral atau pretibial kaki, punggung kaki, atau area malleolar. Mikroangiopati diabetes ditandai dengan penebalan
membran basal dan peningkatan permeabilitas kapiler. Perubahan iskemik bersama-sama dengan mikroangiopati menyebabkan kerusakan tambahan
pada kulit, sehingga meningkatkan kemungkinan ulserasi Shai and Maibach 2005. Selain itu, penurunan respon sistem kekebalan tubuh penderita DM
terutama penurunan kemampuan kemotaksis perekrutan sel inflamasi ke dalam jaringan luka dapat meningkatkan risiko infeksi bakteri Leung 2007.
2.4. Piroksikam
Gambar 1. Struktur Molekul Piroksikam
Pal
et al.
2009.
Piroksikam Gambar 1 adalah obat anti-inflamasi non steroid yang digunakan dalam pengobatan rheumatoid arthritis, osteoarthritis dan
gangguan inflamasi lainnya Pal
et al.
2009. Siklooksigenase COX merupakan suatu enzim kunci proinflamasi yang mengonversi asam
arakidonat menjadi prostaglandin. Prostaglandin berkontribusi terhadap rasa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23 sakit dan berbagai penyakit inflamasi Chiong
et al.
2013. Selain itu, prostaglandin
juga dapat meningkatkan regulasi dari MMP-9 dengan menginduksi ekspresi dan sekresi dari MMP-9 Yen
et al.
2008. Penelitian oleh Campione
et al.
2015 membuktikan bahwa piroksikam mampu menghambat aktivitas enzim COX-1 dan COX-2 melalui
pembentukan ikatan hidrogen residu Serin530 dan Tirosin355 pada COX-1 dan ikatan hidrogen dengan residu Tirosin355 dan residu Arginin120 pada
COX-2 Gambar 2. Terhambatnya aktivitas siklooksigenase mengurangi pembentukan prostaglandin sehingga dapat mengurangi level MMP-9 Yen
et al.
2008, Campione
et al.
2015. Penurunan jumlah MMP-9 ini didukung oleh penelitian Mazumder
et al.
2014 yang melaporkan bahwa piroksikam secara in sillico mampu menekan regulasi MMP-9 dengan interaksi ikatan
hidrogen dengan residu Prolin421 Gambar 3.
Gambar 2. Interaksi Piroksikam dengan COX-1 A dan COX-2 B
Campione
et al.
2015.
Gambar 3. Interaksi Piroksikam dengan MMP-9
Mazumder
et al.
2014.
24 Piroksikam memiliki bobot molekul sebesar 331,35 gmol dan titik
leleh sebesar 198-200
o
C DrugBank 2013, serta memiliki nilai pKa 5,3 dan pKb 1,86 sehingga memungkinkan piroksikam bertindak sebagai obat
zwitterionic
pada nilai pH tertentu Abdulkarim
et al.
2010 Kelarutan piroksikam dalam etanol sebesar 5 mgmL Santa Cruz Biotechnology 2016.
Sebagai asam lemah, piroksikam dapat terionisasi pada pH 7,4. Piroksikam memiliki nilai logP sebesar 3,06 DrugBank 2013. Berdasarkan sifat-sifat
kimia tersebut, piroksikam termasuk dalam
Biopharmaceutics Classification System
BCS kelas II dimana absorpsi obat dibatasi oleh kecepatan disolusi karena kelarutannya dalam air rendah, yaitu 23 mgL Mirza
et al.
2010, DrugBank 2013. Piroksikam memiliki nilai LD
50
dermal dan oral berturut- turut pada tikus sebesar 5000 mgkg dan 216 mgkg United State
Pharmacopeial 2013, sedangkan nilai ED
50
topikal piroksikam pada manusia sebesar 5 mg Juel-Friis
et al.
2014.
2.5. Sediaan Penyembuh Luka