Representasi Eksploitasi Perempuan Indonesia dalam Iklan Pond's White Beauty

(1)

(Analisis Wacana Kritis Sara Mills Tentang Representasi Eksploitasi

Perempuan Indonesia Dalam Iklan POND`S WHITE BEAUTY

Perempuan Selalu Ingin Yang Terbaik )

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh Gelar Sarjana (S1)

Program Studi Ilmu Komunikasi, Konsentrasi Humas

Disusun Oleh:

Tisa Ayu Firalanti

41809179

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

(3)

(4)

x

LEMBAR PENGESAHAN ...

i

LEMBAR PERNYATAAN ...

ii

ABSTRACT...

iii

ABSTRAK ...

iv

KATA PENGANTAR ...

v

DAFTAR ISI...

x

DAFTAR TABEL...

xiv

DAFTAR GAMBAR ...

xv

DAFTAR LAMPIRAN ...

xvi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang ...

1

1.2

Rumusan Masalah ...

11

1.2.1

Pertanyaan Makro ...

12

1.2.2

Pertanyaan Mikro ...

12

1.3

Maksud dan Tujuan Penelitian...

12

1.3.1

Maksud Penelitian...

12

1.3.2

Tujuan Penelitian ...

13

1.4

Kegunaan Penelitian...

13

1.4.1

Kegunaan Teoritis ...

13

1.4.2

Kegunaan Praktis ...

14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1

Tinjauan Pustaka ...

15


(5)

xi

2.1.2.3 Tujuan Komunikasi...

20

2.1.2.4 Fungsi Komunikasi ...

21

2.1.2.5 Komponen Komunikasi ...

22

2.1.2.6 Proses Komunikasi...

22

2.1.2.7 Komunikator dan Komunikan...

23

2.1.3 Tinjauan Komunikasi Massa...

24

2.1.3.1 Pengertian Komunikasi Massa...

25

2.1.3.2 Fungsi Komunikasi Massa ...

26

2.1.3.3 Ciri Komunikasi Massa...

28

2.1.3.4 Karakteristik Komunikasi Massa ...

29

2.1.3.5 Bentuk-Bentuk Komunikasi Massa...

32

2.1.4 Tinjauan Tentang Iklan ...

32

2.1.4.1 Elemen Periklanan ...

33

2.1.4.2 Sifat Periklanan ...

33

2.1.4.3 Jenis-Jenis Iklan ...

34

2.1.5

Tinjauan Tentang Wacana...

36

2.1.5.1 Pengertian Wacana...

37

2.1.5.2 Ciri-ciri dan Sifat Wacana...

38

2.1.5.3 Wujud dan Jenis Wacana ...

39

2.1.5.4 Analisis Wacana...

39

2.1.5.5 Analisis Wacana Kritis...

41

2.1.5.5.1 Pengertian Analisis Wacana Kritis...

41

2.1.5.5.2 Karakteristik Wacana Kritis ...

42

2.1.5.6 Analisis Wacana Kritis Feminisme ...

46

2.1.6

Tinjauan Tentang Perempuan ...

49

2.1.6.1TinjauanTentang Perempuan Indonesia ...

49

2.1.6.2Tinjauan Perempuan Indonesia dari Massa Ke Massa

50


(6)

xii

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1

Objek Penelitian ...

63

3.1.1 Sejarah PT.Unilever Tbk...

63

3.1.2 Sejarah PONDS...

66

3.1.3 Perkembangan PONDS...

69

3.1.4 Perkembangan Iklan PONDS White Beauty ...

71

3.2

Metode Penelitian ...

73

3.2.1 Desain Penelitian...

77

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data...

80

3.2.2.1 Studi Pustaka...

80

3.2.2.2 Studi Lapangan ...

81

3.2.3 Teknik Penentuan Informan ...

82

3.2.4 Teknik Analisis Data ...

82

3.2.5 Uji Keabsahan Data...

85

3.2.5.1 Credibility (Validitas Internal)...

85

3.2.5.2 Transferbility (Validitas Eksternal) ...

85

3.2.5.3

✁ ✂✄ ☎✆ ✝✞✄ ✟✂ ✠✄ ✡✄

...

86

3.3

Lokasi dan Waktu Penelitian ...

88

3.3.1 Lokasi Penelitian...

88

3.3.2 Waktu Penelitian ...

88

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...

90

4.1

Deskripsi Informan Penelitian ...

90


(7)

xiii

4.3.1.2 Posisi Objek...

99

4.3.2 Posisi Penulis-Pembaca...

101

4.3.2.1 Posisi Penulis...

101

4.3.2.2 Posisi Pembaca ...

104

4.4

Pembahasan Penelitian...

113

4.4.1 Posisi Subjek-Objek ...

123

4.4.1.1 Posisi Subjek...

123

4.4.1.2 Posisi Objek...

131

4.4.2 Posisi Penulis-Pembaca...

135

4.4.2.1 Posisi Penulis...

135

4.4.2.2 Posisi Pembaca ...

139

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan ...

142

5.2

Saran ...

145

DAFTAR PUSTAKA ...

147

LAMPIRAN-LAMPIRAN ...

151


(8)

xiv

Tabel 3.1

Informan Penelitian ...

82


(9)

xv

Gambar 2.1

Istilah Penting dalam Mendefinisikan Komunikasi...

17

Gambar 2.2

Kerangka Representasi Ekspoitasi Perempuan Indonesia

dalam Iklan Pons`s White Beauty Perempuan Selalu

Ingin Yang Terbaik

..

62

Gambar 3.1

Gambar Pond`sWhite Beauty ...

67

Gambar 3.2

Potongan Iklan

..

68

Gambar 3.3

Pemetaan Pemikiran Sara Mills

. ...

79

Gambar 3.4

Komponen-Komponen Analisis Data Model Kualitatif

83


(10)

xvi

Lampiran 1

Pedoman Wawancara ...

152

Lampiran 2

Biodata Informan 1 ...

155

Lampiran 3

Hasil Wawancara ...

156

Lampiran 4

Biodata Informan 2 ...

162

Lampiran 5

Surat Persetujuan Menjadi Pembimbing Skripsi...

163

Lampiran 6

Lembar Revisi Skripsi...

164

Lampiran 7

Surat Rekomendasi Pembimbing untuk Mengikuti Sidang Sarjana .

165

Lampiran 8

Berita Acara Bimbingan...

166


(11)

v

egala puji dan s

ukur peneliti panjatkan han

a kepada

✌✍ ✎

an

ang

✑✒

ha

✓✔✒

, yang mana atas segala berkat dan anugerah-Nya yang telah memberikan

kekuatan, kesehatan, keyakinan dan jalan serta kesabaran pagi peneliti dalam

menyelesaikan Proposal Usulan Penelitian (UP) ini. Adapun pembuatan Proposal

Usulan

Penelitian

yang berjudul

Representasi

Eksploitasi

Perempuan

Indonesia Dalam Iklan POND`s White Beauty Perempuan Selalu Ingin

Yang Terbaik (Analisis Wacana Kritis Sara Mills Tentang Representasi

Eksploitasi Perempuan Indonesia dalam Iklan POND`s White Beauty

Perempuan Selalu Ingin Yang Terbaik )

untuk mengajukan penelitian.

Peneliti sangat menyadari bahwa adanya peran berharga dari orang-orang

hebat disisi peneliti yang bersedia membagi hidupnya untuk bersama-sama

merasakan apa yang peneliti alami, hadapi dan rasakan. Dengan segala

kerendahan hati, peneliti ucapkan terimakasih sedalam dalamnya kepada kedua

orang tua ku

Mamah dan Papah

atas segala cinta, kasih dan sayang mewarnai

kehidupan peneliti dan selalu setia mendukung peneliti, memberikan kekuatan

moril dan memenuhi kebutuhan materil peneliti.

Mamah selalu mengajarkan peneliti untuk selalu berusaha memberi yang

terbaik yang bisa dilakukan, menjadi perempuan yang mandiri dan bertanggung

jawab. Mengajarkan peneliti untuk bisa memanfaatkan waktu dengan baik dan

terus mensyukuri apa yang telah Allah swt berikan untuk peneliti. Papah yang


(12)

vi

Kepada kedua adik peneliti

Indra Fajar Setiawan

dan

Dewi Ratih

terimakasih untuk selalu mendukung, perhatian dan selalu mendoakan peneliti

untuk terus berusaha tanpa mengeluh untuk memberikan hasil yang terbaik pada

penelitian ini. Kalian adalah penyemangat dan tiang penyanggah hidupku dan

merupakan hal terbaik yang aku miliki didalam hidup dan yang telah membentuk

ku menjadi seseorang yang lebih baik dan istimewa, juga mengajarkan ku menjadi

sosok yang kuat, tegar, dewasa dan kuat. Aku akan selalu berusaha untuk menjadi

dan memberikan yang terbaik bagi kalian.

Peneliti sadari sepenuhnya bahwa tanpa adanya dukungan, dorongan dan

bimbingan serta bantuan dari beberapa pihak dalam proses penyusunan Proposal

Usulan Penelitian ini, peneliti tidaklah mampu untuk menyelesaikan Proposal

Usulan Penelitian. Untuk itu pada kesempatan ini, dengan segala ketulusan dan

kerendahan hati peneliti ingin menyampaikan rasa terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1.

Yth. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A

selaku Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Komputer

Indonesia (UNIKOM), yang telah memberikan penandatanganan surat izin

dan surat-surat administrasi lainnya yang diajukan peneliti.


(13)

vii

peneliti melakukan penelitian ini.

3.

Yth. Ibu Melly Maulin P., S.Sos., M.Si,

selaku Sekretaris Program Studi

Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Komputer Indonesia. Selaku dosen tetap Program Studi Ilmu Komunikasi

yang banyak memberikan ilmunya kepada peneliti melalui proses

perkuliahan.

4.

Yth. Bapak Sangra Juliano M.I.Kom

selaku Dosen Wali selama peneliti

mencari ilmu di Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia. Terimakasih

untuk semua saran dan ilmunya.

5.

Ibu Rismawaty, S.Sos, M.Si

, selaku dosen tetap Program Studi Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer

Indonesia. Selaku dosen tetap Program Studi Ilmu Komunikasi yang

banyak memberikan ilmunya kepada peneliti melalui proses perkuliahan.

6.

Ibu Desayu Eka Surya, S.Sos, M.Si

, selaku dosen tetap Program Studi

Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Komputer Indonesia yang telah banyak memberikan nasihat, masukan,

semangat kepada peneliti selama proses perkuliahan.

7.

Seluruh Jajaran Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi

, Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia. Bapak


(14)

viii

telah memberikan banyak ilmunya melalui proses perkuliahan serta

diskusinya, memberikan semangat dan masukan kepada penulis.

8.

Yth. Ibu Asrti Ikawati., A.Md., Kom.,

selaku sekertariat Program Studi

Ilmu Komunikasi dan Public Relation FISIP UNIKOM, yang telah

membantu kelancaran administrasi untuk melaksanakan perkuliahan.

9.

Kepada M. Bashir Alfattah

terima kasih atas motivasi dan tempat untuk

berdiskusi serta bertukar pikiran, sehingga aku dapat melangkah dengan

pasti.

10.

Kepada Citra Mustikawati, Waritsa Asri, Reza Anindita Ramdhan

terima kasih atas waktu dan bimbingannya untuk aku, sehingga aku paham

dan mengerti apa yang harus aku kerjakan. Tak ada kata jenuh untuk selalu

berdiskusi dengan kalian. Terima kasih telah membantu aku melihat dan

mempelajari apa yang tidak dipahami dan tidak diketahui dalam hidup ini.

11. Kepada Cristina Novia Olga, Milla Hanifah dan Rio Rahadian

terima

kasih telah menjadi teman berdiskusi dan selalu memberi pandangan baru

yang menjadikan ku lebih paham arti berteman.

Peneliti juga mengucapkan banyak terimakasih kepada keluarga besar

IK-5 2009 serta keluarga besar Gagak House Fazar, Tian, Arya, Budi, Al, Lani, Ayu,

Isma, Anisyah, Santi, Manda, Disty, Wiwit, Gita, Dewi, Tya, Ririn, Berry, Aef,

Melvin, Candra, Tiar, Sigit,Adit, Aldi untuk arti pertemanan, dan pengalaman


(15)

ix

yang aku miliki.

Terima kasih untuk keluarga besar IK Humas 1 2009, Ria, Dienda, Icut,

Cha-Cha dan semuanya untuk diskusi, dan saling membantu dan memberi

semangat satu sama lain. Tidak bosan untuk saling bertukar pengetahuan.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan yang berlimpah bagi

orang-orang yang telah membantu peneliti dengan segala kesabaran dan

keikhlasannya.

Akhir kata untuk kesempurnaan laporan ini, peneliti mengharapkan

koreksi dan saran dari pembaca serta menerima masukan dan kritik tersebut

dengan hati terbuka, sehingga di masa yang akan datang laporan ini dapat menjadi

bahan yang lebih baik, lebih menarik dan lebih bermanfaat lagi. Amin.

Bandung, Juli 2013

Peneliti

Tisa Ayu Firalanti

NIM: 41809179


(16)

147

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Bourdieu Pierre. 2010. Dominasi Maskulin. Yogyakarta : Jalasutra.

Brooks, Ann. 2011. Posfeminisme & Cultural Studies. Yogyakarta: Jalasutra.

Cangara, Hafied. 2004.

Pengantar Ilmu Komunikas

i. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada

Darma, Yoce Aliah. 2009.

Analisis Wacana Kritis

. Bandung: Penerbit Yrama

Media.

Effendy, Onong Uchjana. 2002.

Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek

. Bandung:

PT Rosdakarya.

Eriyanto. 2009.

Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media

. Yogyakarta:

PT LkiS Printing Cemerlang.

Gamman, Lorraine, Margaret Marshment. 2010. Tatapan Perempuan, Perempuan

Sebagai Penonton Budaya Populer. Yogyakarta : Jalasutra.

Ibrahim, Idi Subandi. 2004. Komunikasi Empati. Bandung. Pustaka Bani Quraisy.

Hollows, Joanne. 2000. Feminisme Feminitas & Budaya Populer. Yogyakarta :

Jalasutra.

Jackson, Stevi dan Jackie Jones.2009. Teori-Teori Feminis Kontemporer.

Yogyakarta : Jalasutra.


(17)

Jorgensen, Marianne W dan Phillips, Louis J. 2007.

Analisis Wacana: Teori dan

Metode

. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Marshment, Margaret dan Lorraine Gamman. 2010. Tatapan Perempuan.

Yogyakart : Jalasutra.

Mulyana, Prof. Deddy. M.A., Ph. D.2007. Metode Penelitian Komunikasi.

Bandung: PT. Remaja Rosdankarya

Mulyana, Prof. Deddy. M.A., Ph. 2008. Komunikasi Massa. Bandung: Widya

Padjadjaran.

N. Hidayat, Dr. Dedy. 2001. Analisis Wacana. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta

Prabasmoro, Aquarini Priyatna. 2003. Becoming White. Bandung: Matahari.

Saifudin, Azwar.1995. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta.

Pustaka Pelajar

Singaribun dan S. Effendi.1983. Metode Penelitian Survei.. Jakarta. LP3s

Sugiyono.2001. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :

Alfabeta.

Sobur, Alex. 2002.

Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,

Analisis Semiotik, dan Analisis Framing.

Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.


(18)

Wilson, Stan Le Roy. Mass Media/Mass Culture: An introducition. New York:

Random House, 1989.

Jurnal:

Darwin, Muhadjirin. Gerakan Perempuan Indonesia Dari Masa Ke Masa. Jurnal

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. 2004.

Skripsi:

Asri, Waritsa. 2011. Representasi makna cantik pada teks iklan dengan analisis

wacana kritis Sara Mills mengenai Perempuan dalam media massa pada

iklan Citra Purly White UV Universitas Komputer Indonesia.

Mustikawati, Citra. 2011. Emansipasi Wanita Dalam Pemikiran R.A. Kartini

dengan studi Hermeneutika makna Emansipasi Wanita dalam buku Habis

Gelap Terbitlah Terang.

Penelusuran Data Online:

http://dipewein.wordpress.com/2008/06/09/proposal-penelitian-ekspresi-emosi-dalam-iklan-pond

diakses tanggal 25 Mei 2012, jam 20.39

http://www.terbaca.com/2010/12/pengertian-wanita.html

diakses tanggal 25 Mei

2012, jam 22.15

http://www.unilever.co.id/id/brands/personalcarebrands/ponds/index.aspx

diakses

tanggal 25 Mei 2012, jam 22.34

http://www.unilever.co.id/id/aboutus/ourhistory/

diakses tanggal 19 Januari 2013,

Jam 16.34


(19)

http://www.youtube.com/watch?v=c8uEhxqT-F4

diakses tanggal 2 April 2013,

Jam 20.17

http://en.wikipedia.org/wiki/Ogilvy_%26_Mather

diakses tanggal 2 April 2013,

Jam 20.19

http://en.wikipedia.org/wiki/Puteri_Indonesia

diakses tanggal 3 April 2013, Jam

09.28


(20)

1

1.1 Latar Belakang Masalah

✿❀❁❂ ❃

, karakter, ideologi perempuan dalam majalah, surat kabar, billboard,

televise, iklan sesungguhnya berfungsi, sebagaimana dinyatakan oleh Karen

Johnson dan Tom Ferguson dalam karya merka,

❄❅❆ ❇ ❈❉❊❋ ● ❍❇ ❆ ❈■❏

ves: The

Sourcebook on Psyhology for Women

(1990), sebagai cermin perempuan

(

women`s mirror

) . Namun sayangnya, cermin itu tidak dengan sendirinya

menggambarkan kealamian dan keautentikan dunia perempuan, karena tidak

jarang perempuan malah mempromosikan standar kehidupan yang tidak

realistis (Subandi: 2005: 115-116).

Standar kehidupan yang tidak realistis dan tidak mungkin untuk digapai itu

justru menyebabkan perempuan merasa cemas. Tidak sedikit perempuan

modern sekarang yang mengidap sindrom

Anorexia Nervosa

, kecemasan akan

kegemukan, sehingga selalu berusaha sekuat tenaga untuk merawat tubuh agar

tetap ramping dengan diet ketat atau memoles diri dengan bantuan industry

kecantikan seperti operasi pelastik, sedot lemak untuk mendapatkan hasil yang

terbaik sesuai kaca mata perempuan.

Janice Winship pun berpendapat mengenai relasi-relasi ideology gender

dan kapitalisme di balik penggambaran dan pencitraan perempuan dalam iklan

di majalah-majalah perempuan dalam

Sexuality for Sale

yaitu:

Perempuan tidak hanya melihat diri merka sebagaimana laki-laki

melihat merka, tetapi didorong untuk menikamti seksualitas merka

melalui mata laki-laki (Subandi, 2004 :115).


(21)

Citra, karakter, ideologi ideal dan terbaik yang secara terus menerus

dikonstruksi dan ditanamkan serta disosialisasikan lewat atau oleh media ini

perlahan tapi pasti telah berubah menjadi standar budaya mengenai kecantikan

perempuan mengendap dalam kesadaran kita dalam kacamata kapitalis yang

merupakan konsep terbaik perempuan di mata para laki-laki. Standar inilah

yang kemudian menggiring perempuan ke perburuan kecantikan yang tanpa

akhir dalam siklus pencarian kepuasan untuk menjadi yang terbaik.

Hal inilah yang pada gilirannya telah membawa kepada ketersiksaan batin

perempuan, terutama jika merka tidak berhasil memenuhi standar ukuran

tubuh yang terbaik, standar wajah yang terbaik, standar kecantikan yang

terbaik atau standar kepribadian yang terbaik sebagaimana yang dikonstruksi

dan diinjeksikan oleh dan melalui media kedalam rahim kesadaran perempuan

modern.

Tak heran, dengan munculnya kesepian ditengah hiruk pikuk budaya

massa, bujuk rayu komoditas pun telah menggiring perempuan-perempuan

yang merasa tidak memenuhi standar budaya kecantikan yang terbaik ini

kemudian lari ke sesuatu yang bias di jadikan

❑▲ ▼▲ ◆❖▲

atau obat penenang.

Dalam hal ini media massa justru merupakan sarana terpenting untuk

mempengaruhi konstruksi social tersebut. Secara tidak langsung penafsiran

pesan-pesan media melibatkan penemuan makna-makna yang dihasilkan

justru menunjukan bagaimana pesan itu berasal dan tersebar.


(22)

Bertolak dari gagasan diatas, terdapat asumsi bahwa berita juga bisa dilihat

sebagai ideologi (

P ◗

ws as ideology

). Sebagai konsekuensinya lahirlah upaya

penafsiran sepihak dalam tingkatan yang ekstrim juga pemiskinan makna

terhadap fakta atau realitas sosial. Dengan makna baru tadi ada upaya untuk

mengkonsepsikan realitas secara simplistik lewat kehadiran media. Tidak

hanya berupa media massa dalam pengertian konvensional tapi justru

merembas ke seluruh ekspresi komunikasi manusia. Maka, tidak jarang,

wajah yang kita saksikan sesungguhnya hanyalah

surface

bukan

substance.

Inilah akar kelemahan ketika realitas sudah dimediakan, apalagi jika hal ini

membawa beban-beban ideologis yang akan mendistorsi bahasa media.

Dalam pengertian yang bersifat ideologis hadir tidak hanya sebagai

penyalur ampuh muatan-muatan ideologis. Dengan kata lain, media tidak

hanya menjadi transmiter ideologi, tapi sekaligus telah menjelma menjadi

ideologi itu sendiri. Karenanya media bisa muncul sebagai ancaman, bilamana

logika pesan media tunduk kepada sekelompok orang yang disinyalir akan

mendistrosi bahasa atau pesan media untuk mengendalikan pikiran khalayak

dalam memahami realitas sesungguhnya.

Hal ini terjadi terhadap pemikiran atau pandangan perempuan di

Indonesia. Dimana, tidak sedikit perempuan yang lari untuk melakukan silicon

setelah merasa tidak puas dengan ukuran payudara yang diidealkan oleh

model-model perempuan bertampang komersial yang sering menghiasi

media-media popular. Tidak sedikit pula yang memoles diri dengan obat-obatan atau

cream tertentu untuk memelihara kulit, wajah, atau bagian tubuh tertentu agar


(23)

tetap menggairahkan dan mempesona untuk menjadi perempuan Indonesia

yang memiliki citra terbaik dihadapan khalayak luas. Sementara perempuan

Indonesia pada zaman dahulu, seperti yang dikutip dari Citra Mustikawati,

Emansipasi Wanita dalam pemikiran R.A. Kartini, yaitu: Perempuan dituntut

untuk menjaga nada suara, sikap, perilaku, pakaian bahkan cara perempuan

berjalan.

Sosok R. A. Kartini dapat mewakili citra, karakter, ideologi perempuan

Indonesia pada zaman dahulu. Jika perempuan Indonesia itu memiliki paras

yang cantik natural, merupakan paras terbaik perempuan Indonesia. Tindak

tutur yang sopan serta tertata baik dalam nada dan pengucapan, menggunakan

pakaian yang sopan dengan kebaya sebagai identitas perempuan Indonesia.

Selain itu perempuan Indonesia memiliki wawasan yang luas dan pemberani

tanpa mengenal lelah. Hal ini dapat dicerminkan bagaimana R. A. Kartini

berjuang untuk mendapatkan kedudukan yang layak baik untuk perempuan di

Indonesia yang tidak lagi terbelenggu. Hingga pada akhirnya kedudukan

perempuan perlahan mendapat kesetaraan hak dengan kaum laki-laki.

Perempuan mulai memasuki ranah-ranah penting dalam segala aspek

kehidupan baik, dalam dunia pendidikan, ekonomi, politik serta dunia sosial.

Saat ini pada salah satu ajang kecantikan di Indonesia, yaitu Puteri

Indonesia yang telah diselenggarakan sejak tahun 1992 oleh Yayasan Puteri

Indonesia yang diketuai oleh Mustika Ratu dan disponsori oleh perusahaan

kosmetik Mustika Ratu. Puteri Indonesia yang terpilih akan mewakili

Indonesia atau duta-duta bangsa pada kegiatan-kegiatan yang bertaraf


(24)

internasional. Perempuan yang dapat ikut serta dalam ajang Puteri Indonesia

salah satunya harus memiliki wawasan yang luas serta berpengetahuan umum

dan

penilaian pada ajang Puteri Indonesia terdiri dari kecerdasan,

berpenampilan menarik dan berprilaku baik. Ketiga hal tersebut telah

mewakili gambaran perempuan Indonesia.

Tidak ada spesifikasi jika perempuan yang dapat ikut serta untuk mewakili

Indonesia keajang kecantikan Internasional harus memiliki kulit yang putih,

karena pada dasarnya yang dapat mewakili gambaran perempuan Indonesia

bukanlah yang berkulit putih dan sexy melainkan yang berwawasan luas,

bertidak dan bertutur kata yang sopan serta berwawasan luas itu gambaran

perempuan Indonesia yang memiliki hal yang terbaik seharusnya yang akan

mewakilkan Indonesia ke kancah Internasional.

Karena itu, tak perlu heran jika kemudian industri kecantikan dan

kosmetik serta perawatan tubuh telah berjamur di Tanah Air kita karena telah

menjadi bisnis besar yang menjanjikan yang di manfaatkan dengan baik oleh

para kapitalis. Belum pernah ada sebelumnya urusan kuku, bibir, alis, bulu

telah menjadi topik seminar atau

❘❙ ❚❯❱ ❲ ❳❨

yang dihadiri begitu banyak orang

dan perempuan khususnya seperti yang telah marak akhir-akhir ini. Media

mengkonstruksi kriteria-kriteria terbaik mengenai tubuh, cantik, penampilan

diri dan kepribadian yang berkiblat pada ideologi pasar kapitalisme.

Pada saat bersamaan industri mode dan perkara bagaimana cara

berpenampilan juga kian menjamur bersamaan dengan kehausan orang,

perempuan khususnya akan budaya penampilan diri yang saat ini sudah mulai


(25)

bergeser secara mendasar kepada tubuh. Sebuah cerminan budaya pemujaan

tubuh (

fetishisme of body

).

Sebagaimana dinyatakan Johnson dan Ferguson (1990), Perempuan perlu

belajar untuk menerima ukuran bodi merka yang normal untuk melawan citra,

karakter, ideology ideal dan terbaik perempuan langsing yang dipromosikan

oleh media dan kebudayaan kita (Subandi: 2004: 118).

Hal ini, sesungguhnya terjadi pergeseran citra, karakter, ideologi

perempuan ideal dan terbaik yang terus menerus di bombardir lewat media

akhir-akhir ini harus dipahami sebagai bagian signifikan dari pengukuhan

ideologi gender dan kapitalisme yang menjadikan wanita sebagai objek dan

sekaligus komoditas. Kenyataan inilah yang sesungguhnya telah berperan

dalam menciptakan kekerasan berwajah baru terhadap perempuan yang kini

tengah beroperasi di balik kapitalisme media. Sebagai mana dikemukakan

Ashandi Siregar (1995), dalam iklan komersial pandangan hegemonic laki-laki

secara otomatis akan menjadikan perempuan dan daya tarik seksual merka

sebagai objek (Mulyana, 2008: 82).

Ironisnya, banyak kaum perempuan sendiri tidak menyadari bias iklan

tesebut, bahkan menganggapnya menjadi hal yang wajar dan tidak perlu

menggugatnya. Seharusnya perempuan lebih peduli akan bias iklan agar

dirinya tidak tereksploitasi. Contoh eksploitasi perempuan dalam iklan yaitu

ketika tokoh perempuan yang muncul, sosok perempuan itu sering dianggap

lemah, emosional, bodoh, dan dikaitkan dalam hubungannnya dengan laki-laki

untuk menyenangkan laki-laki. Sementara jika tokoh laki-laki muncul dalam


(26)

iklan, tokoh itu digambarkan agresif, pemberani, jantan, mandiri, kuat, tegar,

berkuasa, pintar dan rasional. Terlihat jelas perbedaan ketika perempuan dan

laki-laki di gambarkan. Begitu juga sebuah iklan kecantikan bagi perempuan

dalam televise melukiskan bahwa setelah perempuan tersebut memakai

produk yang diiklankan, laki-laki melirik, menghampiri, dan semakin lengket

kepadanya seperti perangko. Bahkan dalm iklan kopi pun membuat seorang

perempuan yang tadinya ngambek menjadi lebih baik kembali setelah

disuguhi kopi oleh pasangannya. Adajuga sebuh iklan yang menggambarkan

seorang perempuan yang mampu menundukkan pasangannya untuk betah

tinggal dirumah, yang tadinya sering rapat, setelah ia mendapatkan nasihat

dari seorang perempuan lain yang lebih tua dan lebih berpengalaman untuk

minum jamu tertentu dan meminumnya. Disini perempuan hanya dianggap

objek pemuas laki-laki, sebagai makhluk yang nilai-nilanya terletak pada fisik.

Kebanyakan perempuan dilukiskan dalam iklan-iklan itu sedang berada

didapur atau kamar mandi dalam rangka membantu menjualkan

produk-produk rumah tangga yang dihasilkan sponsor iklan tersebut. Dalam hal ini,

ikalan televisi mempunyai daya untuk mengkonstruksi perempuan-perempuan

palsu yang memainkan peran-peran palsu dan lingkungan-lingkungan

palsu . Ironisnya perempuan pun berkolusi dalam merkayasa realitas palsu

dan mitos-mitos tersebut. Kita dipaksa mempercayai apa yang tidak

seharusnya tidak kita percayai. Tanpa mempersoalkan bias yang ada dalam

iklan televise tersebut secara sungguh-sungguh. Kita terlalu mudah menerima

kebohongan-kebohongan alih-alih fakta.


(27)

Marshall McLuhan selaku kritikus media terkemuka menegaskan bahwa

iklan sebagai karya seni terbesar di abad 20. Iklan sering dianggap sebagai

penentu kecenderungan, tren, mode dan bahkan dianggap sebagai pembentuk

kesadaran manusia modern (Chaney, 2011:119 dikutip dari Mulyana, 2008 :

84).

Hal ini terjadi pada PT. Unilever Indonesia Tbk, yang merupakan salah

satu perusahaan multinasional yang memproduksi banyak jenis produk yang

memenuhi kebutuhan konsumen dengan nama merk yang berbeda-beda.

Perusahaan ini harus mampu mengenalkan merk-merk yang merka produksi

agar dikenal oleh konsumen. Persaingan antar perusahaan yang tinggi,

khususnya diantara perusahaan sejenis membuat para pemasar atau produsen

sadar bahwa merka tidak dapat lagi berfokus pada produk yang dihasilkan

tetapi juga harus lebih memperhatikan bagaimana membangun suatu merk.

Banyak cara yang dilakukan perusahaan agar produk yang merka jual

dapat dibeli oleh konsumen, dan produk yang merka jual dapat bertahan lama

dipasar dan dapat bersaing dengan produk-produk lain yang serupa. Salah satu

cara

perusahaan

mempromosikan

produknya

adalah

dengan

cara

mengiklankannya produk-produk tersebut di media-media yang ada. Iklan

yang dibuat haruslah memiliki ide yang kreatif agar iklan yang dipasarkan

dapat dilihat oleh masyarakat yang kemudian akan membeli produk tersebut.

Menurut John W. Santrock dalam

❩❬ ❭❪❫❴ ❵❴ ❛ ❭ ❜ ❫❝ ❞ ❪❡❝❢ ❪❝ ❴ ❣ ❤ ❡❢✐ ❥ ❢✐


(28)

Iklan, terutama iklan televisi, adalah sebuah aktivitas yang berada di

dalam dunia komunikasi, karena kerja iklan juga menggunakan prinsip

komunikasi. Iklan televisi merupakan media untuk mengkonsumsikan

individu (masyarakat pemirsa) dengan materi yang diiklankan. Dan untuk

membangkitkan citra produk yang diiklankan, maka digunakan simbol-simbol

untuk membangun citra, makna, serta kesadaran terhadap sebuah realitas

sosial. Salah satu simbol-simbol itu adalah citra atau

♥♦♣ qr

serta

s♣qr t♥ ✉r

,

yang dapat disajikan dalam bentuk verbal maupun nonverbal, yaitu melalui

pesan visual (Mulyana, 2008: 89).

Realitas sosial sendiri kini cenderung oleh dominasi dominan yaitu media

itu sendiri, maka dari karena itu peneliti mengambil analisis wacana kritis dari

Sara Mills yang menitik beratkan pada wacana feminisme. Bagaimana

perempuan ditampilkan dalam teks, baik novel, gambar, foto ataupun juga

berita dalam membongkar cantik yang terselubung dalam suatu produk

kecantikan melalui iklan yang ada serta peneliti memilih iklan POND`s

✈✇♥sr

①r♣ ②s

y

dengan tage line Perempuan Selalu Ingin Yang Terbaik .

Pond s ditujukan untuk perempuan remaja dan dewasa yang memiliki

beberapa jenis produk diantaranya Pond s

white beauty shake & clean

, Pond s

perfect care shake & clean

, Pond s

complete care

. Dalam mengelola merk

dapat dilakukan dengan membangun dan mengelola identitas merk. Produsen

yang sadar bahwa identitas diri suatu merk mendorong merk Pond s memiliki

image

yang baik, disamping itu juga dengan proporsi nilai merupakan

pendorong konsumen untuk terciptanya loyalitas terhadap merk.

Pengalaman menggunakan suatu merk tersebut membuat konsumen ingin

melakukan pembelian secara berulang baik secara emosional maupun

fungsional.

Merk Pond s yang memiliki

customer value

yang kuat bisa

menumbuhkan jalinan antara merk dan konsumen. Karena merk yang


(29)

mempunyai identitas yang kuat biasanya memiliki hubungan emosional

dengan para pelanggan setia dan terciptanya loyalitas terhadap merk tersebut.

Customer value

berkaitan dengan konsekuensi yang dapat berupa keuntungan

atau pengorbanan atau penggunaan.

Dengan memiliki

customer value

yang kuat untuk menciptakan loyalitas

merk akan mudah diraih. Saat ini produk perawatan wajah merupakan

kebutuhan penting bagi Perempuan Indonesia agar memiliki kulit wajah yang

sehat. Kriteria produk perawatan wajah yang diinginkan konsumen

diantaranya dapat disesuaikan dengan tipe kulit wajah dan kebutuhan dari

konsumen. Pond s merupakan jawaban dari masalah yang dihadapi

Perempuan Indonesia, dimana Pond s selalu menghadirkan produk-produk

yang diminati oleh Perempuan Indonesia melalui inovasi-inovasi secara terus

menerus sehingga kepercayaan konsumen terwujud dan konsumen setia untuk

selalu menggunakan produk unilever tersebut. Kesetiaan pelanggan tidak

mudah diraih, tetapi memerlukan proses panjang untuk meyakinkan bahwa

Pond s merupakan salah satu produk perawatan kecantikan terbaik.

Ponds sadar betul akan kaum hawa yaitu perempuan mulai dari remaja

hingga perempuan dewasa yang menjadi sasaran utama atau pasar yang di tuju

oleh pond`s menjadi konsumen merka. Pond`s mempelajari apa yang

dinginkan dari setiap perempuan di dunia ini tak terkecuali Perempuan

Indonesia. Siapa yang tidak ingin yang terbaik dalam hidupnya? Semua orang

pasti ingin yang terbaik dalam hidupnya. Hal ini memiliki makna yang cukup


(30)

penuh arti dan pond`s sadar akan hal itu. Sehingga muncul

③④ ⑤⑥ ⑦⑧⑨⑥

dalam

iklan pond`s Perempuan Selalu Ingin Yang Terbaik .

Seperti yang telah dipaparkan diatas, ponds tak cukup dengan memenuhi

kebutuhan Perempuan Indonesia untuk menciptakan loyalitas merka agar tetap

membeli pond`s. dan tak sekedar mengiklankan semata. Iklan yang menarik

dengan

③④ ⑤⑥ ⑦⑧⑨⑥

yang unik serta mewakili perasaan atau kebutuhan

Perempuan Indonesia itu sendiri sebagai konsumen menjadi salah satu

kelebihan dari produk pond`s

white beauty

itu sendiri.

Hal inilah yang menjadi fokus penelitian ini tentang pesan-pesan yang

disampaikan melalui pencitraan perempuan melalui iklan di media massa.

Adapun kondisi sekarang yang menilai bahwa selalu ingin menjadi yang

terbaik itu berhubungan dengan kulit putih, badan langsing seperti wanita

media , yaitu para perempuan yang sering tampil di media-media popular

untuk mengatakan beberapa diantaranya sadar atau tidak telah menempatkan

dirinya sebagai objek tatapan laki-laki (

the gaze of man

).

1.2 Rumusan Masalah

Peneliti mengambil rumusan masalah dalam dua bentuk pertanyaan yaitu

pertanyaan Makro dan pertanyaan Mikro. Pengetian dari pertanyaan makro

adalah inti dari permasalahan yang peneliti ingin teliti, kemudian pertanyaan

mikro merupakan permasalahan yang diteliti berdasarkan teori yang peneliti

pakai sebagai landasan penelitian ini.


(31)

1.2.1 Pertanyaan Makro

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk

menarik rumusan masalah peneliti yaitu,

Bagaimana repesentasi

eksploitasi perempuan Indonesia dalam iklan POND`S

⑩❶ ❷ ❸❹

❺❹❻ ❼❸❽

Perempuan Selalu Ingin yang Terbaik ?

1.2.2 Pertanyaan Mikro

Berdasarkan pada uraian diatas, maka peneliti merumuskan pertanyaan

mikro guna membatasi masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana

posisi subjek-objek

dari repesentasi eksploitasi perempuan

Indonesia dalam Iklan POND`S

❾❿➀ ➁➂ ➃➂➄➅ ➁➆

Perempuan Selalu

Ingin yang Terbaik ?

2. Bagaimana

posisi

penulis-pembaca

dari

repesentasi

eksploitasi

perempuan Indonesia dalam Iklan POND`S

❾ ❿➀➁➂ ➃ ➂➄➅ ➁➆

Perempuan Selalu Ingin yang Terbaik ?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah yaitu pertanyaan makro dan mikro,

maka peneliti mendapati Maksud dan Tujuan dari penelitian ini yaitu:

1.3.1 Maksud Penelitian

Adapun maksud dari penelitian ini adalah untuk menganalisa dan

mendeskripsikan repesentasi perempuan selalu ingin yang terbaik dengan


(32)

analisis wacana kritis Sara Mills mengenai perempuan Indonesia dalam

media massa pada iklan POND`S

➇➈➉ ➊➋➌ ➋➍➎ ➊➏

.

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui

posisi subjek-objek

dari repesentasi eksploitasi

perempuan Indonesia dalam

Iklan POND`S

➇ ➈➉➊➋ ➌➋➍➎➊➏

Perempuan Selalu Ingin yang Terbaik.

2. Untuk mengetahui

posisi penulis-pembaca

dari repesentasi eksploitasi

perempuan Indonesia dalam

Iklan POND`S

➇ ➈➉➊➋ ➌➋➍➎➊➏

Perempuan Selalu Ingin yang Terbaik.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Secara teoritis penelitian ini berguna untuk pengembangan ilmu

komunikasi secara umum dan analisis wacana kritis terutama Sara Mills

dalam teks pada iklan. Membedah berbagai unsur-unsur seputar wacana

kritis dalam menganalisis suatu teks dengan analisis wacana dalam kajian

ilmu komunikasi.


(33)

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Untuk Peneliti

Kegunaan penelitian ini bagi peneliti adalah memberikan tambahan

wawasan pengetahuan ilmu komunikasi tentang analisis wacana, bahwa

memahami suatu teks tidak hanya suatu bentuk tulisan yang tak

bernyawa dan tanpa maksud apa-apa, oleh karena setiap teks itu

memiliki wacana tersembunyi. Dapat dijadikan sebagai pengalaman dan

pengetahuan, khususnya representasi perempuan Indonesia dalam iklan

POND`S

➐➑➒➓➔→➔➣ ↔➓ ↕

perempuan selalu ingin yang terbaik

2. Untuk Akademisi

Semoga penelitian ini dapat pula berguna bagi bidang kajian ilmu

komunikasi, dan juga sebagai tambahan koleksi penelitian ilmiah di

universitas. Diharapkan pula dapat menjadi bahan penerapan dan

pengembangan dalam kajian ilmu komunikasi, dan juga sebagai bahan

perbandingan dan pengembangan referensi tambahan bagi penelitian

dengan tema sejenis tentang analisis wacana.

3. Untuk Masyarakat

Semoga penelitian ini dapat memberikan wawasan serta pandangan

terhadap jati diri perempuan Indonesia. Menumbuhkan rasa bangga dan

selalu bersyukur atas apa yang telah kita miliki. Memberi pandangan

menjadi yang terbaik tak perlu menjadi diri orang lain, cukup menjadi

diri sendiri itu jauh lebih baik.


(34)

15

➫➭➯➝

in

j

➲➳

n

➡➲ ➵➲

u

st

➫➭➯➭ ➯➝➲ ➳➲➸

in

j

➡ ➺➺

n

➲➸

liti

➝➺

r

➻➲➼

u

lu

➽➾ ➚➪➶ ➹➪➘ ➹➘ ➴➷➬➷➚➹

y

➚➹ ➮➱➘✃➶ ➪ ➚➾ ➘ ➹ ➮➚➹ ➪➘ ➹➘ ➴➷➬➷❐ ➚❒➷

y

➚➷➬➶❮➘ ➪✃➘ ➱➘ ➹ ➬➚➱➷ ❰➚❐ ➹ ➚ Ï➚➹ ➬➷❐ ➪➚➾➚ ➬➘❐ ➱ ➷❐➴➚➹ ➾➘ ➹ ➮➚➹ ➚➹➚➴➷➱ ➷➱ Ð➚Ï➚ ➹➚ ❐✃➷➬➷➱ Ñ➚✃➚ Ò➷➴ ➴➱

❰➘ ➹➮➘ ➹➚➷ ➪➘✃➘❰➪➶➚➹ ➾➚➴➚❰ ❰➘➾ ➷➚ ❰➚➱➱ ➚ ➪ ➚➾ ➚ ➷❐➴➚➹ Ó ➷➬✃ ➚ Ô➶✃➴

y

ÕÖ ➷➬➘ ×Ø Ù➴➘Ö Õ➚✃➷➬➱➚ ➽ ➱✃➷

,

❰➚Ö ➚➱ ➷➱Ð➷ ❐Ù ❰➶➹➷❐➚➱➷ ×ÚÛÜÝ Ò ❐Ù➹ ➱➘ ➹➬✃ ➚➱ ➷ ❒➶ ✃ ➹➚➴ ➪ ➚➾ ➚ ➬➚Ö➶➹ Þß à àá Ô➘ ➹➘ ➴➷➬➷ ➷➹➷ ❰➘❰â ➚Ö➚➱ ❰➚❐ ➹ ➚ Ï➚➹ ➬➷❐ ➪➚➾➚

➪➘✃➘❰➪➶ ➚➹ ➾➷❐➚➷➬❐➚➹ ➾➘ ➹ ➮➚➹ ➷❐➴➚➹ Ó➷➬✃➚ Ô➶✃➴

y

ÕÖ➷➬➘ ×Ø ➴➘Ð➚➬ ➚➹ ➚➴➷➱➷➱ Ð➚Ï➚➹ ➚ ❐✃➷➬➷➱ Ñ➚✃➚ Ò➷➴➴➱ á Ô➘✃ ➘❰➪➶ ➚➹ ➱➚ ➚➬ ➷➹➷ ➱➘â ➚➮ ➷➚➹ â ➘ ➱➚✃ â➘✃ ➪ ➷❐ ➷✃

➪➘✃➘❰➪➶ ➚➹ Ï➚➹ ➬➷❐ ➷➬➶ ➚➾ ➚➴➚Ö

y

➚➹➮ ❰➘❰➷➴➷❐➷ ❐➶➴➷➬ ➪➶➬➷Öã â ➚➾➚➹

y

➚➹ ➮ ➴➚➹ ➮➱ ➷➹➮➱➘✃ ➬➚✃➚❰â ➶ ➬Ö➷➬➚❰

y

➚ ➹➮➴➶✃ ➶ ➱➬➘✃ ➮➘✃ ➚➷á

Ô➘ ➹➘ ➴➷➬➷➚➹ ➴➚➷➹➹

y

y

➚➷➬➶ ä ❰➚➹➱ ➷➪➚➱ ➷ Õ ➚➹ ➷➬➚ ➾ ➚➴➚❰ Ô➘❰➷❐➷✃ ➚➹ ❮ á➽ á Ü➚✃ ➬➷➹ ➷ ➾➘ ➹ ➮➚➹ ➱➶ â ❒➶➾ ➶➴ ➱ ➬➶ ➾ ➷ Ö➘✃❰➘ ➹➘➶➬➷❐ ➚ ❰➚❐ ➹ ➚ ➘❰➚➹➱ ➷➪➚➱ ➷ Ð➚➹➷ ➬➚

➾➚➴➚❰â ➶❐ ➶ Ö ➚â➷➱➮➘ ➴➚➪➬➘✃â ➷➬➴➚Ö ➬➘✃ ➚➹ ➮Ù➴➘Ö Ó➷➬✃➚Ò➶➱ ➬➷❐➚Ð➚➬➷❰➚Ö ➚➱ ➷➱Ð➷

å➶ ✃ ➹➚➴➷➱ ➬➷❐ ×Ú ÛÜÝ Ò ➴➶➴➶ ➱ ➚➹ Þß à àá Ô➘ ➹➘ ➴➷➬➷➚➹ ➷➹ ➷ â ➘✃ ➬➶❒➶ ➚➹ ➶➹➬➶ ❐

❰➘ ➹➮➘ ➬➚Ö➶➷ ❐Ù➹➱➘ ➪ ➱➷

,

❐ ➘Ö ➷➾ ➶ ➪ ➚➹➾➚➹ ➪➘✃❒➶ ➚➹ ➮➚➹ ➘❰➚➹➱ ➷➪➚➱ ➷ Ð➚➹ ➷➬➚ ❮

.

.

Ü➚✃ ➬➷➹ ➷

y

➚➹ ➮ ➾ ➷➶➹➮❐➚➪❐ ➚➹ ➾ ➚➴➚❰ ➱➶ ✃ ➚➬

-

➱➶✃➚➬➹

y

➚ ➾ ➚➴➚❰ â➶ ❐➶ Ö➚â ➷➱ ➮➘ ➴➚➪ ➬➘✃â➷➬➴➚Ö ➬➘✃ ➚➹ ➮

.


(35)

æ çèç æéê ëê ì

in

j

éíêì î

n

t

ïê ð ñ

o

m

u

n

ik

òóô õö õ÷ øõù úûüù ý þý÷ õû ýóÿ÷ õ øõ✁ü ý÷õ ýó✂õ✄õ õûõø÷ õú øóø÷û÷ù÷

þÿó✁ ý÷ ☎ õûõø ô ó✄ùþøü✁÷ùõý÷

.

✆óÿ÷ùõ øõ✁ üý÷ õ ☎÷ õø

,

øõ✁ü ý÷ õ ÷ÿü ýó✁☎÷✄÷ ýó ☎õ✁ö øóûõù üùõ✁ ùþøü ✁÷ùõý÷ ☎ó✁ö õ✁ øó✁öùþøü✁÷ùõý÷ùõ✁ ó✄õýõõ✁✁

y

õ

.

✝ õ÷ù ýó✂õ✄õ ýõ☎õ✄ øõü ü✁ ÿ÷ ☎õù

,

øõ✁ üý÷ õ õý ÿ÷ ýóûõûü ô ó✄ùþøü✁÷ùõý÷

.

✞õ✁ üý÷ õ øóøôü ÿüúùõ✁ ù þ øü ✁÷ùõý÷ ü ✁ ÿü ù ôó✄÷✁ÿó✄õùý÷ ÿó✄úõ☎ õ ýóýõøõ

øõ✁ü ý÷ õøõü ü ✁û÷✁öù ü✁öõ✁ýóù÷ÿõ✄

.

✟û øü ù þ øü ✁÷ùõý÷ øó✄ü õùõ✁ ÷û øü ý þý÷ õû ÿó✄õ õ✁ ☎õ✁ ôü ùõ✁ ÿó✄øõý üù

÷û øüý þý÷ õûøü✄✁÷ùõ✄ó✁õ÷û øüý þý÷ õû ÿ÷ ☎õùô ó✄ý÷✠ õÿõôý þûü ÿ øóûõ÷✁ ùõ✁ ☎ õ õÿ

ô ó✄üô õú

-

üôõú ýóý üõ÷ ☎ó✁ö õ✁ ó✄ùóøôõ✁ö õ✁ ✡õøõ✁ ☛ ☞õû ÿó✄ýóôüÿ ☎÷ùõ✄ó✁õùõ✁ ÷û øü ù þ øü ✁÷ùõý÷ ýõ✁öõÿ ó✄õÿ ùõ÷ÿõ✁✁õ

y

☎ó✁öõ✁ ÿ÷✁☎ õù ☎õ✁

ó✄÷ûõù ü øõ✁ üý÷ õ

,

ýó ☎õ✁öùõ✁ ó✄÷ûõùü ☎ õ✁ ÿ÷✁öùõú ûõùü øõ✁ü ý÷ õ ☎ õ õÿ ☎÷ ó✁öõ✄üú÷ þûóúû÷✁öùü ✁ö õ✁øõü ü ✁ ó✄ùóøôõ✁ö õ✁✡õøõ✁ ☛

æçè çæ çè✌í

n

îí

rt

i

ê ìï

o

m

u

n

ik

êð

i

✆þøü✁÷ùõý÷ õ☎ õûõú ✄þýóý ☎÷øõ✁õ ý üõÿü ÷ ☎ó ☎÷õû÷úùõ✁ ☎õ✄÷

ýüøô ó✄ ùó õ☎ õ ýõÿü ó✁ó✄÷øõ õÿõü ûóô ÷ú✍ ☎ó✁öõ✁ øõùý ü☎ ü ✁ ÿü ù

øó✁öüôõú ÿ÷✁öùõú ûõù ü ☛ ✎ó✠÷✁÷ý÷ ÷✁÷ ☎÷ ùóøôõ✁öùõ✁ øó✁ ✡õ☎÷

,

ù þ øü✁÷ùõý÷ õ☎õûõú ý üõÿü ✄þýóý ☎÷øõ✁õ ☎üõ þ✄õ✁ö õÿõü ûóô÷ú


(36)

✏✑✒✓ ✓✑

y

, y

✑✓

y

y

✔✕✓✖✑✏ ✑✔

.

✗✕✘✒✓

✒✓✖✒✙✒✖✚

-

-✖✑✓ ✔ ✕✓

.

✏✒✔✑✒✛ ✜✒✏

, y

,

,

✔✑✢ ✓ ✑✖

✣✤✥ ✤

m

r

st h

n

tin

m

n in

isikn

o

m

u

n

iksi

✦✕✧✕✏

y

y

✛★✛✒✑✏

.

so

si

,

✛✕✏ ✑✏✚ ✔

y

,

✔★✜✒✙✑✛✒

✛✕ ✪✑✫✑

p

r

s

,

✖✑✓✜✒✖✑

.

✛✕✓ ✑✓✜✒✑

,

✖✑✭ ✑✜ ✖✒

y

y

y, y

✑✓✮ ✭ ✑✖✑✮ ✒✏ ✒✫✑✓ ✓✑

y

✑✢✑✓ ✜✒✧✑ ✭ ✑✖✑✛✑✏ ✒✓✮ ✭✕✓✮

y

✑✔

.

✓ ✒✛✒ ✏ ✑✒✓ ✖✑✫✒ ✢ ★✔ ✚✓ ✒✢ ✑✛✒ ✑✖✑✏ ✑✯ ✭✫★✛ ✕✛

-

✒✓✖✒✙✒✖✚ ✔✕✓✮✮✚✓✑✢✑✓ ✛✒✔✧★✏

-

✛✒✔✧★✏ ✚✓✜ ✚ ✓✮✒✓✜✕ ✫✭✫✕✜✑✛✒✢ ✑✓ ✔✑✢✓✑ ✖✑✏ ✑✔ ✏ ✒✓✮ ✢✚✓✮✑✓ ✔

.

✒✏ ✑✯✢✚✓✪✒✖✑✏ ✑✔ ✭✕ ✫✛✭✕✢✜✒✘✢★✔✚✓ ✒✢ ✑✛✒

, y

✑✒✜ ✚✰

,

,

✖✑✓✏ ✒✓✮ ✢✚✓✮✑✓

m

r

✱✲ ✳✴✵ ✶ ✤

st

h

✷✸

n

tin

✹ ✺ ✤✶ ✤

m

✻ ✸

n

✺✸ ✼✤

in

isik

n

o

m

u

n

ik

si

✕✏✚✔✓

y

✑ ✢✒✜✑

y

✑✢ ✒✓ ✒ ✧✑✯✾✑ ✢★✔✚✓ ✒✢ ✑✛✒ ✑✖✑✏ ✑✯

.

✩✕✜✒✢ ✑ ✢★✔✚✓ ✒✢ ✑✛✒ ✖✒✭ ✑✓✖✑✓✮ ✛ ✕ ✪✑✫✑

so

si

✿❀

,

✔✕✏ ✒✧✑✜✢ ✑✓ ✖✚✑ ★✫✑✓✮

y

✑✓✮✧ ✕ ✫✒✓✜✕✫✑✢✛✒✖✕✓✮ ✑

,

✒ ✖✑✓✢✕✔✑✔✭✚✑✓❁ ✩✕✔✚✖✒✑✓❂ ✢✕✜✒✢✑✢★✔✚✓ ✒

p

r

✬ ❃ ❄

s

,

✯✑✏ ✒✓✒✧ ✕ ✫✑✫✜✒✢★✔✚✓ ✒✢ ✑✛✒✧ ✕ ✫✛✒✘ ✑✜ ✧ ✕ ✫

✑✢ ✔✕✔✒✏✒✢✒ ✑✢✯✒✫

.

✩ ★✔ ✚✓✒✢✑✛✒ ❅✚✮ ✑ ✖✒✓✑✔✒✛

✑✛✑ ✧✕ ✫ ✚✧✑✯ ❁ ❆✓✜✚✢ ✔ ✕✔✧✑✓✜ ✚✔ ✕✔ ✙✒✛ ✚✑✏ ✒✛✑

,

✖✒✧✑

y

✑✓✮ ✢ ✑✓ ✛ ✚✑✜ ✚ ✮ ✑✫✒✛ ✜✑✓ ✭✑ ✧✑✜✑✛

y

✑ ✓✮

Komunikasi

Lingkungan

Sosial

Proses

Simbol

Makna

y, y

y

✓✮✕ ✫✜✒✑✓

y

✑✓✮

.

✛★✛✒✑✏ ✖✒✔✑✓✑

-

-

✜ ✚✢ ✔✕✓✪✒✭✜✑✢✑✓

✔ ✕ ✫✢ ✑

.

❇✕ ✫✖✑✭✑✜

, y

✛★✛✒✑✏

,

✛✒✔✧★✏

,

m r

st h

n

tin

m

n in

isikn

o

m

u

n

iksi

y

y

✯ ✛ ✚✑✜ ✚ ✭✫★✛✕✛

.

so

si

,

✢ ★✔ ✚✓✒✢✑✛✒

y

✑✓✧ ✕ ✫✧✑✮ ✑✒ ✓✒✑✜

,

✓ ✒✢ ✑✛✒ ✖✒✭ ✑✓✖✑✓✮

p

r s

,

✕ ✫✢✕✛✒✓ ✑✔✧✚✓✮ ✑✓

.

✛❂ ✢ ★✔✭✏✕✢✛❂ ✖✑✓

✑✛✒✢✑✓ ✭✫★✛ ✕✛ ✒✓✒

,

y

y

✮ ✔✕ ✫✚✭ ✑✢ ✑✓


(37)

❈ ❉❊❋ ●❍ ■ ❉❍ ❏ ❉❑▲ ▼ ▲▼ ▲◆

-

▼ ▲▼ ▲◆

y

❉❍■ ▼ ▲❏ ❉◆ ❏❉❖ ❉▼ ❏▲●P❉❍■ ❊❉●❖ ●❍ ❏ ▲❖●▼ ❉❑ ❋ ❉P▲◆◗ ❘❑❉❍ ◆ ❙❉❍❚❯ ❊❯❍■■ ❉❊❋❉❑◆❉❍ ❖❑❱❈❯❈ ◆❱❊ ●❍▲◆ ❉❈ ▲ ❏❯❍ ■ ❉❍

❊❯❍ ■ ■●❍ ❉◆❉❍ ❈❯❋● ❉❲ ❈❖▲❑❉P

.

❳❯❊❯❍ ▼ ❉❑❉ ❨ ▲◆ ❉ ◆❱❊●❍ ▲◆ ❉❈ ▲ ❏ ▲ ❏❯❩▲❍▲❈ ▲◆❉❍ ❉❏❉P❉❲ ❈ ▲❊❋❱P

.

❬❭

im

o

l

❉❏❉P❉❲ ❈❯❋●❉❲ ❑❯❖ ❑❯❈❯❍ ▼ ❉❈ ▲ ❏❉❑▲

❩ ❯❍❱❊❯❍❉

.

❪❉▼ ❉ ❉❏ ❉P❉❲ ❈ ▲❊❋❱P ●❍ ▼ ●◆ ◆❱❍ ❈❯❖ ❏❉❍ ❋❯❍❏❉ ❊ ▲❈ ❉P◆❉❍ ❫ ◆ ❉▼ ❉◆ ● ❑❈ ▲ ❊❯❑❯❖❑❯❈❯❍ ▼ ❉❈ ▲◆❉❍ ❋❯❍❏❉

y

❉❍ ■ ◆▲▼ ❉❏●❏ ● ◆ ▲

.

❳❯P❉▲❍ ❖❑❱❈❯❈ ❏ ❉❍ ❈ ▲❊❋❱P

,

❊❉◆ ❍ ❉ ❨ ●■ ❉ ❊❯❊❯■ ❉❍ ■ ❖❯❑❉❍❉❍ ❖❯❍ ▼ ▲❍ ■ ❏ ❉P❉❊ ❏❯❩▲❍▲❈ ▲ ◆❱❊●❍▲◆ ❉❈ ▲

.

❴ ❵❛❵

n

❉❏ ❉P❉❲ ❉❍■

y

❏ ▲ ❉❊❋ ▲P ❱❑ ❉❍ ■ ❏ ❉❑ ▲ ❈ ● ❉▼ ● ❖❯❈ ❉❍◗ ❜❈▼ ▲P❉❲

◆ ●❍❚▲

y

❉❍■ ▼❯❑❉◆ ❲ ▲❑ ❉❏ ❉P❉❲ P▲❍ ■◆ ●❍ ■ ❉❍◗ ❝

in

❞❛

u

n

❞❵❡ ❉❏ ❉P❉❲ ❈ ▲▼ ● ❉❈ ▲

❉▼❉● ◆❱❍ ▼❯◆❈ ❏ ▲❊ ❉❍ ❉ ◆❱❊●❍ ▲◆❉❈ ▲ ▲▼ ●▼❯❑❨ ❉❏ ▲

.

❢▲❍■◆●❍■❉❍ ▼❯❑❏ ▲❑▲ ❏ ❉❑ ▲ ❋❯❋❯❑❉❖ ❉ ❯P❯❊❯❍▼

,

❈❯❖❯❑▼▲❣❉◆ ▼ ●❫ ▼❯❊❖❉▼

,

❖❯❑ ▲❱❏❯❈❯❨ ❉❑❉❲❫ ❑❯P❉❈ ▲

,

❏ ❉❍ P❉▼ ❉❑ ❋❯P❉◆❉❍ ■ ◆❯❋ ●❏ ❉

y

❉ ❉❍ ❖❯❊❋ ▲❚❉❑ ❉ ❏ ❉❍ ❖❯❍❏❯❍■❉❑

.

❢▲❍ ■◆●❍■❉❍ ❨● ■❉ ❏ ❉❖❉▼ ❏▲❲ ●❋ ●❍ ■◆ ❉❍◗ ❤❉◆❈ ●❏ ❍❉

y

,

◆❱❊●❍ ▲◆❉❈ ▲ ❏❉❖ ❉▼ ▼❯❑❨ ❉❏ ▲ ❏❯❍■❉❍ ❉❏❉❍❉

y

❋ ❉❍ ▼ ●❉❍ ▼❯◆❍❱P❱■ ▲

.

❢ ▲❍■◆●❍■ ❉❍

-

P▲❍ ■◆●❍■❉❍

y

❉❍ ■ ▼❯❑❲ ●❋ ●❍ ■ ▲❍ ▲ ❉◆ ❉❍ ❊❯❊❖❯❍ ■ ❉❑●❲▲ ◆❱❊ ●❍▲◆ ❉❈ ▲ ❉❍ ▼ ❉❑❉ ❏●❉ ❱❑ ❉❍ ■

◆ ❉❑❯❍❉❏ ❉P❉❊❊❯❍❨ ❉P❉❍▲ ❲ ●❋ ●❍ ■❉❍ ❈❯❚❉❑❉❯P❯◆ ▼ ❑❱❍ ▲❈ ❫ ◆ ▲▼ ❉▼ ▲❏ ❉◆ ❏ ❉❖❉▼

❊❯❊❖❯❑❲❉▼ ▲◆ ❉❍ ❊❉▼ ❉ ❉▼ ❉ ●❖❯❑▲P❉◆ ● P❉❣❉❍ ❋ ▲❚❉❑ ❉ ◆ ▲▼ ❉

,

❊❯❍❏❯❍ ■ ❉❑◆❉❍ ◆ ❉❑❉◆ ▼❯❑✐❱◆ ❉P❍

y

.


(38)

❥❦ ❧❦❥ ❦❥♠♥ ♦♥ ♣

t

q

ristik

♠♥ r s

o

m

u

n

ik

t✉✈✇ ①②③✈ ④✈③ ⑤⑥④⑦⑧ ⑤⑦③✉✈ ④ ⑦③⑨ ⑩①②⑦③ ✈ ⑧ ⑦⑦⑤①⑧⑥②✉⑦④ ⑦✈ ✉✈❶✈❷❸

❹❺ ❻⑨ ⑩①②⑦③✈ ⑧ ⑦⑧ ①✈ ⑤①✇④⑨⑧⑥⑧

❻⑨ ⑩①②⑦③✈ ⑧ ⑦⑩⑥④①✇✈③ ✈②⑧ ⑥④✈②❼③✈ ⑦✈② ⑤⑦② ✉✈③✈②✈ ⑤✈ ①✇⑥④⑦⑧ ⑤⑦❽✈

y

✈②❼ ⑤⑥④❾✈ ✉ ⑦⑧ ⑥❿✈ ④✈ ➀ ⑥④① ④① ⑤✈② ⑧ ⑥④⑤✈ ➀⑥④③ ✈ ⑦⑤✈② ⑧✈ ⑤①⑧✈⑩✈ ❶✈ ⑦② ②✈

y

✉✈❶✈⑩ ③①④①② ❽✈③⑤① ⑤⑥④⑤⑥② ⑤①❺ ➁④⑨⑧ ⑥⑧ ③⑨⑩①② ⑦③ ✈ ⑧⑦ ⑩⑥❶⑦➀✈ ⑤③ ✈② ➀✈②✈③

y

➂✈③⑤⑨④ ✈ ⑤✈ ① ➃ ➄➅➃ ➆ ➇

.

➈✈③⑤⑨④

y

✈②❼ ✉⑦⑩✈③ ⑧ ① ✉ ✈②⑤✈ ④✈ ❶✈ ⑦② ✉✈✇✈ ⑤ ⑩⑥②❿✈③ ①✇ ✇⑥❶✈③ ① ✈ ⑤✈ ① ✇ ⑥⑧ ⑥④⑤✈

,

✇⑥⑧✈②➉ ⑧✈❶① ④✈② ✈ ⑤✈ ① ✈❶✈ ⑤

y

✈②❼ ✉ ⑦❼①② ✈③✈② ①② ⑤①③⑩⑥②✈⑩✇ ✈ ⑦③ ✈②

y

✇ ⑥⑧✈②➉ ❽✈③⑤①➉ ⑤⑥⑩✇ ✈ ⑤

,

❷✈ ⑧ ⑦❶✈ ⑤✈ ① ✈③⑦➀✈ ⑤

y

✈②❼⑤⑥④ ❾✈ ✉⑦

.

➊❺ ❻⑨ ⑩①②⑦③✈ ⑧ ⑦ ✈ ✉✈❶✈❷ ①✇ ✈✈

y

y

✈②❼ ✉⑦⑧ ⑥②❼✈ ❾✈ ⑧ ⑥④⑤✈ ⑩⑥⑩✇ ①②✈ ⑦

y

⑤①❾①✈②

.

❻⑨ ⑩①②⑦③✈ ⑧ ⑦ ✈ ✉✈❶✈❷ ⑧①✈ ⑤① ③ ⑥❼⑦✈ ⑤✈② ✈②❼

y

✉⑦❶✈③①③ ✈② ⑧ ⑥❿✈ ④✈ ⑧✈ ✉✈ ④

,

✉ ⑦⑧ ⑥②❼✈ ❾✈ ⑧ ⑥④⑤✈ ⑧ ⑥⑧①✈ ⑦ ✉ ⑥②❼✈② ⑤① ❾①✈② ✈ ⑤✈ ① ③ ⑥⑦②❼⑦②✈② ✇ ⑥❶✈③①②✈

y

.

➁⑥②❼⑥④⑤⑦✈② ⑧✈ ✉✈ ④ ✉⑦⑧ ⑦② ⑦ ⑩⑥② ①② ❾①③✈② ➀✈❷❽✈ ③ ⑥❼⑦✈ ⑤✈② ③⑨⑩①② ⑦③ ✈ ⑧ ⑦

y

✈②❼ ✉ ⑦❶✈③ ①③✈② ⑧ ⑥⑧ ⑥⑨④✈②❼ ⑧ ⑥✇⑥② ①❷②✈

y

➀ ⑥④✈ ✉✈ ✉✈❶✈⑩ ③⑨② ✉ ⑦⑧ ⑦ ⑩⑥②⑤✈❶✇⑧⑦③⑨ ❶⑨❼⑦⑧✈②❼

y

⑤⑥④③ ⑥②✉✈❶⑦➀ ①③ ✈② ✉✈❶✈⑩③⑥✈ ✉✈✈②⑩⑦⑩✇⑦

.

➋❺ ❻⑨ ⑩①②⑦③✈ ⑧ ⑦ ⑩⑥②①④① ⑤✈ ✉✈②✈

y

✇ ✈ ④⑤⑦⑧⑦✇ ✈ ⑧ ⑦ ✉✈②③ ⑥④❾✈⑧✈⑩✈ ✉✈ ④ ⑦✇ ✈ ④✈

✇⑥❶✈③①✈②❼

y

⑤⑥④❶⑦➀✈ ⑤❺

❻ ⑥❼⑦✈ ⑤✈② ③⑨⑩①② ⑦③ ✈ ⑧⑦ ✈③ ✈② ➀⑥④❶✈②❼⑧①②❼ ✉⑥②❼✈② ➀✈ ⑦③ ✈✇ ✈ ➀⑦❶✈

✇⑦❷✈③ ➌✇ ⑦❷✈③ ✈②❼

y

➀⑥④③⑨⑩①② ⑦③ ✈ ⑧⑦ ⑧✈⑩✈ ➌ ⑧✈⑩✈ ⑦③①⑤ ⑤⑥④❶⑦➀✈ ⑤ ✉✈② ⑧✈⑩✈➌⑧✈⑩✈ ⑩⑥⑩✇①②

y

✈ ⑦ ✇⑥④❷✈ ⑤⑦✈② ✈②❼

y

⑧✈⑩✈ ⑤⑥④❷✈ ✉✈✇ ⑤⑨✇ ⑦③ ✇⑥⑧✈②✈②❼

y

✉⑦③⑨ ⑩①②⑦③✈ ⑧ ⑦③ ✈②❺


(39)

➍➎ ➏➐ ➑➒ ➓➔→ ➣↔➔↕➙➛ ↔➔➜ ➣➝↔➔ ➑↕➐ ➞➔→

➏➐ ➑➒ ➓➔→ ➣↔➔ ➟➣➠➣ ➠➣↔ ➣➛ ➓

y

➣ ➑➙➛➒➟➣→➣➓ ➝➔ ➓➠➣→➣➓

y

➣➓➡ ➠➔ ➞➣→➒ → ➣➓ ➠➙ ➓➡➣➓➑➙ ➓➡ ➡➒➓➣→➣➓➞➣➑↕ ➣➓➡

-

➞➣➑ ↕➣➓➡

,

➑➔ ↔ ➣➞➓

y

➣➢↕➣➤ ➣↔➣

.

➥➎ ➏➐ ➑➒ ➓➔→ ➣↔➔↕➙➛ ↔➔➜ ➣➝➝➛➣➓↔ ➣→ ↔➔➐➓➣➞

➦ ➣➠➣➠➣↔ ➣➛ ➓

y

➣→ ➐ ➑➒ ➓➔→ ➣ ↔➔ ➑➙ ➓➒➓➝➒➝➠➒➣➝➔ ➓➠➣→ ➣➓➢➑➙ ➑↕➙➛➔ ➠➣➓ ➑➙ ➓➙➛➔ ➑ ➣

.

➏➙➠➒ ➣➓

y

➣➝➙ ➓ ➝➒ ➟➙➛ ➞➒ ➠➔ ➞➣→➒ → ➣➓ ↔➙➧➣➛ ➣ ↔➙➔ ➑ ↕➣➓➡➣➝➣➒ ➟➛➐➟➐ ↔➔➐ ➓ ➣➞ ➐➞➙ ➤ ➑ ➣↔➔ ➓➡

-

➑➣↔➔ ➓➡ ➟➙ ➞➣→➒

y

➣➓➡ ➝➙➛➞➔ ↕➣➝ ➠➣➞➣➑ → ➐ ➑➒➓➔→➣↔➔

.

➨➎ ➏➐ ➑➒ ➓➔→ ➣↔➔➑➙ ➓➙ ➑ ↕➒↔➜ ➣→➝➐➛➛➒ ➣➓➡➠➣➓➩ ➣→ ➝➒

➦ ➣➛ ➣ ➟➙ ↔➙➛ ➝➣ ➣➝➣➒ ➟➙ ➞➣→ ➒ →➐➑➒➓➔→➣↔➔ ➝➔➠➣→ ➤➣➛➒↔ ➤➣➠➔➛ ➟➣➠➣

➩ ➣→ ➝➒ ↔➙➛➝➣ ➝➙ ➑➟➣➝

y

➣➓➡ ↔ ➣➑➣

.

➫➙ ➓➡➣➓ ➣➠➣➓

y

➣ ↕➙➛↕➣➡➣➔ ➟➛➐➠➒ → ➝➙→ ➓➐ ➞➐➡➔→ ➐ ➑➒ ➓➔→ ➣↔➔

.

➭➯ ➲➯➭ ➯➳➵➸➺

u

ju

o

m

u

n

ik

➸➼ ➽

➾➙ ➝➔ ➣➟➔ ➓➠➔➚➔➠➒

y

➣➓➡↕➙➛→ ➐ ➑➒ ➓➔→ ➣↔➔ ➟➣↔ ➝➔ ➑➙ ➑➔➞➔→ ➔ ➝➒➪➒ ➣➓➶ ↔➙➧➣➛➣ ➒ ➑➒➑ ➝➒➪➒➣➓ → ➐ ➑➒ ➓➔→ ➣↔➔ ➣➠➣➞➣➤ ➞➣➩ ➣➓ ↕➔➧➣➛ ➣ ➣➡➣➛ ➑➙ ➓➡➙➛ ➝➔ ➠➣➓

➑➙ ➑➣➤ ➣➑➔ ➑➣→↔➒➠ ➑ ➣→ ➓ ➣ ➟➙ ↔ ➣➓ ➣➓➡

y

➠➔ ↔ ➣➑➟➣➔→ ➣➓➶ ➞➙ ↕➔ ➤ ➞➣➓➪➒ ➝ ➠➔ ➤➣➛➣➟→➣➓➠➣➟➣➝➑➙ ➓➠➐➛ ➐ ➓➡➣➠➣➓

y

➣➟➙➛ ➒ ↕ ➣➤➣➓➐➟➔ ➓➔

,

↔➔→➣➟➶ ➑➣➒➟➒➓ ➟➙➛➔ ➞➣→ ➒➎

➹➙ ➓➒➛➒➝ ➘ ➓➐➓➡ ➴➧➤➪➣➓ ➣ ➠➣➞➣➑ ↕➒ →➒ ➣➓➡

y

↕➙➛➪➒➠➒➞ ➷➞➑➒ ➏➐➑➒➓➔→➣↔➔ ➬➙➐➛➔ ➠➣➓ ➦➛ ➣→➝➔→➶ ➑➙ ➓➙ ↕➒ ➝→➣➓

y

➣➠➣ ↕➙ ↕➙➛ ➣➟➣ ➝➒➪➒➣➓ ➠➣➞➣➑↕➙➛→ ➐ ➑➒ ➓➔→ ➣↔➔

, y

➣➔ ➝➒➢


(40)

.

➱✃❐❒ ❮➮❰➮ ÏÐÑÒ ➮ ➱

(

Ó ÔÔÕÔÖ× ØÙÚÓ ÛÜØ

)

❮Ý ➱✃❐❒ ❮➮❰➮ Ï➱✃ ÏÞ➮ ➱➮ß

(

àáÕÛÕàÛÙÚ ÓÛ Ü Ø

)

â

.

➱✃❐❒ ❮➮❰➮Ï➱✃❐Ñ ã➮Ò ❒

(

ä ØÚ Ó å ÕàæÙÚ ÓÛ Ü Øç

ÞÝ ➱✃❐❒ ❮➮❰➮ ÏÐèÐÑ➮ ãéê àÙ ÕÓëÙÚÓ ÛÜØç

(

ì íí✃ ÏÞ

y

,

îïï ð ñò

)

óô õôó ôö÷

u

n

ø ùúû

o

m

u

n

ik

ü ùú

ý✃ Ï❒❐❒ß þ➮❐èãÞ ÞÝ ÿ➮ Ð Ð ✃ ãã Þ➮ ã➮✁ ✂✃ ÏÞ✄➮✄➮

(

îï ï ☎ ñîÝ ✆ ò

)

Òè✁❒ ÏÑÒ➮ ÐÑ✁✃✁Ñ ãÑÒ ÑßÑ✝➮í❒Ï✝ÐÑ

, y

➮Ñß❒ñ

✆Ý ✞✃ Ï✝➮ ➮ Ð➮ ÏãÑ Ï✝Ò❒Ï✝➮ Ï

îÝ ✟è❐✃ ã➮ ÐÑ ÞÑ ➮ Ïß➮❐ ➮ ❮ ➮✝Ñ➮ Ï

-

❮➮✝Ñ➮ Ï Þ➮ ã➮✁ ✁➮ Ð➮❐➮Ò ➮ß

y

❒ Ïß❒Ò ➱✃ Ïâ➮➱➮Ñ➮ ÏÒèÏ Ð✃ Ï Ð❒Ð✁✃ Ï✝✃ Ï➮ÑãÑ Ï✝Ò ❒ Ï✝➮ Ï

✠Ý ✂èÐÑ➮ ãÑ Ð➮ ÐÑ

(

ß❐ ➮ ÏÐ✁Ñ ÐÑ ÏÑ ã➮Ñ ✡ ÏÑã➮Ñ ➮ß➮❒ ➮❐ Ñ Ð➮ ÏÐèÐÑ➮ ãÞ➮❐ÑÐ❒➮ß❒ ✝✃ Ï✃❐ ➮ ÐÑÒ✃✝✃ Ï✃❐➮ ÐÑÐ✃ ã➮ Ï✄❒ßÏ➮

y

)

Ý

☛❒ Ï✝ÐÑ ➱✃ Ï✝➮ ➮ Ð➮ Ï ✁✃ Ï❒ Ï✄❒Ò ➮ Ï ➱➮Þ➮ ❒ ➱➮➮

y

➱✃ Ï✝❒✁➱❒ã➮ Ï☞ ➱✃ Ï✝èã➮❰ ➮ Ï☞ ➱❐è Þ❒ÒÐÑ Þ➮ Ï ➱✃ Ï✃❮➮ ❐ ã❒➮ Ð➮ Ï

y

Ñ Ïíè❐✁➮ ÐÑ ✁✃ Ï✝✃ Ï➮Ñ ➱✃❐Ñ ÐßÑ ➮✡ ➱✃❐Ñ ÐßÑ ➮

y

➮Ï✝ ß✃❐✄➮ÞÑ ❮➮ÑÒ ÞÑ Þ➮ ã➮✁ ➮ß➮❒➱❒Ï ÞÑ ã❒➮❐ ãÑ Ï✝Ò ❒ Ï✝➮ Ï✁➮ Ð➮❐➮Ò ➮ßÝ

y

✌➱➮➮

y

Ñ ÏÑ Ð✃ ã➮ Ï✄❒ßÏ➮

y

ÞÑ➮❐ ➮❰Ò ➮ Ï➱➮Þ➮ß❒✄❒➮ Ï ❒ Ïß❒ Ò ✁✃ Ï✝✃ ÏÞ➮ ãÑÒ ➮ Ï ➮ ➱➮

y

➮ Ï✝ ß✃❐✄➮ÞÑ ÞÑ ãÑÏ✝Ò ❒ Ï✝➮ Ï ✁ ➮ Ð➮❐ ➮Ò➮ßÝ

y

☛❒Ï✝ÐÑ Òè❐✃ ã➮ ÐÑ ✁✃ Ï❒Ï✄❒ ÒÒ ➮ Ï ➱➮Þ➮ ❒➱➮➮

y

✁✃✁❮✃❐ÑÒ ➮ Ï ÑÏß✃❐ ➱❐✃ß➮ ÐÑ ➮ß➮❒ ➱✃ Ï➮íÐÑ❐➮ ÏÑ Ïíè❐✁➮ ÐÑ ✁✃ Ï✝✃ Ï➮Ñ ➱✃ ❐Ñ ÐßÑ ➮ ✡ ➱✃❐Ñ ÐßÑ ➮

y

➮ Ï✝ ß✃❐✄➮ÞÑÝ ✍ß➮ Ð Þ➮ Ð➮❐ Ñ Ïß✃❐➱❐ ✃ß➮ ÐÑ Ñ Ïíè❐✁➮ ÐÑ ÞÑ❰ ➮❐➮ ➱Ò➮ Ï❮ ✃❐ ❮➮✝➮Ñ Ò ➮ ã➮ Ï✝➮ Ï➮ß➮❒


(41)

y

✎ ✏✑ ✒✎ ✓✎ ✎✔✎ ✒ ✕ ✖✗✘✒✔ ✘✙✎

-

✕✖✗✘✒✔ ✘✙✎

y

✎ ✏✑ ✔ ✖✗✚✎ ✛ ✘

.

✜✢ ✏✑ ✒ ✘ ✒✣ ✒ ✘✎✤ ✘✒✎ ✒ ✘ ✓✖✏✢✏✚✢✥✥✎ ✏ ✕ ✎ ✛✎ ✢ ✕✎✎

y

✕✖✏✛ ✘✛✘✥✎ ✏ ✛✎ ✏ ✕ ✖✙✎ ✗ ✘✒✎ ✏ ✏✘✤✎ ✘

-

✏ ✘✤✎ ✘

,

✏✣✗✓✎

-

✏✣✗✓✎

,

✛✎ ✏ ✕✗✘✏ ✒ ✘✕

-

✕ ✗✘✏ ✒✘✕ ✛✎ ✗✘ ✒✎✔✢ ✑✖✏✖✗✎ ✒ ✘ ✥✖ ✑ ✖✏ ✖✗✎ ✒ ✘ ✤✎ ✘✏ ✏✎

y

.

✦✧ ★✧✦ ✧✩✪

o

p

o

n

m

n

o

m

u

n

ik

✬ ✭

i

✮ ✖✗ ✛✎ ✒✎ ✗✥✎ ✏ ✯ ✖✯✖✗✎✕✎ ✕✖✏✑✖✗✔ ✘✎ ✏ ✥✣✓✢✏✘✥✎ ✒ ✘ ✛ ✘✎✔✎ ✒✰ ✛✎✕✎✔

✛✘✒ ✘✓✕ ✢✤✥✎ ✏✯✎✱✙✎ ✥✣✓✢✏✘✥✎ ✒ ✘✔ ✖✗✛ ✘✗✘ ✛✎ ✗✘✕✗✣ ✒ ✖✒✎ ✏✑

y

✛✘✛✎✤✎ ✓✏✎

y

✔✖✗ ✛✎✕ ✎✔ ✢✏✒✢✗ ✎✔✎✢ ✥✣ ✓✕✣✏✖✏✲ ✳ ✖✏✢✗✢ ✔ ✴✵✵✖✏✛

y (

✶✷✷ ✸ ✹✺

),

✻ ✢✎ ✏✑ ✼ ✘✏✑✥✢✕✽✤ ✓✢✾✣ ✓✢ ✏ ✘✥✎ ✒ ✘✯ ✖✗✛✎ ✒✎ ✗✥✎ ✏✥✣✓✕ ✣ ✏ ✖✏ ✏✎

y

✔ ✖✗ ✛✘✗✘✛✎ ✗✘✹

✿✲ ✾✣✓✢✏✘✥✎✔✣ ✗

(

❀❁ ❂❂ ❃❄ ❅ ❀❆ ❇❁ ❈

)

✶✲ ❉✖✒✎ ✏

(

❂❊❋ ❋❆●❊

)

❍✲ ✳ ✖✛ ✘✎

(

❂❊■ ❅❆

)

❏✲ ✾✣✓✢✏✘✥✎ ✏

(

❀❁❂❂ ❃❄ ❅❀❆ ❄❇

)

✸✲ ✴ ✵ ✖✥

(

❊❑❑❊❀❇▲

▼ ✏✔✢✥ ✘✔✢ ✰ ✼✎ ✒ ✒✙ ✖✤✤ ✓✖✓ ✯✖✗ ✘✥✎ ✏ ✕✎✗✎ ✛✘✑ ✓✎ ✯✎✱✙✎ ✥✣ ✓✢ ✏ ✘✥✎ ✒ ✘

✎ ✛✎✤✎✱ ✕ ✗✣ ✒ ✖✒ ✕✖✏✎ ✓✕ ✎ ✘✎ ✏

y

✕ ✖✒✎ ✏ ✣✤ ✖✱ ✥✣ ✓✢ ✏ ✘✥✎✔✣✗ ✥✖✕ ✎ ✛✎ ✥✣✓✢ ✏ ✘✥✎ ✏✓ ✖✤✎✤✢ ✘✓ ✖✛✘✎

y

✎ ✏✑✓✖✏ ✘✓✯✢✤✥✎ ✏✖✵✖✥✔ ✖✗✔ ✖✏✔✢ ✲

✦✧ ★✧✦ ✧◆❖P◗ ✭✫

s

✪✬ ✭❘

o

m

u

n

ik

❉✗✣✒✖✒ ✥✣✓✢✏✘✥✎ ✒✘ ✕✎ ✛✎ ✱✎✥✘✥✎✔ ✏✎

y

✎ ✛✎✤✎✱✕✗✣✒ ✖✒ ✕ ✖✏✎ ✓✕ ✎ ✘✎ ✏

y

✕ ✘✥✘✗✎ ✏ ✎✔✎✢ ✕ ✖✗✎ ✒✎✎ ✏ ✒ ✖✒✖✣✗✎ ✏✑

(

✥✣✓✢✏✘✥✎✔✣ ✗

)

✥✖✕ ✎ ✛✎ ✣ ✗✎ ✏✑ ✤✎ ✘✏


(42)

(

❙ ❚❯ ❱❲ ❳❙ ❨❲

).

❩❳❙❳❬❨❲ ❭ ❳❪ ❨ ❯ ❫❬ ❱❴❨❙ ❨❲ ❵❨❵❨❪ ❨❲ ❛ ❳❲❜❚❬❯❨❪ ❳

,

❚ ❴❳❲❳

,

❝❨❲

❞❨ ❳❲

-

❞❨ ❳❲ ❨❲ ❵

y

❯ ❱❲❡❱❞ ❝ ❨❬ ❳ ❭❫❲❨❙ ❲❨

y

.

❩❳❙ ❳❬ ❨❲ ❭ ❳❪ ❨ ❢❱ ❵❨ ❯❫❬❱❴❨❙❨❲ ❙❫❨❙ ❳❲ ❨❲ ❛

y

❙ ❫ ❴❨❪ ❣❳❨❲❛ ❙ ❫❬❨ ❵ ❱

-

❬❨ ❵❱❨❲ ❛ ❙ ❫❯❨❬ ❨❤❨❲❛ ❙❫ ❵❨ ❳❬❨❤❨❲❛ ❝❨❲ ❪❫ ❭❨ ❵❨ ❳❲❨

y

y

❨❲❵❣❳❯❭❱❞❝❨❬❳❞❱❭ ❱❙❤ ❨ ❣❳❲❨

y

.

✐❝❨ ❴ ❱❲ ❝❫ ❜ ❳❲ ❳❪ ❳ ❙ ❚❯ ❱❲ ❳❙ ❨❪ ❳ ❯ ❫❲ ❱❬ ❱ ❣ ❥❚ ❵❫❬ ❝❨❲ ❦

.

❧❨♠❬ ❫❲❡❫

(

♥ ♦♣♥

),

❨❝ ❨❞❨❤ q r ❱❨ ❣❱ ❴❬ ❚❪ ❫❪ ❝❳❯❨❲ ❨ ❝ ❱❨ ❚❬❨❲❵ ❨ ❣❨ ❱ ❞❫ ❭❳❤

❯❫❯ ❭❫❲❣❱❙ ❨ ❣❨ ❱❯❫❞❨❙ ❱❙❨❲ ❴❫❬ ❣❱❙❨❬❨❲ ❳❲❜❚❬❯ ❨❪ ❳❝ ❫❲ ❵❨❲ ❪❨ ❣❱❪ ❨❯ ❨

❞❨ ❳❲ ❲❨

y

, y

❨❲ ❵ ❴❨❝ ❨ ❵ ❳❞❳❬ ❨❲❲❨

y

❨❙ ❨❲ ❣❳❭❨ ❴❨❝ ❨ ❪ ❨❞❳❲ ❵ ❴❫❲❵❫ ❬ ❣❳❨❲❨❲❵

y

❯❫❲❝ ❨❞❨❯

(Cangara, 2004 :19).

Sedangkan Onong Uchjana Effendy berpendapat bahwa

komunikasi adalah

Proses pernyataan antara manusia yang

dinyatakan adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain

dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya (Effendy,

1993 :28).

st ✉ts t✈✇

o

u

n

ik

① ②

m

r

o

③① ④✇

o

u

n

ik

① ④

m

Komunikator dan komunikan merupakan salah satu unsur

terpenting dalam proses komunikasi. Komunikator sering juga

disebut sebagai sumber atau dalam bahasa Inggrisnya disebut

⑤⑥ ⑦⑧ ⑨⑩

,


(43)

❸ ❹❺❻❼

i

❽❹❾❿ ❹➀ ❹ ➁➂➃➂➄ ➅➆ ➇➆ ➈➂

y

Pengantar Ilmu Komunikasi

mengatakan bahwa:

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai

pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antar

manusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga

dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi atau

lembaga (Cangara, 2004:23).

Begitu pula dengan komunikator atau penerima, atau dalam

bahasa Inggris disebut

➉➊ ➋➌➍➎ ➏➍

atau

➐➍ ➏➍➌ ➑➍ ➐

. Cangara menjelaskan,

Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk

kelompok, partai, atau negara . Selain itu, dalam proses komunikasi

telah dipahami bahwa keberadaan penerima adalah akibat karena

adanya sumber. Tidak ada penerima jika tidak ada sumber . Cangara

pun menekankan:

Kenalilah

khalayakmu

adalah

prinsip

dasar

dalam

berkomunikasi. Karena mengetahui dan memahami karakteristik

penerima (khalayak), berarti suatu peluang untuk mencapai

keberhasilan komunikasi (Cangara, 2004:25).

➒ ➓➔➓ →➣

in

j

❹↔❹❾↕

u

n

❹➙ ➛

o

m

ik

➜❹➙ ➙❹

Profesi atau pekerjaan seseorang, setidaknya ia pernah mendengarkan

radio siaran, menonton televisi atau film, membaca Koran atau majalah.

Ketika seseorang mendengar radio siaran, membaca Koran, atau menonton

film, sebenarnya ia sedang berhadapan dengan media massa, di mana

pesan media itu itu secara langsung ataupun tidak langsung tengah

mempengaruhinya. Gambaran ini mencerminkan bahwa komunikasi


(44)

➝➞➟➟ ➞

,

➠ ➡➢ ➤➞ ➢ ➥ ➡➦➥➞ ➤➞➧ ➥ ➡➢➨➩➫ ➢➞

y

,

➟ ➡➢➞ ➢➨➧➞➟ ➞ ➝➡➢ ➡➦➭➞ ➝➞ ➢➩➟➧➞

,

➠ ➞ ➢ ➝➞ ➢➩➟➧➞➟ ➡➢➞ ➢➨➧➞➟ ➞➝ ➡➢➡ ➦➭➞➫ ➞ ➢➠➧ ➦➧ ➢➞

y

➫➡➭➞➠ ➞➝ ➡➠➧➞ ➝➞➟ ➟➞

.

➯➲ ➳➲➵ ➲ ➳➸➺➻➺

n

rt

i

➼➽➾

o

m

u

n

ik

➼➚

i

➪ ➼➚ ➚ ➼

➶➡➹➧ ➢➧➟➧ ➫➘➝ ➩➢➧➫➞➟ ➧ ➝➞➟ ➟ ➞

y

➞ ➢ ➤➭ ➞➴➧➢ ➤ ➟ ➺➠➡➦➷➞ ➢➞ ➠ ➧➫ ➡➝ ➩➫ ➞➫➞ ➢ ➘➴➡➷ ➬➧ ➨➨➢➡➦

(

➮ ➞➫➷➝➞ ➨

,

➱✃✃ ❐ ❒ ❮❰❰

), y

➞➫➢➧ ❒➫➘➝ ➩➢➧➫➞➟ ➧ ➝➞➟ ➟ ➞ ➞➠➞➴➞➷ ➭ ➡➟ ➞ ➢ ➞ ➢ ➤

y

➠ ➧➫➘➝➩ ➢➧➫ ➞➟➧➫ ➞ ➢ ➝ ➡➴➞➴➩➧ ➝ ➡➠➧➞ ➝➞➟ ➟ ➞ ➭➞➠ ➞ ➟ ➡Ï➩➝➴➞➷ ➘➦➞ ➢ ➤

.

➶➞➦➧ ➠ ➡➹➧ ➢➧➟ ➧ ➨➡➦➟ ➡➥➩ ➨ ➠➞➭ ➞ ➨ ➠➧➫➡➨➞➷➩➧ ➥➞➷Ð➞ ➫➘➝➩ ➢➧➫ ➞➟ ➧ ➝➞➟ ➟➞ ➧ ➨➩ ➷➞ ➦➩➟ ➝➡➢ ➤➤ ➩➢➞➫➞ ➢ ➝ ➡➠➧➞ ➝➞➟ ➟ ➞

.

Ñ➞➠ ➧ ➟ ➡➫➞➴➧➭➩➢ ➫➘➝➩➢➧➫➞➟ ➧ ➝➞➟➟ ➞ ➧ ➨➩ ➠ ➧➟ ➞ ➝➭ ➞➧➫➞ ➢ ➫ ➡➭ ➞➠➞ ➫➷➞➴➞

y

➞➫ ➞ ➢ ➤

y

➥➞ ➢➞➫ Ò

y

➟ ➡➭➡➦➨➧ ➦➞➭ ➞ ➨➞➫ ➥➞ ➦➠ ➧➴➞➭ ➞ ➢ ➤➞ ➢➴➩➞➟

y

➞ ➢➤➠➧➷➞➠➧ ➦➧➘ ➴➡➷ ➦➧ ➥ ➩➞ ➢Ò➥➞➷➫ ➞ ➢ ➭ ➩➴➩➷➞ ➢➦➧ ➥ ➩ ➘➦➞ ➢➤

,

Ï➧➫ ➞ ➨➧➠ ➞➫ ➝ ➡➢ ➤➤➩ ➢➞➫ ➞ ➢ ➝➡➠ ➧➞ ➝➞➟➟ ➞

,

➝➞➫ ➞ ➧ ➨➩ ➥➩➫➞ ➢➫➘➝➩ ➢➧➫ ➞➟➧ ➝➞➟ ➟ ➞

.

➶➞➴➞ ➝ ➠➡➹➧ ➢➧➟ ➧ Ó➡➴➡➨➫ ➡

z

,

➫➘➝ ➩➢➧➫➞➟ ➧ ➝➞➟ ➟ ➞ ➠ ➧➞ ➦➨➧➫➞ ➢ ➟ ➡➥➞ ➤➞➧ ➟ ➡➨➧➞➭ ➥➡➢ ➨➩➫ ➫➘➝ ➩➢➧➫➞➟ ➧

y

➞ ➢ ➤ ➝ ➡➢➞ ➝➭➞➧➫ ➞ ➢

y

➭ ➡➦➢➞ ➨➞➞ ➢

y

➟ ➡Ô➞ ➦➞ ➨➡➦ ➥➩➫➞ ➝ ➡➴➞➴➩➧ ➝ ➡➠➧➞ ➭ ➡➢

y

➡➥➞ ➦➞ ➢ ➨➡➫➢➧➟ ➟ ➡Ô➞ ➦➞ ➨➧➠ ➞➫ ➴➞ ➢ ➤➟ ➩➢ ➤➠➞ ➢ ➟➞ ➨➩ ➞ ➦➞➷ ➭ ➞➠➞ ➭➩➥➴➧➫ ➞ ➢ ➤

y

➨➡➦➟ ➡➥➞ ➦

(

➮ ➞➫➷➝➞ ➨

,

➱✃✃ ❐ ❒ ❮❰❰

).

Õ➟ ➨➧➴➞➷ ➨➡➦➟ ➡➥➞ ➦ ➝ ➡➢ ➩➢Ï➩➫ ➫➞ ➢ ➥➞➷Ð➞ ➫➘➝ ➩➢➧➫➞ ➢ ➟ ➡➥➞➤➞➧ ➭ ➧➷➞➫ ➭➡➢➡➦➧ ➝➞

➭ ➡➟ ➞ ➢➨➧➠ ➞➫ ➥➡➦➞➠➞➠ ➧➟ ➞ ➨➩➨➡➝➭ ➞ ➨

,

➨➡➨➞➭ ➧➨➡➦➟ ➡➥➞➦➠ ➧ ➥➡➦ ➥➞ ➤➞➧➨➡➝➭ ➞ ➨

.

➶➡➹➧ ➢➧➟➧ ➫➘➝ ➩➢➧➫➞➟ ➧ ➝➞ ➟➟ ➞ ➠ ➞ ➦➧ Ö➦➡➧➠ ➟➘➢ ➠ ➧ ➥➡➠ ➞➫ ➞ ➢ ➠ ➞ ➦➧ Ï➡➢➧➟


(45)

×ØÙ ÙØ ÚÛØÜØ×Ø ÝÞØß ÞàáØ ÚØ Ù àâã× ÜØä áå áãÜØÙ Û ÚØæÛ ç àæ çØ èØÛ

ÞàÜå×áåÞé ÚØß çãÞØß äØßØ

y

ÙØ Ýã Ø Ý Øã ç àçàæ Ø áØ ÛßÚÛêÛ Úã Ø ÝØã Ù àç Ø èÛØß Þä ãÙ ã Ù áåáã ÜØÙ Û

.

ëå× ãß Û ÞØÙ Û × ØÙ ÙØ âãèØ ×à× áãßØÛ

y

Øß è èØ áØß Ý àæÙ ÛæØ Ý Ø ÞØß ØÚØßØ

y

ØÜØ Ý

-

ØÜØ Ý Þä ãÙ ãÙã ß ÝãÞ× àßØ×áØÛ ÞØß

y

Þå ×ãß Û ÞØÙ ÛØ èØæ Þå ×ã ßÛ ÞØÙÛÛ ÝãÚØ áØ Ý×àß ìØ áØÛ áØ ÚØÙ ØØ Ý

y

ØßèÙØ× Ø Ù à× ãØå æØßè

y

Ø ß è × àíØÞÛÜÛ çàæç Ø èØÛ ÜØ áÛÙ Øß× ØÙØæ Ø ÞØ Ý

y

(

îØ Þä ×Ø Ý

,

ïð ðñ òóôô

).

õö ÷öø öõù

u

n

ú ûüý

o

m

u

n

ik

þ ûüÿþû ûþ

ØæØ áØ ÞØæ × àßèà× ã ÞØ ÞØß ÝàßÝØß è Ù àâã× ÜØä ✁ã ß èÙ Û Þå ×ã ßÛ ÞØÙÛ

,

ÞàßÚØ ÝÛ ÚØÜØ× Ù àÝÛØ áÛ Ýà×✁ ãßèÙ Û Ýàæ ÚØ áØ Ýáàæ ÙØ ×ØØß ÚØß áàæçàÚØØß✂

✄ã ß èÙÛ Þå ×ã ßÛ ÞØÙÛ ×ØÙ Ù Ø × àß ãæ ã Ý ☎å ×Ûß Ûì Þ

(

ïð ð ó

)

ÝàæÚÛæÛ ÚØæ Û Ù àç Ø èØÛçàæÛ Þã Ýò

ó✂✆✝ ✞ ✟✠✡☛☛☞✌ ✍✠

(

àß èØíØÙ Øß

)

✎☞✞✌✡✌✏ ✑✠✒✓✞ ✠ ✔✝✞ ✟✠✡☛☛☞✌ ✍✠

(

á àß èØíØÙØß á àæÛßèØ ÝØß

).

✄ã ß èÙÛ

y

Øßè ÝàæâØ ÚÛ ÞàÝÛ ÞØ ×àÚÛØ ×ØÙ Ù Ø ×àßèÛß ✁åæ ×ØÙ Û ÞØß ÝàßÝØß è Ùã Ø Ýã Ø ß è

y

ç àæ ã áØ ØßìØ× Øß✂ ✕å ß Ýå äßØ

y

Ø ÚØÜØä çØä ØØ

y

ÝÙ ãß Ø×Û

,

ç ØßâÛæ

,

è à× áØ

,

Þàß ØÛ ÞØß äØæèØ

,

ÚØß ÜØÛß Ù àç Ø èØÛßØ

y

.

I

✌✔✖✞ ✝ ✗✠✌ ✖ ☞☛ ✔✝ ✞ ✟✠✡☛☛☞✌✍✠

(

á àß èØíØÙØß ÛßÙ Ýæã × àßÝØÜ

).

àß

y

àçØæ Øß Ø ÝØã áàßØ×áØÛØß

y

Ûß ✁å æ×ØÙ Û

y

Øßè × à× ÛÜÛ ÞÛ Þàèã ßØØß Ø ÝØã ÚØ áØ Ý ×à×ç Øß Ýã Þä ØÜØØ Þ

y

ÚØÜØ × Þ àäÛ Úã áØß


(1)

mempromosikan standar kehidupan yang tidak realistik, alias impian atau ilusi belaka, seperti yag telah peneliti paparkan sebelumnya.

Saat ini kekerasan simbolik sering terdapati dalam ruang publik yang sedang berlangsung. Kekerasan simbolik menemukan tempatnya yang paling subur dalam media, sebab media memungkinkan terjadinya kekerasan dengan berbagai corak yang “tak tampak tapi terasa”, seperti distorsi, pemalsuan, pelencengan, pelesetan).

Model Ponds White Beauty secara tidak langsung telah mengalami kekerasan pada dirinya. Kekerasan yang lebih harus mereka alami dengan menjadi display atau bentuk pemanjangan tubuh mereka sebagai objek tontonan untuk memenuhi hasrat laki-laki. Secara tidak langsung model tersebut adalah karakter perempuan yang menjadi idaman para laki-laki. Model tersebut juga secara tidak langsung telah menjadi objek yang menyatakan bahwa perempuan yang tidak memiliki kulit putih dan mulus itu tidak menjadi perempuan yang terbaik. Hal ini menyempitkan pemikiran serta pandangan kita Perempuan Indonesia yang meruapak objek dari produk tersebut, bahwa menajadi yang terbaik itu harus seperti model ini. Wacana ini mengangkat isu ras secara kasat mata. Karena, dapat diartikan perempuan yang berkulit hitam itu tidak akan menjadi yang terbaik. Dan pada perempuan kelas ketiga, tak akan pernah menjadi dan mendapatkan yang terbaik dalam hidupnya seperti pada perempuan kelas pertama

Posisi Penulis

Penulis pada wacana Ponds White Beauty jika kita perhatikan dengan teliti telah melakukan ekploitasi terhadap perempuan. Tage line “perempuan selalu yang terbaik” yang digunakan untuk menjadi daya tarik agar calon konsumen tertarik karena merasa terwakili dan pada akhirnya mengambil sikap dengan membeli produk Ponds White Beauty.


(2)

Tage line tersebut terdapat unsur kekerasan simbolik dengan menggunakan bahasa secara halus, namun jika kita telaah lagi lebih jauh “perempuan selalu ingin yang terbaik” pada arti yang terselubung menggambarkan perempuan itu sosok yang lemah, tidak mandiri, selalu membutuhkan bantuan orang lain dalam hidupnya, tidak ingin dan tidak bisa hidup susah, singkatnya tidak bisa berdiri sendiri dalam melakukan pekerjaan.

Sementara pada akhir iklan Ponds White Beauty dimulai, langsung terdapat narasi yang berbunyi “Ponds White Beauty dengan kekuatan pencerah 200% lebih banyak untuk putih merona mulai dalam tujuh hari”. Kalimat ini memberikan harapan kepada Perempuan Indonesia yang ingin memiliki kulit putih seperti yang di kontruksikan pada iklannya tidak memerlukan waktu yang lama, dan uang yang banyak untuk perawatan kulit

Posisi Pembaca

Pembaca disini bisa diartikan sebagai penonton. Perempuan Indonesia merupakan target pembaca yang di bidik oleh Ponds White Beauty sebagai target pasar penjualan produk-produk Ponds White Beauty.

Ponds diluncurkan dan dikenalkan kepada Perempuan Indonesia selain untuk memperkaya dirinya serta keluarga kaum kapitalis itu sendiri, melainkan untuk mengubah cara pandang Perempuan Indonesia dalam menjadikan dirinya menjadi yang terbaik, sehingga dia bisa memilih laki-laki yang terbaik yang dia inginkan. Diharapkan dengan tage line “perempuan selalu ingin yang terbaik” yang disinyalir merupakan daya tarik agar Perempuan Indonesia menjadikan Ponds White Beauty menjadi urutan pertama mereka dalam memilih cream wajah untuk mereka.

Perempuan Indonesia digiring untuk mengadopsi apa yang telah ditampilkan melalui iklan ini. Namum sayang, Perempuan Indonesia saat ini tidak mudah terhasut


(3)

oleh bujuk rayu yang ditawarkan oleh iklan sebuah produk. Menjadi yang terbaik tidak hanya dari segi fisik dan penampilan semata, melainkan dari pengetahuan yang luas, berpakaian dan sikap yang sopan, tutur kata yang santun itu semua bisa menjadikan diri kita menjadi Perempuan Indonesia yang terbaik yang bisa dimiliki.

SIMPULAN Posisi Subjek

Promosi gaya hidup hedonis, merupakan hal terselubung yang dikenalkan subjek kepada Perempuan Indonesia sebagai target pasar. Dimana gaya hidup hedonis akan merubah budaya kita sebagai Perempuan Indonesia. Budaya nongkrong di café sebagai salah satu simbol pengenalan budaya hedoni.

Wacana dan pandangan subjek secara tidak langsung terpatahkan dengan dia mengikuti budaya Indonesia dan menggunakan model Indonesia. Subjek tidak masuk dalam wacana iklan Ponds White Beauty “Perempuan Selalu Ingin yang Terbaik”, karena isu yang dibuat menggunakan bahasa kamu bukan kita, seperti pada narasi awal “Kulitmu layak dapatkan yang terbaik”.

Posisi Objek

Model perempuan digunakan sebagai wujud ekpresi seksualitas para kaum kapitalis untuk mengkonstruksikan wacana yang dia buat, dan sebagai sarana untuk dapat meneruskan regenerasi para kaum kapitalis. Perempuan Indonesia terekploitasi melalui cara pandang serta pemikirannya terhadap kehidupan yang tidak realistik.

Perempuan Indonesia tidak masuk dalam wacana Ponds White Beauty “Perempuan Selalu Ingin yang Terbaik” karena pada akhirnya Ponds menggunakan tage line “Cerah Itu Baik” yang memperlihatkan bahwa Perempuan


(4)

Indonesia tetap cantik dan bisa menjadi yang terbaik tanpa harus memiliki kulit yang putih.

Posisi Penulis

Narasi “Ponds White Beauty dengan kekuatan pencerah 200% lebih banyak untuk putih merona mulai dalam tujuh hari”. Yang terdapat dalam bagian akhir pada iklan Ponds White Beauty “Perempuan Selalu Ingin yang Terbaik” memberikan harapan kepada Perempuan Indonesia yang ingin memiliki fisik seperti yang dikonstruksikan dalam wacana iklan tidak memerlukan waktu yang lama dan uang lebih untuk perawatan kulit

Wacana “Perempuan Selalu Ingin yang Terbaik” tetap tidak menjadikan Ponds White Beauty menjadi list pertama jika akan membeli cream wajah. Hal ini membuat penulis mengubahnya dengan “cerah itu baik”. Ini membuktikan pada akhirnya penulis harus mengenal budaya Indonesia untuk mengenalkan produknya. Putih tidak selalu menjadi yang terbaik. Karena setiap bangsa memiliki kulit yang berbeda dan standar menjadi yang terbaik setiap orang pun berbeda-beda.

Wacana terakhir dalam iklan ponds berbunyi “Kulitmu layak dapatkan yang terbaik”, kalimat ini menunjukan penulis tidak masuk dalam wacana iklan Ponds White Beauty “Perempun Selalu Ingin yang Terbaik”.

Posisi Pembaca

Perempuan Indonesia tidak mudah dirayu oleh kelebihan yang ditawarkan. Wacana “Perempuan Selalu Ingin Menjadi yang Terbaik” tidak diterima begitu saja oleh Perempuan Indonesia. Perempuan Indonesia Paham untuk menjadi yang terbaik tidak perlu menjadi diri orang lain seperti yang di kontruksikan pada iklan. Menjadi


(5)

Perempuan Indonesia yang terbaik lebih baik dengan memiliki pengetahuan yang luas, berpakaian yang rapih, sikap yang sopan, bertutur kata yang santun.

Perempuan Indonesia hanya setuju setiap perempuan pasti ingin menjadi yang terbaik minimal untuk dirinya sendiri, namun menjadi diri sendiri jauh lebih baik. Hal ini membuktikan bahwa Perempuan Indonesia tidak masuk dalam wacana Ponds White Beauty “Perempuan Selalu Ingin yang Terbaik”.

Daftar Pustaka Buku:

Bourdieu Pierre. 2010. Dominasi Maskulin. Yogyakarta : Jalasutra.

Brooks, Ann. 2011. Posfeminisme & Cultural Studies. Yogyakarta: Jalasutra.

Darma, Yoce Aliah. 2009. Analisis Wacana Kritis. Bandung: Penerbit Yrama Media. Eriyanto. 2009. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: PT

LkiS Printing Cemerlang.

Gamman, Lorraine, Margaret Marshment. 2010. Tatapan Perempuan, Perempuan Sebagai Penonton Budaya Populer. Yogyakarta : Jalasutra.

Ibrahim, Idi Subandi. 2004. Komunikasi Empati. Bandung. Pustaka Bani Quraisy. Hollows, Joanne. 2000. Feminisme Feminitas & Budaya Populer. Yogyakarta :

Jalasutra.

Jackson, Stevi dan Jackie Jones.2009. Teori-Teori Feminis Kontemporer. Yogyakarta : Jalasutra.

Jorgensen, Marianne W dan Phillips, Louis J. 2007. Analisis Wacana: Teori dan Metode. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


(6)

Marshment, Margaret dan Lorraine Gamman. 2010. Tatapan Perempuan. Yogyakart : Jalasutra.

Mulyana, Prof. Deddy. M.A., Ph. D.2007. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdankarya.

N. Hidayat, Dr. Dedy. 2001. Analisis Wacana. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta Prabasmoro, Aquarini Priyatna. 2003. Becoming White. Bandung: Matahari. Singaribun dan S. Effendi.1983. Metode Penelitian Survei.. Jakarta. LP3s Sugiyono.2001. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :

Alfabeta.

Sobur, Alex. 2002. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Thornham, Sue. 2010. Teori Feminis dan Cultural Studies, Yogyakarta: Jalasutra. Wilson, Stan Le Roy. Mass Media/Mass Culture: An introducition. New York:

Random House, 1989. Jurnal:

Darwin, Muhadjirin. Gerakan Perempuan Indonesia Dari Masa Ke Masa. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. 2004.