19
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana pengaruh peningkatan konsentrasi HPMC terhadap sifat
dan stabilitas fisikokimia
hydrocolloid matrix diabetic wound healing
piroksikam? 1.2.2.
Berapa konsentrasi HPMC yang optimal sebagai polimer
hydrocolloid matrix diabetic wound healing
piroksikam?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Mengetahui pengaruh peningkatan konsentrasi HPMC terhadap sifat
dan stabilitas fisikokimia
hydrocolloid matrix diabetic wound healing
piroksikam. 1.3.2.
Mengetahui konsentrasi HPMC yang optimal sebagai polimer
hydrocolloid matrix diabetic wound healing
piroksikam.
1.4. Urgensi Penelitian
Penelitian ini berguna untuk mengembangkan sediaan
hydrocolloid
piroksikam yang dapat mempercepat proses penyembuhan luka pada penderita DM sehingga mengurangi angka kejadian amputasi akibat ulkus
kaki diabetik.
1.5. Kontribusi Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada ilmu kefarmasian di Indonesia, terutama berkaitan dengan pengembangan potensi
sediaan
hydrocolloid
piroksikam sebagai
diabetic wound healing
. 1.6.
Luaran yang Diharapkan
Luaran yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu mengetahui konsentrasi HPMC yang optimal serta pengaruhnya terhadap sifat dan
stabilitas fisikokimia
hydrocolloid matrix diabetic wound healing
piroksikam.
1.7. Manfaat Penelitian
1.7.1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui konsentrasi HPMC yang optimal dalam pembuatan
hydrocolloid matrix diabetic wound healing
piroksikam dan dapat dijadikan acuan dalam penelitian berikutnya.
1.7.2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat membuktikan secara ilmiah daya penyembuhan luka diabetik oleh piroksikam dalam formulasi
hydrocolloid matrix diabetic wound healing
yang optimal. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Penyembuhan Luka Normal
Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomi normal. Luka dikategorikan sebagai luka akut dan luka kronis berdasarkan lamanya waktu
penyembuhan. Luka akut adalah luka dengan proses penyembuhan sesuai jalur penyembuhan luka normal dan berlangsung dalam 8-12 minggu,
sedangkan luka kronis adalah luka dengan proses penyembuhan yang tidak sesuai jalur penyembuhan luka normal dan berlangsung lebih dari 12 minggu
Boateng
et al.
2008. Proses penyembuhan luka pada orang normal terjadi dalam empat
fase, yaitu koagulasi; inflamasi; proliferasi; dan
remodelling
. Fase koagulasi dimulai segera setelah terjadi luka yaitu ketika platelet mengagregasi luka
untuk memfasilitasi pembentukan benang fibrin yang diubah menjadi matriks sementara dengan bergabungnya fibronectin. Agregat platelet akan
mensekresi mediator khusus untuk memanggil makrofag dan fibroblast ke lokasi luka. Fase inflamasi ditandai dengan keluarnya neutrofil dan makrofag
dari pembuluh darah menuju lokasi luka untuk fagositosis jaringan yang rusak dan mikroorganisme oportunistik. Sitokin proinflamasi akan merekrut sel
inflamasi ke lokasi luka dan menginduksi migrasi sel untuk fase selanjutnya Hamed
et al.
2014. Fase proliferasi meliputi epitelisasi, fibroplasia, angiogenesis, dan
kontraksi. Fase ini diawali saat fase inflamasi berlangsung dan berakhir ketika jaringan granulasi terbentuk pada luka.
Growth factor
yang disekresikan oleh makrofag di lokasi luka, merangsang angiogenesis dengan menginduksi
pertumbuhan dan proliferasi sel endotelium. Pembentukan jaringan granulasi memungkinkan terjadinya epitelisasi dan penutupan luka terbuka. Fase
remodelling
meliputi pengakhiran proses inflamasi dan
scarforming
, pemulihan morfologi jaringan normal, dan reorganisasi matriks kolagen
sepanjang garis ketegangan kulit. Pada saat yang sama, sel-sel yang tidak lagi diperlukan untuk penyembuhan luka dihilangkan dengan apoptosis Hamed
et al.
2014.
2.2. Penyembuhan Luka Diabetik
Salah satu penyebab tertundanya proses penyembuhan luka pada penderita diabetes adalah ketidakseimbangan akumulasi komponen matriks
ekstraseluler dengan MMPs dan TIMPs Lobmann
et al.
2002. MMP-9 adalah kelompok enzim zinc-
dependent
proteinase dengan aktivitas proteolitik terhadap matriks ekstraselular. MMP-9 dikenal sebagai anti-
fibrosis karena kemampuannya untuk mendegradasi dan merombak matriks ekstraseluler Zhang
et al.
2015.
21 MMP-9 yang jumlahnya berlebih pada penderita DM disebabkan oleh
meningkatnya produksi radikal bebas dengan mekanisme reaksi redoks akibat keadaan hiperglikemia. Disfungsi endothelial NO
synthase
bersama dengan aktivasi NADPH-
dependent
oxidase bertanggung jawab dalam peningkatan produksi superoksida di jaringan pembuluh darah. Mekanisme stres oksidatif
yang diinduksi glukosa menaikkan regulasi transkripsi dan aktivitas MMP-9 di sel endotel yang dapat mempengaruhi perkembangan lesi aterosklerotik
Uemura
et al.
2001. Penundaan penyembuhan luka diabetes juga disebabkan oleh
meningkatnya apoptosis, berkurangnya angiogenesis, dan menurunnya re- organisasi jaringan oleh serat kolagen Asai
et al.
2012. Kolagen merupakan salah satu komponen matriks ekstraseluler yang berfungsi untuk memberikan
kekuatan dan integritas pada jaringan Enoch and Leaper 2007. Jumlah MMP-9 yang berlebih mengakibatkan berkurangnya jumlah kolagen sehingga
memperlambat proses penyembuhan luka Lobmann
et al.
2002.
2.3. Ulkus Kaki Diabetik