Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sumber Daya Alam dan Lingkungan

masyarakat cenderung mengalami peningkatan yaitu dari 185 tahun 2003 menjadi 200 pada tahun 2005. Untuk isu kesetaraan gender, penempatan perempuan dalam pemerintahan dan politik masih rendah hal ini ditunjukan oleh jumlah perempuan dalam pemerintahan maupun legislatif belum sesuai dengan semangat kesetaraan gender yang dapat terlihat pada Data Indeks Pembangunan Gender 51,1 index kesetaraan gender :ikg di Kota Bogor masih rendah. Dibuktikan dalam bidang politik perempuan selama ini hanya menjadi objek pengumpul suara. Saat ini perempuan dalam proses pembelajaran dalam kesadaran politik. Didukung dengan adanya Undang Undang yang mengharuskan parpol memiliki 30 wanita. 2.2. TANTANGANISU STRATEGIS 2.2.1. Fisik dan Prasarana

A. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dihadapkan pada persaingan yang semakin tinggi di masa depan. Penguasaan terhadap iptek diharapkan mampu memainkan peranan penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat kota dalam berbagai hal. Kontribusi iptek diharapkan dapat meningkatkan layanan kependudukan, perijinan, kesehatan dasar, energi, dan pangan. Selain itu perlu ditingkatkan pengembangan budaya iptek ditengah masyarakat kota agar semakin banyak jumlah ketersediaan dan kualitas sumber daya manusia yang menguasai iptek. Penguasaan iptek juga diharapkan mampu memberikan solusi terhadap degradasi fungsi lingkungan dan mengantisipasi serta menanggulangi bencana.

B. Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Tantangan pada bidang sumber daya alam dan lingkungan adalah adanya ancaman terhadap krisis lingkungan pada masa depan yang diakibatkan oleh tingginya tingkat pencemaran dan degradasi lingkungan. Antisipasi terhadap kondisi ini pada masa depan adalah dengan melakukan berbagai tindakan yang tepat serta menjalankan aturan dan kebijakan yang terkait dengan pengelolaan dan pengendalian lingkungan. Antisipasi tersebut antara lain adalah perlu dilakukan pendekatan terhadap pola kehidupan masyarakat, yang dikaitkan dengan besarnya sumbangan pencemaran air dan tanah oleh kegiatan domestik; dan pendekatan mengedepankan peran aktif masyarakat yang diharapkan akan berdampak pada kesadaran kolektif untuk menjaga lingkungan. Dalam upaya pencegahan degradasi lingkungan dimasa depan perlu dilakukan peningkatan kuantitas resapan limpahan air permukaan dalam upaya mengembalikan kandungan air tanah dan mengendalikan daya tampung sungai seiring dengan meningkatnya luas lahan terbangun. Selain itu perlu mengembalikan fungsi konservasi kawasan bantaran sungai, perlindungan mata air, sumur resapan dan pengalokasian ruang terbuka hijau kota, disamping perlu secara bertahap dilakukan dengan pendekatan partisipatif. Ketersediaan lahan mencapai batas kritis pada tahun 2026. Hal ini dapat terjadi jika instrumen pengendalian pembangunan berkelanjutan tidak berjalan. Dengan pola penggunaan lahan seperti saat ini, dan ditambah pola konsumsi air di kota Bogor, maka terdapat defisit air sebesar 1,7 juta m 3 tahun. Untuk menihilkan defisit air, dibutuhkan luas hutan kota seluas 1.514,78 ha atau 12,78 dari luasan kota. Permasalahan lain yang penting untuk diselesaikan adalah adanya sistem mitigasi bencana. Wilayah-wilayah yang masuk dalam kategori rawan bencana harus ditangani secara terpadu, terlebih pada wilayah yang padat penduduk. Hal ini terkait antisipasi jatuhnya korban jiwa. Pengamanan terhadap wilayah daerah aliran sungai perlu dilakukan sesuai dengan aturan yang berlaku. Langkah-langkah antisipasi terhadap kerawanan bencana harus direncanakan oleh lembaga terkait dan disosialisasikan kepada seluruh masyarakat. Tantangan lainnya adalah mengatasi semakin meningkatnya pencemaran lingkungan dan pemanasan suhu udara akibat polusi yang ditimbulkan oleh semakin meningkatnya kendaraan bermotor dan proporsi ruang terbangun. Oleh karena itu diperlukan integrasi dengan tantangan transportasi dan tata ruang yang ramah lingkungan. Keberlanjutan pembangunan pada jangka panjang juga akan menghadapi tantangan akan adanya perubahan iklim dan pemanasan global yang berdampak pada aktivitas dan kehidupan warga kota. Keterlibatan Kota Bogor dalam forum dunia International Council for Local Environmental Initiatives ICLEI tentang penanganan masalah ini harus menghasilkan langkah-langkah strategis dan program-program yang menyentuh terhadap perubahan kondisi kearah yang lebih baik. Program yang sudah berjalan hendaknya terus dilanjutkan dan senantiasa berusaha mencari terobosan-terobosan baru untuk penanganan masalah ini. Hal-hal tersebut menjadi bagian integral dalam membangun daya saing Kota Bogor.

C. Wilayah dan Tata Ruang